1 Apa itu Literatur? Ini bukanlah pertanyaan sulit bagi anada yang akan membaca buku. Literatur dalam berbagai macam bentuk telah masuk dalam dunia intelektual dan mungkin ada sedikit misteri mengenai apakah hal itu. Meskipun demikian, literatur adalah sebuah hal yang menarik bagi siapapun yang peduli pada berbagai bentuk pembelajaran baik sebagai guru ataupun pelajar untuk memikirkan dengan jelas hal apakah yang behubungan dengan literatur. Dengan demikian mereka dapat meyakinkan diri sendiri dan yang lainnya bahwa mereka bukanlah pengikut sembarangan yang mengikuti sebuah tradisi kuno akan tetapi mereka terlibat di dalam sesuatu yang sangat beralasan, berguna – bahkan mungkin sesatu yang sangat diperlukan! Bagi mereka yang berfikiran filofis mungkin akan tertarik unutk mengikuti diskusi mengenai apa itu literatur di dalam dunia spekulasi abstrak dalam buku seperti ‘Wellek and Warren’s The Theory ofn Literature. Di dalam buku ini, kita akan melakukan pendekatan terhadap masalah dengan cara yang praktis. Kata ‘literatur’ dapat ditemukan dalam sejumlah pernyataan yang berbeda-beda, dan ini mengisyaratkan bahwa literatur bukanlah sebuah nama yang sederhana, atau fenomena yang mudah, tetapi sebuah ‘payung’ istilah yang mencakup bermacam-macam aktifitas. Kita dapat membicarakan literatur secara umum, contohnya, sebagai cabang aktifitas manusia yang berbeda dari agrikultur atau sains, tanpa memandang budaya, ras, atau bangsa – sebagai sesuatu yang orang-orang tertentu di dalam komunitas di seluruh dunia yang telah diberikan kepada mereka sendiri untuk menghasilkan dan mungkin yang lain dalam jumlah yang jauh lebih banyak telah mengusahakan untuk mengkonsumsi baik dengan mendengarkan secara pribadi atau dengan membaca manuskrip, pamflet, malajah atau buku cetakan. Kita juga berbicara mengenai literatur sebagai sesuatu yang terasosiasi dengan atau berkarakter dari bangsa, masyarakat, kelompok orang tertentu, misalnya Literatur Arab, Literatur Amerika, literatur negara persemakmuran, literatur India Barat, literatur Afrika dan seterusnya; dan dalam hal tersebut, literatur jelas mempunyai makna khusus yang luas, melampaui individu yang menghasilkan dan mengkonsumsinya. Kemudian, kita juga dapat membicarakan literatur sebagai pergerakan atau periode sejarah tertentu yang munkin sering menjadi lintas budaya, khususnya dapat ditemukan dalam literatur dari bebagai macam budaya; contohnya, sastra Renaissance, sastra Romantis, sastra Surealis, Sastra abad kedua puluh, sastra Kolonial, Sastra Kemerdekaan Afrika, dan seterusnya. Kita juga dapat membicarakan literatur sebagia sesuatu yang agak berbeda sebagai sebuah kajian atau topik tertentu, misalnya literatur pembuatan kapal, literatur perkembangan anak , bahkan literatur linguistik, di dalam hal ini, yang kita maksudkan adalah segala sesuatu yang sangat penting yang pernah ditulis mengenai literatur. Dan yang tidak kalah pentingnya, jika sebagian besar waktu kita dihabiskan dalam institutsi pendidikan kita mungkin akan berpikir bahwa literatur sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah yang terpisah dari Biologi, Sejarah, atau Pendidikan jasmani dan dalah hubungan ini kita juga mungkin beranggapan bahwa literatur terbagi ke dalam cabang yang lebih kecil, misalnya Puisi, Fiksi, Drama, Karangan Sindiran, Tragedi, dan yang lainnya. Sementara literatur, seringkali menjadi subjek pembelajaran, bentuk dari sebuah karya atau pelatihan, kita tidak boleh lupa bahwa literatur adalah sesuatu yang selalu dilibatkan baik oleh
