LANGKAH 1
MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN TIM KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan Pasien Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit Keselamatan Pasien : Pasal 43 : 1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien 2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, mnganalisa & menetapkan pemecahan masalah dlm rangka menurunkan angka KTD 3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri 4. Pelaporan IKP pd ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk mengkoreksi sistem dlm rangka meningkatkan keselamatan pasien 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2 Peraturan Menteri
Menerapkan Standar Keselamatan Pasien : 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien & kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi & program peningkatan KP 5.Peran kepemimpinan dalam meningkatkan KP 6.Mendidik staf tentang keselamatan pasien 7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai KP
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN • Sasaran I • Sasaran II • • • •
: Ketepatan identifikasi pasien : Peningkatan komunikasi yang
efektif Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert) Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepatprosedur, tepat-pasien operasi Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP, Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan KKP RS
1.
BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.
RS: Kebijakan : tindakan staf segera setetelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien - keluarga Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP.
• • • •
Tim: Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan / solusi yg tepat.
• •
BUDAYA ORGANISASI Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan,nilainilai,perilaku,norma-norma yang disepakati/diterima dan melingkupi semua proses sehingga membentuk bagaimana seseorang berperilaku dan bekerja bersama. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang sangat besar dan sesuatu yang tetap ada walaupun terjadi perubahan tim dan perpindahan personil
Budaya Sebagai Pembentuk Sikap dan Perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan. O'Reilly, C. A. "Culture as Social Control: Corporations, Cults, and Commitment," Research in Organizational Behavior, Greenwich, CT: JAI Press, 1996, hakl. 157-200.
• Kami merekrut
orang-orang yang sangat kompeten, lalu kami ciptakan lingkungan dimana mereka boleh berbuat salah dan mampu belajar dan berkembang dari kesalahannya • Steve Jobs - Founder
of Apple Computer
Pengalaman Sistem Pelaporan
British Airways Incident Report 1994 - 1999 Insiden Risk tinggi &medium
Laporan
(Seven steps to patient safety, An overview guide for NHS staff. Second print A 2004)
Improvements in Safety Performance
Numbers of Incidents
Technology
• • • •
Engineering ( teknik ) Equipment Safety Compliance ( pemenuhan )
Time
Improvements in HSE Performance
Numbers of Incidents
Technology
Systems • • • •
Engineering Equipment Safety Compliance • • • •
Time
Integrating HSE Certification Competence Risk Assessment
Improvements in Safety Performance
Numbers of Incidents
Technology
Systems • • • •
• • • • •
Engineering Equipment Safety Compliance • • • •
Time
Integrating HSE Certification Competence Risk Assessment
Behaviours Leadership ability Attitudes HSE as a profit centre
Culture
Basic principle of Patient Safety 1. Limiting Blame Minimalisir hukuman/mempermalukan (No Blame and Shame Game) 2. Awareness Kesadaran akan besarnya potensi timbulnya medical error di RS 3. Transparency and Learning Berbagi informasi secara terbuka dan bebas , dan berlaku adil saat terjadi kesalahan (being open and Fair) 4. Systems Thinking Approach pendekatan berfikir kesisteman 5. ability for Delivering Effective, Safe
Care
What is a safety culture? 1.Kesadaran ( awareness ) yang aktif dan konstan tentang adanya potensi timbulnya kesalahan. Staf dan organisasi mampu mengenali kesalahankesalahan,belajar dari kesalahan tsb,dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya
2.Terbuka dan Adil ( open and fair ), artinya berbagi informasi secara terbuka dan bebas, perlakuan yang adil terhadap staf waktu terjadi insiden.
3. Pendekatan Sistem ( systems approach ) terhadap keselamatan, artinya semua insiden juga dikaitkan dengan sistem ditempat individu tsb. bekerja.
What is a safety culture? Dalam organisasi ini,keselamatan pasien selalu menjadi pemikiran utama dalam benak setiap orang, bukan hanya waktu memberikan layanan kesehatan tetapi juga pada saat menentukan tujuan, mengembangkan proses dan prosedur,membeli peralatan dan produk baru,meredisain klinik,tempat perawatan,dan mengembangkan unit-unit baru. Keselamatan pasien mempengaruhi visi,misi dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Di Rumah Sakit : …banyaknya jenis obat,jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan Seluruh staf RS harus sadar berhati hati
1. Being Open And Fair (Menjadi Terbuka dan Adil)
1. Bagian yang fundamental dari organisasi dengan budaya keselamatan adalah menjamin adanya keterbukaan dan adil 2. Berbagi informasi secara “terbuka dan bebas”, perlakuan yang adil terhadap staf waktu terjadi insiden Konsekuensi menjadi “terbuka dan adil”: 1. Staf harus terbuka tentang insiden yang melibatkan mereka 2. Staf dan RS harus akuntabel terhadap tindakan mereka 3. Staf merasa mampu berbicara kepada kolega dan atasannya tentang insiden yang terjadi 4. RS terbuka dg pasien,masyarakat dan staf 5. Staf diperlakukan adil dan didukung bila terjadi insiden Terbuka dan adil tidak berarti meniadakan akuntabilitas.
