Ir. Ciputra pengusaha sukses, sebuah inspirasi Ir. Ciputra (lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 77 tahun) adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ciputra menghabiskan masa kecil hingga remajanya di sebuah desa terpencil di pojokan Sulawesi Utara. Begitu jauhnya sehingga desa itu sudah nyaris berada di Sulawesi Tengah. Jauh dari Manado, jauh pula dari Palu. Sejak kecil Ciputra sudah merasakan kesulitan dan kepahitan hidup. Terutama saat bapaknya ditangkap dan diseret dihadapannya oleh pasukan tak dikenal, dituduh sebagai mata-mata Belanda/ Jepang dan tidak pernah kembali lagi (pada tahun 1944). Ketika remaja sekolah di SMP Frater Donbosco Manado. Ketika tamat SMA, kira-kira saat dia berusia 17 tahun, dia meninggalkan desanya menuju Jawa, lambang kemajuan saat itu. Dia ingin memasuki perguruan tinggi di Jawa. Maka, masuklah dia ke ITB (Institut Teknologi Bandung). Keputusan Ciputra untuk merantau ke Jawa tersebut merupakan salah satu momentum terpenting dalam hidupnya yang pada akhirnya menjadikan Ciputra orang sukses. Keputusan Ciputra untuk merantau ketika tamat SMA merupakan keputusan yang tepat, karena pada usia tersebut muncul adanya keinginan untuk bebas yang disertai rasa tanggung jawab pada diri individu. Ciputra adalah perantau yang sempurna. Dia mendapatkan kebebasan, tapi juga memunculkan rasa tanggung jawab pada dirinya. Bagi Ciputra, perintis pengembang properti nasional sekaligus pembangun 20 kota satelit di seluruh Indonesia, pengalaman hidup susah sejak kecil adalah pemicu kesuksesannya. Ciputra yang lahir di Parigi, Sulawesi Tengah 77 tahun lalu, harus merasakan kerasnya hidup sejak usia 12 tahun, tanpa ayah. Sang ayah ditangkap tentara pendudukan Jepang dan akhirnya meninggal di penjara. Sebagai bungsu dari 3 bersaudara, Ciputra kecil harus bergelut dengan berbagai pekerjaan untuk mencari uang membantu sang ibu yang berjualan kue. Ciputra yang mengaku sangat bandel dan nakal sejak kecil, juga harus berjalan kaki tanpa alas kaki sejauh 7 kilometer ke sekolah setiap hari. Kenakalan Ciputra terlihat dari sifatnya yang seenaknya sendiri. Saat disuruh belajar bahasa Belanda, Jepang atau China, dia malas. Dia hanya mau belajar bahasa yang dianggapnya akan berguna baginya, yaitu bahasa Indonesia. Akibatnya, saat usia 12 tahun dia masih di kelas 2 SD karena berkali-kali tinggal kelas. Pasca ditinggal sang ayah, barulah Ciputra bangkit dan mau belajar giat hingga selalu menjadi nomor 1 di sekolah. Kegemilangan prestasi Ciputra terus berlanjut hingga mampu menamatkan kuliah di jurusan arsitektur ITB. Setelah lulus kuliah, jiwa wirausaha Ciputra mengantarkannya menjadi raksasa pengembang properti di tanah air lewat PT Pembangunan Jaya saat itu, dan akhirnya menjadi grup Ciputra. Dan hingga kini, berbagai bangunan properti yang menghiasi wajah Jakarta, tak bisa dilepaskan dari campur tangan seorang Ciputra.
CIPUTRA, Pengusaha asal Sulawesi Tengah Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang. Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan dengan 14.000 karyawan. Namun, Ir. Ciputra, sang pendiri, belum merasa sukses. “Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan mandek,“ kata Dirut PT Pembangunan Jaya itu. Ciputra memang hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit fasilitas hiburan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta — proyek usaha Jaya Group yang cukup menguntungkan — telah dibangun “Taman Impian Dunia”. Di dalamnya termasuk “Dunia Fantasi”, “Dunia Dongeng”, “Dunia Sejarah”, “Dunia Petualangan”, dan “Dunia Harapan”. Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia, karenanya, dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut (reklamasi) diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km menjadi 10,5 km. Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang “bengis”. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya ihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia menilainya sebagai hikmah tersembunyi. “Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng,” kata Ciputra. Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara. “Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap terngiang di telinga,” tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah — dengan berjalan kaki sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya. Atas jerih payah ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan — berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Baru. “Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen,“ tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra. Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Namun dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik. Ciputra selalu berprinsip bahwa jika kita bekerja keras dan berbuat dengan benar, Tuhan pasti buka
jalan. Dan banyak mukjizat terjadi, seperti adanya kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri. Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama koleganya maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan keluarganya sendiri maju. Dia sukses menjadi contoh kehidupan sebagai seorang manusia. Memang, dia tidak menjadi konglomerat nomor satu atau nomor dua di Indonesia, tapi dia adalah yang TERBAIK di bidangnya: realestate. Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada enterpreneurship. Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha. Ir. Ciputra Menghadapi Krisis Ekonomi Keran KPR yang mulai mengucur, membuat aktivitas PT Ciputra Development terdengar lagi. Kelompok usaha ini semakin giat beriklan. Akankah Ciputra segera berjaya kembali? Akibat krisis ekonomi yang melanda negeri ini, sebagaimana kebanyakan pengusaha properti lainnya, Ciputra pun harus melewati masa krisis dengan kepahitan. Padahal, serangkaian langkah penghematan telah dilakukan. Grup Ciputa (GC), misalnya, terpaksa harus memangkas 7 ribu karyawannya, dan yang tersisa cuma sekitar 35%. Lantas, semua departemen perencanaan di masing-masing anak perusahaan segera ditutup dan digantikan satu design center yang bertugas memberikan servis desain kepada seluruh proyek. Jenjang komando 9 tingkat pun dipotong menjadi 5. Akibatnya, banyak manajer kehilangan pekerjaan. Lebih pahit lagi: kantor pusat GC yang semula berada di Gedung Jaya, Thamrin, Jakarta Pusat, terpaksa pindah ke Jl. Satrio — kompleks perkantoran milik GC. Paling tidak, dengan cara semacam itu, GC bisa menghemat Rp 4 miliar/tahun. Sementara Harun dan tim keuangannya — setelah susut menjadi 7 orang dan gajinya dipotong hingga 40% — hengkang ke salah satu lantai Hotel Ciputra, Grogol, Jakarta Barat. Di tempat itu, mereka menyewa beberapa ruangan. Selebihnya, kabar yang menjadi rahasia umum: utang GC macet total. Menurut Harun, para petinggi CD waktu itu sadar betul kondisi yang ada tidak bakalan berubah secepat yang dibayangkan. Soalnya, berlalunya krisis moneter yang belakangan bermetamorfosis menjadi krisis multidimensional sejatinya berada di luar
kendali mereka. Celah yang masih terbuka hanyalah konsolidasi internal dan restrukturisasi perusahaan. Maka, selain memangkas biaya operasional secara drastis, CD pun segera menerapkan strategi pemasaran baru: menjual kapling siap bangun. Kata Harun, selain CD kala itu hanya menyimpan sedikit stok rumah siap huni, perubahan strategi pemasaran ini juga dilakukan untuk membidik konsumen berkantong tebal. Maklumlah, mengharapkan KPR ibarat pungguk merindukan bulan. Adapun yang tersisa, ya itu tadi, pasar kalangan kelas menengah-atas. Mereka biasanya lebih suka membeli kapling karena dapat menentukan sendiri desain rumahnya. Keuntungan lain menjual kapling tanah: berkurangnya biaya operasional. Masih menurut Harun, dengan menjual kapling siap bangun, CD cuma berkewajiban menyediakan infrastruktur seperti telepon, air, listrik dan jalan. Memang, ketimbang membangun rumah siap huni, biaya penyediaan infrastruktur relatif jauh lebih murah. Dalam perhitungan Harun, biaya yang dikeluarkan per m2-nya cuma Rp 90 ribu. Sementara itu, bila membangun rumah siap huni, CD mesti siap menerima kenyataan jika harga bahan-bahan bangunan meningkat pesat. Besi, misalnya. Setelah kurs rupiah terhadap US$, harganya naik 60%. Sementara semen dan keramik, masingmasing meningkat menjadi 40% dan 30%. Jadi, “Tak ada alasan tidak menerapkan strategi itu,” ujar Harun. Kebijakan itu berlaku di Jakarta dan di Surabaya. Guna mendukung strategi di atas, program-program above the line juga tak luput dikoreksi. Hasilnya, dari monitoring yang dilakukan, para petinggi CD akhirnya berkesimpulan, mubazir bila beriklan gencar di masa krisis. “Seperti membunuh tikus dengan memakai bom,” jelas Harun. Alhasil, pilihan kemudian jatuh pada penjualan langsung. Bahannya diolah dari database konsumen milik CD. Dan supaya lebih terarah, database diolah lewat pembentukan klub-klub penjualan, di Jakarta maupun Surabaya. Namun, apa daya, meski harga kapling siap bangun belum dinaikkan dan tim pemasaran bekerja sekeras mungkin, toh strategi itu tidak langsung membuahkan hasil yang memuaskan. Lebih dari Tiga bulan, konsumen yang tertarik dengan ratusan hektare tanah matang milik CD yang dijual dalam bentuk kapling siap bangun — dari total 1.800 har landbank (tanah mentah) CD yang tersebar di Jakarta dan Surabaya — bisa dihitung dengan jari. Kata Harun, petinggi CD lagi-lagi sadar para pemilik uang sesungguhnya lebih memilih mendepositokan uangnya ketimbang membeli kaping siap bangun. Maka, “Tahun 1998 adalah tahun yang paling sulit yang pernah dilalui CD,” kenangnya. Masalahnya, uang yang masuk selama setahun cuma Rp 40 miliar. Itulah nilai total hasil penjualan lima proyek perumahan di Jakarta dan Surabaya milik CD. Jelas, ketimbang tahun-tahun sebelumnya, saat kondisi ekonomi masih normal, kenyataan tersebut benar-benar menyakitkan. Sebelum krisis, dari satu proyek saja, CD
bisa meraup uang sebanyak Rp 10 miliar/bulan. Artinya, angka Rp 40 miliar tersebut biasanya dicapai hanya dalam sebulan. Yang lebih menyesakkan, menurut sumber SWA, Pak Ci ikut-ikutan menambah beban psikologis pasukannya. Hampir setiap hari CEO GC itu uring-uringan tanpa sebab yang jelas. Seingatnya,waktu itu Pak Ci jarang bertanya kepada anak buahnya bagaimana sebenarnya kondisi di lapangan. “Ia malah seperti tak habis-habisnya melakukan pressure kepada timnya,” jelas si sumber. Dan lucunya lagi, bahkan di luar dugaan banyak orang — sang sumber sendiri kaget luar biasa — Pak Ci sampai-sampai “menodong” seorang pemuka agama agar jemaat gerejanya membeli kapling siap bangun di salah satu proyek perumahan CD. “Benarbenar tidak masuk akal,” ungkap sumber. Benarkah? “Bohong. Kalau stres, siapa yang tidak stres waktu itu,” bantah Harun. Untunglah, bersamaan turunnya suku bunga deposito di awal 1999, strategi itu mulai menampakkan hasil. Kecil memang, tapi, “Kami sudah mulai sibuk,” ujar Harun. Ia menunjuk aktivitas penjualan kapling siap bangun, khususnya yang di Surabaya. “Di kota ini, penjualannya cukup bagus.” Sayang, Harun tak bersedia menyebutkan nilai transaksi di Kota Buaya. Yang jelas, tidak seperti di Jakarta, jumlah item kapling siap bangun yang ditawarkan CD di Surabaya lumayan variatif. Dari segi luas contohnya, 1.200-2.000 m2 dengan harga jual minimal: Rp 600 ribu/meter2. Selain itu, ada pula kapling golf — posisinya berhadapan atau di sekitar lapangan golf. “Kapling jenis ini, sekalipun lebih mahal, tampak paling disukai,” jelas Harun. Bagaimana dengan Jakarta? Kendati kapling yang dijual hanya berukuran 200-500 m2, angka penjualannya tidak sebagus di Surabaya. Dan kapling yang disukai konsumen kebanyakan yang berukuran 400 m2 seharga Rp 225-500 ribu/m2. Menurut Harun, hal itu terjadi karena tingkat persaingan di Jakarta lebih ketat ketimbang di Surabaya. Soalnya, “Ada banyak proyek serupa di sini,” ujarnya. Dan, yang lebih penting, kapling golf bukanlah hal yang istimewa bagi banyak konsumen metropolitan. “Jadi, penawaran kami sama seperti yang lain. Karena itu pula, bisa jadi konsumen mencari yang lebih murah.” Seperti yang sudah-sudah, tutur menantu Ciputra itu, kebutuhan konsumen di Jakarta sejatinya adalah rumah siap huni yang dilengkapi fasilitas KPR. Karena itu, bermodalkan pendapatan hasil penjualan kapling siap bangun plus tersedianya sarana KPR, CD pun mulai menggiatkan pembangunan rumah siap huni, di Citra Raya Tangerang, Citra Indah Jonggol, Citra Grand Cibubur ataupun Citra Cengkareng. Bersamaan waktunya, CD pun kembali rajin beriklan. Namun, tidak seperti tiga tahun lalu, kini belanja iklannya diatur ketat. Indikator pertama yang dihitung sebelum mengeluarkan uang untuk berpromosi di berbagai media cetak adalah jumlah total hari libur dalam setiap bulan. Yang jelas, sebulan CD beriklan tak lebih dari tiga kali. “Bukan
apa-apa. Kami hanya ingin iklan itu bisa efektif mencapai sasaran,” katanya. Ia menambahkan, klub-klub penjualan yang dulu sempat dibentuk tetap diteruskan. Hanya saja, lagi-lagi sayang, Harun mengaku tidak ingat persis jumlah uang yang masuk ke kocek CD setelah perusahaan properti yang dipimpinnya itu kembali rajin beriklan. Ia hanya mengatakan, “Cash flow kami cukup aman.” Ditambah semakin membaiknya daya beli konsumen, Harun pun optimistis, CD dan GC bisa berkibar kembali. Namun, tentu saja, ia mengaku, “Tidak seperti dulu lagi.” Ir. Ciputra merupakan seorang pengusaha sukses yang keberhasilannya didapatkan dari caranya memetik pelajaran dari kerasnya hidup. Banyak orang menganggap kerasnya hidup sebagai suatu musibah yang harus dihindari sehingga ketika mereka gagal menghindari kerasnya hidup tersebut maka mereka akan putus asa, tidak sedikit orang-orang yang mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri karena mereka ingin menghindar dari kerasnya hidup. Ir. Ciputra mengajarkan kepada kita untuk terus berjuang melawan kerasnya hidup, karena dengan berjuang melawan kerasnya hidup kita sudah belajar untuk memulai kesuksesan kita. Ir. Ciputra yang sejak kecil sudah merasakan getirnya kehidupan, banyak cobaan yang telah dihadapinnya seperti ketika harus kehilangan ayah yang selama ini mendampinginya sehingga ia harus menjadi anak yatim sejak SMP. Pada awalnya, Ir Ciputra merupakan anak yang nakal dan sempat tidak naik kelas, tetapi dengan kepergian ayahnya Ir. Ciputra tersadar dan kembali lebih giat belajar hingga ia mampu menjadi no 1 di kelasnya pada saat itu. Selain itu sebagai seorang anak yatim maka Ciputra berkewajiban untuk membantu ibunya mengais sedikit uang dengan cara berjualan untuk menambah keuangan keluarga yang mungkin saat itu sedang menipis. Sebelum ia harus menjadi anak yatim, dia diasuh dengan cukup keras oleh tantenya sejak umur 6 tahun, karena disuruh melakukan berbagai pekerjaan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh anak seumurnya saat itu. Tetapi akhirnya Ir. Ciputra tersadar dan berucap “Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng”. Itulah hikmah masa kecil seorang Ir Ciputra penuh dengan perjuangan yang dapat merubahnya menjadi seorang yang berjiwa besar, tekun, ulet dan penuh kesabaran dalam menghadapi kerasnya hidup tetapi juga tidak berpangku tangan menunggu nasib berubah karena ia terus berjuang dan berusaha melawan kerasnya hidup hingga akhirnya jiwa dan pribadinya terbentuk. Syarat kesuksesan yang dapat kita ambil dari artikel di atas yaitu keberanian. Keberanian seorang Ir. Ciputra untuk merantau menjelajah pulau yang baru demi menuntut ilmu hingga menjadi seorang yang sukses. Selain itu keberanian dari seorang Ir. Ciputra dapat dilihat ketika ketika masih tingkat IV, beliau bersama temannya berani membuka sebuah jasa konsultan aristektur bangunan yang hanya bertempat di sebuah garasi bahkan ketika itu masih berpindah-pindah losmen. Gabungan antara keberanian dan jiwa wirausaha inilah yang membawa kita semua ke gerbang kesuksesan. Terkadang beberapa orang yang hanya bermodal nekat merantau di sebuah kota besar tanpa mempunyai tujuan yang jelas serta tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dan hal ini merupakan hal yang sangat fatal, karena tanpa tujuan bagaikan kapal tanpa nahkoda. Tanpa keberanian terkadang banyak orang yang tak akan bisa berkembang karena mereka dibatasi oleh ketakutan mereka akan kegagalan serta ketidakmampuan
mereka, seperti kata pepatah kita tidak akan pernah tahu akan gagal atau berhasil jika kita tidak pernah mencoba. Kegagalan bukan merupakan akhir dari segalanya, dan jika kita mampu keluar dari kegagalan dan keterpurukan serta mampu bangkit kembali itulah yang merupakan keberhasilan yang sebenarnya. Ir. Ciputra mengalami kerugian yang cukup besar ketika terjadi krisis moneter, tapi pada akhirnya ia mampu bangkit kembali untuk melanjutkan usahanya. Ketika kegagalan menimpa kita, maka yang harus dicari adalah cara untuk keluar dari kegagalan tersebut dan bangkit dari keterpurukan, bukan malah terus meratapi nasib. Terbuka dengan usulan dari orang lain terkadang bisa menjadi jalan untuk keluar dari kegagalan. Tetap memperhatikan peluang yang ada karena kemampuan mmembaca peluang merupakan syarat utama menjadi seorang wirausaha. Jual Cincin untuk Modal Bakul Ikan,kini punya 50 Pesawat Terbang Ingin pinjam uang di Bank dianggap gila , akhirnya jual cincin dan perhiasan yg dia punya buat modal bakul ikan.. Keputusannya keluar dari sekolah saat masih berusia 17 tahun sangat disesalkan oleh kedua orang tuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, kini Susi Pudjiastuti memiliki 50 pesawat dan pabrik pengolahan ikan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan ekspor. Namanya Susi Pudjiastuti, Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan operator penerbangan Susi Air. Rambutnya ikal kemerahan, suaranya serak-serak, namun pembawaannya supel. Bukan hanya bahasa Inggris fasih yang keluar dari mulutnya saat berbincang dengan para pilotnya yang bule. Susi – panggilan akrabnya – juga menggunakan bahasa Sunda dan sesekali bahasa Jawa kepada pembantu-pembantunya. “Saya suka belajar bahasa apa aja. Yang penting bisa buat marah dan memerintah. Sebab, dengan itu, saya bisa bekerja,” ujarnya sambil lantas tertawa. Saat ini, wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut, memiliki 50 unit pesawat berbagai jenis. Di antaranya adalah Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, serta Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa seperti di Papua dan Kalimantan. “Ada yang disewa. Namun, ada yang dioperasikan sendiri oleh Susi Air. Biasanya dipakai di daerah-daerah perbatasan oleh pemda atau swasta,” jelas wanita yang betis kanannya ditato gambar burung phoenix dengan ekor menjuntai itu. Susi tak mematok harga sewa pesawat secara khusus. Sebab, hal itu bergantung pelayanan yang diminta pihak penyewa. Biaya sewanya pun bermacam-macam, tapi rata-rata antara USD 400 sampai USD 500 per jam.
“Kadang ada yang mau USD 600 sampai USD 700 per jam. Perusahaan minyak mau bayar USD 1.000 karena beda-beda level servis yang dituntut. Untuk keperluan terbang, semua piranti disediakan Susi Air. Pesawat, pilot, maupun bahan bakar. Jadi, itu harga nett mereka tinggal bayar,” tegasnya. Bakat bisnis Susi terlihat sejak masih belia. Pendirian dan kemauannya yang keras tergambar jelas saat usia Susi menginjak 17 tahun. Dia memutuskan keluar dari sekolah ketika kelas II SMA. Tak mau hidup dengan cara nebeng orang tua, dia mencoba hidup mandiri. Tapi, kenyataan memang tak semudah yang dibayangkan. “Cuma bawa ijazah SMP, kalau ngelamar kerja jadi apa saya. Saya nggak mau yang biasa-biasa saja,” ujarnya. Kerja keras pun dilakoni Susi saat itu. Mulai dari berjualan baju, bed cover, hingga hasil-hasil bumi seperti cengkeh. Setiap hari, Susi harus berkeliling Kota Pangandaran menggunakan sepeda motor untuk memasarkan barang dagangannya. Hingga, dia menyadari bahwa potensi Pangandaran adalah di bidang perikanan. “Mulailah saya pengen jualan ikan karena setiap hari lihat ratusan nelayan,” tuturnya. Pada 1983, berbekal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan berupa gelang, kalung, serta cincin miliknya, Susi mengikuti jejak banyak wanita Pangandaran yang bekerja sebagai bakul ikan. Tiap pagi pada jam-jam tertentu, dia nimbrung bareng yang lain berkerumun di TPI (tempat pelelangan ikan). “Pada hari pertama, saya hanya dapat 1 kilogram ikan, dibeli sebuah resto kecil kenalan saya,” ungkapnya. Tak cukup hanya di Pangandaran, Susi mulai berpikir meluaskan pasarnya hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Dari sekadar menyewa, dia pun lantas membeli truk dengan sistem pendingin es batu dan membawa ikan-ikan segarnya ke Jakarta. “Tiap hari, pukul tiga sore, saya berangkat dari Pangandaran. Sampai di Jakarta tengah malam, lalu balik lagi ke Pangandaran,” ucapnya mengenang pekerjaan rutinnya yang berat pada masa lalu. Meski sukses dalam bisnis, Susi mengaku gagal dalam hal asmara. Wanita pengagum tokoh Semar dalam dunia pewayangan itu menyatakan sudah tiga kali menikah. Tapi, biduk yang dia arungi bersama tiga suaminya tak sebiru dan seindah Pantai Pangandaran. Semua karam. Dari suaminya yang terakhirlah, Christian von Strombeck, si Wonder Woman ini mendapat inspirasi untuk mengembangkan bisnis penerbangan. “Dia seorang aviation engineer,” lanjutnya. Christian merupakan seorang ekspatriat yang pernah bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara yang sekarang bernama PT DI, Red). Awal perkenalannya dengan lelaki asal Prancis itu terjadi saat Christian sering bertandang ke Restoran Hilmans milik Susi di Pantai Pangandaran. Berawal dari perkenalan singkat, Christian akhirnya melamar Susi. “Restoran saya memang ramai. Sehari bisa 70-100 tamu,” katanya.
