DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
MODUL PEMBINAAN SERTIFIKASI NASIONAL AHLI K3 UMUM
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG *
Sejak di temukan tenaga uap, penggunaan pesawat uap termasuk bejana tekan baik industri jasa maupun manufaktur makin berkembang baik jumlah maupun jenisnya.
*
Sumber bahaya dan potensi bahaya yang ditimbulkan akibat pengunaan pesawat uap dan bejana tekan apabila tidak dikendalikan akan menimbulkan kecelakaan kerja / peledakan.
*
Kemampuan pegawai pengawasan tenaga kerjaan kurang memadai serta masih. minimnya spesialis uap dan tekan yang tersebar di seluruh Indonesia.
*
Belum optimalnya pengawasan terhadap pesawat uap dan bejana tekan
*
Banyaknya pesawat uap yang didatangkan dari luar negri dan dipasang di Indonesia
*
Penandatanganan bejana tekan/botol baja pada waktu pengangkutan atau pemindahan masih menggunakan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat keselamatan kerja.
*
Berdasarkan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, terdapat beberapa kegiatan sebagaimana tersebut di atas menggunakan pesawat uap dan bejana tekan.
*
Pesawat uap dan bejana tekan merupakan sumber bahaya termasuk operator pesawat uap, adapun potensi bahaya ditimbulkan akibat penggunaan atau pengoperasian pesawat uap dan bejana tekan meliputi semburan api, air panas, gas, fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi, bahaya kejut listrik, peningkatan tekanan /peledakan.
*
Oleh karena itu perlu ditetapkan keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. *
Khusus untuk pesawat uap, sejak tahun 1930 telah ditetapkan stoom ordonaan tahun 1930 dan stoom veordening tahun 1930 maka ketentuan dan syarat-syarat keselamatan kerja mengacu pada Undang-Undang dan peraturan uap tersebut.
*
Sedangkan untuk bejana tekan ketentuan teknis dan itrasinya mengacu pada peraturan Menteri No. 1 /Men/1982 tentang bejana tekan.
*
Kontruksi pesawat uap dan bejana tekan pada umumnya di las, maka juru lasnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam peraturan menteri No.02/men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
1
B.
*
Sedangkan pengoperasian pesawat uap agar sesuai dengan standard operation prosedure dan memenuhi syarat keselamatan kerja maka ketentuan yang harus dipenuhi adalah Permen No. 1 /Men/1988 tenang Klasifikasi dan Syarat syarat Operator Pesawat Uap.
*
Mengingatkan bahwa sumber bahaya dan potensi yang ditimbulkan akibat penggunaan/pengoperasian pesawat uap dan bejana tekan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan (peledakan ) dan penyakit akibat kerja. maka guna pencegahan harus dilakukan pengendalian, pembinaan dan pengawasan atas pemenuhan ketentuan dan syaratsyarat keselamatan kerja pesawat uap dan bejana tekan, sebagaiamana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Tujuan Pembelajaran 1.
Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat memahami pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan.
2.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikut pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat menjelaskan latar belakang pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan, dasar hukum pengawasan K3 pesawat uap dan bejana. tekan, pengertian pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan, ruang lingkup pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan, alat safety yang diwajibkan pada pesawat uap dan bejana tekan dan pemeriksaan dan pengujian pesawat uap dan bejana tekan.
C.
Ruang Lingkup Materi pembelajaran Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana tekan meliputi pengertian, dasar hukum, ruang lingkup pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan, alat safety, pemeriksaan dan pengujian pesawat uap dan bejana tekan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
2
BAB II POKOK BAHASAN A.
Pengertian Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap objek pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan di tempat kerja. A.1. Pengetahuan Pesawat Uap Sejak dahulu manusia selalu berusaha, supaya dapat bergerak ototnya. Untuk mengantikan kekuatan ototnya dipakai tenaga dan binatang kuda, yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dan mampu bekerja dengan waktu yang lebih lama pula. Kuda berjalan berkeliling menurut satu lingkaran sambil menarik batang dihubungkan dengan poros batu kilang dibagian atas sehingga batu kilang bagian atas berputar menggiling butir-butir gandum yang berada diantara batu kilang atas dan bawah. Kemudian, manusia menemukan cara lain untuk mengilang gandum yaitu dengan menggunakan kekuatan pendorong alam. Dalam hal ini dimana tenaga angin dimanfaatkan untuk mengerakan sayap kincir angin dan tenaga kincir dialihkan melalui roda-roda dan batang pemutar batu pengilang gandum. Pada tahun ± 1760, James Watt, seorang bangsa Inggris, telah berhasil memakai uap sebagai kekuatan pendorong. Dia adalah yang pertama membuat instalasi tenaga uap yang terdiri dari sebuah ketel uap dan mesin uap. Ketel uap jenis ini terdiri dari dua sisi yang rata, pada sisi atasnya merupakan puncak ketel berbentuk setengah silinder dan dasarnya sisi pelatnya dilengkungkan Kedalam. Dari bagian muka dan belakang ditutup dengan pelat rata yang masing-masing disebut tutup depan dan belakang. Dibagian bawah ketel terdapat ruang pembakaran untuk membakar bahan bakar guna memanaskan ketel. Dewasa ini sesuai dengan kemajuan, zaman dan perkembangan ilmu dibidang teknik dan teknologi, maka dibidang kostruksi untuk mengubah penggunaan tenaga uap instalasinya sudah jauh berubah. Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air ada didalamnya, sebagian menjadi uap dengan jalan pemanasan. Untuk pemanasan diperoleh dari
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
3
pembakaran bahan bakar, jadi setiap ketel uap harus mempunyai atau dilengkapi dengan sebuah tempat pembakaran. Konstruksl tempat pembakaran bahan bakar tergantung kepada jenis bahan bakar yang akan dipakai. Dalam keadaan bekerja ketel uap didalamnya terdapat tekanan dan setiap ketel uap harus menahan tekanan ini. Ketel uap dalam keadaan bekerja, sebagai bejana yang tertutup atau tidak berhubungan dengan udara luar, karena selama berlangsung pemanasan melalui bidang yang dipanaskan atau pemanasan dari ketel uap, maka air akan mendidih selanjutnya berubah menjadi uap panas dan bertekanan. Setiap terjadi kenaikan tempertur uap dalam ketel, maka tekanan uap akan meningkat pula jadi kenaikan temperatur uap dan kenaikan tekanan berhubungan erat. Seperti telah kita ketahui adalah suatu sumber energi atau dengan pertolongan panas, kita dapat melakukan suatu usaha, yang mana hal ini kita jumpai pada pengunaan ketel-ketel uap dan pesawat-pesawat uap dilapangan industri. Panas dari api dan gas panas, yang dihasilkan dari suatu dapur ketel atau dari panas sisa (waste heat), melalui bidang pemanasan, dipindahkan ke air yang lebih dahulu mengembang, kemudian berubah menjadi uap, sehingga volumenya dengan cepat akan bertambah. Panas sebagai sumber dari suatu gerak, memberikan kecepatan kepade molekulmolekul air yang bergerak simpang slur, kohesinya atau daya tarik menarik diantara molekul-molekul air saling desak-mendesak dan pada keadaan demikian tetap tinggal dalam ketel uapnya, maka karena itu terjadilah peningkatan tekanan dalam ketel uap. Untuk memahami ketel uap, haruslah kita mengetahui sifatsifat yang terutama dari uap, dan peristiwa penting yang terjadi pada pembentukan uap. Secara sederhana bentuk ketel uap kita misalnya sebagai bejana logam, yang sebagian ruangnya berisi dengan air. Bejana berisi air tersebut dalam keadaan terbuka, dibiarkan tanpa dipanasi dan setelah beberapa lama, dengan jalan menimbang, bahwa air didalamnya telah berkurang. Rupanya dengan tidak diparasi, air telah berubah menjadi uap dan keluar dari lubang yang terbuka. Peristiwa ini disebut menguap, dan dalam hal ini pembentukan uap hanya terjadi pada permukaan air saja. Bila air dalam bejana, sekarang kita panaskan dengan menempatkan sebuah sumber air dari pembaharuan gas dibawahnya, maka temperatur air naik bertambah tinggi, air mulai bergerak sedang gelembung-gelembung uap terlepas keluar.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
4
Selanjutnya, teryata bahwa penguapan dapat terjadi pada tiap-tiap temperatur. Kenaikan temperatur dapat dilihat dengan termometer, sedang pengerakkan bagianbagian air dilihat dengan menghamburkan serbuk gergaji ke dalam air. Pergerakan air terjadi karena kenaikan temperatur tidak sama pada segala tempat. Air pada dasar bejana, yang lebih dekat dengan nyala api, akan lebih cepat naik temperaturnya dari pada ditempattempat yang lain. Karena dipanaskan maka berat jenis air berkurang dan air yang panas akan naik, akibatnya air yang masih dingin akan turun dan hal ini berlangsung terus selama pemanasan air dilahan. Pada pemanasan air dengan arus air yang teratur disebut peredaran air. Peredaran ini sangat penting dalam ketel uap karena dengan peredaran yang baik akan bermanfaat untuk mendapatkan air yang cepat dan pemanasan yang merata. Untuk mendapatkan suatu peredaran air yang baik sangat tergantung kepada penempatan sumber panas ke dalam ketel. Air yang tidak turun beredar dalam ketel disebut air mati. Jadi temperatur air ini tidak secepat air yang beredar naiknya. Ini dapat membahayakan bagi ketel uap, karena dinding ketel uap akan mendapatkan pemanasan setempat, sehingga pemuatan ketel tidak sama dan karenanya terjadi tekanan-tekanan yang besar dam pelat ketel atau pada sambungan-sambungannya. Bila air dalam bejana dipanaskan terus, temperatur bertambah tinggi, pada akhirnya pelepasan gelembung-gelembung uap akan terhenti dan penguapan bertambah cepat. Setelah temperatur air mencapai 100°C, gelembung-gelembung uap yang dibentuk dalam seluruh zat cair, sampai pada permukaan dan lepas dari zat cair. Karena bejana ini terbuka uap yang berbentuk akan lepas keluar melalui bagian yang terbuka dan peristiwa ini disebut air mendidih. Mendidih adalah suatu peristiwa, dimana pembentukan uap terjadi dalam seluruh masa zat cair. Titik mendidih dari suatu zat cair tergantung kepada tahanan, yang menekan pada permukaan zat cair, karena gelembung uap harus sangup mengalahkan dipermukaan air yang disekelilingnya. Pada bejana yang terbuka, tekanan udara guar yang menekan pada permukaan air, besarnya 1 atmosfir, pada tekanan ini air mendidih pada 100°C dalam ikhtisar tertulis dibawah terdaftar titik mendidih dari air pada bermacam-macam tekanan. Dengan takanan mutlak dimaksud, tekanan yang di ukur dari keadaan hampa sempurna.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
5
Seperti telah kita ketahui tekanan pukul rata diudara luar adalah 1 athmosfir, yang bersamaan dengan tekanan 1,0332 kg/cm, mendidih pada temperatur 100 ˚C. Pada tekanan yang lebih besar dari 1 atmosfir umpamanya misalnya 0,1257 kg/ cm2, ternyata air akan mendidih pada temperatur 151,10C Sebaiknya bila tekanan pada permukaan air lebih rendah dari 1 atmosfir misalnya 0, 1257 kg/ cm2, maka air akan mendidih pada temperatur sebesar 50°C. PENGENALAN KETEL UAP DAN BEJANA UAP SERTA PERALATAN PERALATAN BANTUANNYA 1.