prod atau pengguna secara sukarela dan spontan yang bukan hanya untuk kesenangan sementara, tetapi area literatur memberikan kepuasan teretentu yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain. Sejauh ini, kita telah berbicara tentang berbagai jenis literatur. Lalu pertanyaannya: apakah literatur itu? Apakah itu sebuah bahan baku? Dan jawabannya, yang tidak dapat kita pungkiri lagi, yang melekat pada setiap orang dan yang baru saja telah kita review, di dalam setiap hal, yaitu bahasa! Bahasa baik yang lisan maupun tertulis. Jika kita dapat mengatakan bahwa literatur adalah bahasa, mungkin kita harus lebih tepat dan mengatakan bahwa literatur adalah terdiri dari bentuk-bentuk khusus, seleksi-seleksi, dan kumpulan-kumpulan bahasa. Tidak ada satupun satu kelompok manusia di bumi ini yang tidak mempunyai bahasanya sendiri – bahasa yang kita maksudkan disini yaitu suara-suara khusus yang dipakai dalam dalam berbagai jenis pola sistematis untuk mengkomunikasikan semua pesan yang diperlukan untuk kelancaran di dalam sebuah kelompok (‘secara tradisional yaitu bunyi terpola’ sebagaimana yang sudah diringkas dalam empat kata-kata/bahasa). Semua bahasa berdasarkan bentuk suara, akan tetapi kebanyakan bahasa telah mengembangkan sistem-sistem untuk merekam bahasa secara lebih permanen dalam bentuk tertulis. saat ini, bahasa sebagai sarana kontrol dan komunikasi sosial, tentunya, melingkupi keseluruhan jenis fungsi yang berguna yang sulit kita pikirkan secara sastra. Setiap bahasa digunakan tanpa terhitung banyaknya untuk hal yang berguna dan penting misalnya untuk menyapa, bertanya, menginsruksikan, menginformasikan, menyampaikan berita, melaporkan, mengajukan, membuat kontrak, dan seterusnya; dan hal-hal tersebut cenderung jarang termasuk kategori literatur. Bahasa, kemudian mencakup aktifitas dan referensi yang lebih luas dibandingkan literatur; tentunya, konsepsi kita terhadap literatur wajib termasuk setiap jenis komunikasi yang menyangkut penggunaan simbol-simbol yang berdasarkan bunyi. Literatur menempati teritorial yang penting dalam dunia bahasa, tetapi tidak di dalam seluruh bidang: seseorang (contohnya; pengacara) mungkin lebih memperhatikan beberapa penggunaan bahasa tanpa kontak sama sekali dengan literatur; dan disisi lain seseorang yang memperhatikan literatur akan terdorong untuk mengingat banyak hal yang pada dasarnya berhubungan dengan literatur. Jika kita mencoba untuk menggambarkannya di dalam sebuah diagram, mungkin akan terlihat seperti gambar 1, di halaman 3. Dalam hal ini, lingkaran paling luar mewakili dunia bahasa, yang terbagi menjadi kedalam berbagai areal fungsi dan peristiwa, sementara bentuk berkelok-kelok di dalamnya mewakili area literatur, memainkan sebuah peran penting dalam beberapa area (misal: hubungan sosial) daripada dalam hal-hal lainnya (misal: penelitian ilmiah). Dalam pemikiran kedua, kita mungkin merasa diagram ini tidak mewakili semua aspek hubungan bahasa dan literatur, dan mungkin figur 2 sedikit mendekati kebenaran, yang mana kita harus ingat bahwa aktifitas penulis-penulis kreatif dalam berbagai waktu dengan cara yang bermacam-macam meluaskan batas-batas bahwa, dan menemukan bentuk-bentuk baru dan menggunakan bahasa dimana seluruh kelompok dalam satu waktu menggunakannya. Setelah menerima fakta bahwa semua literatur dibangun diluar bahasa, kita sekarang dapat melanjutkan ke karakteristik atau sifat-sifat literatur. Sebuah hasil literatur/sastra tentunya sesuatu yang melebihi bahasa jika dilihat darimana ia dibuat. Sebagaimana fungsi bahasa yaitu untuk membuat referensi/rujukan pada pengalaman orang yang menggunakannya, jadi karya
literatur haruslah dianggap sesuatu hal yang sangat rumit sebagai ungkapan-ungkapan yang di uraikan tentang dunia si penulis dan pembaca. Pada tahap permulaan sebuah kebudayaan, hampir mustahil untuk mempelajari banyak hal tentang individu yang berkecimpung di dalamnya; pembentukan literatur kemudian lebih sering menjadi sebuah proses dari pembentukan rakyat, dimana didalamnya banyak individu yang berkolaborasi untuk berpegangan teguh pada mitos, cerita, dan lagu, detail-detail baru ditambahkan atau dirubah sepanjang waktu tanpa banyak mengubah banyak hal dari karakterkaratker di dalamnya. Dalam abad-abad terakhir, hasrat manusia