Dengan Christian, Susi mulai berangan-angan memiliki sebuah pesawat dengan tujuan utama mengangkut hasil perikanan ke Jakarta. Satu-satunya jalan, lanjut Susi, adalah dengan membangun landasan di desa-desa nelayan. “Jadi, tangkap ikan hari ini, sorenya sudah bisa dibawa ke Jakarta. Kan cuma sejam,” tegas ibu tiga anak dan satu cucu tersebut. Berbeda jika harus memakai jalur darat yang bisa memakan waktu hingga sembilan jam. Sesampai di Jakarta, banyak ikan yang mati. Padahal, jika mati, harga jualnya bisa anjlok separuh. “Kami mulai masukin business plan ke perbankan pada 2000, tapi nggak laku. Diketawain sama orang bank dan dianggap gila. ‘Mau beli pesawat USD 2 juta, bagaimana ikan sama udang bisa bayar,’ katanya,” ujar Susi. Barulah pada 2004, Bank Mandiri percaya dan memberi pinjaman sebesar USD 4,7 juta (sekitar Rp 47 miliar) untuk membangun landasan, serta membeli dua pesawat Cessna Grand Caravan. Namun, baru sebulan dipakai, terjadi bencana tsunami di Aceh. “Tanggal 27 kami berangkatkan satu pesawat untuk bantu. Itu jadi pesawat pertama yang mendarat di Meulaboh. Tanggal 28 kami masuk satu lagi. Kami bawa beras, mi instan, air dan tenda-tenda,” ungkapnya. Awalnya, Susi berniat membantu distribusi bahan pokok secara gratis selama dua minggu saja. Tapi, ketika hendak balik, banyak lembaga non-pemerintah yang memintanya tetap berpartisipasi dalam recovery di Aceh. “Mereka mau bayar sewa pesawat kami. Satu setengah tahun kami kerja di sana. Dari situ, Susi Air bisa beli satu pesawat lagi,” jelasnya. Perkembangan bisnis sewa pesawat miliknya pun terus melangit. Utang dari Bank Mandiri sekitar Rp 47 miliar sekarang tinggal 20 persennya. “Setahun lagi selesai. Tinggal tiga kali cicilan lagi. Dari BRI, sebagian baru mulai cicil. Kalau ditotal, semua (pinjaman dari perbankan) lebih dari Rp 2 triliun. Return of investment (balik modal) kalau di penerbangan bisa 10-15 tahun karena mahal,” katanya. Susi tak hanya mengepakkan sayap di bisnis pesawat dan menebar jaring di laut. Sekarang, dia pun merambah bisnis perkebunan. Meski begitu, dia mengakui ada banyak rintangan yang harus dilalui. “Perikanan kita sempat hampir rugi karena tsunami di Pagandaran pada 2005. Kami sempat dua tahun nggak ada kerja perikanan,” tuturnya. Untuk penerbangan rute Jawa seperti Jakarta-Pangandaran, Bandung-Pangandaran dan Jakarta-Cilacap, Susi menyatakan masih merugi. Sebab, terkadang hanya ada 3-4 penumpang. Dengan harga tiket rata-rata Rp 500 ribu, pendapatan itu tidak cukup untuk membeli bahan bakar. “Sebulan rute Jawa bisa rugi Rp 300 juta sampai Rp 400 juta. Tapi, kan tertutupi dari yang luar Jawa. Lagian, itu juga berguna untuk mengangkut perikanan kami,” ujarnya.
Susi memang harus mengutamakan para pembeli ikannya, karena mereka sangat sensitif terhadap kesegaran ikan. Sekali angkut dalam satu pesawat, dia bisa memasukkan 1,1 ton ikan atau lobster segar. Pembelinya dari Hongkong dan Jepang setiap hari menunggu di Jakarta. “Bisnis ikan serta lobster tetap jalan dan bisnis penerbangan akan terus kami kembangkan. Tahun depan kami harap sudah bisa memiliki 60 pesawat,” katanya penuh optimisme. (Sumber-JPNN) Semoga Kisah Ibu Susi ini bisa memacu semangat Generasi Muda Negeri ini untuk berani berusaha dan mau bekerja keras ! tidak hanya berharap bisa bekerja sebagai pegawai saja.. tetapi justru bisa menciptakan lapangan kerja baru di tengah sempitnya lapangan kerja saat ini..! Semangat…!!! Ketekunan yang Berbuah Manis Apapun yang kita lakukan , apabila dilakukan dengan tekun dan terus-menerus , suatu saat akan membawa hasil. Seperti Kisah berikut ini, Berkelana ke negeri orang, berawal pahit akan tetapi berujung manis karena ketekunan. Oke , selamat bekerja and sukses selalu…. Homo Faber (manusia kerja) adalah sosok pasangan Waliyem-Wandiyo. Berawal dari dua sejoli transmigran yang papa, kini menjadi juragan berbagai bisnis di Kabupaten Bangko, Jambi. Asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam satu belanga. Itu peribahasa yang bisa menggambarkan pertemuan Waliyem yang berasal dari Godean dan Wandiyo dari Tumut, Sleman Yogyakarta. Pada tahun 1977, Waliyem berangkat ke Bungo untuk menyusul kakaknya yang terlebih dahulu menjadi transmigran sedangkan Wandiyo menyusul sang paman. Hanya berselang seminggu setelah menginjakkan kaki di Jambi, dua lajang ini pun kemudian terikat tali pernikahan. Di tanah seberang, tanpa bekal modal dan pendidikan yang memadai tentulah kehidupan terasa sulit bagi pasangan muda ini. Namun duet duo W ini tak pernah menyerah. Sekadar menyambung hidup, Waliyem berjualan nasi bungkus di penyeberangan sungai dekat tempat tinggalnya, sementara sang suami bekerja sebagai buruh penyadap karet. Rupiah demi rupiah mereka kumpulkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sedikit sisanya mereka tabung. Di siang hari, selepas berjualan nasi bungkus dan menyadap karet, Waliyem dan Wandiyo pulang ke rumahnya yang kecil, pendek dan beratap seng. Gampang diduga, hawa di dalam rumah panas dan sumpek. Tetapi, justru dari rasa tidak nyaman ini timbul ide Waliyem untuk berbisnis genteng. “Kalau atapnya terbuat dari genteng, mungkin rasanya tidak akan sepanas dan segerah jika atapnya terbuat dari seng,” pikir Waliyem saat itu. Dengan tabungan yang tidak terlalu besar dan dengan keterampilan membuat genteng dari tanah liat yang mereka peroleh sewaktu masih kecil, pasangan Waliyem-Wandiyo mencoba untuk memproduksi genteng, meskipun masih dalam skala kecil-kecilan.
Genteng hasil produksinya ini tidak serta merta bisa menghasilkan uang tunai, tetapi dibarter dengan atap seng milik para warga transmigran. Kemudian seng-seng itu baru dijual ke kota. Waliyem melihat dari fungsi kenyaman genteng jauh lebih baik, tetapi dari sisi ekonomi genteng jauh lebih murah dibandingkan seng. Dari selisih harga seng dan genteng itulah, Waliyem dan Wandiyo mendapatkan keuntungan. Dengan sabar mereka mengumpulkan keuntungan tersebut. Ketika jumlahnya keuntungannya sudah lumayan besar, maka dana itu mereka suntikkan untuk memperbesar skala usaha produksi genteng. Secara cerdas Waliyem dan Wandiyo mengajak warga lain untuk menjadi pemasarnya. Sehingga di tiap unit desa transmigrasi di seluruh pelosok Provinsi Jambi tercatat menjadi pelanggannya. Karena tingginya permintaan, Waliyem-Wandiyo membuat pabrik genteng lagi sehingga jumlahnya mencapai 14 pabrik. Dengan semakin banyaknya rumah para transmigran yang beratap genteng, tentu saja pasarnya semakin mengecil, tidak seperti pada saat-saat awalnya. Namun pasangan ini tak kehabisan ide. Seiring dengan membaiknya ekonomi para warga transmigran, Waliyem mulai menyasar untuk menjual bahan bangunan, karena naluri bisnisnya melihat adanya kecenderungan warga yang mulai mengganti dinding rumah mereka yang semula terbuat dari papan dengan tembok Ternyata, pilihan bisnisnya ini juga sangat jitu, toko bahan bangunannya laris manis. Tak hanya berhenti sampai di situ saja, Waliyem kemudian mengembangkan usahanya dengan menjadi pemborong untuk pembangunan rumah sekaligus mengisi mebelernya. Seturut dinamika ekonomi para warga transmigrasi yang mulai membaik, bisnis Waliyem pun terus berkembang. Ini berkat ketajaman insting bisnis Waliyem, meski pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar. Setelah memiliki pabrik genteng, toko bahan bangunan dan pemborong rumah, Waliyem mulai mengembangkan lini bisnis lainnya yaitu memberikan pembiayaan bagi warga yang ingin membeli sepeda motor dan mobil. Bahkan memberikan pembiayaan kepada para pengusaha kelapa sawit dan karet. Dalam pembiayaan ini Waliyem tidak mensyaratkan adanya jaminan atau kolateral. “Yang penting jujur dan dapat dipercaya. Saya bisa maju juga karena kejujuran dan kepercayaan. Dan bagi saya pribadi, kejujuran adalah nilai yang tertinggi dalam hidup saya,” ungkap Waliyem tentang filosofi hidupnya. Lantaran tanpa kolateral ini, pembiayaan yang diberikannya diserbu para warga. Selain itu, Waliyem juga mendirikan bengkel serta melirik bisnis perkebunan sawit dan karet. Tak kurang 67 kavling dimilikinya. Tiap kavling luas lahannya berkisar 2 hingga 20 hektar. Total jenderal lahan perkebunan milik Waliyem seluas 200 hektar. Anak buah yang mengurusi perkebunan tersebut sebanyak 52 orang, dan masing-masing masih memiliki anak buah. Kwantitas maupun harga dari kelapa sawit maupun getah karet memang berfluktuasi. Tetapi kalau diambil rata-rata perkebunan kelapa sawitnya bisa menghasilkan 52 ton/bulan, sedangkan perkebunan karetnya 15 ton/bulan. Kalau diasumsikan harga kelapa sawit Rp 650/kg dan getah karet Rp 7000/kg maka dalam sebulan Waliyem bisa mengantongi uang Rp 33.800.000/bulan dan Rp 105 juta atau totalnya Rp 138 juta/bulan. Ini belum termasuk dari lini bisnis pabrik genteng, toko material, pemborong dan pembiayaan serta bengkel.
Meski bisnisnya sudah berkembang biak, Waliyem tetap hidup sederhana, sebagaimana awal-awal merintis usaha. Pun Waliyem tidak berubah prinsip hidupnya, karena ia menyadari dari prinsip yang kukuh ia pegang itulah bisnisnya bisa berkembang dan menjadi tumpuan ratusan karyawan dan mitranya. Prinsip Hidup dan Bisnis Waliyem Sekalipun mengaku sulit merumuskan tentang prinsip hidupnya dalam kalimat yang indah, namun dengan lancar Waliyem mengungkapkan beberapa prinsip hidupnya yang ia sebut piwulang (ajaran). - Pertama, wong wadon iku kayo dene pedaringan (wanita ini ibarat tempat menyimpan beras. Artinya, istri tidak boleh boros, dan harus bisa memilah antara kebutuhan dan keinginan. Jika hari ini rejeki yang didapatkan besar, maka hasil itu digunakan untuk mengembangkan usaha. - Prinsip kedua, saiki kanggo sangu sesuk (sekarang sebagai bekal besok hari), hasil yang diperoleh hari ini di samping untuk menambah modal juga untuk persediaan jika terjadi kerugian bisnis atau hal-hal tak terduga. - Prinsip ketiga, usaha lair batin (usaha lahir dan batin). Maksudnya, orang yang berusaha mencapai keinginannya harus melakukan secara fisik dan non-fisik. Usaha lahir adalah bekerja secara lahiriah, sedangkan usaha batin adalah berdoa, memohon bimbingan dan petunjuk dari Tuhan. “Usaha lahir batin juga berarti usaha yang tulus dan fokus,” tuturnya. - Prinsip keempat, golek sedulur sing akeh, apik karo kanca (mencari saudara sebanyak-banyaknya dan berbaik hati kepada sesama kawan). Maka dalam bisnis “jangan sekali-kali menyalahi siapa pun, baik itu karyawan, mitra kerja atau pelanggan,” tandasnya. - Prinsip kelima, yen pengin kabul kudu ngerti wong tuwa (kalau ingin terkabul citacitanya harus berbakti kepada orang tua. Artinya, jika anak mendapatkan rejeki harus ingat kepada orang tua. Sekecil apa pun pemberian itu akan membuat orang trenyuh (tersentuh hatinya). “Orang tua akan tulus dan semakin khusyuk mendoakan anaknya,” petuah Waliyem. Dengan lima landasan itulah Waliyem mengendalikan bisnisnya dari rumah. Semua bisnis dijalankan dengan secara mengalir begitu saja, sebagaimana air mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah. Adam Khoo, Dicap Bodoh, tapi Sukses Luar Biasa Langkah Pertama dalam meraih impian adalah kemauan untuk berubah. Terkadang keinginan berubah tidak terjadi dikarenakan masih adanya mental block dalam diri kita. Bagi yang sedang berusaha menghancurkan mental blok dalam dirinya, berikut ini ada Bang Adam Khoo dari Singapore yang bisa menjadi inspirasi kita.., oke selamat berjuang and selamat membaca… Adam Khoo, orang Singapura. Waktu anak-anak, ia adalah penggemar berat games dan TV. Sehari, ia bisa berjam-jam di depan TV. Baik main PS atau nonton TV.
Adam Khoo pun dikenal sebagai anak bodoh. Ketika kelas empat SD, Ia dikeluarkan dari sekolah. Ia pun masuk ke SD terburuk di Singapura. Ketika akan masuk SMP, ia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, ia bisa masuk ke SMP terburuk di Singapura. Di awal SMP, kebiasaan Adam tidak berubah. Akibatnya, ia mendapat peringkat 10 terburuk. Bayangkan saudara, menjadi peringkat 10 terburuk di SMP terburuk. Bagaimana buruknya itu. Usia 13 tahun, ia mengikuti suatu program dari Ernest & Young. Dalam program itu, ia belajar apa yang namanya Neuro Linguistic Programme (NLP), Accelerated Learning, dan sebagainya. Program ini benar-benar bermanfaat bagi Adam. Ia mulai mempraktekkan keterampilan barunya. Apa yang ia lakukan setelah kembali ke sekolah? Pertama ia menulis tujuannya. Ia akan lulus dari SMP tersebut dengan nilai A semua. Ia akan masuk ke Victoria Junior College. SMU terbaik di Singapura. Adam kemudian melakukan tindakan gila. Ia umumkan tujuannya itu di depan kelasnya. Apa yang terjadi? Ia ditertawakan seluruh isi kelas. Termasuk gurunya sendiri. Bila anda jadi gurunya, anda pun mungkin melakukan hal yang sama. Bagaimana mungkin seorang yang berada di urutan 10 terburuk di SMP terburuk ingin lulus dengan nilai A semua dan masuk ke SMU terbaik. Tapi Adam tidak bergeming. Tertawaan dan cemoohan guru dan teman-temannya ia jadikan sebagai sumber semangat. Ia pikir, bila ia tidak bisa membuktikan kata-katanya, ia akan lebih ditertawakan lagi. Karena itu, Adam berusaha keras. Ia gunakan semua cara belajar hebat yang ia dapat dari program Ernest & Young. Hasilnya luar biasa. Adam mulai bisa menjawab pertanyaan di kelas. Meski ia tetap ditertawakan karena membuat catatan pelajaran dengan cara yang beda dan aneh. Ia gunakan peta pikiran yang penuh dengan gambar dan simbol untuk mencatat. Akhirnya keras keras dan tekad baja Adam membuahkan hasil. Ia lulus dari SMP itu dengan nilai A semua. Ia berhasil masuk ke Victoria Junior College. Di SMU terbaik ini pun, Adam tetap menjadi yang terbaik. Ia lulus dari Victoria Junior College dengan nilai A semua dan sebagai lulusan terbaik. Adam pun masuk ke National University of Singapore (NUS). Universitas terbaik di Singapura. Di NUS, ia berhasil masuk ke NUS Development Program. Inilah program bagi mahasiswa Top One Percent. Mahasiswa dengan prestasi akademis yang sempurna. Program bagi para jenius. Dari NUS, Adam lulus juga sebagai lulusan terbaik. Itulah kesuksesan Adam di dunia akademisnya. Bagaimana dengan dunia bisnis? Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat Adam berusia 26 tahun. Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun US$ 20 juta.