Ketel uap ialah satu pesawat, yang dibuat guna memanaskan air menjadi uap dan uapnya dipergunakan diluar pesawatnya.
2.
Pesawat uap selain ketel uap ialah suatu pesawat yang dibuat dan dipergunakan sebagai kelengkapan dari ketel uap, dalarn sistim penggunaan uap, yang dihasilkan oleh suatu ketel uap.
3.
Peralatan pesawat uap ialah semua alat atau peralatan yang berhubungan atau dipasang pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masingmasing. Bentuk kontruksi ketel uap dan pesawat uap selain ketel uap dapat dibuat bermacam-macam, tergantung dari kesesuaian dalam pemakaiannya dan sebagainya. Sebagai bahan untuk ketel uap dan bejana uap selalu digunakan orang pelat baja yang dikenal dengan baja Siemens Martin atau pelat baja ketel jenis lainnya. Suatu ketel uap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Harus hemat dalam pemakaian bahan bakar. Hal ini dinyatakan dalam rendemen atau daya guna ketel.
2.
Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus kecil.
3.
Paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Direktorat Bima Noma Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
Ketel uap dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut: A.
Menurut tempat pengunaannya 1.
Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat uap yang ditembok atau berada dalam tembokan.
2.
Ketel uap darat berpindah, ialah semua ketel uap atau pesawat uap yang tidak ditembok dan dapat dipindah-pindahkan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
6
B.
C.
Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel: 1.
Ketel uap tegak, dimana letak sumbu silinder tegak lurus dengan tempat kedudukan ketel uap.
2.
Ketel uap mendarat, dimana letak sumbu silinder sejajar dengan permukaan tempat kedudukan ketel uap.
Menurut kontruksi dan aliran panas: 1.
Ketel uap tangki atau drum yang dilengkapi dengan lorong api.
2.
Ketel uap pakai Bouiller.
3.
Ketel uap yang dilengkapi dengan lorong api pipa-pipa api.
4.
Ketel uap yang dilengkapi dengan satu drum atau dua drum serta sejumlah pipa air dan disebut ketel pipa air.
5.
Ketel uap yang dilengkapi dengan sejumlah pipa air dan pipa api, yang dikenal dengan nama ketel uap combi.
Selain ketel uap dalam instalasi ketel uap terdapat pesawat uap selain ketel uap dan kesemuanya itu disebutkan pesawat uap. Adapun yang termasuk pesawat uap selain keteI uap antara lain sebagai berikut: 1.
Pemanas air.
2.
Pengering uap.
3.
Pesawat penguapan.
4.
Bejana uap.
SUMBER BAHAYA PADA PESAWAT UAP TERUTAMA AKIBAT DARI PADA; 1.
Bila manometer tidak berfungsi dengan baik, atau bila tidak dikalibirasi dapat menimbulkan peledakan si Operator tidak mengetahui tekanan yang sebenarnya dalam boiler dan alat yang lain tidak berfungsi.
2.
Bila safety valve tidak berfungsi dengan baik, karena karat atau sifat kepegasannya tidak sesuai lagi maka untuk boiler bila tekanan lebih tidak dapat membuka secara otomatis.
3.
Bila gelas duga tidak berfungsi dengan baik dimana nozel-nozelnya atau pipa-pipanya tersumbat karena karat, sehingga jumlah air tidak dapat terkontrol lagi. Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
7
4.
Blia air pengisi ketel tidak memenuhi syarat, sehingga pada pipa air, pipa-pipa dapat timbul secara didalam atau diluar pipa sehingga terjadi pemanasan setempat, hal ini bisa menirnbulkan bengkak atau pecah akibat tidak dapat mentransfer panas.
5.
Bila boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall atau tidak sering dikunci.
6.
Terjadi pemanasan lebih karena kebutuhan produksi uap.
7
Tidak berfungsinya pompa air pengisi ketel, sumbat timah atau prof leleh.
8.
Karena perubahan tidak sempurna atau rouster, nizel fuel tidak berfungsi dengan baik.
9.
Karena boilernya sudah tua sehingga materialnya tidak memenuhi syarat lagi.
10.
Karena material boiler tersebut sudah mengalami perubahan tebal, atau terdapat karat fitingfiting.
11.
Tidak teraturnya diadakan inspection sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
A.
Pengetahuan teknis praktis bejana tekan.
1.
Pengertian
1.1
Bejana tekan adalah suatu untuk menabung fluida yang bertekanaan atau Bejana Tekan adalah bejana selain pesawat uap yang didalamnya terdapat tekanan yang melebihi tekanan udara luar, dipakai untuk menampung gas atau gas campuran termasuk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut atau beku.
1.2. Termasuk bejana tekan adalah -
Bejana penampung atau storage tank
-
Bejana pengangkut atau bejana transport
-
Botol baja atau tabung gas
-
Instalasi atau pesawat pendingin. Instalasi pipa gas atau udara.
-
Reaktor adalah suatu tangki tempat berlangsungnya suatu proses/reaksi kimia dengan jalan bahan-bahan yang diperlukan dimasukkan kedalamnya kemudian dicampur, dipanaskan, didinginkan, ditekan atau disuling dan lain-lain agar menghasilkan reaksi yang diinginkan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
8
1.3 AIat perlengkapan dan alat pengaman. -
Alat perlengkapan adalah semua perlengkapan yang dipasang pada bejana tekan yang ditunjukkan agar bejana tekan dapat pemakainya seperti : pressure gauge, level gauge, termometer gauge.
-
Alat pengaman adalah suatu peralatan yang dipasang langsung pada bejana tekan yang dapat membuang tekanan bila didalam bejana terdapat tekanan yang melebihi tekanan kerja maksimum yang diizinkan sesuai ketentuan
-
Pelat nama adalah suatu pellet identifikasi berukuran tertentu yang dipasang / ditempel pada dinding bejana atau bagian lain yang mudah dilihat membuat keterangan bejana tentang : nama pabrik pembuat, tahun dan tempat pembuatan, nomor seri pembuatan, tekanan disain atau tekanan kerja maksimum, tekanan uji dan waktu pengujian, jenis dan volume bejana, tanda-tanda pemeriksaan atau pengujian.
1.4. Gas Bertekanan Gas bertekanan merupakan salah satu jenis bahan kimia berbahaya yang dalam pengemasannya disimpan atau ditampung didalam bejana tekan/ botol baja bertekanan tinggi dalam wujud atau dalam keadaan terkempa, cair atau larutan maupun dalam keadaan baku.
1.4.1. Pengelompokan gas bertekanan Seperti halnya bahan kimia, gas bertekanan dikelompokkan menurut sifat resikonya sebagai berikut : (a)
Gas yang dapat menguragi kadar zat asam ( Innert Gases = Asphisixian Gases) adalah suatu gas yang dalam keadaan biasa mudah bereaksi kimia dengan bahan bakar dan gas lain. Contoh : Argon, Helium, Neon ( gas mulia, N2 dan CO2)
(b)
Gas mudah terbakar ( Flammable Gases adalah gas yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan keakaran titik nyala 100 ˚C atau kurang). Contoh C2H2,H2,Butane, Propane. Gas menyengat (corrosive Gases) adalah suatu gas yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan hidup atau bahan lainnya. Contoh : Chlore, Sulfur diokside, Anhydrous Amonia. Gas pengoksid (Oxidizing Gases) adalah suatu gas yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat mempermudah pembakaran.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
9
Gas campuran (Mixture Gases) adalah suatu campuran dua atau lebih gas yang dibuat untuk keperluan tertentu dengan ketentugan gas – gas tersebut tidak akan bereaksi atau sama lain menjadi senyawa yang lain. Contoh : Campuran CO (100 % ) dan ( 90 % ). Gas cair (Liguid Gases ) adalah suatu gas yang karena tekanan tertentu dapat berubah menjadi cair mempunyai titik didih 90°C dan tekanan 14,2 psi. Gas untuk keperluan kesehatan (Medical Gases ) adalah suatu gas yang digunakan untuk keperluan kedokteran. Contoh : Oksigen, udara tekan.
2.
Disain / perencanaan.
2.1. Pengertian -
Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan dalam pendesaiann / perencanaan suatu bejana untuk menghitung tebal bejana yang diperlukan belum termasuk penambahan tebal karena korosi.
-
Tekanan kerja maksimum yang diperbolehkan adalah kerja paling tinggi pada setiap bagian bejana berdasarkan tebal pelat sebenarnya / tebal pelat nominal yang dipilih untuk pembuatan bejana tekan.
-
Tekanan kerja normal adalah tekanan kerja yang dipakai untuk mengetahui kekuatan konstruksi suatu bejana tekan.
-
Suhu kerja atau suhu operasi adalah temperatur yang akan dipertahankan pada diding bejana selama bejana diopersikan dan suhu ini tidak boleh melebihi suhu desain.
-
Suhu desain adalah temperatur yang dipakai patokan yang tidak boleh dilampaui yang diterima atau kontak dengan dinding bejana akibat kontak panas dengan fluida didalam bejana berdasarkan suhu test bahan dinding bejana.
-
Nilai tegangan tank adalah nilai kuat tarik dari bahan yang didapat dari hasil pengujian tarik.
-
Nilai tegangan maksimum yang dibolehkan adalah tegangan maksimum yang diizinkan yang digunakan dalam rumus desain suatu bejana.
-
Tebal pellet dinding bejana adalah tebal yang dimiliki oleh suatu bejana, berupa tebal pelat yang diperlukan, tebal desain dan tebal nominal. (a)
Tebal yang diperlukan adalah tebal yang diperoleh dari suatu rumus dalam Standart atau Formula
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
10
(b)
Tebal desain adalah tebal yang diperlukan (a) ditambah ketebalan karena korosi ( allowance).
(c)
Tebal nominal adalah tebal tabel pelat yang sebenarnya (actual) yang digunakan untuk pembuatan suatu bejana.
-
Efisiensi sambungan las, adalah suatu angka atau koefisiensi yang dipakai sebagai angka penggali pada nilai tegangan maksimum Yang dibolehkan.