Being open and fair
Untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan adil kita harus menyingkirkan dua mitos utama :
• mitos kesempurnaan (the perfection myth): jika seseorang berusaha cukup keras,mereka tidak akan membuat kesalahan.
• mitos hukuman (the punishment myth): jika kita menghukum seseorang yang melakukan kesalahan,kesalahan yang terjadi akan berkurang;tindakan remedial dan disipliner akan membawa perbaikan dengan meningkatnya motivasi.
2. PENDEKATAN SISTEM TERHADAP KESELAMATAN (systems approach)
1. Mendorong terciptanya lingkungan yang
mempertimbangkan semua komponen sebagai faktor yang ikut berkontribusi terhadap insiden yang terjadi. 2. Hal ini menghindari kecenderungan untuk
menyalahkan individu dan lebih melihat kepada sistem dimana individu tersebut bekerja.
The systems approach to safety Semua jenis insiden keselamatan pasien mengandung empat komponen dasar: Causal Factors
Timing ( waktu ) Consequences (konsekuensinya
)
Mitigating Factors ( keberuntungan ) Tiap komponen harus menjadi bahan pertimbangan dalam pendekatan sistem terhadap keselamatan ini
1. Faktor-Faktor Penyebab (Causal Factors) 1.Active Failures (kegagalan Aktif) 2.Contributary Factors (Faktor - faktor
yg berkontribusi) 3.Latent System Conditions (Kondisi sistem yg laten) Faktor-faktor ini memegang peranan penting dalam setiap insiden keselamatan pasien. Menghilangkan faktor ini dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya kembali kejadian yang sama
Kegagalan Aktif (Active failures) 1. 2. 3. 4.
Slips : attention failure Lapses : memory failure Kesalahan : (mistakes) Pelanggaran : (violations )dari prosedur, pedoman atau kebijakan •Disebut “tindakan yang tidak aman”( ‘unsafe acts’). •Dilakukan oleh petugas yang kontak langsung dengan pasien
HUMAN ERROR TYPES SLIPS
ATTENTION FAILURE
LAPSES
MEMORY FAILURE
UNINTENDED (Penyimpangan
) RULE BASED
UNSAFE ACTS (“ ERROR “)
MISTAKES KNOWLEDGE BASED
INTENDED (Disengaja ) ROUTINE
VIOLATIONS (pelanggaran )
OPTIMISING
NECESSARY/ SITUATIONAL
Human Error : Top 10 Traps
1.Time pressure (Tekanan waktu) 2. Distracted environment (Lingkungan terganggu) 3. High workload (tingginya beban kerja) 4. First-time evolution (evolusi pertama kali) 5. First working day after days off (hari pertama sesudah libur)
Human Error Top 10 Traps (cont) 6. One half hour after wake up or meal (satu setengah jam sesudah makan) 7. Vague or incorrect guidance (bimbingan salah atau samar-samar) 8. Overconfidence inducers (terlalu percaya diri) 9. Imprecise communications (komunikasi tak tepat) 10. Work stress (stres kerja)
Faktor Kontribusi (Contributory factors): •
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ikut mendukung terjadinya insiden, diantaranya berhubungan dengan : Pasien (patients) Individu (individuals) Tugas (tasks) Komunikasi ( communication) Faktor tim dan faktor sosial (team and social factors) Pendidikan dan pelatihan (education and training) Peralatan dan sumberdaya (equipment and resources) Kondisi tempat kerja dan faktor lingkungan (working conditions and environmental factors)
Kondisi sistem yang laten (Latent system conditions): Kondisi yang melatarbelakangi penyebab langsung,berhubungan dengan aspek sistem Contoh faktor sistem yang laten ini termasuk keputusan dalam hal : 1. Planning 2. Deg 3. Policy-making 4. Communicating.
Organisational & Corporate Culture
Contributary Factors Influencing / mempengaeuhi
Clinical Practice
Management Decisions/ Organisational Processes
Error
Violation Producing Conditions
Violation
1.
PATIENT
2.
TASK AND TECHNOLOGY
Policy-making,
3.
INDIVIDUAL
Communicating
4.
TEAM
5.