Kisah bisnis Adam dimulai ketika ia berusia 15 tahun. Ia berbisnis music box. Bisnis berikutnya adalah bisnis training dan seminar. Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah trainer tingkat nasional di Singapura. Klien-kliennya adalah para manager dan top manager perusahaan-perusahaan di Singapura. Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam. Nah, sekarang mari kita merenung. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Adam Khoo. Bagaimana seorang anak yang dicap bodoh, hobinya nonton TV dan main games bisa meraih sukses seperti itu? Sukses yang mungkin sekali tidak diraih oleh teman-teman seangkatannya. Teman-teman yang di SD-nya pintar? Ada tiga hal besar yang menjadi kunci sukses Adam Khoo. Tiga kunci sukses ini pun yang menhantarkan siapapun meraih sukses. Nah, sebutlah orang sukses yang anda kenal. Dan perhatikan, bagaimana kondisi tiga hal berikut ini pada diri orang sukses itu: 1. Tujuan yang Jelas 2. Keyakinan yang Benar dan Kuat 3. Aksi yang tepat Hendy Setiono, Miliarder Muda Indonesia Tidak ada alasan untuk tidak memulai bisnis, bagi yang merasa masih muda ini contoh yang pas sebagai inspirasi. Berbisnis tidak mengenal usia dan kondisi. Asal ada kemauan Insya Allah akan ada jalannya. Tulisan ini sebagai rangkaian inspiration story yang akan memuat kisah pengusaha sukses dari berbagai latar belakang. Tulisan ini saya ambil dari situsnya Pak Purdi E Chandra (www.purdiechandra.net) seorang Tokoh yang sangat saya kagumi. Beliau melalui Entrepreneur University telah banyak mencetak pengusaha baru di Indonesia. Baru-baru ini Pak Purdi mendapat predikat Gila dari Museum Rekor Indonesia karena prestasinya dibidang entrepreneur. oke, Terimakasih Bos Purdi and selamat Membaca……. Raih Berkah di Jalur Timur Tengah Namanya Hendy Setiono, pemuda Alumni Entrepreneur University Surabaya ini masih sangat muda, baru 25 tahun. Tapi, sepak terjang bisnisnya sudah tak diragukan lagi. Kalau Anda menjumpai mobil Nissan X-Trail bernomor polisi K 38 AB di jalanan, itulah mobil Hendi. Pelat nomor seharga Rp 16 juta itulah yang membuat orang mudah mengenali dan menyapanya ketika sedang jalan-jalan dengan mobilnya. “Biasanya tukang parkir menggoda, bayarnya pakai kebab saja,” ujarnya lantas tertawa. Pelat nomor sengaja dibuat K 38 AB untuk mendekati kata kebab. Berkat kebab inilah, nama Hendi sebagai pengusaha muda sukses, terukir. Hendy adalah pendiri dan presiden direktur PT Baba Rafi Indonesia. Kebab Turki Baba Rafi adalah hasil inovasi bisnisnya. Dia memulai bisnis itu dengan modal hanya Rp 4
juta. Dia enggan meminta bantuan orang tua. “Itu duit hasil pinjam arek-arek (temantemannya, Red) dan saudara,” kisahnya. Outlet makanan ala Timur Tengah itu kini berjumlah 325, membentang dari kawasan superramai seperti Jakarta hingga pelosok Ambon. Ratusan outlet itu dipantau dan disupervisi dari dua kantor operasional di kawasan Nginden, Surabaya, dan Pondok Labu, Jakarta. Tahun lalu omzet usahanya mencapai Rp 45 miliar, dan 25 persen di antaranya masuk kantongnya sebagai laba bersih. “Tahun ini omzetnya saya targetkan Rp 60 miliar,” ujarnya. Apa yang sudah dipunyai Hendy dari keberhasilannya berbisnis? Hendy tampak agak malu menjawab pertanyaan ini. Sekulum senyum kecil dikeluarkannya. “Apa ya? Ehm, ada beberapa, Mas. Alhamdulillah. Masak disebutkan?” katanya masih diiringi senyum. Dia terbatuk sebentar. Agak ragu, tak lama kemudian, Hendy mulai menjawab. “Aset yang pertama saya beli Yamaha Mio,” ujarnya. Dia membeli motor itu beberapa bulan setelah memulai berbisnis. “Ke mana-mana saya pakai motor itu,” tuturnya. Setahun pertama, Hendi mengaku “hanya” mendapat penghasilan bersih per bulan Rp 20 juta. “Wah, rasanya sudah seneng banget. Baru umur 20 tahun, penghasilan sudah Rp 20 juta sebulan,” ceritanya. Setelah membeli Yamaha Mio? “Sekarang kasihan motor itu, sudah nggak muat nampung badan saya semakin melar. Jadi, cari motor yang agak gedean, pakai HarleyDavidson,” ujar nominator Asia’s Best Entrepreneur Under 25 versi Majalah BusinessWeek tersebut. Selain itu, Hendi punya dua rumah; satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Di Surabaya, dia membeli rumah di salah satu kawasan elite, Perumahan Bumi Galaxy Permai. Soal rumah yang satu ini, Hendi punya cerita tersendiri. “Ini rumah idaman saya,” tuturnya. Dulu, cerita Hendi, semasa masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS, setiap pulang dari kampus, Hendi yang kala itu tinggal di Semolowaru, Surabaya, selalu melewati kawasan perumahan itu. Dia sering berhenti sejenak di perumahan elite itu. Saking seringnya mondar-mandir di perumahan itu sepulang dari kampus, dia sampai kenal dengan sejumlah satpam di sana. “Rumahnya besar-besar, megahmegah. Kelak saya ingin punya rumah seperti ini,” tekadnya ketika itu. Hendi mengaku terkagum-kagum dengan rumah-rumah di kawasan itu. “Bahkan, hujan saja nggak banjir, beda dengan rumah saya. Halaman depannya itu lebih luas daripada rumah saya di Semolowaru,” kisahnya. Dari proses itulah Hendi yakin bahwa mimpi yang terus disemai akan bisa mewujud jika diiringi pancangan semangat yang kuat untuk mewujudkannya. “Semuanya berangkat dari impian. Alhamdulillah, saya kemarin berangkat ke Jakarta (wawancara dengan
Hendi dilakukan di Jakarta beberapa waktu lalu, Red) sudah dari rumah di Galaxy Bumi Permai,” ceritanya. “Kalau saya tidak berani mulai jualan pakai gerobak, semua mimpi itu hanya tinggal mimpi,” imbuhnya. Dengan segala apa yang dimiliki kini, Hendi lebih leluasa menyalurkan hobinya berjalan-jalan. Setiap mengisi seminar di berbagai kampus di Indonesia, dia selalu menyempatkan diri mengunjungi berbagai tempat wisata. “Saya lebih suka ke tempat wisata yang alami, lihat pantai, lihat hutan,” ujarnya. Jalan-jalan ke luar negeri juga sudah menjadi rutinitas yang sangat biasa bagi salah satu 10 Tokoh Pilihan 2006 versi majalah Tempo tersebut. “Dulu jalan-jalan ke luar negeri itu jadi mimpi, sesuatu yang wah, seolah nggak terjangkau. Alhamdulillah, sekarang udah sering,” tuturnya. Hendy tak melupakan sedekah. Dananya secara tetap didonasikan ke tujuh yayasan yatim-piatu. “Saya menyadari sulitnya kehidupan mereka karena orang tua saya juga bukan orang kaya,” katanya. Dia yakin, jika seseorang tak perhitungan dalam sedekah, rezeki yang diberikan Tuhan akan terus mengalir. “Saya yakin istilah inden rezeki. Orang biasanya membayar zakat 2,5 persen dari keuntungan. Saya membaliknya, sebelum ada untung, harus bayar zakat dulu,” ujarnya. “Pokoknya, kalau omzet turun, kita hajar dengan sedekah,” imbuhnya. Di luar itu Hendy hampir tidak pernah menghambur-hamburkan uang untuk hobi yang tidak jelas. Misal, clubbing di tempat hiburan malam. “Kalau jalan-jalan ke mal, itu rutin. Tapi, saya dan keluarga tidak konsumtif. Paling-paling hanya lihat tren fashion saat ini untuk diterapkan ke bisnis saya. Misalnya, untuk desain pakaian karyawan dan outletoutlet,” ujar pria kelahiran 30 Maret 1983 itu. Ketika jalan-jalan itu, Hendi tak khawatir dengan roda bisnisnya. “Owner-nya bisa jalan-jalan, yang mantau manajemen di Surabaya dan Jakarta.” Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak boleh ada kata berpuas diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. “Sekarang baru 40 outlet, mayoritas masih di Jatim,” kata Hendi yang, bersama aktris Dian Sastro dan Artika Sari Devi, menjadi duta Wirausaha Muda Mandiri tersebut. Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu mendirikan Baba Rafi Palace. Sudah dua pondokan megah yang disewakan di Surabaya. “Di Siwalankerto, ada 18 kamar dengan tarif Rp 700 ribu per bulan per kamar. Lalu di Prapanca ada 16 kamar, tarifnya Rp 1,2 juta per bulan,” ujarnya. Satu lini bisnis makanan juga sedang disiapkan Hendy. “Lagi ngerjakan Piramida Pizza. Kalau biasanya pizza ditaruh loyang, ini mau ditaruh di cone. Jadi, makan pizza bisa sambil jalan-jalan, seperti makan es krim,” terang bapak dengan tiga anak itu.
Dia juga bakal berekspansi ke luar negeri. “Di Malaysia saya baru aja bikin Baba Rafi Malaysia Sdn Berhad. Target awalnya mendirikan 25 outlet kebab,” ujarnya. Dari UKM(elarat) ke UKM (iliaran) Hendy memulai bisnis dengan terseok-seok. “Tentu tidak langsung bombastis seperti sekarang. Saya harus jatuh bangun, berdarah-darah.” Dia mengisahkan, saat baru dua minggu berjualan kebab dengan satu gerobak di kawasan Nginden, Surabaya, orang yang diajaknya berjualan sakit. Dari semula berjualan berdua, dia pun memutuskan menunggui gerobaknya seorang diri. “Ndilalah hari itu hujan deras, jadi sepi,” ceritanya. Untuk menghibur diri, hasil jualan hari itu dibelikan makanan di warung sebelah tempat gerobaknya berdiri. “Di sana ada warung sea food. Saat saya membayar, eh ternyata lebih mahal daripada hasil jualan saya. Jadi, malah rugi,” kisahnya. Hendy memulai bisnis kala berusia 20 tahun. Dia berhenti kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS saat masuk tahun kedua. “Belum sempat di-DO (drop out, Red), saya OD, out dhewe (keluar sendiri, Red),” ujarnya lantas tertawa. Ibunya yang pensiunan guru dan bapaknya yang bekerja di sebuah perusahaan di Qatar shock melihat keputusan Hendy. “Orang tua saya ingin saya selesai kuliah, lalu kerja di perusahaan. Bukan malah jualan pakai gerobak,” katanya. Namun, Hendi bergeming. “Setelah berhasil, orang tua malah ingin ikut-ikutan berbisnis,” kata ayahanda Rafi Darmawan, 5, Reva Audrey Sahira, 3, dan Ready Enterprise, 1. Kini bisnisnya terus membesar. Dari hanya satu karyawan, kini perusahaannya mempekerjakan 700 karyawan. “Yang jadi manajemen inti 200 orang. Semuanya lulusan S1 dan S2,” ceritanya, bangga. Dia mengibaratkan perjalanan bisnisnya dengan dua istilah UKM yang berbeda. “Dulu kami hanya UKM, usaha kecil melarat. Sekarang masih UKM, tapi usaha kecil miliaran,” tuturnya. Sekarang ada satu mimpi yang bakal diwujudkan tahun ini. “Saya ingin mengajak semua keluarga jalan-jalan ke Eropa.” Resep menjadi Entrepreneur Sejati dari Om Bob Sadino Habis baca buku tentang Om Bob, jadi tambah tercerahkan. Berikut lima sandaran yang perlu Anda perhatikan jika ingin menjadi entrepreneur sejati yang saya ambil dari buku : Bob Sadino : Mereka Bilang Saya Gila. Pertama, miliki kemauan untuk menjadi pengusaha atau wiraswasta. Ini sandaran yang paling awal dan mutlak sifatnya. “Karena, kemauan inilah yang menjadi titik berangkat Anda saat hendak memasuki kuadran BISA atau kuadran MASYARAKAT. Nah, kemauan yang bagaimana? Kemauan yang kuat. Tidak ada kemauan kuat, lupakan
saja!” . Bob mengibaratkan sandaran kemauan berwiraswasta itu sebagai sebuah mobil. Untuk melaju di jalan wiraswasta, orang membutuhkan sandaran mobil tadi. Tetapi, mobil itu pasti tidak bisa beranjak kemanapun atau melaju dengan kecepatan tinggi, kalau tidak diisi dengan bensin beroktan tinggi. “Nah, bensin beroktan tinggi itu adalah adanya tekad yang sangat kuat untuk menjadi wiraswastawan. Itulah sandaran kedua, yang kita kenal juga dengan istilah komitmen yang kuat, atau dalam bahasa orang-orang pintar itu dinamakan determination,” jelas Bob. Setelah mobil penuh bahan bakar, barulah calon wiraswasta ini bisa menghidupkan mesinnya untuk segera menjalankan si mobil. Mengapa dibutuhkan tekad atau komitmen yang sangat kuat? Ya, karena jalan-jalan entrepreneurship itu penuh liku dan tanjakan. Bahkan, bisa dikatakan sejak di kilometer nol pun sudah langsung ada kendalanya. Artinya, hambatan maupun kesulitan atau setidak-tidaknya sesuatu hal yang dipersepsi sebagai hambatan dan kesulitan sudah menggelayuti siapa saja yang hendak terjun menjadi entrepeuner. Mau contoh? Ya, kendala modal yang dibahas dimuka tadi. Tak sedikit orang yang punya kemauan nyemplung sebagai wiraswasta, tapi karena tidak punya modal determinasi akibat persepsi ketidaan modal. Akhirnya mundur dan menanggalkan kemauannya sendiri. Mobil sudah dipenuhi bensin beroktan tinggi, dan mesinpun sudah dipanasi, sandaran apalagi yang dibutuhkan? Tibalah kita pada sandaran yang ketiga, yaitu keberanian mengambil peluang. Mobil sudah ada, bensin oktan tinggi sudah penuh, dan mesin pun sudah dipanasi, tapi kalau tidak berani memulai dengan mengambil peluang dan resiko .. sama saja tidak ada artinya. Tidak berani mengambil peluang, berarti orang tidak bergulir atau tidak beranjak dari tempatnya semula. Ibarat bandul jam yang berhenti, itu menunjukan bahwa jamnya mati, jam yang menyesatkan dan tidak berguna. Menurut Bob, Peluang dan resiko menyatu, seperti dua sisi dari keping mata uang yang sama. Peluang adalah potensi pergerakan yang membuahkan beragam akibat. Itulah yang harus dimanfaatkan untuk menggulirkan kehidupan manusia wiraswasta. “ kalau menggunakan diagram Roda Bob Sadino,calon entrepreneur itu harus bergulir, terus membandulkan diri dan bergerak memutari roda kehidupan. Jika tidak, ia seperti orang mati saja ,“ tegasnya. Apalagi seseorang sudah memiliki tiga sandaran di atas, sebenarnya dia sudah menggulirkan dirinya menjadi wiraswastawan. Orang itu sudah jalan, namun itu belum cukup apabila dia belum memiliki sandaran keempat, yaitu tahan banting dan tidak cengeng. Sebagaimana sering diungkapkan oleh Bob dalam berbagai forum, wiraswastawan itu berkubang dengan hambatan, tantangan, risiko, dan kegagalan. Orang perlu daya tahan yang luar biasa untuk memenangkan pertarungan tersebut. Semakin banyak jam terbang dia dalam menghadapi bantingan demi bantingan, makin matang pula kehidupannya di kancah wiraswasta. Terkait dengan sandaran tahan banting dan tidak cengeng ini adalah suatu sifat yang tampak jadi sangat utama di mata Bob, yaitu kemandirian. “Di forum-forum saya sering mendapat permintaan bantuan ini dan itu untuk memulai usaha. Kalau begitu caranya, saya bilang jangan pernah jadi entrepeneur! Entrepreneur tidak tergantung pada orang lain. Entrepreneur itu merdeka, ia bebas, mandiri. Kalau masih meminta-minta atau
mengemis bantuan, apalagi sampai memaksa, itu cengeng namanya,” tegas Bob. Itu sebabnya , ketika ditanya perlukah campur tangan pemerintah untuk membesarkan usaha-usaha kecil supaya bisa menjadi besar dan mampu bersaing di kancah internasional, Bob menyatakan, “Tidak perlu! Ada atau tidak ada campur tangan pemerintah, wiraswasta itu jalan terus, tidak boleh berhenti. Semakin sedikit campur tangan pemerintah, semakin tidak cengeng pula mereka. Entrepreneur sejati tidak menunggu bantuan. Disokong atau tidak disokong, jalan terus dia… Tapi, itu menurut Bob Sadino, lho….” Orang-orang Hebat Indonesia di Luar Negeri Dari Miliarder AS hingga Orang Terpenting Jepang Menjadi orang kaya tak melulu harus menjadi pengusaha. Memiliki otak encer dan berprestasi akademik tanpa terlibat dalam dunia politik pun bisa menjadi jalan untuk menjadi orang kaya. Syaratnya cuma. Jangan berkiprah di Tanah Air. Setidaknya syarat ini diisyaratkan Sehat Sutardja, pria kelahiran Jakarta , 49 tahun silam. Nama ini mungkin terdengar asing dan tidak familiar di Tanah Air. Tapi di Amerika Serikat, Sehat adalah cerita sukses perjuangan seorang imigran yang tetap mengagungkan ilmu untuk meraih sukses. Sadar menjadi cerdas di Indonesia tak bakalan dihargai oleh negara , ia hijrah ke AS saat usianya masih 19 tahun. Ia pun memilih tinggal dan menjadi warga AS. Siapa sangka, Sehat kini termasuk salah satu orang terkaya di negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).Bersama kakaknya, Pantas Sutardja, Sehat mendirikan Marvell Technology Group, perusahaan yang terdaftar dan go public di indeks bursa Nasdaq New York Stock Exchange. Namanya tercantum dalam majalah Forbes dengan kekayaan bersih 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp. 10 triliun ( kurs Rp. 10 ribu per dolar AS . Ia masuk dalam kategori Exclusive Billioners Club untuk pertama kalinya di tahun 2007. Perjuangan Sehat bersama tiga orang teman menembus industri semikonduktor di AS bisa menginspirasi ketika seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi apa-apa. Kini Marvell, perusahaan yang dibentuknya tahun 1995, berkibar sebagai perusahaan yang paling dipercaya publik tahun 2005. Hanya dalam waktu 10 tahun! Bukan Cuma itu, Marvell tercatat sebagai one of the best managed company in America dan menjadi kampium di semi-conductor company top ten list. Semuanya bergengsi karena yang memilihnya adalah majalah Forbes, majalah referensi utama ekonomi dunia. Kisah Sehat dimulai saat ia kelas enam sekolah dasar di Jakarta sekitar tahun 1970-an. Ia baru menyadari ketertarikannya pada bidang elektronik ( komputer belum populer saat itu). Ia menyampaikan kepada orangtuanya bahwa ia bakal berkarir di bidang elektronik. Orangtuannya heran. Maklumlah, tahun 1970-an, karier di bidang elektronik berarti menjadi tukang reparasi radio, dan syukur-syukur TV yang masih jarang waktu itu. Sang bapak dan Ibu ingin Sehat menjadi dokter. Sehat kecil sudah bermimpi menciptakan hal-hal hebat yang muncul dari elektronik. Dia mulai gandrung dengan elektronika saat tanpa sengaja menemukan buku fisika milik saudaranya yang membahas soal listrik, rangkaian, kapasitor, resistor dan sebagainya. 30 tahun setelah itu, ia bukan saja mewujudkan mimpinya. Ia bahkan membuat bangga Indonesia meski tak lagi menjadi WNI. Tamat SMA di Kolese Kanisius, Jakarta,Sehat yang memiliki otak cerdas berpikir sekolah di Indonesia belum menghargai ilmu. Bermodalkan semangat, ia melamar di University of California,Berkeley, AS. Diterima di
universitas bergengsi tak berarti jalan hidup Sehat lurus-lurus saja. Pada 1995,Sehat berpikir bahwa bila ingin sukses ia harus memiliki perusahaan sendiri. Maka, bersama Pantas, dan istrinya, Weili Dai, mereka mengumpulkan duit lalu mendirikan perusahaan IT, Marvell Group. Tahun-tahun awal dilalui dengan sukses berat. Mereka bekerja tak kenal waktu siang dan malam demi kesempurnaan produknya. Mereka bahkan tidak menggaji diri mereka sendiri dan hidup dalam kesederhanaan. Jarang sekali mereka bertemu dengan keluarga. Bahkan saat produk pertama mereka muncul di pasaran, mereka masih harus berjuang keras meyakinkan pembeli untuk membeli produk mereka tersebut. “Saat itu kami sangat-sangat kecil, terlalu berisiko,” kenang Sehat. “Saat itu sangat berat untuk kami. Kami rasa saat itu kami beruntung mendapatkan pelanggan, namun kami berhasil menciptakan produk yang tak dapat dilakukan oleh pesaing kami. Setelah tiga atau empat tahun berjalan, kami mendapatkan satu pelanggan. Tahun berikutnya kami mendapatkan pelanggan lainnya.” Akhirnya mereka berhasil. Tahun 2003, Ernst & Young menganugerahi Sehat dan istrinya sebagai Entrepreneur of the Year atas kegigihan mereka dalam inovasi, kepemimpinan teknologi, dan kesuksesan bisnis. Marvell bermarkas di Sunnyvale, AS. Hanya butuh waktu 10 tahun untuk membesarkan Marvell. Siapa yang mengira hanya dalam tempo 10 tahun, Sehat kini memimpin Marvell yang memiliki 1.800 pegawai dan menjelma menjadi perusahaan berharga miliaran dolar AS. Berdasarkan kesuksesan dan pengalamannya, Sehat memberikan nasihat kepada para mahasiswanyam “Belajarlah sebanyak mungkin, tentang software, biologi, fisika lanjutan, semua hal. Mengetahui satu jenis pengetahuan saja tidaklah cukup. Banyak orang berhenti belajar ketika mereka ingin menjadi seorang pengusaha. Itu adalah kesalahan terbesar yang ada.” Profesor Termuda Kisah sukses lainnya diperlihatkan Profesor Nelson Tansu. Siapa lagi nih? Asal tahu saja, Nelson adalah peraih gelar profesor termuda di AS. Nelson adalah ilmuwan kelahiran Medan, 20 Oktober 1977. Ia meraih gelar profesor di bidang electrical engineering sebelum berusia 30 tahun. Ia menjadi lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah menjadi finalis team Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar sarjana dari Wisconsin University yang ditempuhnya dalam 2 tahun 9 bulan dan dengan predikat Summa Cum Laude. Ia meraih gelar PhD dalam usia 26 tahun di universitas yang sama. Nelson mengaku, orang tuanya hanya membiayai pendidikannya hingga sarjana. Selebihnya, karena otaknya yang encer, ia menjadi rebutan tawaran beasiswa. Dia juga merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi profesor di Lehigh University, tempatnya bekerja sekarang. Tesis doktoralnya mendapat award sebagai “The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award” mengalahkan 300 tesis doktoral lainnya. Acuan Utama Yow-Pin Lim, putra kelahiran Surabaya adalah contoh lain kisah sukses putra Indonesia di luar negeri. Ia adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Pro Thera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic.
Riset yang dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada pemahaman terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System. Hebatnya penemuan Lim menjadi acuan utama rumah sakitrumah sakit di AS saat ini. Dosen Terbaik Inggris Tahun 2009 lalu, seorang putra Indonesia menyedot perhatian dunia akademik di Inggris . Namanya Yanuar Nugroho, pengajar di Institut Kajian Inovasi ata Manchester Institution of Innovation Research dan Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih penghargaan sebagai dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut Yanuar, Desember tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada lebih dari 15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan Riset Eropa, serta Departemen Industri dan Perdagangan Inggris. Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester. Ken Soetanto Ken Kawan Soetanto mungkin menjadi orang Indonesia yang paling sukses berkiprah dari sisi akademik di luar negeri. Bayangkan, ia sudah mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi. Soetanto juga adalah peraih gelar profesor dan empat doktor sekaligus dari empat universitas berbeda di Jepang. Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampaisampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”.Metode ini menekankan pada menggali aspek yang menyentuh hati mahasiswa dan mengumandangkan motivasi serta pemahaman tujuan yang ingin diraih. Pemerintah Jepang sangat menghargai Soetanto yang sudah menjadi warga Jepang ini. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007. “Itu riset smart medicine atau obat cerdas yang mampu menelusuri sistem jaringan pembuluh darah untuk mencari sel-sel kanker dan melumpuhkannya,” kata Soetanto. Mengapa ia hijrah ke Jepang? Soetanto mengatakan, “Negara tanpa riset akan lemah. Riset harus dikembangkan melalui pendidikan yang baik. Di Indonesia, Soetanto pernah merasa terbuang. Tahun 1965, ketika terjadi pergolakan politik menentang komunisme, hak mendapat pendidikan Soetanto terampas. Sekolahnya, Chung-Chung High School di Surabaya ditutup untuk selamanya. Soetanto hanya menyelesaikan pendidikannya sampai kelas I SMA. Selama tak lagi bersekolah, dia bekerja mereparasi elektronik di
toko abangnya di Surabaya. Setelah uang terkumpul, berangkatlah dia ke Jepang tahun 1974. CEO Pertama Satu lagi putra Indonesia yang membanggakan di luar negeri adalah Andreas Raharso. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group. Hay Group mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pemimpin dunia seperti AS, Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa. Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN). Sayang sekali. Bagaimana Cara Menjadi Pengusaha? Akhir-akhir ini kecenderungan untuk menjadi pengusaha terasa meningkat. Ditandai dengan adanya berbagai pelatihan dan munculnya berbagai lembaga yang menyediakan diri untuk mendorong dan melatih seseorang menjadi pengusaha. Hal ini merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan. Semakin banyak pengusaha, maka semakin banyak lapangan kerja yang tersedia. Tentunya akan semakin banyak tenaga kerja yang bisa diserap. Tulisan ini akan membantu para pembaca yang ingin mengetahui bagaimana caranya menjadi pengusaha. Pertama yang harus dilakukan adalah mengatasi rasa takut menjadi pengusaha. Umumnya orang enggan menjadi pengusaha karena rasa takut bangkrut, takut tertipu dan lain-lain. Intinya takut akan resiko yang nanti dihadapi. Padahal apapun yang kita lakukan pada dasarnya beresiko. Sebagai contoh : kita menyeberang jalan, tentu kita ada resiko tertabrak. Sebagai orang yang dikaruniai akal, tentu kita tidak akan menyeberang sembarangan. Begitu pula dengan menjadi pengusaha, resiko bisa kita minimalkan dengan manajemen yang baik. Jika kita tidak sanggup menanggung resiko besar, kita bisa memilih resiko yang lebih kecil. Dan memang lebih baik memulai dari sesuatu yang kecil.