-
Nilai batas mulur bahan adalah nilai tertinggi tenggangan yang diizinkan untuk menghitung kembali kekuatan kontruksi suatu bejana.
2.2. PEMILIHAN MATERIAL. Pertimbangan utama dalam pemilihan suatu material adalah kemungkinan korosi yang timbul jika material/ bahan tersebut tidak berada dalam kondisi yang sesuai dengan medium/ gas yang dikemasnya. Faktor -faktor lainnya yang dipertimbangkan adalah kegunaannya, sifat mekanik, sifat fisik kimia, daya tahan terhadap cuaca, lingkungan, papas, biaya pebuatan/pengadaan, perawatan serta pemeliharaan. Pemilihan bahan konstruksi terutama ditunjukkan untuk keperluan keselamatan pemakaian/keselamatan kerja disamping untuk mendapatkan biaya yang murah, dengan tidak terlepas dari pertimbangan adanya pengaruh zat kimia/ mediumnya terhadap bahan konstruksi dan sebaliknya. Jika untuk menyimpan atau mengemas satu jenis gas/ zat kimia kemungkinan besar dapat diperoleh. suatu. bahan konstruksi yang dapat tahan sepenuhnya, namun bahan tersebut dapat jadi terlalu mahal atau pun tidak tersedia sama sekali, sehingga dalam praktek biasanya dipilih dalam suatu bahan yang secara ekonomi lebih murah dap mempunyai laju korosi yang cukup lambat. Untuk bejana/ tangki penampung guna gas-gas atau bahan kimia yang berbeda, bahanya pun juga harus berbeda-beda. Oleh karena itu pemilihan bahan harus benar-benar memenuhi atau tahan terhadap: (a). Semua zat/gas/bahan kimia yang masuk Dalam kenyataan hal ini mustahil, untuk hal tersebut sebagian besar bahan-bahan kontsruksi bejan digunakan bahan dengan daya tahan yang cukup tinggi dan dengan memberi tambahan ketebalan pleta dinding sesuai laju timbulnya korosi. Berikut ini diberikan keterangan mengenai beberapa bahan konstruksi yang banyak digunakan dalam konstruksi bejana untuk keperluan penyimpangan / penampungan gas bertekanan atau tangki penampung bahan kimia lainnya.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
11
-
Logam (a). Logam-logam besi seperti : besi tuang, besi campuran, baja lunak (mild steel), baja campuran, baja tahan karat (stainless steel). (b). Logam-logam bukan besi seperti : alumunium, timah, nikel krom, tembaga, seng perunggu dan kuningan. Non Logam (a). Logam-logam besi seperti besi tuang (cast iron ) dan besi campuran (iron alloy), karena sifatnya kedua jenis ini tidak dapat digunakan untuk bahan pembuatan bejana tekan (cocok untuk tangki bahan-bahan kimia). - Kadar karbon harus rendah (0,1 -0,25%) - Dalam keadaan normal korosoinya harus lambat - Tidak mudah patah/rapuh Untuk bahan pembuatan bejana tekan digunakan baja baik baja lunak (mild steel), baja tuang (cast steel) maupun baja tahan karat ( stainless steel ) atau baja campuran.
(b). Logam-logam bukan besi seperti : alumunium, kromium, tembaga, timah, nikel, tin, seng, kuningan, kuningan dan perunggu pada dasar tidak dapat dipakai untuk tangki/ bejana penampung bahan kimia. (c). Bahan bukan logam lainnya seperti : grafit, kaca, plastik dipakai sebagai bahan tambahan pelengkap instalasi bejana sesuai kebutuhan.
2.3. BENTUK DAN KEDUDUKAN Bentuk bejana tekan dibedakan menurut bentuk badan (stell) maupun bentuk front (tutup) atau headnya. Sedangkan kedudukannya dibedakan menurut letak sumbu atau garis sentralnya yaitu : -
Bejana Silinrical.
-
Bejana Spherical
-
Bejana dengan tutup ellip
-
Bejana dengan tutup torispeerical
-
Bejana dengan tutup hemispherical
-
Bejana dengan tutup semi elliptical
-
Bejana dengan tutup rata Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
12
B.
-
Bejana dengan kedudukan horizontal
-
Bejana dengan kedudukan vertical
Sumber bahaya dan akibat yang dapat ditimbulkan oleh bejana tekan. 1.
Bejana tekan merupakan salah satu sumber bahaya yang dapat menimpa tenaga kerja dan kerusakan yang fatal bagi lingkungan. Jenis bahaya tersebut adalah 1.1. Bahaya terhadap kebakaran 1.2. Bahaya terhadap keracunan 1.3. Bahaya terhadap pernapasan tercekik/aspisia 1.4. Bahaya terhadap peledakan 1.5. Bahaya terhadap cairan sangat dingin/cryogenic
1.1. Bahaya terhadap kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan/tabung gas, bila tercampur dengan oksigen atau udara normal serta sumber papas dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan misalnya : asetylene, hydrogen, elpiji, carbon monoxida, methane dsb. Disamping itu juga terdapat gas-gas yang reaktif yang bila bertemu dengan zat tertentu akan menimbulkan reaksi dan panas yang menimbulkan kebakaran atau ledakan. Contoh gas-gas yang reaksi adalah Florin yang dapat bereaksi dan terbakar dengan zat-zat organic maupun anorganik pada udara normal. Gas Oksigen dapat menimbulkan reaksi isothermis dan menimbulkan api maupun ledakan bila tercampur dengan bahan bakar, minyak atau pelumas maupun gemuk. Beberapa jenis gas yang apabila ditempatkan didalam botol atau tangki gas dapat bereaksi sendiri apabila mendapat sumber panas dari luar maupun goncangan, sehingga merangsang timbulnya reaksi pada gas didalamnya yang dapat mengakibatkan ledakan. Contoh gas seperti ini adalah Acetylene, Methyl Propodine, Vinyl Chloride dan sebagainya. 1.2. Bahaya terhadap keracunan dan iritasi Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat beracun yang sangat rnembahayakan bagi makhluk hidup karena dapat meracuni darah dalam tubuh melalui system pernapasan atau merusak paruparu maupun jaringan tubuh lainnya seperti kulit, mata, system syaraf, dan lainlain.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
13
Gas-gas beracun bila terhirup melalui pernapasan dalarn kadar tertentu yang relatif kevii dapat mengakibatkan kematian seperti Chorina, Sulfur Dioxide, Hydrogen Cydrogen Sulfide, Carbon Monoxide Ammoniak dan sebagainya. Orang-orang yang karena pekerjaannya berhubungan dengan gas-gas beracun maupun yang dapat menimbulkan iritasi harus cukup terlatih dan memahami bahaya yang ditimbilkannya dan mengetahui serta melaksanakan caracara pelaksanan pekerjaan yang aman. 1.3. Bahaya terhadap pernapasan tercekik (Aspisia) Sejumlah jenis gas tertentu yang tampaknya tidak berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar, seperti gas Argon, Nitrogen, Carbon Dioxida, Helium dan gas inert lainnya. Sebenarnya dapat mengakibatkan kematian apabila gas tersebut telah memenuhi ruangan tertutup sehingga Oksigen dalam ruang tersebut tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan pernapasan. Gas-gas tersebut disebut gas inert. Gas-gas inert ini bila terhirup dapat mangakibatkan orang menjadi lemas, tanpa sadar dan bila tidak ada pertolongan secepatnya dapat menimbulkan kematian. Memasuki ruang-ruangan tertentu seperti ruang pengawasan, tangki penyimpanan, gudang, lubang dalam tanah dan sebagainya harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh demi menjaga keselamatan bagi pekerja. 1.4. Bahaya terhadap Peledakan Semua jenis gas bertekanan yang tersimpan di dalam botol baja maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya. Tekanan gas yang ada didalam botol baja akan naik karena gas berekspansi (mengembang) bila menerima sumber panas dari luar tabung maupun dari dalam tabung itu sendiri ataupun karena adanya cacat botol baja yang pada akhirnya tidak mampu menahan tekanan karena pecah meledak atau karena system pengaman botol seperti safety valve atau bursting disk dan lain-lain tidak bekerja dengan baik atau spesifikasinya tidak sesuai dengan standart sebagaimana mestinya. Disamping itu gas bertekanan dapat meledak disebabkan karena menurunnya kekuatan tabung akibat korosi maupun benturan-benturan pada bejana yang melampaui batas-batas toleransi, sehingga tabung gas dalam tekanan penyimpanan yang normal dapat meledak secara tiba-tiba. 1.5. Bahaya terkena cairan sangat dingin (Crygenic) Untuk kebutuhan industri dan penghematan ruang penyimpanan, maka gas disimpan dalam bentuk cairan dengan suhu yang sangat dingin antara minus 103 °C sampai dengan minus 268°C pada tekanan sekitar 15 kg/cm 2. Apabila terkena dengan cairan yang sangat dingin, maka cairan tersebut seketika akan menyerap panas tubuh yang terkena sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan merusak jaringan tubuh, luka yang parah dapat mengakibatkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan segera.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
14
C. BOTOL BAJA ATAU TABUNG GAS (a).
Identitas dengan Pewarnaan Prinsip-prinsip pewarna pada botol baja atau tabung gas dapat dikelompokkan menurut : jenis, sifat dan protensi bahaya yang sangat dominan sebagai berikut 1.
Kelompok gas yang dapat manyebabkan tercekik diberi cat warna abu-abu.
2.
Kelompok gas mudah terbakar dan atau meledak dicat warna merah kecuali: gas minyak cair atau elpiji dicat warna biru/ light blue dengan tanda.warna merah pada bagian sekeliling valve.
3.
Kelompok gas beracun dicat warna kuning tua.
4.
Kelompok gas yang dapat menyeagat dicat warna kuning muda.
5.
Kelompok gas untuk keperluan kesehatan dicat warna putih.
6.
Kelompok gas campuran dicat warna sesuai dengan jenis gas yang dicampurkan.
7.
Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas pengoksidasi dicat warna biru muda.
Untuk memudahkan pengelompokan tersebut dibawah ini dibuat tabel sebagai berikut : Tabel Pewarna Botol Baja atau Tabung Gas NO 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11.