akan fakta-fakta dan rekamanrekaman semakin besar, kita cenderung mengetahui lebih banyak tentang pemilik yang mengahasilkan literatur (sebagaimana sampul belakang di setiap novel cetakan penerbit Penguin digambarkan). Para penulis cenderung, di abad setelahnya, lebih banyak mengekpresikan pandangan pribadi dibandingkan pendapat kolektif. Meskipun demikian, para penulis tersebut juga menggunakan materi tradisonal untuk tujuan sementara contohnya, penggunaan balada abad pertengahan oleh W.H. Auden, adaptasi Jean Anoulih dari mitos dan tragedi Yunani Kunol modifikasi James Thurber dari fabel kuno dan drama modern Afrika dalam tema tradisional. Literatur, kita amati agaknya mengalami evolusi sejalan dengan fitur budaya dimana literatur itu berasal, meskipun sebagaimana di dalam perkembangan evolusi lainnya pola-pola dasar tipikal dapat ditelusuri dalam perkembangan selanjutnya. Mungkin akan sangat berguna untuk membedakan tiga area dasar kehidupan manusia, yang mana, dari awal sampai saat ini, yang menjadi pusat dari literatur. Ketiga area dasar tersebut yaitu, agama, sosial, dan personal. Dorogan agama dilihat dari bentuk-bentuk awalnya dalam ungkapan-ungkapan doa dan pujian terhadap tuhan-tuhan yang pernah dikenal. Dengan ide untuk mendapatkan pengakuan, pertolongan dan kasih sayang-Nya. Pada tahap berikutnya, pada waktu itu, dan masih hingga saat ini-diungkapkan dalam bentuk ‘pengabdian’, terinspirasi dari doktrin-doktrin yang lebih maju dari agama-agama besar (Budha, Kristen, Hindu, dan Islam, dll.) bahkan dalam dunia modern, dunia sekuler dari dorongan agama dapat dilihat dari berbagai karya-karya, dalam berbagai kategori yang mencoba untuk mengekspresikan persepsi manusia darimana ia berasal, takdirnya di dalam penciptaan, dan sikap terhadapnya. Waiting for Godot oleh Samuel Becket contohnya, dapat di deksripsikan sebagai drama agama besar pada abad ini. Dorongan sosial cenderung terhadap pendirian, pemeliharaan, berbagai tingkah dan hubungan antara individu, antara individu dan masyarakat, untuk kebutuhan setiap makhluk hidup. Pada awalnya dorongan ini menghasilkan berbagai fabel binatang dan moral dan masih menghasilkan literatur dengan nilai-nilai etis dan masalah-masalah manusia di dunia modern. Dorongan yang ketiga, terhadap eksplorasi personal/pribadi manusia, yang dapat dilacak kembali melalui cerita-cerita heroik nenek moyang yang menemukan masyarakat, mendirikan institusi-institusi, perjuangan kebebasan, dan mengatasi penindasan. Dengan proses panjang perkembangan, yang dimodifikasi menjadi biografi-biografi modern, dan autobiografi; novel, drama, dan puisi tentang manusia jahat, manusia biasa – dari Raja Learn ke Madame Bovary, dan kemudian ke Stephen Dedalus dan Odili Samalu, dimana para penulis telah mencoba mengeksplor dan terkadang merubah kesadaran alami manusia. Setelah semua generalisasi diatas, penting untuk menekankan bahwa bagian besar kepuasan kita pada literatur berasal dari pengenalan dan apresiasi terhadap karya individu. Lebih penting
untuk menikmati sejumlah karya individu daripada generalisasi besar-besaran yang tidak berdasarkan pada pengalaman serta apresiasi individu. Dalam dunia modern, para penulis literatur menjadi penulis yang sangat produktif dan sementara beberapa pencurahan sastra pada saat ini terlihat sepele, tidak kekal, sia-sia, respek dan kehormatan yang pernah literatur dapatkan mungkin masih setinggi sebelumnya. Kita mungkin sudah terbiasa mendengar dunia modern kita (khususnya yang disebut peradaban Barat) dicekal karena berlebihan kepada teknologi dan materi. Sulit memang untuk menerima hal ini, khususnya ketika kita sudah mendapat beberapa pengenalan pada literatur modern, dan paham bagaimana hal tersebut merefleksikan kepedulian besar dari manusia modern yang tidak hanya untuk situasi-situasi diluarnya, tetapi juga untuk kondisi-kondisi penting untuk eksistensi literatur itu sendiri.