Kedua adalah mengenai modal. Banyak orang batal menjadi pengusaha karena tidak memiliki modal. Sesungguhnya modal itu penting tapi bukan yang utama. Yang utama adalah ide. Uang berapa pun tidak akan menghasilkan keuntungan jika tidak memiliki ide. Saya bisa memberikan kepada Anda uang 1 milyar hari ini, tapi jika Anda tidak punya ide usaha, maka uang itu akan habis pelan dan cepat. Sebaliknya jika seseorang memiliki ide, maka uang akan datang dengan sendirinya. Banyak pengusaha yang memulai tanpa modal sama-sekali, dan pada akhirnya perbankkan berebut menawarkan modal kepadanya.
Jadi tidak ada modal uang, pilihlah usaha yang tidak membutuhkan uang untuk memulainya. Kita bisa belajar dari para pedagang yang menjual cash, tapi membeli dengan bayar dibelakang. Jika memang membutuhkan uang, sementara Anda tidak memiliki uang, pakailah uang orang lain. Cukup sederhana. Masalahnya tinggal bagaimana Anda menggunakan “modal” yang diberikan Tuhan, tubuh dan akal Anda untuk memakai uang orang lain. Modal yang kedua adalah keberanian. Mulai dari sekarang, beranikan diri Anda untuk bermimpi. Mungkin ini agak aneh, tapi dunia sudah membuktikan bahwa banyak penemuan ilmiah berdasarkan mimpi dan khayalan. Mobilmobil sekarang ini berasal dari khayalan masa kecil. Ketika mimpi dan khayalan terwujud, kesuksesan sudah menanti di depan mata. Selanjutnya, beranilah berbeda. Di tengah pasar yang kompetitif, menjadi beda adalah hal yang penting. Jika Anda membuat sesuatu yang sama dengan kompetitor, maka produk atau jasa Anda peluangnya berbagi dengan kompetitor. Sesuatu yang berbeda adalah nilai tambah. Dengan berbeda, keuntungan akan lebih besar. Lihatlah sekeliling, apa yang menjadi masalah atau kebutuhan di sekitar Anda. Dengan demikian Anda akan memahami pasar sebelum meluncurkan produk atau jasa. Jika Anda sulit menemukan sebuah bisnis yang benar-benar baru, tidak perlu kecil hati karena Anda bisa memilih bisnis yang masih memiliki prospek pertumbuhan di masa mendatang. Salah satunya adalah bisnis di sektor telekomunikasi. Anda tidak perlu berpikir untuk mendirikan operator baru karena memang bukan itu ‘mainan’ yang tepat untuk pemula. Namun lihatlah rantai bisnis telekomunikasi dari hulu sampai hilir. Lihat juga bisnis yang terkait dengan sektor telekomunikasi ini. Kemudian siapkan keberanian untuk memulai. Makin cepat akan makin baik. Buanglah keraguan Anda. Jika selalu ragu, maka Anda tidak akan pernah memulai dan tidak tahu apakah Anda akan bisa belajar bagaimana menghindari kegagalan dan juga sekaligus tidak pernah mengalami kesuksesan. Kalaupun ditengah perjalanan ada kegagalan, itu merupakan hal yang sangat biasa. Dengan demikian kita memiliki pengalaman, anggap saja hal itu merupakan biaya sekolah. Lebih baik kita gagal di awal daripada gagal di akhir. Pendiri dan pemilik KFC, telah gagal 19 kali untuk meyakinkan bahwa ayam gorengnya enak dan laku sebelum akhirnya menemui jalan suksesnya. Begitu juga Puspo Wardoyo gagal di tempat asalnya dan memulai usaha Ayam Bakar Wong Solo di Medan. Wajar jika belum memiliki pengalaman saat memulai usaha. Pengalaman akan didapatkan seiring perjalanan usaha. Tidak ada seseorang yang tiba-tiba ahli dalam bidang apapun, semuanya melalui proses belajar. Sayangnya menjadi pengusaha tidak ada sekolahnya, sehingga trial dan error menjadi salah satu metode yang paling sering digunakan. Kesuksesan pengusaha ditentukan oleh berapa kali ia lebih banyak bangun dari kegagalan. Ada pameo, lebih baik menjadi kepala semut daripada ekor gajah. Dengan menjadi pengusaha, kita menjadi kepala, bukan ekor. Apakah kemudian badan kita besar atau kecil, tentu tergantung bagaimana kita mengelola usaha kita. Dengan makin majunya
ilmu managemen, makin mudah mengelola perusahaan. Jadi beranikan diri Anda menjadi kepala. Para Jenius Indonesia di Luar Negeri Kita boleh berbangga, ternyata masih banyak para jenius Indonesia di Luar negeri. Di negeri ini mungkin mereka tidak terlalu dihargai, tapi di luar negeri otak mereka menjadi mahal . Kini mereka telah bergabung dalam satu perkumpulan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4), Juga ada grupnya di facebook lho. Baiklah intinya terus berjuang demi kemajuan negeri ini , berikut beberapa diantara para jenius indonesia itu : 1. March Boedihardjo ==> HONG KONG – Bocah Indonesia, March Boedihardjo, March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugastugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut. 2. Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano ==> Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila
ingin menjadi warga negara Amerika.Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. “Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?” “Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia,” katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia. 3. Muhammad Arief Budiman : MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS ==> Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu. pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia. Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa “membeli” kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya. Prof Dr. Khoirul Anwar : TERINSPIRASI KISAH FIRAUN ==> Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007. Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai
kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu. Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dr Warsito P. Taruno : AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG ==> Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology. Belasan tahun belajar di luar negeri. Sona CT x001. robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar. Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito. ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).
Tamatan SMP, Usaha Amiruddin Rustan Beromzet Rp2 M per Bulan TINGGI tubuhnya sekitar 170 sentimeter dengan kulit yang putih. Sorot matanya sipit dan tajam. Dialah Amiruddin Rustan alias Djony, pengusaha otomotif asal Kota Makassar yang disebut-sebut ikut menikmati dana talangan Bank Century. Dengan dibalut kemeja putih dan celana hitam, Bos PT Catur Putra Harmonis (ex Mahaputra) ini berjalan masuk ke ruang rapat di lantai dua Mapolda Sulselbar dengan didampingi oleh tiga orang kuasa hukumnya, Harianto Cahayadi SH dkk, kemarin. Puluhan pekerja media yang telah menunggunya sejak dua jam sebelumnya langsung menyambut dengan sorotan lampu kamera serta blits fotografer, saat memenuhi panggilan tujuh orang tim Panitia Khusus (Pansus) DPR yang dipimpin oleh politisi Partai Demokrat Mahfudz Siddiq. Akhir 2009 lalu, pria kelahiran Ujung PAndang 19 Oktober 1956 ini terus diberitakan oleh media di Tanah Air. Amiruddin diberitakan memperoleh dana talangan miliaran rupiah dari Bank Century yang sekarang ini sudah berganti nama menjadi Bank Mutiara. Namun saat itu pansus mengira Amiruddin hanya seorang tukang jaga bengkel di Makassar. Hal inilah yang membuat kecurigaan pansus semakin besar. Saat memeriksanya kemarin, pansus cukup tercengang. Pria yang tak punya ijazah SMA ini memiliki aset di bengkelnya tak kurang dari Rp100 M. Tak hanya di Makassar, Pria tegap ini memiliki cabang bengkel di Palu dan Kendari. Amiruddin pun tercatat sebagai inportir oli Exxon Mobil yang cukup berhasil, selain itu ia menjadi distributor berbagai jenis ban mobil dan distributor Astra di Makassar. Isu mengenai dirinya memang sempat simpang siur, hal itu karena pria dari tujuh bersaudara ini memang tak pernah mau muncul di media. Seluruh keterangannya di media elektronik dan cetak hanya diwakilkan kepada kuasa hukumnya Harianto Cahayadi. Dalam pertemuan yang berlangsung dua jam itu, mengaku sangat berterima kasih kepada pansus atas kedatangannya ke Makassar, sehingga Djony bisa menjelaskan secara langsung mengenai ketidakterlibatan dirinya dengan kasus yang menuai kontroversi ini. Di depan sejumlah anggota dewan dan Wakapolda Sulselbar Brigjen Pol Wisjnu Amat Satro, pria berkacamata ini mengatakan bahwa bisnis otomotif yang dilakoninya tersebut telah dirintisnya sejak 1970 silam yang merupakan warisan dari orangtuanya. Namun bisnis yang awalnya terbilang kecil itu kini mulai beranak cabang dan tersebar hingga keluar Sulawesi Selatan. Beberapa di antaranya terletak di Jalan Ir Sutami, Jalan Bandang, Jalan AP Pettarani, Jalan Sungai Saddang Baru,Kendari, hingga Palu, Sulawesi Tengah. ”Awalnya hanya dimulai dari distributor ban mobil. Modalnya dari warisan orangtua dan saya yang meneruskannya sendiri. Sekarang ini sudah berkembang menjadi distributor ban ternama, impor aspal, SPBU (Stasiun Pengirisian Bahan Bakar). impor oli kendaraan, serta vulkanisir ban,” ungkapnya, dengan logat Makassar.
Dari seluruh perusahaan yang dipimpinnya itu, hingga sekarang dia sukses menghidupi sebanyak 201 karyawannya. Dalam sebulannya, nilai omset yang diterimanya mencapai Rp2 miliar sebulan dan hingga sekarang total nilai perusahaannya Rp100 miliar. Namun siapa sangka, di balik kesuksesan memimpin sejumlah perusahaan ternama di Makassar itu, Amiruddin hanya mengecap pendidikan hingga bangku SMA, itupun tidak sampai selesai. ”Saya tidak tamat SMA, tetapi aset perusahaan saya mencapai Rp100 miliar,” ungkapnya. Ungkapan datarnya itu membuat tujuh Tim Pansus DPR yang berada di depannya tersentak. Bahkan tidak menyangka kalau dengan hanya berijazahkan SMP, bisa sampai memimpin beberapa perusahaan otomotif dan mahir dalam menjelaskan mengenai perbankan. ”Saya kaget ketika Anda mengatakan kalau Anda ini tidak lulus SMA. Seakan tidak percaya dengan cara Anda menjelaskan istilah perbankan secara fasih dan berhasil memimpin perusahaan hingga sekarang ini,” kagum politis Partai Hanura Faisal Akbar yang mengundang decak kagum seluruh orang yang menghadiri pemeriksaan itu. Di akhir pertemuannya dengan pansus, Amiruddi sempat memohon agar anggota dewan bisa mendesak Bank Century untuk mengembalikan dananya sebesar Rp8 miliar yang sampai sekarang masih belum diterimanya. (jumardin akas/wahyudi) (Koran SI/Koran SI/rhs) KORBAN PHK JADI MILYADER Pemutusan hubungan kerja (PHK) tak selamanya pahit.Lihat saja Siswati.PHK justru menuntunnya menjadi pengusaha sukses di bidang alat permainan edukatif anak usia dini. TAHUN 2005 menjadi tahun tak terlupakan bagi Siswati. Pada tahun tersebut dia bersama 12 rekannya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari PT Mentari Toy, tempatnya bekerja. Perusahaan mainan di daerah Jombang, Jawa Timur itu terpaksa melepas Siswati dan kawan-kawan lantaran gulung tikar. Siswati pun nyaris putus asa. Apalagi sewaktu terkena PHK, usianya bersama 12 rekan sudah tidak muda lagi,ratarata 40 tahun. ”Di usia 40 tahun,mana ada perusahaan yang mau menerima kami bekerja,” Siswati bercerita. Di tengah keputusasaan,secercah harap untuk dapat kembali meraih masa depan yang lebih baik terkuak. Ibu empat anak tersebut mendapat tawaran dari seorang pejabat di Jombang bekerja sama membuat mainan edukatif. Bersama 12 rekan-rekannya yang terkena PHK, Siswati pun menjalin kerja sama tersebut. Terlebih pejabat asal Jombang tersebut menawarkan beberapa kemudahan. Sayang,entah mungkin karena belum rezeki,di tengah jalan kerja sama itu terhenti. Siswati kembali menemui persoalan pelik. Buntut kerja sama yang terputus di tengah jalan, dia dan rekan-rekannya harus menanggung sejumlah utang.
”Kesabaran kami benar-benar diuji saat itu,”katanya. Di tengah cobaan tersebut, pertolongan ternyata tetap saja datang.Rekan atasannya sewaktu di PT Mentari Toy menawarinya mendirikan perusahaan permainan edukatif agar utang yang ditanggungnya dapat terbayar. Dengan modal pinjaman, Siswati dan dua temannya mengawali upaya mendirikan perusahaan dengan menjadi distributor mainan dari kayu, plastik, dan besi. “Saat itu kami belum memproduksi, tetapi memesan barang dari Jateng dan Jatim,”katanya. Usaha distributor mainan ditekuninya hingga satu setengah tahun. Selama menjalankan usahanya sebagai distributor, pasar merespons dengan baik. Barangbarang yang diambil dari wilayah Jatim dan Jateng tersebut selalu habis terjual. Merasa ilmu dalam bisnis mainan telah lengkap diperoleh,Siswati bersama sejumlah temannya yang terkena PHK pada 2007 mendirikan CV Putra Putri dengan modal Rp40 juta. Beberapa kawan mantan pekerja PT Mentari Toy juga diajak ikut serta. Tak butuh waktu lama bagi CV Putra Putri yang memproduksi permainan edukatif untuk berkembang pesat. Pesanan satu demi satu berdatangan, hingga jumlahnya ribuan.Omzet perusahaannya meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada awal-awal pendirian omzetnya masih berada di kisaran Rp1-2 miliar per tahun,pada 2009 omzet perusahaannya telah mencapai Rp8 miliar per tahun. Penambahan omzet yang demikian besar itu menurut Siswati karena dalam tempo waktu tiga bulan terakhir pada 2009, perusahaannya mendapat order dari 18 kabupaten di Indonesia. ”Semua berjalan demikian cepat. Saya sendiri tak mengira kalau perusahaan yang bisa dikatakan industri rumahan bisa seperti sekarang,”kata Siswati. Kini produksi mainan edukatif CV Putra Putri dengan merek dagang Papoe (singkatan dari putra dan poetri) telah merambah 33 provinsi di Indonesia. Dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Jayapura. Pabriknya yang berdiri di atas lahan seluas 1.500 meter persegi di Desa Kembangbunder, Jombang, setiap bulan telah mampu memproduksi hingga 513 jenis mainan edukatif untuk anak di usia emas (golden age),0-4 tahun.CV Putra Putri juga menampung pekerja yang sebagian besar dari warga sekitar, ditambah beberapa pekerja mantan karyawan PT Mentari Toy. Atas prestasi itu, banyak penghargaan yang diterima Siswati.Perusahaannya kerap menjadi contoh pembuatan alat edukatif yang ramah lingkungan, memerhatikan aspek kesehatan, dan tidak membahayakan untuk anak balita. ”Pelatihan-pelatihan yang saya dapatkan membantu saya membuat mainan yang memperhatikan standar keselamatan dan keamanan. Semua bahan yang kami gunakan aman dan tidak mengandung racun,”ungkapnya. Dia juga dipercaya menerima pinjaman bank sebesar Rp125 juta dari BNI.Jumlahnya terus meningkat hingga kini menjadi Rp150 juta. Siswati memilih BNI karena mutu pelayanan dan suku bunganya yang kompetitif. Namun,tak selamanya roda bisnis CV Putra Putri berjalan mulus. Nah, situasi yang paling sulit dihadapi Siswati adalah penjiplakan yang dilakukan perusahaan lain terhadap Papoe, brand produk CV Putra Putri.Penjiplakan hasil karya ini,menurut Siswati, sudah cukup mencemaskan.
”Banyak komplain ke kami bahwa produk bikinan Jombang kurang baik.Padahal, setelah kami selidiki,ternyata produk itu dari daerah lain,”katanya. Ironisnya, tak banyak pilihan bagi Siswati untuk keluar dari masalah ini. Untuk mendaftarkan hasil karyanya, setiap item dikenai biaya registrasi Rp600.000. Bisa dibayangkan, berapadanayangharus dikeluarkan CV Putra Putri untuk mematenkan ratusan jenis mainannya. Ini belum termasuk empat jenis mainan baru yang setiap bulan diciptakan CV Putra Putri.”Kesadaran penghargaan terhadap karya orang lain masih minim,”katanya. Tantangan lain datang dari kemunculan perusahaan-perusahaan sejenis. Banyak perusahaan baru menawarkan harga jual lebih rendah sehingga merusak harga pasar.Serbuan produk murah dari China meski tidak terlalu berpengaruh signifikan juga menjadi ujian lainnya. Meski tantangan dan cobaan sepertinya tak pernah berhenti mendera,istri seorang dosen di sebuah universitas di Kota Malang tersebut tetap tegar. Salah satu pendorong semangatnya adalah obsesi mulia untuk memberi pekerjaan bagi banyak orang.“Kami berobsesi bisa menampung 1.000 karyawan dari tempat saya bekerja dulu (Mentari Toy),”katanya. Siswati juga ingin wilayah pemasaran usahanya tidak hanya di dalam negeri.Ke depan dia ingin produk Papoe bisa diekspor ke luar negeri. Dia mengatakan, ada beberapa pihak yang sudah menjajaki untuk mengekspor produknya.” Mudah-mudahan dalam waktu dekat, produk saya juga bisa dijual ke luar negeri,”harapnya. Cita-cita mulia lainnya adalah keinginannya mendirikan anak usaha dari bidang yang digelutinya saat ini. Siswati ingin membuat perusahaan ekspedisi. Perusahaan ekspedisi akan turut membantu memperlancar distribusi barang. Usaha ekspedisi diakuinya juga punya prospek cerah. ”Dengan adanya usaha tersebut, saya harap dapat kembali mengentaskan pengangguran di wilayah sekitar,”katanya. Tak berhenti di sini, cita-cita mulia Siswati masih berderet antara lain mendirikan sekolah untuk anak usia dini dengan standar tinggi. Dia ingin anak-anak di Jombang, khususnya di sekitar perusahaannya, berdiri menjadi anak cerdas, mampu meraih cita-cita setinggi langit.Begitulah Siswati,perempuan pengusaha asal Jombang, yang senantiasa tak bisa lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu, turut membesarkan dan mendidik anak-anak Indonesia. (SumberSindo) Sesungguhnya hidup ini begitu Indah , selama kita tetap mempunyai Semangat dan kemauan untuk berusaha , walau kadang harus jatuh bangun dan terasa begitu pahit..!! namun akan Manis pada akhirnya.. Tetap Semangat…!!!! MENYIBAK MATI SURI Pengalaman mati suri (Near Death Experience) seringkali terjadi pada beberapa orang yang sedang sekarat. Apa yang sebenarnya terjadi pada saat mati suri? Atau hanya ada perubahan-perubahan kimia dalam otak dan organ indera sebelum kematian?