JENIS GAS
WARNA Biru muda Putih Abu-abu Abu-abu Sesuai dengan jenis gasnya
Gas Oksigen Gas Oksigen untuk kesehatan Gas Nitrogen Gas-gas mulia Ar, Kr, Xr, Ne) Gas Freon ( Fluoro Carbon ) Gas-gas beracun ( misalnya, Arsine Carbon Monoksida, Asam Fenol, dll) Gas-gas yang menyengat (misalnya : Amoniak Chlor, Sulfur Dioksida, dll ) Gas Hidrogen Gas Hidrokarbon Gas Karbondioksida Gas-gas campuran
KETERANGAN
Kuning muda Merah Merah Abu-abu Warna sesuai dengan warna jenis gas campuran
Pengelompokkan pewarnaan diatas ini tidak berlaku untuk tabung gas alumunium.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
15
(b). Identitas dengan huruf Pada bagian botol baja atau tabung gas huruf diberi tulisan nama gas yang diisikan, dibuat dengan huruf balok warna hitam. (c). Identitas dengan label Pemberian label pada botol baja atau tabung gas ditempelkan pada pundak botol baja atau tabung gas. Ukuran dan tulisan label disesuaikan denggan jenis, sifat dan potensi bahaya serta kapasitas botol baja atau tabungan sebagai berikut : -
Pemberian label ditempelkan pada pundak botol baja atau tabung gas. Ukuran dan warna label disesuaikan dengan jenis, sifat dan potensi bahaya serta kapasitas gas. Isi tabel memberikan keterangan tentang jenis gas, symbol bahaya gas, peringatan tentang bahaya/kecelakaan dan cara penanggulangan bahaya/kecelakaan/emergency.
(d). Identitas dengan pelat nama atau tanda slagletter. Pemberian pelat nama pada botol baja atau tabung gas dilakukan dengan cara penandaan dengan cap huruf (slagletter) pada pundak botol baja atau tabung gas. Terhadap botol baja atau tabung gas yang mempunyai tebal dinding kurang dari 4,0 mm, slagletter dilarang dilakukan karena dapat mengurangi kualitas dan kekuatan. Slagletter harus memberikan keterangan tentang : -
Nama pemilik
-
Nama pembuat, nomor seri pembuatan dan tahun pembuatan
-
Nama gas yang diisikan bukan symbol kimia
-
Berat botol baja atau tabung gas tanpa valve
-
Tekanan pengisian yang diizinkan
-
Berat maksimum gas bila yang diisikan jenis gas cair
-
Kapasitas tampung air
-
Tanda bahan pengisi bila jenis gas yang diisikan Asetylene
-
Bulan dan tahun pada waktu uji tekan yang pertama
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
16
A.3. INSTALASI PIPA (a). Instalasi dengan pewarnaan Instalasi pipa diberi warna yang berbeda menurut jenis fluida/gas yang mengalir didalamnya, dibedakan sebagai tabel dibawah ini : TABEL NO PIPA 1 2 1 Air
JENIS FLUIDA/GAS 3 - Air baku - Air pendingin - Air minuet - Air process - Air pengisi boiler - Air limbah/buangan - Air hydrant
WARNA 4 Biru tua Hiiau muda Hijau tua Hijau Hijau pita alumunium Hitam pita hijau Merah
2
Minyak
- Minyak ringan - Minyak berat
Hitam Hitam
3
Uap
- Uap/steam
Perak/ silver
4
Gas
- Gas alam - Karbon dioksida - Hydrogen - Chlorine - Oksigen - Nitrogen
Violet Kuning tua Merah Kuning Biru muda Abu-abu
Argon Udara tekan Udara panas Amoniak Gas snthesis
Abu-abu Biru Biru tua Kuning tua Coklat
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
17
5
Bahan kimia - Asam sulfat - Alumunium sulfat - Asamnhosphor is , - Larutan urea & Carbonate Asam fluosilisic Larutan benfield Larutan caustic Caustic soda Kapur Polimer
Orange Orange berpite kuning -biru Pita kuning coklat Mass green/hijau Pita abu-abu. - coklat Pita fan - pink Pita kuning - hijau Pink Putih Ungu
(b). Identitas dengan tanda Instaiasi pipa juga diberi identitas dengan tanda-tanda sebagai berikut :
*
1).
Nama fluida/gas yang mengalir didalam pipa ditulis Iengkap bila memungkinkan ditulis pada rumus kimianya.
2).
Besarnya tekanan pada fluida / gas yang mengalir didalam pipa ditulis dengan angka dan satuan tekanan.
3).
Arah aliran fluida / gas didalam pipa ditulis dengan tanda panah dengan warna yang menyolok / mudah dilihat.
Rangkuman *
Objek pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan dibagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu I.
Pesawat Uap -
Ketel uap
-
Ketel air pangs
-
Ketel vapour
-
Pernanas air
-
Pengering uap
-
Penguap
-
Bejana uap Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
18
II.
III.
IV.
Ketel cairan panas
Bejana Tekan -
Bejana transport
-
Bejana penyimpan gas
-
Bejana penimbun
-
Pesawat / instalasi pendingin
-
Botol baja
-
Pesawat pembagkit gas acitilin
Instalansi pipa -
Instalasi pipa gas
-
Instalasi pipa uap
-
Instalasi pipa air
-
Instalasi pipa cairan.
Operator pesawat uap, Juru las dan Perusahaan JasaTeknik. *
*
Test Formatif. 1.
Jelaskan pengertian pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
2.
Sebutkan jenis-jenis ketel uap yang Saudara ketahui !
3.
Sebutkan jenis-jenis bejana tekan yang anda ketahui !
Petunjuk Khusus. 1.
Dalam mempelajari sub pokok bahasan ini anda harus rnempersiapkan antara lain a.
Peraturan perundang-undangan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
b.
Mencarai bengkel dimana bejana tekan digunakan misalnya bejana tekan yang berada di tambal ban atau bengkel tukang las karbit.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
19
B.
2.
Catat hal-hal yang kurang jelas dan tanyakan kepada tutor anda.
3.
Datanglah secara langsung ke bengkel tersebut pada nomor 1.c.
Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan. *
*
Dasar hukum pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan : a.
Undang-Undang Uap Tahun 1930.
b.
Peraturan Uap Tahun 1930.
c.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
d.
Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan.
e.
Permen No. 02/tvien/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
f.
Permen No. 01lMen/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap.
Test Formatif Pertanyaan 1.
Sebutkan dasar hukum pengawasan ketel uap !
2.
Sebutkan dasar hukum pengawasan K3 bejana tekan
3.
Sebutkan dasar hukum pengawasan Juru Las kelas 1
Petunjuk Khusus . 1.
Dalam mempelajari sub pokok bahasan ini ananda harus mempersiapkan antara lain : a.
Buku peraturan perundang-undangan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
b.
Tentukan waktu anda yang paling sesuai.
2.
Bacalah seluruh pasal dan pahami pasai-pasal sebagaimana tersebut pada peraturan-peraturan perundang-undangan pesawat uap dan bejana tekan.
3.
Catat pasal-pasal atau hal-hal yang tidak anda pahami dan tanyakan pada tutor anda. Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
20
C.
Ruang Lingkup Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
C.1. Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, modifikasi atau reparasi dan pemeliharaan pesawat uap dan Bejana Tekan. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN DESAIN. Prinsip-prinsip desain type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap. Setiap Desain Konstruksi suatu type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap harus memenuhi prinsip-prinsip : a.
Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang cukup dan dapat dibaca dengan jelas.
b.
Data ukuran - ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan secara jelas.
c.
Gambar bagian ( detail ) konstruksi penyambungan antara bagian satu dengan lainnya harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat diketahui secara jelas.
d.
Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedure sesuai dengan standar yang jelas.
e.
Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang berlaku.
SPESIFIKASI BAHAN Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan uap harus memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku berdasarkan standar penggunaan bahan. Setiap bahan yang dipergunakan untuk pembuatan pesawat uap harus memiliki sertifikat bahan dengan data sebagai berikut : -
Spesifikasi bahan.
-
Nomor dan tanggal, bulan, tahun.
-
Ukuran-ukuran dari bahan.
-
Hasil-hasil pengujian secara mekanis dan sifat-sifatnya dari bahan .
-
Hasil-hasil analisa kimia mengenai prosentase komponen unsur dalam bahan.
-
Tanda pengesahan/legalisasi dari suatu badan yang tidak memihak.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
21
Sertifikat bahan ini diperlukan sertifikat bahan sebagai berikut : -
Pelat bahan ketel uap atau bejana uap.
-
Pelat front.
-
Pelat pipa.
-
Pelat orong api.
-
Pelat penguat.
-
Pipa-pipa api.
-
Pipa-pipa air dan sebagainya.
-
Kawat las atau elektroda las.
Metode Konstruksi . Pembuatan ketel uap dapat dilakukan dengan metode atau cara konstruksi penjelasan atau dengan pengelingan. Konstruksi pengelasan adalah suatu cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. Bahan yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las yang disebut electrode las, sedang bahan yang akan disambung atau dilas adalah pelat-pelat, pipa-pipa yang disebut bahan induk. Pesawat yang digunakan untuk me;akukan proses pengelasan adalah disebut mesin las listrik. Cara pengelasan konstruksi yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan las busur listrik dan den gan las busur gas.
Penempatan Ketel Uap. 1.
Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus, yang mana didalamnya tidak pasti untuk bekerja. Bagaimanapun juga peledakan ketel uap dalam tingkatan kekerasan yang berbeda-beda sering terjadi, kadang-kadang menyebabkan timbulnya malapetaka kematian, luka parah , atau merusak harta benda yang dimilki. Meskipun peledakan dalam ruangan ketel uap dapat timbul disebabkan adanya cacat-cacat pada peralatan, lebih banyak pula peledakan yang karena kurang hati-hati, keadaan tak tahu Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
22
atau sempitnya pandangan dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
2.
Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan tersendiri yang terpisah dari ruangan kerja bagian Iainnya. Antara ketel uap dengan dinding bangunan rumah ketel, maupun dengan ruang tunggu untuk operator ketel, jaraknya harus cukup sehingga tidak mengganggu setiap orang yang melakukan tugas. Penggolongan Bejana Uap.
Sama halnya dengan ketel uap, karena bejana adalah merupakan kelengkapan dari ketel uap, maka dalam penggunaannya akan selalu dekat dengan ketel uapnya. Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dari pada operasinya, ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedang bejana uap adalah sebagal penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang menggunakan instalasi uap. Menurut fungsi penggunaannya, maka bejana-bejana uap sebagai bejana dengan sebutan sebagai berikut : a.
Bejana Uap.
b.
Pengering uap.
c.
Penguap.
d.
Pernanas air.
Menurut cara operasinya dari bejana-bejana uap dapat dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut : 1.
Sebagai bejana-bejana uap yang dalam operasinya dalam keadaan tertutup dengan namanama sebagai berikut : a.
Revolving closed vessels, bejana-bejana tertutup yang berputar.
b.
Autoclaves.
c.
Digesters
d.
Distilling apparatus.
e.
Hordening cylinders.
f.
Kiers.
g.
Rag and Straw Boilers.
h.
Kendenina Tanks. Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
23
2.
i.
Stationary Melter and Driers.
j.
Vulcanisers and Devulcanisers.
Sebagai bejana-bejana uap yang pada operasinya dalam keadaan terbuka. a.
