TUGAS MK : Kep. Sistem Perkemihan DOSEN
: Ismawati, S.Kep., Ns., M.sc
ASKEP
NEFROLITIASIS
Oleh Kelompok II : AMYADIN (201601P224) NI MADE YENI SUSIANA (201601P244) I MADE MUSLIANA (201601P234) I WAYAN SUJANA (201601P237) HERLINA (201601P233) CITRA DEWI (201601P228) SITTI MASITA (201601P254) NOVIANA (201601P248)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN 2017
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk yang komplek yang terdiri dari aspek bio, psikososial dan spriritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dalam rangka kelangsungan kehidupannya. Pemenuhan klebutuhan dasar ini akan berjalan dengan normal, jika sistem tubuh mampu meregulasi mekanisme keseimbangan yang sudah diatur sedemikian kompleks sehingga seseorang terhindar dari gangguan. Akan tetapi mekanisme tersebut kadang mengalami kegagalan dan akhirnya akan memberikan dampak bagi tubuh seseorang. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain : Herediter (keturunan), Umur, Jenis Kelamin. Manifestasi klinisnya, jika batu menyebabkan obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine. penatalaksanaan bagi penderita urolitiasis dan nefrolitiasis ini dengan pengurangan nyeri, pengangkatan batu, terapi nutrisi dan medikasi.
B.
TUJUAN PENULISAN 1.
Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan Nefrolitiasis.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mampu memahami pengertian Nefrolitiasis.
b.
Untuk mampu memahami penyebab dan tanda gejala nefrolitiasis.
c.
Untuk mampu memahami pengkajian pada penderita nefrolitiasis.
d.
Untuk mampu memahami diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita nefrolitiasis.
e.
Untuk mampu menyusun intervensi pada nefrolitiasis.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi) (Mansjoer Arief, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000) B. Anatomi & Fisiologi Sistem perkemihan terdiri atas : 1. Ginjal 2. Ureter 3. Kandung kemih 4. uretra Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan kandung kemih. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal. Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal. Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai
sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis. Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal. Fungsi Ginjal : 1. Sebagai tempat mengatur air. 2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah. 3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah. 4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam. Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Tabel 1.1 Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari N
BAHAN
DISARING
1
AIR
150 LITER
11/2 LITER
2
GARAM
1.700 GRAM
15 GRAM
3
GLUKOSA
170 GRAM
0 GRAM
O.
DIKELUARKA N
. . .
Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka utama,1995. Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine ( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi. Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada trigonum. Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam punggul besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus. Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5 cm. Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik. C. Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain : a. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan). b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun. c) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. b. Faktor Ekstrinsik : a)
Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b)
Iklim dan temperatur
c)
Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d)
Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
e)
Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
D. Patofisiologi Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah: 1.
Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.
Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.
Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
E. Manifestasi klinik Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain : 1.
Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2.
Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
3.
Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di area koskovertebral.
4.
Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5.
Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
6.
Hematuria.
7.
Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.
F. Pathway
Faktor
Faktor Ekstrinsik Terbentuk batu pd sal. kemih pd Obstruksi
Atas Hidro ureter intrinsik Urine statis Mikroorganis hipertermi me
sal. kemih Merangsang pengeluaran mediator kimia (histamin) Transduksi, Nyeri akut transmisi,
Peningkatan Bawah tekanan Distensi hidrostatik kandung kemih
Stres psikologi Retensi Ansietas urin Takut
Terjadi reaksi peradangan
Perubahan status kesehatan Koping individu tdk efektif
G. Komplikasi Menurut guyton, 1993 adalah : 1. Gagal ginjal Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal 2. Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal. 3. Hidronefrosis Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin 4. Avaskuler ischemia Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.
H. Pemeriksaan penunjang a.
Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. b.
Darah lengkap : hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.
Hormon Paratyroid Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.
Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e.
IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.
Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi. g.
USG Ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
I. Penatalaksanaan a. Pencegahan Biasakan Minum jus buah-buahan untuk membantu mengurangi keasaman
urin Olah raga teratur. jangan menahan kencing terlalu lama Pola hidup sehat makanan yang mengandung kalsium tinggi sesuai
kebutuhan tubuh dan purin tinggi (jeroan, bayam, melinjo, daun singkong) Minum air putih yang cukup (sekitar 1,5 liter per hari )
b. Pengobatan Konservatif diberikan spasmolitik untuk relaksasi otot ureter, banyak minum dan olah raga, diuretika, analgesik, dan sedatif. Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi. Operasi dilakukan untuk mengeluarkan batu ginjal, ureter atau buli-buli yang tidak mungkin diharapkan dapat keluar spontan. Operasi dilakukan bila fungsi ginjal masih baik. Bila fungsi ginjal buruk dilakukan nefrektomi. Batu bulibuli besar dapat dipecahkan dengan litotripsi. Bila batu lebih besar dari 4 cm, biasanya dilakukan vesikolitotomi ( seksio alta ).
c. Rehabilitasi Minum air putih yang banyak (sekitar 2,5 liter sehari) Minum jus buah-buahan untuk membantu mengurangi keasaman urin Banyak berjalan dan jangan menahan kencing terlalu lama Kurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi (susu, keju, sarden, teri, kepiting,udang, ikan asin) dan purin tinggi (jeroan, bayam, melinjo, daun singkong)
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis. 2. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS. 4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. 6. Riwayat psikososial Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.
B. Pola-pola Fungsi Kesehatan 1.
Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
3.
Pola aktivitas dan latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4.
Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5.
Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6.
Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7.
Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
8.
Pola reproduksi sexual Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9.
Pola hubungan peran Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul. 11. Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh. (Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)
C. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. 2) Retensi urin berhubungan dengan: hambatan reflek 3) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan 4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
D. Intervensi Keperawatan. 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. NOC : Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2. Retensi urin berhubungan dengan:Tekanan uretra tinggi,blockage, hambatan reflek, spingter kuat NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. retensi urin pasien teratasi dengan kriteria hasil: Kandung kemih kosong secarapenuh Tidak ada residu urine >100-200 cc Intake cairan dalam rentang normal Bebas dari ISK Tidak ada spasme bladder Balance cairan seimbang NIC : -
Monitor intake dan output
-
Monitor penggunaan obat antikolinergik
-
Monitor derajat distensi bladder
-
Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
-
Sediakan privacy untuk eliminasi
-
Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen.
-
Kateterisaai jika perlu
-
Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan NOC: Thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan : Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil: Suhu 36 – 37C Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman NIC :
Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik: Kelola Antibiotik:……………………….. Selimuti pasien Berikan cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
NOC : Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan NIC :
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti cemas:........
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
B. Saran Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan. Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti : 1)
Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi.
2)
Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu
DAFTAR PUSTAKA
Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta.
Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.