Rata-rata mati suri memiliki ciri-ciri umum tertentu, tapi ada juga yang memiliki pola berbeda. Ada beberapa ciri umum ketika seseorang mati suri, yaitu: 1. Perasaan ketenangan, perasaan ini kemungkinan meliputi kedamaian, penerimaan kematian, emosional dan kenyamaan fisik. 2. Intensitas murni cahaya terang yang tidak menyakitkan, intensitas cahaya ini terkadang memenuhi ruangan tapi ada juga seseorang hanya melihat cahaya yang berasal dari surga atau Tuhan. 3. Pengalaman keluar dari tubuh (out-of-body experience/OBE), orang merasa telah meninggalkan tubuhnya dan bisa melihat dokter yang bekerja padanya. 4. Memasuki alam atau dimensi lain, hal ini biasanya tergantung dari keyakinan dan pengalamannya. 5. Berjalan di terowongan, banyak orang yang mati suri menemukan dirinya berada di terowongan dengan cahaya di ujung dan bertemu dengan makhluk roh lainnya. 6. Dapat komunikasi dengan roh, sebelum mati suri berakhir banyak orang yang melaporkan dapat berkomunikasi dengan roh lain dan diperintahkan untuk kembali ke tubuhnya . [Seperti dikutip detik dari Howstuffworks, Jumat (19/3/2010)] Teori yang menjelaskan tentang mati suri dibagi menjadi dua kategori dasar yaitu penjelasan ilmiah (medis, fisiologis dan psikologis) serta penjelasan supernatural (spiritual dan agama). Secara supernatural seseorang yang mati suri sebenarnya mengalami dan mengingat hal-hal yang terjadi dengan kesadaran tapi tanpa disertai tubuhnya. Ketika seseorang mendekati kematian, maka jiwanya meninggalkan tubuh dan mulai merasakan hal-hal yang biasanya tidak bisa dirasakan. Jiwa berjalan melalui perbatasan antara hidup di dunia dan hidup di akhirat, biasanya diwakili oleh terowongan dengan cahaya di ujung. Secara ilmiah proses mati suri sangat kompleks, subjektif dan emosional. Mekanisme di balik beberapa pengalaman ini adalah cara otak memproses informasi sensorik. Apa yang seseorang lihat di sekelilingnya hanyalah jumlah dari semua informasi sensorik yang diterima otak pada saat tertentu. Jika seseorang membayangkan sesuatu saat inderanya tidak berfungsi dengan baik, maka otak akan menerima informasi yang salah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh obat-obatan atau beberapa bentuk trauma yang menyebabkan otak orang tersebut menutup. Beberapa ahli berteori bahwa gangguan saraf atau kelebihan beban informasi yang dikirim ke korteks visual otak, menciptakan gambaran cahaya terang yang berangsur-angsur menjadi lebih besar. Otak dapat menafsirkan hal ini sebagai bergerak di terowongan gelap. Selama mengalami mati suri, tubuh rawan mengalami kerusakan karena otak menafsirkan informasi yang salah. Kombinasi antara efek trauma dan kekurangan
oksigen di dalam otak memunculkan pengalaman melayang ke angkasa dan menatap tubuh Anda sendiri. Sensasi damai yang dirasakan dipicu oleh meningkatnya kadar endorfin yang diproduksi oleh otak selama trauma. Salah input sensoris yang diterima, ditambah dengan kekurangan oksigen dan endrofin akan menciptakan sebuah pengalaman surealisme meskipun realistis. Selain itu neurotransmitter di otak yang menutup akan menciptakan ilusi yang indah bagi semua orang yang dekat dengan kematian.(Sumber) BILL GATES DAN PAUL ALLEN Kisah Maestro Microsoft Bill Gates and Paul Allen William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle, Washington pada tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang mantan guru. Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill mempunyai hobi hiking,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang berpikir. Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama LAKESIDE. Pada saat itu , Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama MICROSOFT) sudah menghabiskan semua jam pelajaran komputer untuk satu tahun.
Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside. Dimulai dengan meng-hack komputer sekolah, mengubah jadwal, dan penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar- benar dapat memasuki komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan Microsoft, 7 tahun kemudian. Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.
Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer. Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius di Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan. Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models. Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era komputer rumah akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer – komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka. Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan mendirikan Microsoft. Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar Impian Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak. Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan. Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi dimana kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga.
Semangat Allen dan Gates tidak percuma. Berawal dari komputer kecil itulah yang menjadi mode dari segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa PC telah benar-benar menjadi alat jaman informasi. Dan hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini. “orang yang sukses adalah orang yang memiliki mimpi dan keyakinan bahwa mimpi itu akan dapat terjadi berapapun harga yang harus ia bayar”
Hironobu Sakaguchi (1962) dulu menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan untuk Square Co., Ltd. Ia adalah pencipta seri permainan Final Fantasy. Pada tahun 1991 ia diberi kehormatan menjabat Wakil Presiden Eksekutif dan tak lama berselang ditunjuk menjadi Presiden Square USA, Inc. Pada tahun 2001, ia mendirikan he Mistwalker, yang mulai beroperasi tiga tahun kemudian. Sakaguchi bersama-sama Masafumi Miyamoto mendirikan Square pada tahun 1983. Permainan-permainan pertama mereka sangat tidak sukses. Ia lalu memutuskan untuk menciptakan pekerjaan terakhirnya dalam industri permainan dengan seluruh sisa uang Square, dan menamakannya Final Fantasy. Permainan ini, di luar perkiraannya sendiri, ternyata melejit, dan ia membatalkan rencana pensiunnya. Ia kemudian memulai kelanjutan permainan ini dan saat ini telah dibuat Tiga belas permainan Final Fantasy. Setelah enam permainan pertama dipasarkan, ia lebih berperan sebagai prod eksektuif untuk seri ini dan juga banyak permainan Square lainnya. Sakaguchi memiliki karir yang panjang dalam industri permainan dengan penjualan lebih dari 80 juta unit permainan video di seluruh dunia. Sakaguchi mengambil lompatan dari permainan ke film saat ia mengambil peran sebagai sutradara film dalam Final Fantasy: The Spirits Within, sebuah film animasi yang didasari dari seri permainan terkenalnya Final Fantasy. Akan tetapi, film ini ternyata gagal dan menjadi salah satu film yang paling merugi dalam sejarah perfilman, dengan kerugian lebih dari 120 juta USD yang berujung dengan ditutupnya Square Pictures. Sakaguchi lalu diturunkan dari posisi eksekutif Square. Kejadian ini juga mengurangi keuangan Square dan akhirnya membawa Square bergabung dengan saingannya Enix, menjadi Square Enix. Sakaguchi lalu mengundurkan diri dari Square dan mendirikan Mistwalker dengan dukungan finansial dari Microsoft Game Studios. Pada tahun 2001, Sakaguchi menjadi orang ketiga yang masuk dalam Academy of Interactive Arts and Science’ Hall of Fame. Pada bulan Februari 2005 diumumkan bahwa perusahaan Sakaguchi, Mistwalker, akan bekerja sama dengan Microsoft Game Studios untuk memproduksi dua permainan role-playing game untuk Xbox 360. Pelajaran berharga: Dari awal karier, beliau banyak mengalami kegagalan, namun beliau tidak pernah menyerah hingga akhirnya menciptakan seri “Final Fantasy” yang sangat di nantikan kehadirannya, bahkan di puncak kariernya beliau kembali
menghadapi kegagalan melalui proyek kontroversialnya (Final Fantasy : Spirit Whitin) yang mengakibatkan penurunan jabatan dan penutupan “Square Pictures” hingga akhirnya pengunduran dirinya dari Square. Namun itu bukan akhir dari beliau, tapi menjadi loncatan bagi dia untuk kembali bangkit. NANCY MATTHEWS EDISON Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut, ” Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.” sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, ” anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia.” Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.
tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas namanya. siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai” diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya! ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri Edison, dan hal itu mungkin sangat berat baginya. namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti. Kisah Motivasi: Uang Rp 10.000,00 Di suatu tempat hiduplah seorang buruh kebun apel.Dia hidup sendiri tanpa ada teman di sampingnya.Pendapatannya hanya Rp 70.000/bulan namun walaupun begitu sedikit pendapatannya dia yakin bahwa dia bisa menjadi sukses dan mempunyai kebun apel yang luasnya seluas ”GRENNLAND”.Sehari-hari dia bekerja-bekerja dan terus bekerja.Lalu muncul di hatinya bahwa dia harus berubah.Lalu,dia mundur dari pekerjaannya dan merantau kekota dengan berbekal uang Rp 200.000,00 uang yang s’lama ini dia tabung selama 2 tahun.Dan,dia pun terkejut ketika melihat bahwa biaya hidup di kota besar sangat tinggi.Dia depresi,stress dan tertekan batin.Uang Rp 200.000 tadi kini sudah menipis hingga akhirnya menjadi Rp 10.000,00.Dia hanya bisa
diam.Mau pulang ongkos gak cukup,mau makan apa lagi.Jadi akhirnya dia hanya bisa merenung,instropeksi dan melamun kesalahannya.Lalu dia melihat anak gelandangan yang mengamen lalu dia ikuti anak tersebut.Dia,bertanya pada anak gelandangan tersebut.”Bolehkah saya ikut mengamen”? Anak itu menjawab: ”Enak aja nanti pendapatan saya bekurang dong”.Lalu,pria itu merayu dan membujuk akhirnya ditemui kesepakatan yaitu pria itu bermain gitar dan anak itu menyanyi.Untung saja pria itu mempunyai bakat bermain gitar.Namun,anak itu minta uang pendaftaran dulu sebesar Rp 10.000,00.Aneh ya masak ngamen aja daftar. Pria itu ragu-ragu.Tapi muncul pikiran di otaknya bahwa ah hanya Rp 10.000,00.Nanti kalau aku mengamen mungkin dapat Rp 100.000,00. Singkat cerita setelah 3 bulan mengamen akhirnya hidupnya mulai membaik walaupun tinggal di jalanan.Lalu dia melihat ada toko-toko yang megah padahal cuma jualan.Dia pun mulai jualan dan akhirnya kehidupan dia makin membaik walaupun hanya pedagang asongan.Dan setelah berdagang selama 1 tahun dia sudah sukses punya rumah walaupun sederhana,punya warung walaupun kaki 5,dan punya uang yang cukup.Akhirnya 3 tahun kemudian dia berhasil membangun 30 unit toserba di kota tersebut.Dan,dia pun hidup bahagia.Namun,1 keinginan yang belum tercapai yaitu punya kebun apel.Namun,dia sudah merasa cukup puas. Pesan saya: Janganlah sekali-kali anda menyianyiakan uang walaupun cuma Rp 10.000 atau kurang dari situ.Dan,jangan pernah putus asa karena hidup ini masih panjang.Juga jadilah orang yang berpikir untuk lebih sukses dari yang sebelumnya. Pekerja Pabrik Itu, Kini Jadi Bos MUNGKIN tidak banyak orang yang kenal siapa itu Gunadi Sindhuwinata. Memang, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor di Indonesia ini mungkin hanya terlihat didalam bidang Automotif. Tapi jangan salah, meski begitu bukan berarti tak ada prestasi yang ia torehkan. Asia Pacific Entrepreneurship Awards 2008 pun pernah ia dapatkan. Tak hanya itu dia juga kini diamanahkan jabatan sebagai Presiden Direktur PT Indomobil Sukses Internasional. Tapi jangan salah, semua prestasi yang ditorehkan Gunadi harus ia mulai dari bawah. Dia bahkan masuk ke Indomobil dengan status lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM). “Latar belakang pendidikan saya merupakan lulusan STM mesin. Saya mengambil dua jurusan yakni polymer dan metal,” tutur Gunadi saat berdiskusi dengan redaksi Trijaya dan okezone beberapa waktu lalu.
Ketika masuk menjadi pegawai Indomobil pada 1982, Gunadi mendapat kerja sebagai pengawas engineering. “Kuncinya kerja keras dan jangan pernah berhenti belajar,” tutur Gunadi mencoba memberi petuah. Dengan tekad tersebut, karir Gunadi kian melesat. Seiring perjalanan waktu, Gunadi pun mulai mendapat kepercayaan dari bos di perusahaannya. “Memimpin pabrik mungkin sudah menjadi kondrat saya. Dengan berkembangnya Indomobil, yang dulu hanya Suzuki, kini bertambah ada Nissan, Mazda, dan sebagainya, maka saya dipercaya untuk menangani engineering seluruh merek tersebut,” ungkap Gunadi. Setelah dinilai berprestasi, Indomobil pun kemudian menyekolahkan Gunadi ke luar negeri. Jerman, selaku pusat teknologi industri mesin dan automotif dijadikan tempat menimba ilmu. Di Jerman, Gunadi menyelesaikan studinya hingga meraih gelar doktor. Sepulang dari Jerman, tentu Indomobil sudah menunggu tangan dinginnya menangani salah satu perusahaan automotif terbesar di Indonesia ini. Ketika di Jerman, Gunadi mengaku sempat memiliki pengalaman yang kini menjadi pegangan dalam hidupnya. “Ada satu hal yang terkesan. Itu dari promotor saya ketika S3. Dia berkata, “kalau kamu mau mengubah keadaan, kamu mesti ada di dalamnya”. Kata- kata itulah yang memotivasi saya untuk menyelesaikan sekolah,” kenang Gunadi. Kini setelah mendapat jabatan direktur dan akhirnya menjadi Presiden Direktur Indomobil, sejumlah kegiatan dan pekerjaan menumpuk harus diselesaikan Gunadi. Namun, bukan berarti dia mengabaikan keluarga. Waktu buat “mutiara terindah” di rumah pun tetap diluangkan. “Yang menjadi kunci untuk keluarga adalah komunikasi. Komunikasinya seperti apa? Ya apa saja, ada handphone dan sebagainya. Hal ini yang membuat komunikasi dengan keluarga semakin dekat. Seperti saya ini, disela-sela kesibukan, saya terus berusaha kontak dengan keluarga,” paparnya membuka tip menciptakan hubungan harmonis bagi keluarga.
Di sela wawancara tersebut, Gunadi juga menyempatkan sedikit komentar mengenai kondisi automotif dalam negeri. “Kita tidak perlu membahas spesifik mengenai perkembangan industri automotif tanah air. Tetapi bagaimana caranya agar kita bisa menarik banyak investor. Dan investor ini nantinya dapat digiring ke industri automotif karena pasarnya cukup besar di sini,” usulnya.(ix) Tips Dari Orang Terkaya Di Dunia Warren Buffet merupakan salah satu orang terkaya di dunia, bahkan sempat menyalip Bill Gates pada tahun 2008. Dengan kekayaan total US$ 62 M atau sekitar Rp 620 T (asumsi $1 = Rp10rb). Wow… tentu sangatlah menggiurkan bagi kita. Nah, jika kita ingin kaya seperti Warren Buffet, maka kita perlu tahu rahasianya. Sebenarnya rahasianya sudah banyak diketahui orang tapi sedikit orang yang melakukannya. Untuk itu jika sudah tahu rahasianya, langsung dipraktekkan ya.. Dan rahasianya adalah terdapat pada kiat, tips dan trik dari Warren Buffet dibawah ini. Sehingga ia bisa meraih kesuksesan dan menjadi salah satu orang terkaya didunia. Dan inilah kiat, tips dan trik menjadi kaya dan sukses dari Warren Buffet:
Berinvestasilah sedini mungkin. Bisa menabung, tanam modal atau beli saham. Berbisnislah dengan segera meski sederhana. Salah satunya berdagang, barang atau jasa. Jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan. Jadilah apa adanya jangan berlebihan. Berpikir dan bertindaklah untuk selalu berhemat. Bergaullah dengan kalangan bawah. Anda akan tenang dan gaya hidup Anda sederhana. Jangan bergaul dengan kalangan atas. Kecuali utk menambah koneksi dan pendapatan. Bukan untuk mengikuti gaya hidup mereka. Tugaskan orang yang tepat dengan pekerjaan yang tepat. Buat rencana dan target dengan sistematis. Buat tujuan yang jelas dan fokus ke tujuan. Jangan pamer dan ingin dipuji. Nikmati pekerjaan dan kegiatan dengan menyenangkan. Hindarilah kartu kredit dan mengkredit barang. Hiduplah secara sederhana. Jangan lakukan apa yang orang lain katakan. Tapi dengarkanlah mereka, pertimbangkan lalu lakukan apa yang menurut Anda baik.
Jangan memaksakan diri untuk memiliki barang-barang mewah dan bermerk. Pakailah apa yang sekiranya nyaman bagi Anda. Jangan memboroskan uang Anda untuk hal-hal yang tidak diperlukan. Banyakkan uang Anda untuk membantu mereka yang kekurangan. Tidak ada nasehat yang baik untuk mengubah nasib Anda. Kecuali Anda mau menasehati diri sendiri dan melakukannya. Doronglah anak Anda juga melakukan nasehat dan tips diatas.(ixs)
Mudah-mudahan bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih kaya dari sekarang. Sudah Kayakah Anda? Kaya Tanpa Kerja Kekayaan adalah sama dengan kemampuan untuk terus bertahan hidup dengan gaya hidup yang ada, tanpa harus bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Gallup International menunjukkan bahwa rata-rata eksekutif kaya mampu bertahan 90 hari dengan gaya hidup yang ada apabila besok dia berhenti kerja. Setelah itu mereka harus mulai menjual asset atau berhutang. Kaya adalah relatif. Sebagian orang merasa kaya ketika mempunyai uang 10 juta rupiah. Sebagian orang merasa tidak kaya walaupun sudah memiliki uang 10 milyar. Lalu disebut kaya itu yang bagaimana? dan bagaimana mendapatkannya? Menurut majalah Forbes kaya adalah orang yang mempunyai penghasilan 1 juta US atau 10 milyar rupiah keatas setahunnya. Sedangkan menurut Robert T. Kiyosaki yang mengutip dari gurunya Buckminster Fuller bahwa kaya adalah bukan berapa besar active income (pendapatan dari bekerja) anda, melainkan kaya adalah apabila ive income (pendapatan tanpa bekerja) lebih besar dari biaya hidup. Maksudnya tanpa bekerja kita mendapatkan penghasilan (uang) dan mampu membiayai gaya hidup kita terus menerus. Itu yang disebut kaya. Sebagai perbandingan Mike Tyson, dia menghasilkan 300 juta USD atau sekitar Rp 3 trilyun sewaktu bertinju, tapi hari ini bangkrut dan berhutang 35 juta USD / Rp 3,5 trilyun. Maka sebetulnya Mike Tyson bukan termasuk kaya. Demikian pula orang-orang yang punya penghasilan 1 Juta USD/tahun namun pengeluarannya 1,2 juta USD/tahun, maka dia tidak termasuk dalam kategori orang kaya. Pertanyaannya sekarang, sudah kayakah kita? Lalu bagaimana kita bisa kaya menurut versi Robert T. Kiyosaki dimana ive income lebih besar dari biaya hidup? Caranya bermacam-macam, diantaranya adalah: - Royalti dari hak cipta - Tempat yang disewakan/dikostkan
- Saham-saham yang menghasilkan deviden - Reksadana - Usaha-usaha yang menghasilkan, tanpa kita bekerja disana. Misal: pertanian, perkebunan, peternakan atau usaha bisnis dagang, restoran, toko, atau waralaba franchise. Tentukan dan buatlah rangkaian rencana sumber pasif income anda. Yaitu sesuatu yang anda sukai dan dapat anda lakukan, sementara anda tetap melakukan pekerjaan anda sekarang. Dan buatlah ive income anda sebanyak-banyaknya di beberapa sektor dan bidang. Setelah itu siapkan diri untuk jadi orang kaya baru, semoga..!(ixs) Kisah Sukses Waralaba KFC Berikut adalah kisah kerja keras dan kegigihan Kolonel Sanders, menjadikan usaha ayam gorengnya sukses dan terkenal yaitu KFC. Dia memulai kesuksessan ini di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Namun dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Kolonel Harland Sanders adalah pelopor Kentucky Fried Chicken atau KFC yang telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam industri waralaba makanan siap saji di dunia. Sosok Kolonel Sanders, bahkan kini menjadi simbol dari semangat sukses kewirausahaan. Dia lahir pada 9 September 1890 di Henryville, Indiana, namun baru mulai aktif dalam mewaralabakan bisnis ayamnya di usia 65 tahun. Di usia 6 tahun, ayahnya meninggal dan Ibunya sudah tidak mampu bekerja lagi sehingga Harland muda harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Di masa ini dia sudah mulai menunjukkan kebolehannya. Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah, sehingga ia meninggalkan rumah tempat tinggalnya untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Indiana. Selepas itu, ia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun. Pertama, sebagai tukang parkir di usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan ke Kuba. Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel.
Di usia 40 tahun, Kolonel ini mulai memasak untuk orang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin. Kolonel Sanders belum punya restoran pada saat itu. Ia menyajikan makanannya di ruang makan di bengkel tersebut. Karena semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran bisa menampung 142 orang. Selama hampir 9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat ini. Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi negara bagian Cuisine. Dan pada tahun 1939, keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines “Adventures in Good Eating.” Jenny Lefcourt, Salah Satu Wanita Pebisnis Online Paling Sukses Internet telah merevolusi industri pernikahan, sehingga memungkinkan calon pengantin untuk mempersiapkan pernikahannya secara online. Dari memilih gaun pengantin, hadiah perkawinan, memilih seorang fotografer, masakan, tempat, dan segala pernak-pernik pernikahan dapat dilakukan langsung dari komputer mereka sendiri. Jenny Lefcourt adalah salah satu pemikir pertama yang melihat potensi Internet untuk bisnis pernikahan. Dia memulai pertama kali dengan situs kumpulan info pernikahan “Della and James”. Dan berkembang menjadi situs ‘Toko’ Online, yg melayani segala kebutuhan acara pernikahan. WeddingChannel.com. WeddingChannel.com telah berhasil menyederhanakan proses perencanaan pernikahan yg rumit, menjadi lebih mudah. Ketajaman visi Jenny yg bertujuan memudahkan perencanaan pernikahan. Membuat WeddingChannel.com menjadi salah satu perusahaan paling sukses di Web hari ini. Menurut Jenny, ia menggabungkan idenya dengan kreativitas konsumen dalam melayani para konsumennya. Tidaklah mengherankan jika konsumennya semakin bertambah banyak. Mereka benar-benar merasa dihargai keinginannya dan puas dengan layanan WeddingChannel.com WeddingChannel.com sebenarnya lahir dari sebuah kompetisi “rencana bisnis” di Stanford University, akhir tahun 1990. Jenny, dengan teman sekelasnya Jessica Herrin pun mulai mengerjakan sebuah rencana bisnis online untuk kompetisi di sekolahnya. Yang kemudian tetap dikelola meski kompetisi usai. Hingga suatu ketika Perusahaan modal Ventura Kleiner Perkins Caufield And Byers, mendengar presentasi mereka. Dan setuju memberi mereka modal, guna pengembangan usaha jualan online ini.