Open Steam Jacketed kettles. .
b.
Open evaporating pans.
PERAWATAN KETEL UAP Kita menyadari bahwa ketel uap dapat menimbulkan peledakan, korban manusia, kerugian harta benda yang mana semua itu adalah merupakan malapetaka yang tidak kita inginkan. Dengan pengoperasian dan pelayanan yang baik, maka hal tersebut diatas dapat dihindari atau memperkecil dengan mengusahakan perawatan terhadap akibat-akibat buruk yang timbul pada ketel uapnya. Usaha-usaha perawatan yang perlu dilakukan terhadap ketel uapnya adalah sebagai berikut : 1.
Melakukan pembersihan dari sisi luar ketel uap terhadap adanya jelaha atau kerak api yang menempel pada bagian dinding-dinding pipa api, lorong api, peti api dan bagian lainnya yang dilalui api dan gas panas.
2.
Melakukan pembersihan dari sisi dalam ketel uap terhadap adanya endapan lumpur, batu ketel serta adanya korosi yang terdapat pada dinding-dinding pipa, lorong api, peti api dan bagianbagian lainnya. Pengolahan air pengisi Ketel uap.
3.
Pengolahan air pengisi ketel uap Tujuan pengolahan air pengisi ketel uap adalah agar didapatkan suatu kwalitas air yang memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel uap. Pengolahan air ketel dimaksudkan adalah dengan memberikan dosis obat-obatan kedalam air pengisi ketel. Korosi yang dapat membahayakan dalam pemakaian ketel uap. Selanjutnya pengolahan air ketel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a.
Pengolahan diluar ketel (External Treatments). Pengolahan ini dilakukan secara mekanis diluar ketel dengan memberikan obat-obatan terhadap air sebelum air dimasukkan kedalam ketel uap.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
24
Tujuan pengolahan ini adalah umpamanya
b.
-
Menghilangkan zat-zat padat.
-
Menghilangkan zat-zat yang larut dan dapat membahayakan ketel.
-
Menghilangkan gas-gas yang korosif, dan lain-lain
Pengolahan didalam ketel (Internal Treatments) Pengolahan ini berupa pemberian (dosis) obat-obatan (chemicals) Iangsung kedalam ketel uap bersama-sama dengan air pengisi ketel uap. Sehingga reaksi-reaksi yang timbul dengan obat-obatan tadi terjadi didalam ketel uap pada suhu dan tekanan kerja ketel uap. Tujuan pengolahan didalam ketel adalah pengaturan (kontrol) terhadap
. 4.
-
Zat-zat padat.
-
Alkalitet.
-
Tidak ada gas-gas yang korosif terutama O2 dan CO2.
-
Menghindarkan timbulnya endapan yang dapat melihat dan mengeras pada dingin berupa batu ketel.
-
Membuat lapisan dinding ketel tahan terhadap korosi.
Reparasi Ketel Uap. Reparasi adalah dimaksudkan suatu perbaikan atau penggantian dari bagian ketel uap yang mengalami kerusakan akibat pemakaian atau kerusakan yang terjadi pada waktu pengangkutan ketel dari suatu tempat ketempat lain. Adapun yang berkaitan dengan masalah reparasi antara lain dalam hal-hal sebagai berikut : -
Penggantian pipa-pipa secara dirol dan dikral, dirol dan ditrompet. Penggantian pipa-pipa secara dilas. Penggantian batang-batang tunjang. Penggantian atau penambahan lorong api secara dilas. Penggantian pets api secara dilas. Penambalan badan akibat terjadi pelendungan. Penembahan secara las-lasan akibai adanya retakan pada bagian ketel uap dan lainlain.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
25
Setelah terjadi kerusakan atau rencana penggantian dari bagian-bagian ketel yang mengalami kerusakan, maka harus segera dilaporkan ke Kantor Depnaker , setempat untuk diadakan pemeriksaan. Setelah dilaksanakan pemeriksaaan oleh pegawai pengawas setempat, bahwa sampai sejauh mana hasil pemeriksaan atas kerusakan tersebut, kemudian dicantumkan langkah-langkah rencana reparasinya. Suatu perencanaan melaksanakan reparasi ketel uap atau pesawat uap terlebih dahulu mendapatkan pengesahan dari Depnaker Pusat. Langkah-langkah untuk mendapatkan pengesahan atas gambar rencana reparasi serta untuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut : -
Mengajukan gambar rencana reparasi selangkapnya, teridiri dari bagian yang akan direparasi, ukuran, bentuk dalam keterangan lain secara jelas.
-
Bahan yang digunakan (sertifikat bahan)
-
Juru las yang telah memiliki sertifikat juru las ketel uap .
C.2. Pengoperasikan pesawat uap. Sesuai dengan peraturan uap 1930, bahwa setiap pemakai pesawat uap harus mengusahakan agar pesawat-pesawat uapnya dan segala sesuatu yang dianggap termasuk didalamnya berada dalam keadaan pemeliharaan yang baik. Maka untuk dapat terlaksana dengan baik dan aman dalam hal pemeliharaan ketel-ketel uap perlu diadakan pendidikan dan latihan terhadap operator-operator ketel uap, juru-juru las untuk pesawat - pesawat uap : 1.
Pendidikan operator ketel uap Operator ketel uap adalah seorang yang harus mempunyai kemampuan dalam menjalankan serta memelihara ketel uap selama melakukan tugas. Jadi untuk mendapatkan operator-operator yang mempunyai kemampuan, maka kepada setiap orang yang akan bekerja sebagai operator ketel uap atau pesawat uap terlebih dahulu harus menempuh pendidikan dan latihan. Untuk itu dilaksanakan kursus operator ketel uap, selama ± 10 hari dengan mata pelajaran khususnya yang berkaitan dengan masalah pesawat uap.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
26
2.
Pendidikan dan latihan juru las. Penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi adalah bukan merupakan tujuan dari konstruksi itu sendiri, tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu dalam perencanaan setiap konstruksi dengan sambungan las, harus direncanakan tentang, cara pengelasan, cara pemeriksaan bahan dan jenis las yang akan dipergunakan prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan dalam pelaksanaan tersebut. Karenanya pengaman dalam praktek akan menunjang dalam hal menentukan prosedur penggelasan ini karena sebenarnya didalamnya semua hal yang diperlukan banyak masalahmasalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Dengan diadakannya pendidikan dan latihan juru las, maka hal ini akan bermanfaat bagi para juru las, dalam meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dalam melakukan pekerjaan konstruksi dengan sambungan las, khususnya dalam hal ini dibidang pengelasan ketel-ketel uap atau pesawat uap. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. : 02/Men/1982 telah diatur tentang kwalifikasi juru las di tempat kerja. Berdasarkan hasil-hasil ujian dan penilaian, bagi peserta ujian las kepadanya diberikan sertifikat juru las, sesuai dengan kemampuannya masing-masing yaitu digolongkan atas : a.
Juru las kelas I (satu)
b.
Juru las kelas II (dua)
c.
Juru las kelas III (tiga)
*
Test Formatif. Pertanyaan. 1.
Sebutkan ruang lingkup pengawasan K3 Pesawat Uap !
2.
Sebutkan ruang lingkup pengawasan K3 Bejana Tekan!
3.
Sebutkan kwalifikasi operator pesawat uap dan juru las yang Saudara ketahui !
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
27
D.
Alat Perlengkapan Pesawat Uap dan Bejana Tekan D.1. Peralatan-peralatan Bantu Ketel Uap Peralatan-peralatan bantu suatu ketel uap seperti diisyaratkan dalarn undang-undang dan peraturan uap terdiri dari alat-alat sebagai berikut : 1.
Dua buah tingkap pengaman
2.
Satu pedoman tekanan
3.
Dua buah gelas pedoman air
4.
Dua buah alat (pompa) pengisi air
5.
Satu alat tanda bahaya
6.
Satu kran penutup uap induk
7.
Dua lemari katup kran penutup air pengisi
8.
Kran penguras sebanyak yang diperlukan
9.
Satu pelat nama
D.2. Fungsi a.
Alat-alat pengaman pesawat uap ialah setiap alat yang dihubungkan atau dipasang pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsi masing-masing alat yang bertujuan agar pesawat uap apat dipakai secara aman dalam operasinya.
b.
Tingkap pengamann iallahh silatu alat yang bekerja secara otomatis membuka dan menutuo tingkap atau katupnya tergantung pada tekanan dan bagian yang dihubungkan dengan alat tersebut, sehingga ruangan yang berhubungan dengan alat itu dijamin dari kenaikan tekanan yang berlebihan.
c.
Pedoman tekanan (Manometer) ialah suatu alat pengukur tekanan dari suatu medium yang berbeda dalam suatu ruangan atau suatu aliran yang bertekanan dan sebagai medium dapat berupa uap,
d.
Gelas pedoman air ialah suatu alat untuk dapat melihat tinggi kotom air yang ada didalam ketel uap, yang mana gelas pedoman ini masing-masing ujungnya dihubungkan dengan ruangan uap dan ruangan air.
e.
Alat pengontrol otomatis ialah suatu alat yang dapat memberitahukan kekurangan air didalam ketel uap, dimana alat ini dapat berbunyi bila air dalam ketel turun melampuai batas air terendah yang diijinkan. Adapun alat yang digunakan dapat berupa seruling atau klakson otomatis yang bekerja secara elektronik yang dihubungkan dengan listrik.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
28
f.
Tanda batas air terendah yang diijinkan ialah suatu tanda yang dipasangkan pada ketel uapnya atau pada alat pedoman air yang mana penempatan tanda batas air terendah ini adalah 100 mm di atas garis api untuk ketel uap darat dan 150 mm diatas garis api untuk ketel uap kapal.
g.
Keterangan atau katup pembuangan ialah suatu alat untuk mengeluarkan air atau kotoran berupa endapan lumpur yang ada gas dan cairan di dasar ketel uapnya dan berguna pula untuk mengeluarkan atau mengosongkan seluruh air, bila ketel uap akan dibersihkan.
h.
Lubang lalu orang adalah suatu lubang yang terdapat pada ketel uapnya dengan ukuran 300 x 400 mm, yang mana melalui lubang tersebut orang dapat masuk guna melakukan pemeriksaan bagian dalam ketel uap.
i.
Pelat nama adalah suatu pelat yang dipasangkan pada ketel uapnya berisikan identitas mengenai nama dan tempat pabrik pembuat, tekanan kerja yang diijinkan serta nomor seri pembuatan dari pabrik pembuat.
TINGKAT PENGAMAN Ada beberapa jenis tingkap pengaman yang kita ketahui antara lain -
Tingkap pengaman dengan pegas
-
Tingkap pengaman dengan beban
Guna tingkap pengaman ini bagi suatu bejana tekanan adalah untuk melepaskan tekanan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi. 1.