WORK ENVIRONMENT
Planning, Deg ,
Task/tugas
Error Producing Conditions
Latent Failures
Defence Barriers
(pelanggaran )
Active Failures ( “sharp end “ ) •Emergency •Diagnose •Pemeriksaan •Pengobatan •Perawatan
-Procedure -Professionalism -Team -Individual -Environment -Equipment
Adapted from Reason (revised)
2. Faktor waktu (Timing): ini adalah saat faktor penyebab bersamaan dengan terjadinya kegagalan sistem (pertahanan atau kendali) sehingga berakibat terjadinya insiden.
FAKTOR “TIMING” Multi-Causal Theory “Swiss Cheese” diagram (Reason, 1991)
The systems approach to safety
3. Dampak (Consequences): akibat yang ditimbulkan oleh insiden, berkisar dari tidak mencederai pasien sampai kepada cidera dengan tingkat keparahan tertentu : rendah,sedang sampai berat atau meninggal. 4. Faktor mitigasi (Mitigating factors): beberapa faktor (termasuk “chance” atau “luck”) dapat mengurangi dampak yang lebih parah.
MANFAAT PENTING DARI BUDAYA KESELAMATAN 1. Mengurangi berulangnya dan keparahan dari insiden
keselamatan (dengan pelaporan dan pembelajaran ) 2. Mengurangi cidera fisik dan psikis terhadap pasien (
kesadaran konsep patient safety,”speaking up” )
3.
Mengurangi biaya pengobatan dan ekstra terapi
4. Mengurangi kebutuhan sumberdaya untuk manajemen
komplain dan klaim 5. Mengurangi jumlah staf yang stres,merasa bersalah,malu,
kehilangan kepercayaan diri,dan moril rendah
Safety Culture Assessment
Safety culture assessment Langkah awal untuk mengembangkan budaya keselamatan adalah menetapkan tingkat budaya organisasi saat ini. Tersedia sejumlah tools untuk mengukur keyakinan,perilaku dan sikap organisasi. Biasanya dalam bentuk checklist atau kuesioner.
Tool-tool ini menilai berbagai issu,termasuk : - komitmen manajemen senior untuk masalah keselamatan - komunikasi antara staf dan manajer - sikap terhadap laporan insiden,menyalahkan dan menghukum - faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja ( kelelahan, perhatian terpecah, peralatan)
Safety culture assessment
Harus diwaspadai bahwa asesmen hanya menggambarkan tingkat budaya pada satu waktu tertentu saja,sehingga diperlukan pengulangan asesmen secara berkala untuk menilai perkembangannya Secara umum ada dua jenis tools : 1. TYPOLOGICAL TOOL 2. DIMENSIONAL TOOL
1.Typological tools Checklist yang menggambarkan budaya keselamatan dalam organisasi.
Menilai apakah ada budaya keselamatan atau tidak.
Menyajikan pernyataan tunggal terhadap budaya keselamatan dalam organisasi dalam skala dari “tidak aman”(unsafe) sampai “sangat aman” (very safe) Contoh : Manchester Patient Safety Assessment Tool (MaPSaT
Manchester Patient Safety Assessment Tool (MaPSaT)
Manchester Patient Safety Assessment Tool (MaPSaT) Tingkat kematangan dalam budaya keselamatan D
C B
A Mengapa membuang waktu untuk keselamatan PATHOLOGICAL
Kita berbuat sesuatu jika terjadi insiden REACTIVE
Kita sudah punya sistem untuk mengelola risiko yang teridentifika si BUREAUCRATIC
KITA SELALU WASPADA AKAN RISIKORISIKO YANG MUNGKIN TIMBUL
PROACTIVE
E
Manajemen risiko merupakan bagian integral dari semua kegiatan yang kita kerjakan
GENERATIVE
Levels of maturity with respect to a safety culture
Pathological 1. Informasi disembunyikan 2. Pelapor (Messengers) “dibunuh” 3. Pertanggung jawaban dielakkan 4. Koordinasi dilarang 5. Kegagalan ditutupi
6. Ide-ide baru dihancurkan
Levels of maturity with respect to a safety culture
Bureaucratic 1. Informasi diabaikan 2. “Messengers”ditoleransi 3. Pertanggung jawaban terkotak-kotak
4. Koordinasi dijinkan tetapi disia-siakan 5. Ide-ide baru menimbulkan masalah
Levels of maturity with respect to a safety culture
Generative 1. Informasi secara aktif dicari 2. Pelapor (Messengers) dilatih 3. Berbagi pertanggung jawaban 4. Koordinasi dihargai (rewarded)
5. Penyebab kegagalan diselidiki 6. Ide-ide baru diterima (welcomed)
2. Dimensional tools
Tool ini menetapkan organisasi dengan posisinya pada urutan variabel yang kontinyu. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala (skala jawaban 1 – 5 ))menunjukkan rate dari staf seberapa jauh mereka setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan.