Melihat kesempatan dan perkembangan yg signifikan, Jenny memutuskan meninggalkan kuliahnya. Agar fokus penuh pada pengembangan WeddingChannel.com. Keputusannya untuk meninggalkan kuliahnya tidaklah sia-sia. WeddingChannel.com menjadi salah satu bisnis online yang paling sukses saat ini. WeddingChannel.com adalah situs pernikahan online yang paling sering dikunjungi oleh hampir setiap calon pengantin di Amerika. Meski tidak semua produk layanan online dibeli, paling tidak mereka membeli hadiah utk pernikahannya. Empat tahun kemudian Jenny menyadari bahwa ada lagi pasar yg sangat menguntungkan dalam bisnis online. Kali ini di bisnis fotografi pernikahan. Maka berdirilah Bella Pictures, www.bellapictures.com. Dengan memberikan pelayanan yg inspiratif, segar dan dengan harga terjangkau. Layanan yang bersifat mengabadikan moment terindah ini pun harus kewalahan melayani permintaan konsumen. Menurut Jenny, menjadi bagian dari hari terbesar seseorang, sangat membanggakan. Bagaimana membuat kliennya benar-benar puas dan bahagia, adalah tanggung jawab besar dan tugas utamanya. Alasan terbesar Jenny memilih pernak-pernik pernikahan dalam bisnis onlinenya adalah besarnya jumlah kelompok usia orang menikah. Usia calon pengantin ratarata adalah 21-28 th, mereka ini pada umumnya sangat familiar dg internet. Selain jumlah mereka terbanyak sebagai pengguna internet, Jenny juga melihat adanya semangat dan gairah di saat mau menikah. Mereka dengan mudah membelanjakan uangnya untuk kebahagiaannya. Jika punya ide, melihat peluang dan ada kemauan, segeralah mengaplikasikannya secara riil -bukan sekedar keinginan- maka terbuka lebarlah pencapaian kesuksesan.(ixs) 10 Hal Yang Harus Dilakukan Dalam Memulai Bisnis Sebelum memulai bisnis Anda sendiri, banyak hal yang harus dipersiapkan. Diantaranya Mental dan Finansial. Dengan membuka bisnis Anda sendiri, langkah awal sukses sudah dimulai. Namun jangan berbangga dulu, perang baru dimulai. Akan banyak tantangan dan resiko yg menghadang. Namun jangan pula berkecil hati, lebih banyak lagi kesuksesan menanti jemputan Anda. Tinggal bagaimana Anda mempersiapkan penjemputan itu. Intinya persiapkan diri Anda sebaik mungkin. Dan Anda pun memerlukan strategi dan langkah cerdas untuk memulai bisnis Anda. Lalu apa saja yang harus dilakukan agar bisnis Anda lancar dan sukses?
Dam Ramsey dalam bukunya “101 Best Home Businesses” menyarankan 10 langkah cerdas dibawah ini untuk memulai bisnis sendiri. Benar-benar cerdas, begitu Anda melakukannya. Maka sekian halangan dan rintangan akan mudah diatasi. Berikut ini 10 langkah cerdas yang harus dilakukan: 1. Buatlah daftar mengenai 5 hal terbaik yang dapat Anda lakukan. Aplikasikanlah dibidang bisnis Anda. 2. Buat juga rincian bagaimana orang lain akan mendapat manfaat dari 5 hal terbaik tersebut. 3. Cari tahu bagaimana memberikan sesuatu kepada orang tentang apa yang mereka inginkan. 4. Mengetahui nilai dari layanan Anda. Apa kelebihannya, juga kekekurangannya. 5. Cari tahu dan pelajari siapa lagi yang menawarkan layanan serupa. 6. Belajar dari keberhasilan orang lain. 7. Belajar dari kegagalan orang lain. 8. Rencanakan secara detail tahapan-tahapan yang akan dicapai untuk keberhasilan bisnis Anda. 9. Menekan biaya dan resiko seandainya membuat kesalahan. 10. Nikmatilah apa yang Anda lakukan dan bagaimana Anda melakukannya. Sebagai tambahan, jaga semangat untuk selalu bergairah. Dan berdoalah dengan sebenar-benar doa.(ixs) Mengapa Usaha Anda Tidak Berkembang? Banyak para pengelola atau pemilik usaha, yang kesulitan mengembangkan usahanya, bahkan tak sedikit diantara mereka hampir tutup. Dan pertanyaan yang sering muncul adalah; Ada apa dengan usaha saya? Dimana letak kesalahannya? Bagaimana mengatasinya? Semoga ulasan sederhana berikut ini dapat memberi ilham dan membangkitkan ide anda yang lebih cemerlang untuk usaha anda: PERTAMA; MENYUKAI PEKERJAAN, Banyak yang menjalankan usaha atau bisnis tidak berdasar rasa senang atau rasa suka. Mereka menjalankan usaha karena terpaksa. Yang akibatnya pikiran dan tindakan tidak maksimal, tidak ada inovasi, rutinitas menjemukan dan ujung-ujungnya bisnisnya begitu-begitu saja. Bahkan makin meredup. Solusi: Kita tidak harus ganti usaha, cukup cintailah usaha saat ini. Cintai segala aspek yang berhubungan dengannya. Atau bisa buka usaha baru yang disukai dengan tanpa meninggalkan usaha lama.
KEDUA; IMAGE dan BRAND, Banyak yg tahu jika image dan brand sangat berpengaruh dalam penjualan. Tapi sedikit yang mau melakukan untuk menciptakan image dan brand bagus untuk usahanya. Padahal dengan image atau brand yang bagus membuat “hasil produksi” kita beda dan memiliki daya jual lebih daripada yang lain meski secara kualitas mungkin sama. Dan image dan brand yang bagus tercipta karena adanya “pemasaran” yang baik. Solusi: kita mulai dari pemasaran diri sendiri, dengan bertutur kata dan bersikap melayani dg baik. Perbanyak kenalan, teman dan sahabat. Kemudian melalui lokasi dan suasana usaha yang menyenangkan, hasil produksi yg memuaskan. Baru ke area yg lebih luas lagi dengan memanfaatkan cerita dari mulut ke mulut, selebaran, maupun media masa. Bisa juga dengan membuka cabang usaha, yang merupakan pilihan pemasaran sekaligus penciptaan image yg sangat bagus. Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemasaran bukan hanya sekedar teori dan praktek saja tapi juga melibatkan intuisi, rasa dan emosi. KETIGA; MENIKMATI PROSES, Kebanyakan pengelola usaha lebih fokus pada hasil, omset atau laba, sehingga melupakan “proses”. Padahal pada proses inilah inti dari suatu usaha. Sedang laba atau omset hanyalah “bonus” dari proses tsb. Jika prosesnya tidak maksimal maka hasil yang didapatpun sangat sedikit! Dan pasti usaha kita akan sulit berkembang. Solusi: nikmati saja prosesnya, sambil meningkatkan perhatian pikiran dan usaha pada proses kerja kinerja yang lebih baik. Bukan pada “berapa hasil yang saya dapat?” KEEMPAT; BERBAGI, Di semua agama dan kepercayaan mengajarkan untuk berbagi, bersedekah atau beramal dengan sebagian harta kita. Baik harta berupa uang atau pengetahuan. Menurut beberapa ahli psikologi, ternyata berbagi dan bersedekah sangat berpengaruh pada pola pikir yang lebih tenang, terbuka dan bahagia. Hal inilah yang mempengaruhi ide dan semangat untuk memicu keberhasilan kita dalam usaha. Sedang menurut ahli agama, dengan bersedekah maka usaha kita akan lebih diberkahi dan rejeki akan ditambah. Solusi: menyisihkan sebagian penghasilan sedikit sedikit jika dirasa telah cukup berikan pada yang membutuhkan. Bisa karyawan kita, teman, saudara atau siapapun yang dianggap layak menerimanya. Juga berbagilah dengan pengalaman dan pengetahuan pada orang lain. Karena hal ini akan membangkitkan pengetahuan baru dan ide-ide baru lagi yang cemerlang.(ixs) STEVE JOBS Lahir pada tahun 1955 Los Altos California; Bersama dengan Steve Wozniak, pendiri perusahaan Apple Komputer dan telah menjadi multi-jutawan sebelum berumur 30 tahun. Dimulai dengan perusahaan NeXT untuk membuat sistem pendidikan dengan
harga yang terjangkau, menemukan bahwa menjual software lebih baik dari pada menjual hardware. Pada February 1955, Jobs tidak merasa senang bersekolah di Mountain View, jadi keluarganya pindah ke Los Altos, California, dimana Steven melanjutkan ke sekolah tinggi Homestead. Guru elektroniknya di sekolah tinggi Homestead, Hohn McCollum, memanggilnya sebagai “something of a loner” dan “always had a different way of looking at things.” Setelah selesai sekolah, Jobs melanjutkan mengajar di perusahaan elektronika HewlettPackard di Palo Alto, California. Disana dia direkrut sebagai karyawan selama musim panas. Karyawan lain di Hewlett-Packard adalah Stephen Wozniak seorang yang dropout dari University of California di Berkeley. Seorang insinyur whiz dengan kemampuan elektronika seperti gadgets, Wozniak pada waktu itu mengenalkan “blue box,” hasil karyanya, sebuah telepon genggam ilegal yang dapat digunakan untuk komunikasi sambungan langsung jarak jauh. Jobs membantu Wozniak menjual beberapa nomor kepada pelanggan. Steve Jobs bekerja untuk Atari setelah lulus dari Reed College, Jobs menemukan temannya Steve Wozniak. Dua desainer komputer game dan telepon “blue box”, mendapatkan lebih banyak keahlian mereka dari klub komputer Homebrew. Memulai kerja di sebuah garasi milik keluarganya, mereka mengatur usahanya ketika toko Byte di Mountain View membeli lima puluh komputer assembling mereka. Dari sinilah dimulainya perusahaan komputer Apple didirikan. Nama ini berdasarkan nama buah favorit Job dan logonya dipilih untuk mempresentasikan nama perusahaan dan katakata bitnya. Menjelang awal tahun 1980 Jobs mengkontrol langsung bisnis perusahaan, dengan sukses memilih presiden yang akan mengambil alih organisasi supaya lebih tinggi lagi. Dengan latar belakang tahun 1985 Jobs melepaskan kekuatannya kepada John Sculley, setelah mendapat pendanaan baru untuk melanjutkan perusahaan NeXT. Steve Jobs melakukan inovasi ide tentang personal komputer sehingga merevolusi industri hardware and software komputer. Ketika Jobs berumur 21 tahun, dia dan temannya, Wozniak, membuat personal komputer yang disebuat Apple. Apple merubah ide orang tentang komputer dari kotak besar yang penggunaan hanya oleh perusahaan besar dan pemerintah menjadi kotak kecil yang digunakan orang biasa. Tidak ada perusahaan yang melakukan demokratisasi komputer untuk pengguna yang lebih mudah lagi dari komputer buatan perusahaan Apple. Software buatan Jobs melakukan riset untuk Macintosh yang mengenalkan tampilan windows dan teknologi mouse yang dibuat standar untuk semua aplikasi pada software. Dua tahun setelah membuat Apple I, Jobs memperkenalkan Apple II. Apple II adalah personal komputer untuk rumah dan usaha kecil selama kurang lebih 5 tahun. Ketika Macintosh dikenalkan pada tahun 1984, yang dipasarkan untuk usaha menengah dan besar. Macintosh mengambil langkah yang pertamanya dalam mengadaptasi personal komputer untuk kebutuhan kerja perusahaan. Pekerja di kantor mendapatkan
kemudahan pengetahuan komputer dalam aktifitas harian melalui tampilan Macintosh yang mudah digunakan. Steve Jobs menyadari sebagai orang muda yang brilian di Silicon Valley, karena dia melihat permintaan masa depan dari industri komputer. Dia merasa mampu membuat personal komputer untuk pasar dari produknya. “Personal komputer dibuat berdasarkan revolusi hardware pada tahun 1970 dan perubahan dramatis berikutnya akan datang pada revolusi software,” kata Jobs. Ide inovasinya dengan penggunaan yang mudah untuk Macintosh merubah desain dan fungsi dari tampilan software untuk komputer. Tampilan Macintosh memungkinkan orang untuk berinteraksi lebih mudah dengan komputer, karena mereka menggunakan mouse untuk mengklik pada display obyek pada screen untuk melakukan fungsi perintah tertentu. Macintosh mendapatkan perintah komputer yang memudahkan orang dalam menggunakan komputer. Setelah berhenti dari perusahaan Apple, Jobs akan melanjutkan tantangan dirinya untuk membuat komputer dan software untuk riset dan pendidikan dengan memulai membangun perusahaan baru seperti komputer NextStep.
AA GYM Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi secara langsung yang selalu dihadiri oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena tersendiri. Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym, pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung. Aa Gym memulai pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD swasta yang kini sudah dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya, sekitar tiga kilometer. Masa itu, pilihan satu-satunya ke sekolah adalah berjalan kaki. Menjelang naik ke kelas 3 SD, pindah ke KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah sekolah ke SD Sukarasa 3. Bakat saya mulai berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih menjadi ranking terbaik II di sekolah dengan selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di bidang seni, bakat beliau juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka. Jiwa dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah Dasar. Misalnya, beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu itu belum dilarang seperti sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran dan pengurus DKM masjid. Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti ilmu agama dengan baik. Setelah lulus SMA dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke Pendidikan Ahli istrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun, kuliah di sini hanya bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis daripada mengikuti kuliah. Teman-teman kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai “tukang dagang”. Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu
sangat sederhana karena menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA, beliau mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benarbenar ingin melatih hidup mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau mengikuti lomba menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. Allhamdulillah, beliau selalu meraih juara, walaupun yang mengadakannya adalah senat mahasiswa dan kebetulan beliau sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua senat, beliau juga menjadi komandan resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA, maklumlah saingan di kala itu sedikit. Kegiatan berbisnis masa kuliah juga semakin menggebu. Beliau pernah membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga jadi penjual baterai dan film kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat menjadi supir angkot jurusan Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti dari semua ini, memang Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa menjadi beban siapa pun. Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang lainnya. Aa Gym telah menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum mengikuti ujian negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa pun. Bahkan, sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus. Memang sesudah itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama karena dorongan teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati. Beberapa kegiatan perkuliahan pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri hati, ternyata hanya sekedar untuk mencari status belaka, dan hal itu tak cukup kuat untuk memotivasi menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi orang yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses. Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah. Tepat dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi kehidupan beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan beliau adalah Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren Kalangsari, Cijulang,ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang berada di lingkungan pesantren. Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8 orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di Kompleks Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad untuk memberi nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas tak mungkin rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta haram yang dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha yang beliau rintis antara lain : 1. Buku. Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. Sambil belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi buku-buku agama untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. Alhamdulillah, usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan sekarang berkembang menjadi supermarket yang saat ini sudah dikelola dan diserahkan kepada Koperasi Pondok
Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhid. 2. Handicraft. Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa membeli mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta order sablonan. Dari usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha percetakan dan penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari hal yang kecil. 3. Konveksi. Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk menambah penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas. Alhamdulillah, order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa muslimah untuk ikut bergabung. Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli kain yang dijual kiloan.. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal lahirnya usaha konveksi. 4. Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru bisa melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah, setiap kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah di sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang bingung justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang selalu bau baso karena seharian bergulat dengan baso. Yang menyedih¬kan, ternyata istri agak mual dan kurang suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini dengan segudang pengalamannya. Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anakanak mereka dengan memberikan segala keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga. Begitu juga ketika di bangku SD dan SMP. Dengan demikian,
ketika selesai kuliah, sudah hafal bagaimana cara “bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu optimal”, dan bagaimana usaha bisa remuk. Selesai kuliah, ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang saya tidak tahu ijazah saya seperti apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus pesantren dengan jiwa wirausaha jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini benar-benar membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam sejak awal pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau saja bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada satu pun yang perlu kita takuti dan krisis ini. Hal yang paling tak enak didengar beliau adalah kalau ada yang bertanya, “Berapa sih tarifnva kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh, rasanya sedih sekali dengan pertanyaan seperti itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah adalah panggilan kewajiban atas amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu saja sudah merupakan rezeki yang luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih, itu karunia Allah yang tak diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Itulah sebabnya beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki penghasilan sendiri. Apalagi sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid sehingga beliau lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk membangun MQ Corporation, usaha pribadi yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki yang halal serta mencukupi untuk keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat menghindari fitnah dan tak menjadi beban bagi umat. Selain itu juga bisa membuktikan bahwa bisnis berbasis moral sangat memungkinkan untuk maju, bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini juga menjadi laboratorium saya untuk berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai bahan untuk berdakwah dan tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. Bagi beliau usaha yang ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki rezeki berlebih dan ingin usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam sistem bagi hasil. Oleh karena itu, dan setiap keuntungan, selain disisihkan untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya pendidikan bagi saudara kita yang dhuafa agar bisa maju bersamasama. Alhamdulillah dengan didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik menjadi minimal dan kebocoran pun nyaris nihil. Bahkan, sesudah kemam¬puan pengelolanya dikembangkan, kinerja perusahaan kian baik dan professional. Dulu beliau berpikir paspasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini beliau berpikir sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya serta halal dan berkah. Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat kepada Allah. Dan juga supaya orang tak memandang sebelah mata karena menganggap kita butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping itu juga diharapkan bisa sedikitnya memberi contoh bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah. Semoga terpelihara dari fitnah dunia karena memang luas dunia ini amat menggoda dan melalaikan. Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut beliau modal itu adalah: Pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan
meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya (kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha mengem¬bangkan ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, inovatif dan solutif. Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap disiapkan oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan mencarinya. Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua itu akan datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Adapun keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris duniawi lainnya. Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan, dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan dengan bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung. Jadi, walaupun keuntungan finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak mendapatkannya, apabila keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau tetap merasa sangat beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan keuntungan dunia yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman beliau. Berbisnis bagi Aa Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa yang cerdas. Visi Aa Gym dalam membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini menyatukan antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat menekankan pada keikhlasan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan sisi penyeimbang hidup, dimana kita dituntut untuk senantiasa menyempatkan waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap detik kehidupan kita bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan pentingnya etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa kenal putus asa. Ketika dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan melahirkan pribadi yang unggul dan tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai kearifan. Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga
telah berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada pembangunan kredibilitas para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama yaitu, nilai kejujuran, kecakapan (profesionalisme), dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang jelas, terbuka, kemampuan mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus asa. Kecakapan dalam berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga adalah pelatihan nyata. Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam artikelnya yang menceritakan tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan entrepreneurship sejak usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis. Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung jawab untuk mengurus seluruh bisnis pamannya, dan mulai merasakan persaingan dengan para pedagang yang lebih professional. Menginjak usia 25 tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial dari konglomerat setempat Siti Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau. Nilai yang ketika yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan bengkel akhlak ini adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain melatih jiwa progressive, dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai kewajiban massal, mengadakan studi banding, melakukan pelatihan-pelatihan dan senantiasa memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif. Ketiga nilai tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis bagi Aa Gym akan terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya akan menjadi materi sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan akhirnya akan melahirkan jiwa-jiwa Brutus di setiap pelaku bisnis. Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul jauh 15 abad yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq (benar), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (komunikasi). Nilai-nilai moral ini bersifat general truth, melintasi batas waktu, agama dan budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat akan mampu membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini merupakan aset yang tidak ternilai. Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada umumnya masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi kurang berkembang sehingga seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan pun kurang mendapat sentuhan bahkan cenderung diabaikan. Pola kepemimpinan Darut Tauhid tidak lagi menempatkan figur sebagai sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren hadir hanya karena nilai khusus yang dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola kepemimpinan yang lahir seperti ini karena otoritas karismatik. Kepemimpinan di Daarut Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang formal manajer kepada bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati dan mau melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa pada intinya pemimpin adalah
tugas pengabdian mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu knows the way, shows the way and goes the way. Dari sisi manajemen Daarut Tauhiid telah menerapkan system lebih dari hanya sekedar menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak menjadikan manusia hanya objek pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi juga telah melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan gagasannya tentang manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa religius. Daarut Tauhid sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus dalam konsep Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah fakultas utama dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu sendiri, jika dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia paripurna dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam kesehariannya Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta sumbangan, apalagi dengan menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari fasilitas dan asset Daarut Tauhid termasuk pesantren yang maju dalam waktu singkat. DT pada awalnya hanya dikenal sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang lebih menonjol di bidang ekonomi. “Memang kami memiliki strategi tersendiri, oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid sendiri harus dikenali dahulu. Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang memiliki keunggulan dalam zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” demikian penuturan Abdullah Gymnastiar. Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang diajarkan sehari-hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid sendiri memiliki lima aturan dasar pelatihan kepada para santrinya yang juga merupakan bagian dari roda perekonomian Daarut Tauhid. Pertama, seorang santri dilatih untuk berfikir keras, mengenal diri dan potensinya sehingga ia mampu mengenal kekurangan diri lalu memperbaikinya dan menempat dirinya secara optimal. Kedua, mereka dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga bisa mendapatkan manfaat dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan manfaat balik kepada lingkungan secara professional. Ketika, mereka dilatih untuuk membuat suatu perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur yang telah disepakati. Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap hasil karya mereka, bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan senantiasa meningkatkan kinerja mereka. Kelima, ciri SDM yang akan dibentuk adalah yang unggul dalam berikhtiar. Kombinasi ibadah yang bagus, strategi hidup yang tepat dan ikhtiar dengan bersungguh-sungguh akan menjadikan hidup sebagai mesin penghasil karya. Pola MQ sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk
mengadakan pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT Telkom, BNI, IPTN dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep manajemen Daarut Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan menurunkan tingkat penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). BERAT BEBAN Bukan BERAT beban yang membuat kita stress, tetapi LAMA-nya kita memikul beban tersebut; Stephen Covey. Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Menurut anda, kira-kira seberapa beratnya segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. “Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya. ” kata Covey. “Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya,maka bebannya akan semakin berat.” “Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya. ” lanjut Covey. “Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi”. Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi. Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya …! Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita. MODELLING ORANG SUKSES Coba lihatlah di jalan-jalan besar. Beberapa banyak orang GILA beneran yang dapat Anda jumpain. Perhatikan baik-baik. Mengapa mereka disebut GILA? Apakah anda melihat pakaiannya yang compang camping. Rambut gondrong, keras seperti sapu injuk. Atau karena baunya super sedap mengalahkan parfum manapun. Ya…persis karena mereka sudah melakukan tindakan yang disebut GILA alias Sinting alias Edan….Terserah apapun istilah Anda. Mereka berani-beraninya tidak memakai baju, celana dalam, bau menyengat, tidak mandi mungkin sudah berbulan-bulan. Dalam tulisan ini saya bukanlah pengamat orang GILA. Tapi saya hanya ingin berbagi bahwa orang “GILA” sangat dibutuhkan untuk menjadi sukses. Nggak percaya? Sejarah
sudah membuktikannya. Begitu banyak orang sukses di dunia ini. Karena mereka pernah dianggap sedikit ” GILA” . Wright Bersaudara dengan ide GILAnya, mau memutar balikkan sejarah ketika membuat kapal terbang. Banyak sekali orang menggangap Wirght Bersaudara “sinting”. Mana mungkin manusia dapat terbang? Mana mungkin manusia punya sayap? Tapi sejarah sudah membuktikan dari buah ide yang sederhana. Melihat seekor burung elang yang sedang terbang. Wright Bersaudara dapat menciptakan pesawat terbang. Kolonel Sanders dengan ide GILAnya, mau menjual resep ayam goreng warisan keluarganya. Dia memulainya di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Namun dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Kolonel Harland Sanders adalah pelopor Kentucky Fried Chicken atau KFC yang telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam industri waralaba makanan siap saji di dunia. Soichiro Honda dengan ide GILAnya, membuat sepeda motor. Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja jalanan. Dari kisah mereka di atas kita dapat menyimpulkan arti dari sedikit “GILA”:
LEBIH BERANI, orang-orang sukses selalu mempunyai semangat keberanian. Dimulai dari sebuah ide yang sederhana dan sedekit sangat aneh dan unik. Orang biasa belum tentu terpikir. Tapi lewat keberanian yang luar biasa mereka tidak hanya mempunyai ide sedikit “GILA” tapi berani mewujudkan menjadi nyata. LEBIH ULET, orang-orang sukses mempunyai semangat NEVER GIVE UP. Pantang menyerah. Mereka berani gagal. Apabila mereka menemukan sebuah masalah. Bukannya menyerah melainkan lebih giat lagi menemukan solusinya. Bila mereka menemukan sebuah kegagalan, mereka menemukan sebuah solusi baru. Yang mendekatkan kepada tujuan LEBIH LUAR BIASA, orang-orang yang sukses menaklukan dunia. Mempunyai satu kelebihan dibandingkan orang biasa. Mereka tidak hanya mau menjadi baik saja. Tapi mau menjadi lebih baik. Dengan semangat luar biasa, mereka berhasil menaklukkan dunia. Sehingga dunia mengenang mereka sampai saat ini.