Pada saat bekerja dengan kecepatan maximum saat tekanan tertinggi tekanan kerja, tidak akan meningkat lebih 10% dari tekanan kerja yang diperbolehkan.
2.
Tingkap pengaman harus mudah digerakkan bibir-bibir pengantar klepnya dengan tangan tanpa menggunakan pembuangan uap melalui tingkap. Tingkap harus dapat bertanggungjawab.
dikuncil/disegel
dan
tidak
dapat
dirubah
orang
yang
tidak
PEDOMAN TEKANAN Syarat-syarat pedoman tekanan 1.
Harus mempunyai harga tekanan yang sesuai dengan tekanan kerja pesawatnya. Batas terendah tidak kurang dari 1 %2 tekanan kerja dan tidak lebih dari 2 x tekanan kerjanya. Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
29
2.
Harus mempunyai angka-angka yang jelas dan mudah dibaca dengan tanda maximum yang diperbolehkan. *
Test Formatif Pertanyaan
*
E.
1.
Sebutkan alat safety pada pesawat uap !
2.
Sebutkan alat safety pada bejana tekan !
3.
Apakah diperbolehkan suatu bejana tekan tidak dipasang suatu tingkap pengaman ? Jelaskan jawaban Saudara !
Petunjuk Khusus a.
Anda dalam mempelajari sub pokok bahasan ini harus melihat gambar terpasang secara cermat.
b.
Alat perlengkapan pada pesawat uap
Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap dan Bejana Tekan
E.1. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SERTA PENERBITAN IJIN PESAWAT UAP I.1.
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Pesawat Uap adalah suatu peralatan yang sangat berguna bagi proses industri barang maupun jasa. Namun demikian selain menguntungkan, pesawat uap merupakan peralatan teknik yang mengandung resiko bahaya tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau peledakan. Agar tidak terjadi kecelakaan atau peledakan maka sebelum dan dalam periode pemakaian setiap pesawat uap dan alat pengaman / perlengkapannya harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian serta dilayani dan dirawat dengan baik dan teratur. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka perlu dikeluarkan suatu pedoman agar terwujud keseragaman dalam penanganan pesawat uap sehingga pesawat uap dapat dioperasikan dengan aman dan effisien. Pedoman ini harus diketahui oleh semua pihak yang terkait, terutama Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota yang menangani langsung pelaksanaan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan menurut Undang-undang No.22 Tahun 1999.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
30
1.2. ISTILAH Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan : (a). Pesawat Uap ialah Pesawat Uap sebagaimana dimaksud Undang-undang Uap 1930. (b). Pegawai pengawas ialah Pegawai Pengawas sebagaimana dimaksud Undang-undang No.1 Tahun 1970 dan Undang-undang Uap 1930. (c). Ahli K3 ialah Ahli K3 sebagaimana dimaksud Undang-undang No.1 Tahun 1970 dan Undang-undang Uap 1930. (d). Dinas ialah Dinas Kabupaten atau Kota yang seluruh atau sebagian tugas dan fungsinya melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja. (e). Pemerintah ialah Pemerintah Pusat Cq. Dit. PNKK-Dirjen Binawas, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
II.
RUANG LINGKUP (a). Pokok-pokok kegiatan dan prosedur pemeriksaan dan pengujian atas pesawat uap termasuk pemipaan dan sarana penunjang serta alat-alat perlengkapannya pada tahaptahap pembuatan. (b). Dalam pedoman ini ketel cairan panas dan ketel vapor ditetapkan sebagai katel uap, dan terhadapnya berlaku ketentuan yang berlaku untuk ketel uap.
III.
POKOK-POKOK KEGIATAN DALAM PELAKSANAKAN PEMERIKSAAN, PENGUJIAN DAN PENERBITAN IJIN PEMAKAIAN III.1. POKOK-POKOK KEGIATAN DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
III.1.1.PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PADA TAHAP PEMBUATAN (FABRIKASI) (a).
Verifikasi dokumen teknik yang disyaratkan untuk pembuatan.
(b).
Pemeriksaan bahan baku/material yang akan digunakan untuk pembuatan unit atau komponen (pemeriksaan awal).
(c).
Pemeriksaan pada saat dan atau pada akhir pekerjaan pembuatan unit atau komponen.
(d).
Pengujian Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
31
(e).
Pembuatan data teknik pembuatan dan laporan pengawasan pembuatan unit atau komponen
III.1.2. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PADA TAHAP PERAKITAN DAN ATAU PEMASANGAN (a).
Verifikasi dokumen teknik yang disyaratkan untuk pemasangan dana atau perakitan.
(b).
Pemeriksaan unit atau komponen atau bahan baku material yang akan dirakit atau dipasang.
(c).
Pemeriksaan teknis secara menyeluruh pada saat dan pada akhirpelaksanaan perakitan / pemasangan pesawat uap, pemipaan, sarana penunjang dan alat, perlengkapan/ pengaman.
(d)
Pengujian-pengujian
(e)
Pencatatan pada buku Akte Ijin Pemakaian
III.1.3. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PADA TAHAP PEMAKAIAN (BERKALA ATAU ADA KHUSUS) (a). Pengecekan dokumen teknik yang terkait dengan syarat pemakaian (pengoperasian). (b).
Pemeriksaan kondisi fisik pesawat uap, alat perlengkapan / alat serta sarana penunjang operasinya.
(c).
Pengujian-pengujian
(d).
Pembuatan laporan, pemeriksaan khusus.
(e).
Pencatatan pada buku Akte Ijin Pemakaian.
pemeriksaan
dan
atau
pengujian
berkala
atau
III.1.4. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERKAITAN DENGAN REPARASI ATAU MODIFIKASI. (a).
Pemeriksaan kondisi fisik bagian pesawat uap termasuk material yang akan digunakan.
(b).
Verifikasi dokumen teknik yang dipersyaratkan untuk pelaksanaan reparasi atau modifikasi.
(c).
Pemeriksaan pada saat dan pada akhir pelaksanaan reparasi atau modifikasi
(d).
Pengujian seperlunya
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
32
e).
Pembuatan laporan pemeriksaan dan pengujian atas reparasi atau modifikasi.
(f).
Pencatatan pada buku Akte
III.1.5.PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERKAITAN DENGAN PEMASANGAN KEMBALI KARENA PEMINDAHAN PESAWAT UAP. (a).
Verifikasi dokumen teknik yang dipersyaratkan untuk pemasangan kemball karena pemindahan ketel uap.
(b).
Pemeriksaan secara menyeluruh pada saat dan pada akhir perakitan/pemasangan kondisi fisik pesawat uap, pemipaan, sarana penunjang dan alat perlengkapan / pengaman.
(c).
Pengujian-pengujian
(d).
Pembuatan laporan pemeriksaan dan pengujian atas pemasangan kembali pesawat uap yang dipindahkan.
(e).
Pencatatan dalam buku Akte Ijin Pemakaian
III.2. POKOK-POKOK KEGIATAN DALAM PELAKSANAAN PENERBITAN IJIN PEMAKAIAN 111.2.1. PENERBITAN IJIN PEMAKAIAN (BARU) (a).
Pencatatan laporan pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam 111.1.2 (e) (b). Pembuatan Ijin Pemakaian (c). Pendistribusian dan Pendokumentasian Ijin Pemakaian
111.2.2. PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN MUTASI IJIN PEMAKAIAN (KARENA PENJUALAN ATAU PEMINDAHAN PESAWAT UAP JENIS BERPINDAH) (a). Pencatatan laporan pemeriksaan dan pengujian kembali sebagaimana dimaksud pada VI.I.5 (d) (b). Pembuatan Surat Keputusan Mutasi (c).
Pendistribusian dan Pendokumentasian SK.Mutasi
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
33
IV.
PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN IV.1. PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PADA TAHAP PEMBUATAN (a). Perusahaan pembuat harus memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas setempat. Surat Pemberitahuan harus dilampiri dengan dokumen teknik yang disyaratkan untuk pembuatan, yang sekurang-kuranngnya terdiri dari : 1).
Berkas pengesahan gambar rencana pembuatan pesawat uap
2).
Copy SKP perusahaan dan sertifikat juru las .
3).
Dokumen teknik yang terkaitnya dengan material dan proses pembuatan.
Catatan : Pengesahan gambar rencana pembuatan pesawat uap diterbitkan oleh Pemerintah. (b). Kepala Dinas setempat menyampaikan surat pemberitahuan tersebut pada (a) beserta lampirannya kepada Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan sesuai hierarki dilanjutkan menerbitkan Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan pengawasan pembuatan pesawat uap. (c).
Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau Ahli K3 yang berwenang melkakukan verifikasi atau pemeriksaan terhadap dokumen teknis, obyek teknis, dan proses pekerjaan serta pengujian sebagaimana dimaksud pada III.I.I. (a) sampai dengan (d).
(d). Perusahaan pembuat harus membuat Data Teknik Pembuatan yang memuat data umum, data teknis dan data pemeriksaan dan pengujian yang ditakukan pada tahap pembuatan. (e). Pegawai Pengawas atau Ahli K3 wajib membuat Laporan pengawasan pembuatan. (f).
Laporan dimaksud pada (e) dan Data Teknik Pembuatan dimaksud pada (d) disampaikan kepada Kepala Dinas setempat dan kepada Pemerintah.
IV.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PADA PERAKITAN ATAU PEMASANGAN (a). Perusahaan perakit/pemasang harus memberitahu secara tertulis tentang kegiatannya kepada Kepala Dinas setempat. Surat pemberitahuan harus dilampiri dengan dokumen teknik yang disyaratkan untuk perakitan atau pemasangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari 1).
Berkas pengelasan perakitai dan atau data teknik dan dokumen teknik yang terkait dengan fondasi, pemipaan, dan Lain-lain.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
34
2).
Copy SKP perusahaan dan sertifikat juru las.
3).
Surat Permohonan Pemakaian Pesawat Uap dari Calon Pemakai (Bentuk 6).
(b). Kepala Dinas setempat menyampaikan surat pemberitahuan tersebut pada (a) beserta lampirannya kepada Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan sesuai hierarki dilanjutkan menerbitkan Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan pengawasan perakit atau pemasangan pesawat uap. (c). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau Ahli KS yang berwenang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada 111.1.2 (a). sampai dengan (d). (d). Pegawai Pengawas atau Ahli K3 yang telah melaksanakan pemeriksaan dan pengujian wajib membuat laporan pemeriksaan dan pengujian pesawat uap (pemeriksaan pertama). Bagi Pengawas, laporan tersebut haus menggunakan formulir bentuk 9 atau 9.a. (e).
Laporan tersebut harus disampaikan kepada Kepala Dinas setempat.