SYSTEM LEVEL IMPLEMENTATION OF THE CULTURE OF SAFETY SURVEY Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)
•TUJUAN Menilai persepsi dokter, perawat dan tenaga lain di RS terhadap budaya keselamatan pasien
Reliabilitasi & Validitas : Telah diuji coba pada 21 RS (1437 responden) sbb : Jlh TT < 300 TT 301-500 TT > 500 TT
RS Pendidikan RS Non Pendidikan 5 3 6
5 1 1
MANFAAT SURVEY
1. Dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun Program kegiatan Keselamatan pasien di RS 2. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan saat melakukan Evaluasi Program kegiatan Keselamatan pasien dikemudian hari 3. Dapat mengetahui Aspek yang perlu ditindaklanjuti berdasarkan Profesi sehingga lebih tepat sasaran dan berhasil guna.
SURVEY BUDAYA DI SEMUA LEVEL Mengetahui Persepsi Budaya Keselamatan Pasien di : A.
TINGKAT UNIT
B.
TINGKAT MANAJEMEN RS
C.
OUTCOME KESELAMATAN PASIEN
A. DI TINGKAT UNIT (7 Aspek, 24 Item Pertanyaan) :
ASPEK : 1. Ekspektasi & tindakan Supervisor / Manajer, dalam mengembangkan budaya Keselamatan Pasien 2. Pembelajaran Organisasi — Continous
Improvement
2. Tim kerja dalam Unit di RS 3. Keterbukaan Komunikasi 4. Umpan Balik/ dan komunikasi tentang
error
5. Respon tidak menghukum terhadap error 6. Ketenagaan / Staffing
B. Di TINGKAT MANAJEMEN RS (3 Aspek, 11 Item) ASPEK :
1. Dukungan Manajemen RS untuk Keselamatan Pasien 2. Teamwork di Unit RS dan 3. Transisi dan Lepas Handoff di RS .
C. OUTCOME KESELAMATAN PASIEN (4 Aspek, 9 Item) :
ASPEK :
1. 2. 3. 4.
Persepsi Keselamatan Pasien secara umum Frekuensi Pelaporan Insiden Level Keselamatan Pasien (dari Unit di RS) Jumlah pelaporan Kejadian
SEKIAN
APA YANG HARUS DILAKUKAN RUMAH SAKIT ?
LANGKAH RS Organisational safety culture surveys : - safety culture assessment tool will enable organisations to undertake a baseline assessment of their safety culture, against which they can measure progress over time Creating the virtuous circle: patient safety, ability and an open and fair culture
Incident Decision Tree (IDT)
Incident Decision Tree (IDT) IDT helps to identify whether the action(s) of individuals were due to : - systems failures or - whether the individual knowingly committed a reckless, - intentional unsafe or criminal act. The tool changes the focus from asking ‘Who was to blame’ to ‘Why did the individual act in this way?’
UNSAFE ACTS ALGORITHM Were the actions as intended? YES
NO
Evidence of illness or substance use?
NO
Were the consequences as intended?
NO
Knowingly violated safe procedures? YES
YES
YES
Substance abuse without mitigation
Deficiencies in training, selection, or inexperienced?
YES
System induced violation
Substance use with mitigation
Culpable
History of unsafe acts?
Grey Area
NO YES
Blameless error
Blameless error, corrective training, counseling indicated
NO
Possible reckless violation Sabotage, malevolent damage
YES
substitution test? NO
Were procedures available, workable, intelligible, correct and routinely used?
Known medical condition?
NO
YES
NO
YES NO
System induced error
Possible negligent behavior
Blameless
James Reason (1997). Managing the Risks of Organizational Accidents
If the action in the incident was found to be intended one or more of the following options may apply:
• referral to occupational health; • referral to the appropriate disciplinary or regulatory body; • referral to the police; • suspension.
Mengubah nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku tidaklah mudah.
Mengembangkan budaya keselamatan dalam suatu organisasi memerlukan kepemimpinan yang kuat, perencanaan dan pemantauan yang cermat
FINAL WORD Kesembuhan pasien ada ditangan ALLAH, tetapi
KESELAMATAN PASIEN ADA DITANGAN KITA … Keselematan Pasien adalah AMANAH yang harus kita pertanggung jawabkan kepada ALLAH S.W.T ( ADIB AY )
UTAMAKAN KESELAMATAN PASIEN
TERIMA KASIH