Walaupun dulu mereka dianggap nekad. Tapi sekarang mereka semua adalah pelaku sejarah. Yang pasti mereka adalah seorang sukses sejati.
BANGKIT DARI KEGAGALAN Orang hanya melihat tiga persen kesuksesan saya,namun tidak melihat 97% kegagalan saya”.( Seichiro Honda ) Ukuran kehebatan seorang entrepreneur dapat di lihat dari kemampuannya menghadapi ujian.Pada masa-masa sulit,dimana masalah semakin rumit,kepercayaan makin merosot,situasi ekonomi global makin memburuk,saat itulah kita dapat melihat bagaimana kualitas seorang entrepreneur yang sesungguhnya. CONRAD NICHOLAS HILTON Pemilik jaringan Hotel Hilton,pernah mengalami masa sulit yang luar biasa.Pada saat resesi dunia,semua hotelnya-yang saat itu baru berjumlah 8-mengalami defisit.Para investor menarik diri,bank-bank tidak bersedia memberikan pinjaman.Saat itu Hilton terpaksa meminjam dari para rentenir.Ia berjuang seorang diri siang dan malam.Setelah ditinggalkan teman-temannya,ia harus mengelola 5 hotelyang tersisa setelah 3 hotel yang dimilikinya terpaksa dijual.Ketekunan dan kerja keras yang luar biasa akhirnya membuahkan hasil,Hilton mampu keluar dari kesulitan.Jika saat itu ia tidak kuat menghadapi ujian,maka hari ini kita tidak akan melihat ribuan hotel Hilton di berbagai penjuru dunia. MICHAEL MARKS Pendiri Mark and Spencer,salah satu jaringan perdagangan ritel terbesar di dunia.MIchael Marks memulai usahanya dengan menjadi penjual keliling.Usaha kerasnya sempat membuat ia jatuh sakit.Namun semangat membara mengalahkan rasa sakitnya.Menyadari kondisi fisiknya,Marks berhenti berjualan secara berkeliling,ia coba membuka toko.Karena buta huruf,maka barang-barang di kelompokkan berdasarkan harga sehingga memudahkan dalam bertransaksi.Seluruh hidupnya lebih banyak di curahkan untuk membesarkan Marks and Spencer.Bagi Marks,tiada hari tanpa perjuangan.Seiring bertambahnya waktu,jaringan tokonya tersebar luas di seluruh daratan Inggris. SEICHIRO HONDA Pendiri honda.Ia pernah mengatakan,”Orang hanya melihat 3% kesuksesan saya,namun tidak melihat 97% kegagalan saya.”Ia sangat banyak mengalami kegagalan ketika membuat ring piston.Namun Honda tidak menyerah.Bahkan 2 kali Ia hampir kehilangan nyawanya saat mencoba kendaraan hasil kreasinya.Jika orang lain hanya membuat proposal sebanyak 5 sampai 10 buah untuk mencari modal dari Investor,maka Honda membuat 15.000 buah yang ia tawarkan hampir keseluruh toko di Jepang.Ketinggian tekadnya melebihi tingginya gunung Fujiyama. AKIO MORITA Pendiri Sony.Setelah berjuang mati-matian membuat radio terkecil di dunia,ia ditolak
mentah-mentah para pengusaha Amerika,saat menawarkan hasil kreasinya.Namun penolakan itu tidak membuatnya mundur.Bahkan,produk-produk unggulan yang ia buat semakin banyak,termasuk walkman yang sangat sensasional.Jika saja ia frustasi saat mengalami penolakan,tentu kita tidak akan melihat berbagai produk besar Sony termasuk play station yang menggemparkan dunia. CHUNG JU-YUNG Pendiri Hyundai.Kisah hidupnya di warnai banyak kegagalan.Pada saat berusia 41 tahun,ia mengalami kebangkrutan total setelah pasukan Jepang mengambil alih perusahaannya serta musibah gempa yang sering terjadi.Namun ia mampu bangkit dari keterpurukan.Sekarang kita menyaksikan eksistensi kerajaan Hyundai di pasar otomotif dunia.Ya,Hyundai didirikan seorang anak petani miskin Korea Selatan yang memiliki tekad baja.Namanya juga di abadikan sebagai tempat objek wisata yang cukup ramai di kunjungi khususnya pada musim panas,yaitu pantai Hyundai di Pusan. Di balik kesulitan selalu ada kemudahan..Banyak orang besar telah membuktikan ungkapan ini.Seichiro Honda mengatakan,”The Power of dreams,kekuatan impian,apabila kita kerjakan dengan kemauan keras disertai percobaan terus-menerus maka hasilnya akan luar biasa.Bahkan mampu menembus batas-batas kemampuan kita.Dan,impian akan berubah menjadi kenyataan… Semoga bisa memberikan motivasi dan inspirasi pada saya dan kita semuanya,dan kita sadar bahwa keberhasilan akan kita capai apabila kita pantang untuk menyerah mencoba dan selalu mencoba,karena keberhasilan itu tidak gratis,selalu ada yang jadi korban dan dikorbankan dalam bentuk dan wujud apa saja.Lebih baik kita bersimbah keringat dalam latihan daripada kita bersimbah darah dalam peperangan. Bocah 8 Tahun Menjadi Professional IT Termuda Seorang bocah berusia delapan tahun telah menjadi profesional IT termuda sepanjang sejarah setelah melewati ujian untuk mendapatkan sertifikasi Microsoft. Marko Calasan dari Skopje, ibukota dari Macedonia telah menjadi sistem komputer bersertifikat termuda di dunia. Marco mengatakan bahwa ia “ingin menjadi ilmuwan komputer saat saya besar nanti dan membuat sebuah sistem operasi baru,” katanya. Marco yang gemar pelajaran matematika di sekolah, sudah belajar membaca dan menulis pada usia dua tahun, di mana ia pertama kali mulai menunjukan minatnya pada komputer. Berita pencapaiannya telah mengubahnya menjadi seorang selebriti di Macedonia. Ibu Marco Radica, 37, mengatakan bahwa anaknya telah menunjukan “bakat belajar yang luar biasa sejak kecil” dan ia bersama suaminya yang menjalankan sekolah komputer sering meminta bantuan Marco saat mereka mengalami masalah teknis. “Ia jelas sangat berbakat, namun anak-anak yang berusia di atas enam tahun sudah dapat mempelajari komputer lebih cepat dari asumsi sebagaian besar orang,” katanya.
Marco juga tertarik dengan pelajaran fisika dan astronomi dan mengalami kesulitan untuk tidur di malam sebelum diluncurkannya eksperimen Big Bang di fasilitas bawah tanah dari European Organisation for Nuclear Research di Swiss. Marco mengatakan bahwa “media mengatakan bahwa ini dapat menyebabkan akhir dari dunia, namun rasanya hal tersebut tidak berbahaya.” mantan preman jadi pengusaha Lulusan STM bangunan ini mengawali bisnisnya hanya dengan dua gerobak. Kini, ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di Jakarta. (Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar. Seorang lelaki bercelana pendek berhenti bekerja, lalu keluar menyambut NOVA. Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. “Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek,” tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.) Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali. Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar. Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri. PENSIUN JADI PREMAN Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan
kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD. Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya). Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu – Pulogadung – Cililitan. Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak. NYARIS TERSAMBAR PETIR Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah. Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali. Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah.
Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah. Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji. orang sukses yang berawal dari nol Kisah-kisah nabi, tentunya sudah sering kita dengar dan kita hafalkan disemasa kecil, tapi, kisah sukses para pengusaha dan para penjiwa enterpreneurship, yang bisa mengeruk jutaan, bahkan ratusan juta rupiah perhari tentunya jarang kita dengar.. Dibawah ini ada beberapa kiash sukses, yang mungkin dapat memberikan cerita sukses bagi kita semua..Dan membuka mata kita untuk bangkit dan berusaha!!! Salah satunya adalah Susi Pudjiastuti, potret sukses pengusaha wanita tanpa jalur pendidikan formal. Merasa sekolah tidak bisa mengakomodasi keinginannya, Susi Pudjiastuti memilih drop out saat kelas dua SMA dan bekerja di pelelangan ikan di Pangandaran, Jawa Barat. Pilihan nekadnya ini, ternyata mampu mengantarkan nasibnya menjadi juragan ekspor ikan beromzet milyaran rupiah per bulan dan pemilik dari maskapai penerbangan Susi Air dengan 12 pesawat Cessna Grand Caravan, hanya dengan modal awal 750 ribu rupiah. Pada tahun 2000, Susi membuat terobosan baru bidang pengangkutan ikan, yaitu dengan pesawat terbang untuk mempercepat pengangkutan ikan segar. Tekad yang keras untuk menjadi pengusaha juga menghinggapi benak Budiyanto Darmastono. Lulusan D3 Akuntansi UGM yang berasal dari keluarga guru ini, tak puas bekerja sebagai pegawai bidang akuntansi, dengan penghasilan yang menurutnya “hanya begitu-begitu saja”. Bersama istrinya, Budiyanto terus berpikir keras mencari-cari bidang usaha yang cocok dan bisa dikerjakan berdua. Ide bernas pun mampir di pikirannya saat menyadari, bahwa bisnis kurir sangat potensial. Perusahaan di bidang usaha courier service juga masih sedikit dan sebagian besar dikerjakan secara manual. Bermodalkan uang 24 juta hasil meminjam saudara dan temannya, Budiyanto menyewa sebuah rumah kontrakan untuk dijadikan kantor bernama PT. NCS. Gagasan briliannya saat itu adalah mengandalkan 2 komputer untuk mempercepat sistem database dan pelaporan. “Saat itu saya lihat dari sejumlah perusahaan kurir, masih memakai sistem
manual. Maka saya berpikir bahwa sistem computerized pasti akan lebih cepat, tepat dan dipercaya klien” ujar Budiyanto. Saat ini, berkat kerja keras dan komitmen menjaga kepercayaan para klien, PT. NCS telah memiliki 3000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan omzet sekitar 9 miliar rupiah per bulan. Sementara keputusan untuk tidak mengikuti jalur “mainstream” sarjana saat ini, yaitu menjadi karyawan selulus kuliah, mendorong empat sekawan dari Yogyakarta memilih berwiraswasta. Eko Yulianto, Fath Aulia Muhammad, Asyari Tamimi dan Febri Triyanto tak malu-malu memulai usaha berjualan stick singkong goreng. Bermodalkan sebuah gerobak berwarna merah kuning bermerk Tela-tela, mereka berempat mampu menarik konsumen penyuka cemilan gorengan. Obsesi mereka mengangkat derajat singkong supaya “selevel” dengan cemilan impor, juga didorong alasan untuk memberdayakan para petani singkong. Pengalaman berlarilari mendorong gerobak sambil menenteng wajan berisi minyak goreng karena dikejarkejar Satpol PP saat pertama kali berjualan, tak mematahkan semangat mereka. Hanya dalam waktu 2 tahun, sekitar 1200 outlet Tela-tela di seluruh Indonesia, telah memberikan omzet bagi 4 sekawan ini 2-3 Miliar per bulan. Berawal pada hobi bermain skateboard, mendorong Rizky Yanuar dan 2 temannya membuat sendiri kaos, jaket dan aksesoris bernuansa komunitas skateboard pada 1998. Bermodalkan uang patungan sebesar 200 ribu rupiah, mereka bertiga memproduksi sendiri jaket dan kaos bermotif skateboard. Kegiatan yang awalnya hanya sebagai hobi itu, ternyata terus berlanjut hingga mereka lulus kuliah. Promosi lewat mulut ke mulut kepada sesama komunitas skateboard, berkembang ke jalur distro dan akhirnya memiliki sebuah toko showroom khusus berbendera Ouval Research. Ketekunannya untuk bertahan di segmen khusus anak muda, dibarengi inovasi dalam segi desain secara terus menerus, membuahkan 4 outlet di Bandung dan Jakarta, serta 100 distributor di seluruh Indonesia yang mengalirkan omzet 1-2 miliar per bulan. Semoga kisah-kisah diatas bisa menjadi inspirasi anda dan membuka hati anda untuk banagkit dan berusaha!!! Kisah Sukses Nabi Muhammad SAW Encyclopedia Britannica “Sejumlah besar sumber awal menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang jujur dan berbudi baik yang dihormati dan ditaati orang-orang yang sepertinya (jujur dan berbudi baik) (Vol. 12)”
Mahatma Gandhi Komentar Mengenai Karakter Muhammad di Young India “Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.” Sir George Bernand Shaw The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936 “Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris – bahkan Eropa – beberapa ratus tahun dari sekarang, Islam-lah agama tersebut. ” Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad – sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang antikristus, dia harus dipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan’. “Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini”. “Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang. Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan meninggalkan dunia ini pada usia 63. Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini – dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKADE.”
Michael H. Hart The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History, New York, 1978 Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad pada urutan teratas mungkin mengejutkan semua pihak, tapi dialah satu-satunya orang yang sukses baik dalam tataran sekular maupun agama. (hal. 33). Lamar tine, seorang sejarawan terkemuka menyatakan bahwa : “Jika keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kejeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah modern dengan Muhammad? Tokoh-tokoh itu membangun pasukan, hukum dan kerajaan saja. Mereka hanyalah menciptakan kekuatan-kekuatan material yang hancur bahkan di depan mata mereka sendiri. Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi jutaan manusia di dua per tiga wilayah dunia saat itu; lebih dari itu, ia telah merubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan serta jiwa… Kesabarannya dalam kemenangan dan ambisinya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan, sembahyang-sembahyangnya, dialognya dengan Tuhan, kematiannnya dan kemenangan-kemenangan (umatnya) setelah kematiannya; semuanya membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah dogma. Dogma yang mengajarkan ketunggalan dan kegaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan tuhan yang sesungguhnya dengan kebijakan. Seorang filsuf yang juga seorang orator, apostle (hawariyyun, 12 orang pengikut Yesus-pen.), prajurit, ahli hukum, penakluk ide, pegembali dogma-dogma rasional dari sebuah ajaran tanpa pengidolaan, pendiri 20 kerajaan di bumi dan satu kerajaan spiritual, ialah Muhammad. Dari semua standar bagaimana kehebatan seorang manusia diukur, mungkin kita patut bertanya: adakah orang yang lebih agung dari dia?” Lamar Tine Histoire De La Turquie, Paris, 1854, Vol II, PP 276-277 “Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini. Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya. Muhammad adalah seorang
agamawan, reformis sosial, teladan moral, massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang – semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut – hanya dengan kepribadian seperti dia-lah keagungan seperti ini dapat diraih.” K.S. Ramakrishna Rao Professor Philosophy Dalam Bookletnya “Muhammad, The Prophet Of Islam” Kepribadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat.. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, Muhammad sang pejuang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu, Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan. Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak biasa. Prof. (Snouck) Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional dan persaudaraan manusia di atas pondasi yang universal yang menerangi bagi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam capaiannya mewujudkan ide persatuan bangsa-bangsa. Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebagian dari apa yang Muhammad capai. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kapada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral. Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahwa ia adalah putra Tuhan atau reinkarnasi Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan – dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan. Thomas Carlyle In His Heroes and Heroworship “(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua decade.
“Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri.” “Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.” Edward Gibbon and Simon Ockley Speaking On The Profession Of Islam Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya” adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Sang Nabi tidak pernah berubah menjadi pengkultusan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama (HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54) Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan’ dan demikianlah juga setiap tindakannya.
SUYATNO NUGROHO ES TELER 77 Anak yang bodoh di sekolah belum tentu tidak sukses dalam hidupnya di kemudian hari. “Sekolah saya enggak pintar, bahkan enggak suka sekolah,” kenang Presiden Direktur Es Teler 77 tentang masa kecilnya. Dua kali tidak naik kelas, dan yang naik pun berada di rangking 40-an di antara 50 siswa. Karena itulah SMA-nya cuma tiga bulan. Akhirnya kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, ini dikirim ayahnya, Hoo Ie Kheng, ke Jakarta, kepada pamannya. Ke Ibu Kota dengan harapan melanjutkan sekolah, tapi apa kata sang paman? “Enggak usah sekolah, nanti saya latih dagang saja,” ujar Sukyatno menirukan ucapan pamannya. Beberapa tahun kemudian, Sukyatno sukses dengan Es Teler 77 yang juga memiliki cabang di Malaysia, Singapura, Australia, dengan total pekerja tiga ribu orang. Dan penyandang gelar doktor honoris causa ini malah berceramah di banyak universitas tentang bisnis franchise. Awalnya, pria yang dulu bernama Hoo Tjioe Kiat ini menjadi penjaja (salesman) macam-macam barang: kancing baju, sisir, barang elektronik. Setiap hari dari Pasar Pagi, Jakarta Barat, ia naik oplet atau sepeda ke Jatinegara dan Jalan Sudirman, keduanya di Jakarta Pusat —yang dulu banyak dipenuhi toko besi—lalu ke Tanjungpriok, Jakarta Barat. Tidak mau mengaku di mana tempat berjualannya, ia pernah dicurigai menjual barang-barang curian.