IV.3. PROSEDUR PADA TAHAPAN PEMAKAIAN (PEMERKSAAN BERKALA ATAU KHUSUS) (a). Kepala Dinas setempat menerbitkan Surat Pemberitahuan Rencana Pemeriksaan yang ditujukan kepada pemakai pesawat uap dan Surat Perintah Tegas bagi Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan untuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian berkala atau khusus. (b). Sebelum pemeriksaan dilakukan, pemakai wajib mengusahakan agar pesawat uap dan alat-alat perlengkapan/pengaman dalam keadaan siap untuk diperiksa secara sempurna dan menyiapkan buku ijin pemakaian pesawat uap yang bersangkutan dan sertifikat operator. (c). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau Ahli K3 berwenang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud III.1.3. (a). sampai dengan (c). (d). Pegawai Pengawas atau Ahli K3 yang telah melaksanakan pemeriksaan dan pengujian wajib membuat laporan pemeriksaan dan pengujian pesawat uap (pemeriksaan berkala atau khusus). Bagi Pegawai Pengawas, laporan tersebut harus menggunakan formulir bentuk 10. (e)
Khusus bagi Pegawai Pengawas, wajib melakukan pencatatan pada Akte Ijin Pemakai dari pesawat uap yang bersangkutan perihal hasil pemeriksaan pengujian diperiksa secara sempurna dan menyiapkan buku ijin berkala atau khusus serta persyaratan K3 yang dinilai perlu dilaksanakan guna menjamin keselamatan pemakaian pesawat uap.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
35
IV.4. PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERKAITAN DENGAN REPARASI DAN MODIFIKASI
(a). Sebelum dilakukan reparasi atau modifikasi pemakai wajib menyiapkan pesawat uap dalam kondisi siap untuk diadakan pemeriksaan pendahuluan oleh Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan. (b). Perusahaan pelaksana reparasi atau modifikasi wajib menyiapkan dokumen teknis yang disyaratkan untuk pelaksanaan reparasi atau modifikasi dan menyampaikan kepada Kepala Dinas setempat. Dokumen teknis yang disyaratkan sekurang-kurangnya terdiri : 1).
Berkas Pengesahan gambar rencana reparasi atau modifikasi
2).
Copy Akte Ijin Pemakaian dari pesawat uap yang bersangkutan
3).
Copy S.K.P Perusahaan dan Sertifikat Juru Las
Catatan : Pengesahan gambar rencana atau modifikasi suatu pesawat uap diterbitkan oleh Pejabat yang menerbitkan Ijin Pemakaian dari pesawat uap yang bersangkutan. (c)
Kepala Dinas setempat menyampaikan surat pemberitahuan tersebut pada (a) beserta lampirannya kepada Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan sesuai hierarki dilanjutkan menerbitkan Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan pengawasan reparasi atau modifikasi atau modifikasi pesawat uap.
(d). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau ahli K3 berwenang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud III.1.4. (a) sampai dengan (d). (e). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau Ahli K3 yang telah melakukan pemeriksaan dan pengujian wajib membuat laporan pemeriksaan dan pengujian pelaksanaan reparasi atau modifikasi. (f). Khusus bagi Pegawai Pengawas, wajib melakukan pencatatan pada Akte Ijin Pemakaian dari pesawat uap yang bersangkutan perihal hash pemeriksaan/pengujian serta persyaratan K3 yang dinilai perlu dilaksanakan guna menjamin keselamatan pemakaian pesawat uap.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
36
IV.5. PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERKAITAN DENGAN PERAKITAN PEMASANGAN KARENA PEMINDAH PESAWAT UAP
(a). Perusahaan atau pemasang harus memberitahu secara tertulis kepada Kepala Dinas setempat. Surat pemberitahuan harus dilampiri dengan dokumen teknis yang disyaratkan untuk perakitan/pemasangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari : 1).
Copy Akte Ijin Pemakaian dari pesawat uap yang bersangkutan
2).
Copy S.K.P Perusahaan dan Seriifikat juru las.
3).
Sertifikat material (bila ada bagian yang diganti baru)
(b). Calon Pemakai wajib menyampaikan surat permohonan pemakaian (bentuk 6) dan Akte Ijin Asli kepada Dinas setempat. (c). Kepala Dinas setempat menyampaikan surat pemberitahuan tersebut pada (a) beserta lampirannya kepada Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan sesuai hierarki dilanjutkan menerbitkan Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan pengawasan perakitan atau pemasangan pesawat uap. (d). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau Ahli K3 berwenang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada 111.1.5. (a) sampai dengan (c). (e). Pegawai Pengawas dari Dinas setempat atau ahli K3 yang telah melakukan pemeriksaan dan pengujian wajib membuat laporan pemeriksaan dan pengujian. Apabila pesawat uap yang diperiksa / diuji berasal dari kabupaten (atau kota lain, bagi Pegawai Pengawas pembuatan laporan tersebut harus menggunakan formulir bentuk 9 atau 9.a. Laporan tersebut disampaikan kepada Kepala Dinas setempat dan Pemerintah. (f)
Khusus bagi Pegawai Pengawas, wajib melakukan pencatatan pada Akte Ijin Pemakaian dari pesawat uap yang bersangkutan perihal hash pemeriksaan pengujian serta persyaratan K3 yang dinilai perlu guna menjamin keselamatan pemakaian pesawat uap.
IV. 6. KETENTUAN KHUSUS PADA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (a). Pemeriksaan dan atau pengujian yang pelaksanaannya oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan. 1).
Apabila Kegiatan pemeriksaan dan atau pengujian pada III.1. sampai dengan III.1.5 dilaksanakan oleh Ahli K3 dari PJK3 maka Kepala Dinas setempat harus menyerahkan 1 (satu) set dokumen teknik yang dipersyaratkan bagi kegiatan dimaksud kepada Ahli K3 yang bersangkutan .
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
37
2).
Kepala Dinas setempat menerbitkan Surat Persetujuan Pemeriksaan dan Pengujian oleh Ahli K3, berdasarkan surat permohonan dari PJK3.
3).
Laporan pemerksaan dan pengujian yang dibuat oleh Ahli K3 harus dievaluasi oleh Pegawai Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan dan ditanda tangani oleh Pegawai Pengawas dimaksud.
(b). Penyiapan Tenaga Kerja dan Peralatan Pada saat pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan sesuai dengan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud pada IV.1. sampai dengan IV.5. maka perusahaan pembuat atau pemasang atau perakit, atau pemakai, atau pelaksanaan reparasi atau modifikasi, diwajib menyiapkan dan menyerahkan tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengajian kepada Pegawai Pengawas atau Ahli K3 yang melaksanakan.
V.
PROSEDUR PENERBITAN PEMAKAIAN PESAWAT UAP V.1. IJIN PEMAKAIAN (BARU) a) Setiap laporan pemeriksaan dan pengujian pesawat uap (bentuk 9 atau 9.a) sebagai dimaksud IV.1.(d) harus dicatat dalam buku bentuk 9 dan diberi nomer sesuai ketentuan. b) Pembuatan buku Akte Ijin Pemakaian pesawat uap dengan menggunakan bentuk 1 dan lampirannya. Data yang dimuat dalam Ijin Pemakaian diambil dari bentuk 9 atau 9.a. dan lampirannya: Akte Ijin Pemakai-ditandatangani oleh Kepala Dinas setelah diparaf oleh Pegawai Pengawas dan atasan langsung Pegawai Pengawas.
c) Setiap buku Akte Ijin Pemakaian harus dicatat dalam Buku Akte Ijin Pemakaian dan diberi nomor sesuai ketentuan. d) Akte Ijin Pemakaian asli disampaikan kepada Pemakai Pesawat Uap, tindasan pertama disimpan di Dinas setempat dan tindasan kedua disampaikan ke Pemerintah.
V.2. PEMBUATAN SURAT KEPUTUSAN MUTASI (a). Setiap laporan pemeriksaan dan pengujian (bentuk 9 atau 9.a.) sehubungan dengan pemasangan kembali sebagaimana dimaksud IV.5 (e) harus dicatat dalam buku bentuk 9 dan diberi nomer baru sesuai ketentuan. (b). Pencatatan atas Akte Ijin Pemakaian pesawat uap pada buku Akte Ijin Pemakaian baik dengan atau tanpa perubanan nomor Akte Ijin.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
38
(c). Pembuatan SK. Mutasi berkaitan dengari pergantian pemakai dan atau perubahan tempat pemasangan. (d). S.K. Mutasi asli dengan dilampiri buku Akte Ijin yang telah dicatat dalam buku , disampaikan kepada Pemakai yang baru, tindasan pertama disimpan di Dinas setempat dan tindasan kedua disampaikan kepada Pemerintah.
VI.
PERSYARATAN KESELAMATAN KERJA DAN KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SERTA PENERBITAN PEMAKAIAN PESAWAT UAP 1.
2.
Persyaratan Keselamatan Kerja yang harus dipatuhi bagi suatu pesawat uap dan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta penerbitan Ijin Pemakaian Pesawat Uap sebagaimana dimaksud dalam III dan IV harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970. Undangundang Uap 1930. Peraturan Menteri No. Per. 02/Menn/1982 dan peraturan pelaksanaannya serta standar teknis pendukungnya. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud pada 1, meliputi : (a). Ketentuan tentang kualitas konstruksi pesawat uap, pemimpin dan sarana penunjangnya. (b). Ketentuan tentang
kualitas
dan kuantitas alat perlengkapan / alat pengaman.
(c). Ketentuan tentang kualifikasi perusahaan pembuat, perakit / pemasang, raparator, perawatan dan operator pesawat uap. (d). Ketentuan teknis pemeriksaan dan pengujian (e). Ketentuan teknis pesawat uap yang tidak perlu ijin pemakaian (f).
Ketentuan teknis yang berkaitan dokumen teknis pesawat uap, pemipaan, sarana penunjang dan dokumen teknik pemeriksaan dan perijinan.
VII. PENUTUP Pedoman ini merupakan pedoman yang bersifat dasar dan umum. Untuk mencapai hasil kegiatan yang optimal maka tenaga pelaksana dilapangan harus profesional dan menguasai semua peraturan perundangan maupun standar teknik yang terkait dengan pesawat uap dan berpengalaman dalam praktek pemeriksaan dan atau pengujian pesawat uap.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran dari Pedoman ini adalah formulir yang dipakai pada kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta penerbitan Ijin Pemakaian Pesawat Uap, dengan penjelasan sebagai berikut 1.
Lampiran I
:
Ijin Pemakaian Pesawat Uap disebut Bentuk I
2.
Lampiran II
:
Surat Permohonan Pemakaian Pesawat Uap disebut Bentuk 6
3.
Lampiran III
:
Laporan Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap (pemeriksaan pertama) disebut Bentuk 9/9a
:
Laporan Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap (pemeriksaan berkala) disebut Bentuk 10 5. Lampiran V : Laporan Pengawasan Pembuatan
4. Lampiran IV
CATATAN (a). Bentuk 9/9a dan Bentuk 10 hanya dipakai oleh Pegawai Pengawas (b). Untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3 harus menggunakan Formulir khusus yang disebut laporan teknik pemeriksaan dan pengujian pesawat uap oleh Ahli K3. (c)
Formulir Data Teknik Pembuatan dimaksud IV.1.(d) dan juga Formulir khusus tersebut pada (b) catatan ini, masih dalam penyempurnaan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
40
E.2. PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PENGUJIAN SERTA PENERBITAN PENGESAHAN PEMAKAIAN BEJANA TEKAN I.
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Bejana Tekan adalah suatu perlatan yang sangat berguna bagi berbagai proses industri barang maupun jasa. Namun demikian selalu menguntungkan, bejana tekan merupakan peralatan teknik yang mengandung resiko bahaya tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau peledakan agar tidak terjadi kecelakaan atau peledakan maka sebelum dan dalam periode pemakaian setiap bejana tekan dan alat pengaman/perlengkapannya harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian serta dilayani dan dirawat dengan baik dan teratur. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka perlu dikeluarkan suatu pedoman agar terwujud keseragaman dalam penanganan bejana tekan sehingga bejana tekan dapat dioperasikan dengan aman dan efisien. Pedoman ini harus diketahui oleh semua pihak yang terkait, terutama Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota yang menangani langsung pelaksanaan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan menurut Undangundang No. 22 Tahun 1999. 1.2. ISTILAH Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan : (a).
IV.6.
Bejana Tekan ialah Bejana Tekan sebagaimana dimaksud Peraturan iv1entri Tenaga Kerja No. 01 /Men/1982. persyaratan K3 yang dinilai perlu guna menjamin keselamatan pemakaian bejana tekan.
KETENTUAN KHUSUS PADA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (a).
Pemeriksaan dan atau pengujian yang pelaksanaannya oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan. 1).
Apabila kegiatan pemeriksaan dan atau pengujian pada 111.1 sampai 111.1.5. dilaksanakan oleh Ahli K3 dari PJK3, maka Kepala Dinas setempat harus menyerahkan 1 (satu) set dokumen teknik yang dipersyaratkan bagi kegiatan dimaksud kepada Ahli K3 yang bersangkutan.
2).
Kepala Dinas setempat menerbitkan Surat Persetujuan Pemeriksaan dan Pengujian oleh Ahli K3, berdasarkan surat permohonan dari PJK3.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
41
3).
(b).
Laporan pemeriksaan dan pengujian yang dibuat oleh Ahli K3 harus dievaluasi oleh Pegawai Pengawas Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan dan ditandatangani oleh Pegawai Pengawas dimaksud.
Penyiapan Tenaga Kerja dan Peralatan Pada saat pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan sesuai dengan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud pada lV.1. sampai dengan IV.5., maka perusahaan pembuat atau pemasang atau perakit, atau pemakai, atau pelaksanaan reparasi atau modifikasi, diwajib menyiapkan dan menyerahkan tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengajian kepada Pegawai Pengawas atau Ahli K3 yang melaksanakan.
V.
PROSEDUR PENERBITAN PENGESAHAN PEMAKAIAN BEJANA TEKAN V.1. PENGESAHAN PEMAKAIAN (BARU) (a)
Setiap laporan pemeriksaan dan pengujian bejana tekan harus dicatat dalam buku dan diberi nomer sesuai ketentuan.
(b). Pembuatan buku Ijin Pemakaian bejana tekan menggunakan bentuk 45 dan lampirannya. Data yang dimuat dalam pengesahan berdasarkan laporan bentuk 45A dan 45B. Pengesahan Pemakaian ditanda tangani oleh Kepala Dinas setelah diparaf oleh Pegawai Pengawas dan atasan langsung Pegawai Pengawas. (c).
Setiap buku Pengesahan Pemakaian harus dicatat dalam Pengesahan Pemakaian dan diberi nomor sesuai ketentuan.
Buku
(d). Pengesahan Pemakaian asli disampaikan kepada Pemakai Bejana Tekan, tindasan pertama disimpan di Dinas setempat dan tindasan kedua disampaikan ke Pemerintah. V.2. PEMBUATAN SURAT KEPUTUSAN MUTASI (a). Setiap laporan pemeriksaan dan pengujian dengan pemasangan kembali sebagaimana dimaksud IV.5.(e) harus dicatat dalam buku dan diberi nomer baru sesuai ketentuan. (b). Pencatatan dan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan pada buku Pengesahan Pemakaian baik dengan atau tanpa perubahan nomer Pengesahan. (c).
Pembuatan SK Mutasi berkaitan dengan pergantian pemakai dan atau perubahan tempat pemasangan.
(d)
SK Mutasi asli dengan dilampiri buku Pengesahan, yang telah dicatat dalam buku , disampaikan kepada Pemakai yang baru, tindasan pertama disimpan di Dinas setempat dan tindasan kedua disampaikan kepada Pemerintah.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
42
VI.
PERSYARATAN KESELAMATAN KERJA DAN KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PEEMRIKSAAN DAN PENGUJIAN SERTA PENERTIBAN PENGESAHAN PEMAKAIAN BEJANA TEKAN 1.
Persyaratan Keselamatan Kerja yang harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta penertiban Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan sebagaimana dimaksud dalam III dan IV harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970, Peraturan Mentri No. Per.01/Menn/1982 dan Peraturan-peraturan pelaksanaannya serta standar teknis pendukungnya.
2.
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud pada 1, meliputi (a). Ketentuan tentang kualitas konstruksi bejana tekan, pemipaan dan sarana penunjangnya. (b). Ketentuan tentang kualitas dan kuantitas alat perlengkapan/alat pengaman. (c).
Ketentuan tentang kualifikasi perusahaan pembuat, perakit, pemasang, reparater, perawatan dan operator bejana tekan.
(d)
Ketentuan teknis pemeriksaan dan pengujian.
(e)
Ketentuan teknis pesawat uap yang tidak perlu pengesahan pemakaian.
(f)
Ketentuan teknis yang berkaitan dokumen teknis bejana tekan, pemipaan, sarana penunjang dan dokumen teknik pemeriksaan dan pengesahan pemakaian.
VII. PENUTUP Pedoman ini merupakan pedoman yang bersifat dasar dan umum. Untuck mencapai hasil kegiatan yang optimal maka tenaga pelaksana di lapangan harus profesional dan menguasai semua peraturan perundangan maupun standar teknik yang terkait dengan bejana tekan dan berpengalaman dalam praktek pemeriksaan dan atau pengujian bejana tekan. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran dari Pedoman ini adalah formulir yang dipakai pada kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta penerbitan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
43
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
44
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
45
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
46
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
47
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
48
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
49
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
50
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
51
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
52
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
53
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
54
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
55
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
56
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
57
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
58
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
59
RANGKUMAN. 1.
Jenis pemeriksaan dan pengujian berdasarkan peraturan perundang-undangan. a.
Pemeriksaan dan pengujian dalam proses pembuatan.
b.
Pemeriksaan dan pengujian pertama.
c.
Pemeriksaan dan pengujian berkala.
d.
Pemeriksaan khusus.
*
Tahapan pemeriksaan dan pengujian. a.
Pemeriksaan data.
b.
Pemeriksaan visual Dengan menggunakan checklist
c.
-
Terhadap seluruh komponen.
-
Dimention check / ketebalan
Pemeriksaan tidak merusak. -
d *
Terhadap sambungan las.
Hydrostatis test dan steam test..
Test formatif. Pertanyaan
*
1.
Apa yang anda ketahui tentang pengertian pemeriksaan dan pengujian ?
2.
Siapa yang berwenang melaksanakan pemeriksaan dan pengujian pesawat dan bejana tekan ?
3.
Apa yang anda ketahui tentang pemeriksaan tidak merusak?
Petunjuk khusus. 1.
Anda harus mengerti betul pengertian pemeriksaan dan pengujian.
2.
Setelah mempelajari sub pokok bahasan ini anda diwajibkan melatih diri untuk mengisi contoh-contoh formulir
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
60
BAB III EVALUASI PEMBELAJARAN. A
Soal-soal 1.
Sejak Kapan pesawat uap diawasi berdasarkan peraturan perundangundangan yang ada
2.
Mengapa pesawat uap dan bejana tekan perlu diawasi ?
3.
Mengapa dalam pembuatan ketel uap dan bejana tekan harus mendapat pengesahan terlebih dahulu ?
4.
Sebutkan secara menyeluruh obyek pengawasan pesawat uap dan bejana tekan !
5.
Sebutkan tugas dan wewenang operator pesawat uap berdasarkan kwalifikasinya !
6.
Sebutkan dasar hukum pengawasan K3 Pesawat uap dan bejana tekan!
7.
Sebutkan dan fungsi alat safety devices untuk ketel uap tekan rendah !
8.
Apa fungsi menoter yang terpasang pada pesawat uap dan bejana tekan dan sebutkan syarat-syaratnya !
9.
Sebutkan jenis pemeriksaan dan pengujian pesawat uap dan bejana
10. Jelaskan tahapan pemeriksaan dan pengujian pesawat uap ! 11. Jelaskan tahapan pemeriksaan dan pengujian bejana tekan ! 12. Berapa tahunkah masa berlakunya pemeriksaan dan pengujian sejak dilakukan pertama kali? a.
Ketel uap.
b.
Bejana transport.
c.
Botol baja isi LPG
13. Apakah setiap operator pesawat uap harus memiliki sertifikat ? Jelaskan jawaban anda. 14. Apakah setiap ketel uap harus memiliki ijin pemakaian / pengoperasian 15. Jelaskan mekanisme perijinan ketel uap yang dioperasikan disalah satu kabupaten / kota
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
61
BAB IV PENUTUP
Dengan telah selesainya anda membaca, mempelajari, memahami dan melatih penyelesaian soal-soal yang terdapat pada modul ini tentunya anda akan sukses dalam belajar secara mandiri. Selain anda mempelajari materi dalam modul ini hendaknya juga mencari referensi-referensi baik berupa bacaan ataupun melihat secara langsung peralatan di lapangan / bengkel-bengkel / perusahaan. Keberhasilan belajar mandiri sangat ditentukan oleh kedisiplin.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
62
Daftar Pustaka
1.
Himpunan Peraturan perundangan-undangan K3
2.
Standar internasional (ANSI/ASME,JIS,BS,AS).
3.
Pedoman Keselamatan Kerja Pesawat Uap.
4.
Pedoman Keselamatan Kerja Bejana Tekan.
Modul Pengawasan K3 Pesawat Uap
| Calon Ahli K3
63