“Saya sempat putus asa,” kata Sukyatno. Pamannya memberi pelajaran: “Kalau kamu datang sekali enggak bisa, datangi seribu kali. Kalau itu saja kamu enggak bisa, berarti kamu goblok.” Sambil tetap berjualan barang, Sukyatno juga mencoba jadi tengkulak jual-beli tanah dan agen pengurusan surat izin mengemudi. Sampai pada suatu ketika, 1978, ia menjadi pemborong, membangun rumah dinas pesanan sebuah departemen. “Ketika bangunannya hampir jadi, saya mau dikeroyok orang kampung. Ternyata itu tanah sengketa,” tuturnya. Akibatnya, ia terpuruk utang, sampai untuk bayar uang sekolah anaknya saja ia tidak mampu. Ternyata Sukyatno mampu bangkit. Setelah membuka salon, ia membuat usaha es teler, terinspirasi mertuanya yang menang lomba membuat es teler. Namanya Es Teler 77 Juara Indonesia, pertama kali dibuka pada 7 Juli 1982. Selain mudah diingat, 77 adalah angka keberuntungan, katanya. Dari tenda-tenda di emperan pertokoan, ia pindah ke Jalan Lombok I dan Jalan Pembangunan, keduanya di Jakarta Pusat, karena digusur. Di dua tempat ini masih berkonsep kaki lima juga. Lalu, bermodal nekat, pada 1987 ia pun membuka franchise di Solo dan Semarang, Jawa Tengah, sampai sekitar seratus buah. Ia akhirnya mulai masuk plaza, 1994. Selain es teler, ia juga berjualan mi tektek dan ikan bakar. Walau sudah sukses, Sukyatno tetap merasa rakyat kecil. Menurut dia, itu karena ia terbiasa hidup sengsara sejak kecil—pada usia enam tahun sudah ditinggal ibunya, Lee Kien Nio, yang meninggal. “Sampai sekarang saya masih senang makan di kaki lima, pakai pakaian biasa-biasa,” katanya. Berkeinginan keras dan tekun, pantang menyerah, dan fokus menekuni satu bidang usaha merupakan kiat sukses Sukyatno. Menikah dengan Yenny Setia Widjaja, yang saat itu juga berjualan, 1970, Sukyatno ayah tiga anak. Ia sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, yang semuanya disekolahkan ke luar negeri. Ia juga mendidik mereka agar punya kepedulian sosial. MARK ZUCKENBERG: SI PEMALU PENDIRI FACEBOOK YANG KAYA RAYA Terlahir pada 14 Mei 1984 dari pasangan ayah yg dr. gigi+ibu psikiater, Mark Elliot B. Zuckenberg menghabiskan masa kecil di kawasan elit Dobbs Ferry, pinggiran Wetchester County, New York. Ia anak kedua dari empat bersaudara– kakak+adiknya perempuan. komputer yg membuatnya menjadi gila komputer. Saat SMA ia membuat sendiri program game. Ia jg meng-hack banyak situs , namun justru itu ditawari kerja oleh Microsoft dan AOL, tapi ditolak. Ia lebih suka kuliah di Harvard belajar psikologi (ia angkatan 2009).
Di Harvard ia mula2 membuat Coursematch, sebuah situs yg memungkinkan seorang mahasiswa mengetahui teman kuliah sekelas. Situs kemudian dikembangkan menjadi Facemash.com, mirip situs survei milik Harvard utk mengetahui peringkat segala hal yg berhubungan dgn kampus, “Hot or Not?”, namun diplesetkan menjadi “Harvard, Hot or Not?” berisi polling untuk memilih gadis favorit kampus. Karena bikin heboh akses internet Zuckenberg ditutup, dan ia hampir dikeluarkan. Tgl 4 Februari 2004, Zuckenberg meresmikan situs buatannya, Facebook, dari kamar asrama, dimaksudkan untuk membentuk jejaring. Hasilnya: 2/3 mahasiswa kampus sign up alias mencatatkan diri. Bersama Dustin Moskovitz, ia memperlebar cakupannya ke kampus2 lain: Sampai pertengahan tahun mereka telah mengedarkan FB di lebih 30 universitas+sekolah. Akibatnya, kesibukan mengurus FB meningkat, cuti deh. Peter Thiel kemudian memodali Zuck cs untuk mengembangkan usaha. Mereka pindah ke kantor yg lbh megah. Kian lama FB menjangkau ke luar negeri dgn perkembangan yg lubis! Kini, nilai keseluruhan perusahaan FB sekitar AS $ 15 miliar (Rp 140 triliun, bo!), membuat Zuck berada di urutan 785 daftar org terkaya di dunia. Namun demikian, tetep wee do’i seorang remaja simpel, malu2, tapi kreatif+cerdas! Mirip Bill Gates, Om saya di Amerika ntu…:-D Ask What You Can Do for Your Country “Uang Itu Akibat, Bukan Tujuan” yang dimuat di rioseto’s blog dan Kompasiana, tidak terlalu mudah difahami. Untuk apa kita bekerja? Beda susunan kata, kita bekerja untuk uang dan uang bekerja untuk kita, beda artinya. Ungkapan pertama jelas; ungkapan ke dua biasa dipakai dalam dunia marketing. Saya memilih ungkapan ke tiga, kita bekerja sebaik-baiknya, uang biarlah mengalir sendiri datang menghampiri. Bukankah kalau kita bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh, tanpa pamrih, banyak posisi ditawarkan kepada kita? Kita kadang-kadang (sering?) terbalik, mana uangnya nanti saya kerjakan. Celaka tiga belas, uang sudah, kerja tidak. Malu..uu, ya. Penerapan ungkapan terakhir dan rasa malu, berhasil membuat sebuah institusi pendidikan tinggi melakukan penelitian bersama dalam teknologi penjernihan air dengan sebuah industri global Jepang. Bukan suatu hal mudah, apalagi hingga industri bersedia membuka rahasia ”dapur”nya, mengalihkan teknologi terkininya ke Indonesia. Departemen Perindustrian konon sudah memasukkan kolaborasi 2 instansi berbeda ini sebagai salahsatu calon yang layak menerima award perintisan teknologi baru di Indonesia. Apresiasi yang sungguh simpatik, semogalah menang. Menang adalah sebuah prestasi, tetapi bukan yang terpenting; memelihara kemitraan yang baik dengan industri, itulah prestasi. Industri dekat dengan pasar; industri tahu
apa yang diperlukan masyarakat. Kedekatan institusi pendidikan tinggi dengan industri, sangat strategis di dalam memajukan institusi. Banyak sudah contoh. Institusi harus berpikir layaknya entrepreneur, menjadikan institusi entreprise”cantik”, yang banyak dilirik dan diminati. Manfaat kerjasama dengan industri? Alih teknologi dan lapangan kerja, antara lain. Lalu uangnya? Bisa datang dari mana-mana, royalti paten/hak cipta, penjualan, pengadaan komponen, konsultan, pelatihan, layanan kustomer, instalasi, jasa daur ulang, dan bisnis perluasan aplikasi air bersih. Air bersih, siapa tak butuh? Bahkan komoditi ini bakal diperebutkan suatu saat, lihat ”Hello World! Tentang Air”. Begitu bernilainya. Jadi, uang itu ada. Di belakang! Wah, sakti juga ungkapan ke tiga dan rasa malu kalau bisa sampai menjadi pembuka jalan mendatangkan uang, ya. ”Resep” ini ingin dicobakan juga untuk bisa menggaet institusi finansial. Belum dicoba. Tetapi hari Senin tanggal 3 Agustus lalu, ada upacara serah terima SDM dari Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia) ke Polman (Politeknik Manufaktur) di Bandung, untuk dilatih ketrampilan mekanika selama 6 bulan. SDM selain nanti dimanfaatkan Peruri sendiri, kompetensinya yang diakui dunia memungkinkan mereka mudah diterima bekerja di mana-mana. Horee, …Indonesia sudah seluas dunia! Pelatihan ditangani sebuah unit kecil, TESDC (Technical & Entrepreneurial Skill Development Center). Lembaga diciptakan atas prakarsa bersama Polman dengan Yayasan Citra Siliwangi untuk melayani hal-hal semacam ini; masih muda, belum 3 bulan, dengan visi dan misi memenuhi tenaga trampil kelas dunia, yang juga digembleng dan ditempa berjiwa wirausaha. Coba kita lihat nanti hasilnya. Dalam kesempatan bincang-bincang diluar forum, Dirut Peruri pak Junino Jahja (ejaan lama) didampingi Kepala BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) pak Jumhur Hidayat (ejaan baru), mendorong kita agar bisa berbuat hal-hal bermanfaat lebih banyak lagi. Salahsatu topik yang disinggung adalah elektronika. Produk elektronika sudah jadi bagian kehidupan kita sehari-hari. Mengapa tidak berupaya membuat sebagiannya sendiri? Peruri siap berdiri di belakang. Horee… made in Indonesia. Maunya. Ini dia, pucuk dicinta ulam tiba. TESDC berpikir keras bersama-sama mitranya, bagaimana menyambut tawaran Peruri dengan mengangkat 1-2 contoh produk yang akan dikerjakan habis-habisan hingga berhasil jadi sebuah kisah sukses. Sukses secara teknis, iya, sukses secara ekonomis, iya.
“Resep” lama akan dipakai ulang, dengan penyempurnaan, mengingat teknologi elektronika bukan milik kita. Teknologi berada di luar sana; keberhasilannya sangat bergantung kepada keberhasilan membangun link dengan semua unsur, connect the unconnected: SDM, teknologi, finansial, dan pasar. Persis seperti menyusun sebuah mosaik… KISAH SI JENIUS ANNISA Indonesia patut berbangga… !!!! Annisa Rania Putri, putri bangsa asal banjarmasin ini boleh dibilang bocah perempuan sangat jenius!! Dia digolongkan anak ajaib !!! Di usianya yang baru 9 tahun itu ia menguasai bahasa asing !!! Tidak TANGGUNG – TANGGUNG 5 BAHASA SEKALIGUS !!! Inggris, Korea, Arab, Belanda, termasuk Indonesia secara fasih dan lancar !!!! ( Unbelieveable ) Bahkan dia juga mampu melihat hal-hal gaib yang tak bisa ditembus penglihatan orang awam. Dia bisa menjangkau masa depan, menyembuhkan orang sakit dan melatih meditasi orang-orang dewasa. Di usia yang masih belia, Anissa telah menerbitkan buku yang berjudul Hope Is on the Way: Kumpulan Pesan Alam.29 agustus lalu !!! Gadis cilik ini memiliki kelebihan berupa kemampuan menerima “pesan alam” yang kemudian dituangkannya dalam tulisan dan disampaikannya melalui ceramah. Ia pun menjelma bak seorang selebritas. “La donna e mobile Qual piuma al vento, Muta d’accento. Sempre un amabile… Annisa Rania Putri mengikuti lantunan La Donna E Mobile dari Giusepe Verdi yang mengalun lewat iPod-nya. Lagu klasik itu merupakan tembang kesekian yang dinyanyikan bocah berusia 9 tahun itu. Sebelumnya, Annisa melantunkan lagu Ave Maria-nya Schubert dan beberapa tembang klasik lainnya. Sore itu, sambil mendengarkan musik, Annisa asyik mempelajari dua buku cukup berat, Leonardo da Vinci: The Complete Works dan The Dan Brown Companion, di sebuah sudut kafe Starbucks di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Annisa, yang sejak kecil dikaruniai kelebihan menerima “pesan alam”, mencoba memecahkan misteri yang dipaparkan kedua buku itu. I try to deencrypt (saya mencoba memecahkan misteri karya Leonardo da Vinci),” katanya sambil menyeruput hot coffee late-nya. Dan sejak dikaruniai kelebihan itu, Annisa senantiasa berupaya mengungkap rahasia hidup manusia. Inspirasinya bisa didapat dari mana saja, termasuk kedua buku yang tengah dipelajarinya itu. Inspirasi yang diperolehnya langsung ditulis pada laptop yang
selalu dibawa sang ibu, Yenni Handojo. “Itu akan dijadikan bahan ceramahnya,” kata Yenni, yang menemani Annisa sore itu. Sejak sekitar tiga tahun belakangan ini, Annisa memang kebanjiran undangan berceramah. Ia diundang menjadi pembicara di pelbagai tempat, dari kampus, komunitas pengajian, hingga kantor Wakil Presiden. Menurut ibunya, Annisa sendirilah yang menyiapkan dan menulis bahan-bahan ceramahnya pada laptopnya. Ya, boleh dibilang, Annisa adalah sebuah keajaiban. Sejak kecil ia telah dikaruniai sejumlah keajaiban yang mencengangkan. Saat berusia sekitar setahun, ia telah pandai bicara dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa seharihari di rumahnya di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Menginjak usia dua setengah tahun, Annisa sudah pandai mengoperasikan komputer. Bocah kelahiran Jakarta, 5 Juli 1999, itu juga kian fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Plus, pintar menyanyi, bermain drum, dan melukis. Sejak itu pula, Annisa dikaruniai kelebihan berupa kemampuan menerima “pesan alam”, yang kemudian dituangkan dalam tulisan dan disampaikan lewat ceramah atau presentasi. Pada Agustus lalu, serangkaian ceramahnya dikompilasi dalam sebuah buku bertajuk Hope is on the Way: Kumpulan Pesan Alam. Dalam buku setebal 143 halaman itu dipaparkan pula tentang proses Annisa menerima “pesan alam”. Pada waktu-waktu tertentu, biasanya tengah malam hingga menjelang pagi, Annisa, yang terjaga, seperti mendengar “bisikan” atau melihat “tulisan” yang harus cepat-cepat ditulisnya. Hanya, Annisa tak menuliskannya dalam huruf biasa karena dia memiliki aksara sendiri yang hanya dia yang bisa membacanya. Biasanya, Annisa mengucapkan pesan-pesan itu dan ibunya atau saudaranya akan merekamnya. Pesan yang berisi tentang berbagai rahasia kehidupan itu kemudian diketik sang ibu atau saudaranya pada komputer. Belakangan, Annisa mengetik sendiri “pesan-pesan alam” itu pada laptop yang senantiasa menemaninya. Pesan-pesan yang diterimanya itu juga kerap didiskusikan Annisa dengan ibunya atau pamannya sebelum diketikkan pada komputernya. Selain itu, Annisa gemar mencari pengetahuan dengan membaca aneka jenis buku. Caranya memahami buku seperti layaknya mahasiswa memahami sebuah kajian untuk pembuatan makalah atau skripsi. Dia hanya membaca bagian yang diperlukannya. Tak semua halaman buku habis disantapnya. “I just read what I need (untuk dikaji),” ujarnya. Gadis cilik itu juga saban pagi membaca koran berbahasa Inggris, International Herald Tribune dan The Jakarta Post. Annisa juga tak hanya berhenti membaca artikel di kedua harian itu, tapi ia juga memahami isinya. Misalnya artikel tentang dua calon Presiden Amerika Serikat yang tengah bersaing ketat. Dia memberikan alasan
mengapa calon dari Partai Demokrat, Barack Obama, lebih diunggulkan ketimbang John McCain dari Partai Republik. “His vision much better than McCain,” katanya seperti seorang analis politik. Soal-soal lainnya juga sangat dikuasai Annisa, dari krisis ekonomi yang menimpa Amerika hingga ilmu tentang nanoteknologi. Bila berbicara, ia fasih seperti seorang pakar. “Saya mabok mendengarnya, saya nggak mengerti apa yang dia omongin,” ujar ibunya. Menurut ibunya, selain dari Internet dan koran, Annisa memang menyerap berbagai pengetahuan dari aneka buku bacaannya. Tak hanya buku ringan, sejumlah buku kelas berat pun dilahapnya. Karya-karya klasik dari William Shakespeare, Kahlil Gibran, Deepak Chopra, hingga Immanuel Kant nangkring di lemari buku di kamarnya. Kelebihannya membaca itu, tutur ibunya, juga digabungkan dengan kelebihan Annisa yang lain, yakni “membaca alam”. “Kalau sudah begitu, dia biasanya langsung menulis atau bergumam,” katanya. “Hasilnya, ya, buku yang berisi kumpulan ceramahnya itu.” Annisa tak akan berhenti bila yang dikajinya itu belum menemukan jawaban. Ia akan meneruskan pekerjaannya di kamarnya, bahkan hingga menjelang pukul lima pagi. Kalau sudah begitu, kopi kental menjadi teman favorit Annisa dalam bekerja. “Kadang saya sampai tertidur menemaninya bekerja,” kata ibunya. Boleh dibilang, mengkaji sesuatu dan menuliskannya merupakan kegiatan utamanya belakangan ini. “Dia tak main-main layaknya anak seusianya,” ujar sang ibu. Awalnya, ibunya sempat heran. Tapi, setelah ia mengetahui anaknya memiliki kelebihan, dia mulai sadar dan mendukungnya. Kegemaran lain Annisa adalah mendengarkan musik. Di rumahnya, yang dirancang Annisa pada 2005, terdapat koleksi cakram musik klasik, seperti Schubert, Mozart, dan Bach. Ada pula koleksi penyanyi tenor Placido Domingo, Jose Carreras, dan Luciano Pavarotti. Selain itu, Annisa mengoleksi Josh Groban, Sarrah Brightman, dan Celine Dion. Kini Annisa telah menjelma bak seorang selebritas. Namanya mulai melambung. Sejumlah media massa, baik cetak, elektronik, maupun online, pernah memuat profil dan keajaiban-keajaiban yang dimilikinya. Putri tunggal dokter kejiwaan yang berdinas di TNI Angkatan Darat itu sadar, dirinya terlalu pintar buat anak seusianya. Annisa sadar, dia lebih dewasa ketimbang anak seusianya. Karena itu, menurut ibunya, dia tak bisa memasukkan anaknya itu ke sekolah. “Saya sedang berpikir bagaimana sebaiknya (ke depan),” katanya. Sang ibu juga kian paham bahwa pemikiran anaknya terkadang membuat orang lain terheran-heran dan menganggapnya sebagai bocah ajaib. Padahal Annisa tak suka
disebut anak kecil. “Jangan panggil dia adik atau nak,” ujar ibunya ketika pertama kali bertemu Tempo. Selain itu, ibunya menambahkan, Annisa tahu dirinya kini populer sehingga harus selalu siap menjadi sorotan publikasi. Walau begitu, Annisa kerap curhat kepada ibunya. “Saya seperti orang yang terjebak pada badan anak kecil,” kata Yenni menirukan keluhan putrinya, Annisa. Sore itu, ketika hari mulai beranjak petang di kafe Starbucks, Annisa tampak tak kuasa menahan kantuk dan lelah. Maklum, belakangan ini hampir setiap hari dia selalu melayani wawancara dan photo session dengan berbagai media. Ya, meski berjiwa dewasa, fisik Annisa tetaplah masih bocah. “The funny thing is, when he open the window of his limousine, he smile and said see you again to me,” ujarnya sambil tertawa senang. YOPHIANDI KURNIAWAN Pesan-pesan Alam Annisa Sepucuk undangan peluncuran buku mampir di meja redaksi Tempo pada akhir Agustus lalu. Sebetulnya ini sesuatu yang biasa. Tapi pengundang, penerbit Prima Media, mewanti-wanti agar semua undangan memakai pakaian formal, tak terkecuali wartawan, dan sebisa mungkin memberikan konfirmasi kehadiran jauh-jauh hari. Acara peluncuran buku yang digelar di Rafflesia Grand Ballroom Balai Kartini, Jakarta, itu menampilkan dua pembicara: politikus Gayus Lumbuun dan penyanyi Elly Kasim. Boleh dibilang, tempat acara yang mewah dan tampilnya pembicara itu juga sesuatu yang biasa dalam sebuah peluncuran buku baru. Tapi siapa nyana, Gayus, guru besar ilmu hukum, dihadirkan untuk membedah buku karya gadis cilik berusia sembilan tahun, Annisa Rania Putri. Hope Is on the Way, demikian judul buku yang diluncurkan itu, memuat kumpulan bahan presentasi Annisa yang disampaikannya dalam pelbagai acara. Dalam buku setebal 143 halaman itu terdapat tujuh tulisan yang membahas aneka topik, dari puasa, kelestarian lingkungan, hingga tema psikologi. Beberapa tulisan juga membahas topik cukup berat yang mungkin tak terjangkau pikiran kanak-kanak, seperti dalam bab Kasih dan Keadilan. Bab itu memaparkan ketidakadilan yang menyebabkan kemiskinan. Dalam tulisannya, Annisa tak berhenti dengan hanya menyalahkan kenaikan harga sebagai biang keladinya, tapi ia juga menyampaikan pemikirannya tentang aturan yang memungkinkan para spekulan harga mendapat hukuman berat. Annisa menulis, masyarakat miskin tak pernah salah saat meminta harga-harga diturunkan. Jadi yang tak adil justru para pembuat kebijakan. “Orang-orang yang seharusnya memelihara keadilan justru tak pernah akan bersikap adil,” katanya.
Menurut Annisa, semua yang ditulis dalam bukunya adalah pesan yang diterimanya dari alam. Pesan-pesan itu bersifat universal dan umum, tanpa ada perincian, bahkan contoh kasus. Boleh dibilang, tak banyak keistimewaan dari buku ini, kecuali Annisa menulisnya dalam bahasa Inggris. Sebab, hanya bahasa Inggris yang memang dikuasai gadis cilik itu dengan fasih. Penerbit kemudian menyuguhkan setiap artikel di buku ini dalam dua bahasa: Inggris dan Indonesia. Tulisan-tulisan dalam buku ini juga terkesan datar. Terkadang paragraf tulisan Annisa tak mengalir dan terhubung dengan paragraf selanjutnya, sehingga terkesan setiap paragraf memiliki ide tersendiri. Menurut Annisa, tulisannya memang tak untuk dibaca secara runut dan kronologis, karena ia percaya mereka yang mencari inspirasi dari bukunya akan mendapatkannya dari kalimat-kalimat, bukan dari tulisan yang panjang. Yang justru janggal, buku ini kelewat sederhana untuk pribadi sekompleks Annisa. Gadis cilik yang selalu bertopi baret itu memang hanya merasa perlu menulis dan menyimpulkan pesan-pesan alam yang diterimanya. Selebihnya, ia serahkan kepada penerbit. Meski begitu, Annisa berharap pesan-pesannya dalam buku ini bisa bermanfaat bagi pembacanya. “Saya berharap pesan-pesan ini bisa mengembalikan harapan orang, menguatkan iman, dan membantu orang memperbaiki hidup,” ujarnya. Annisa juga berharap agar tulisan-tulisannya dalam buku tersebut bisa menguatkan pembacanya dalam masa-masa sulit. Masa yang bagi Annisa penuh dengan hal-hal menakutkan. “Saya berharap semua yang saya takuti itu tak pernah benar-benar terjadi dan mendatangi saya,” katanya. ANNE AHIRA Tak pernah ada yang mengira, gadis kecil penjual pisang goreng yang sehari-hari menjajakan dagangannya dikampung-kampung pinggiran kota Bandung itu mampu mendobrak keluar dari berbagai kungkungan keterbatasan, sehingga kelak berhasil sukses seperti sekarang. Tak sanak saudara, ataupun kedua orangtuanya bisa membayangkan, gadis tomboy yang dahulu sering dipanggil dengan sebutan Ujang-Hira (panggilan untuk anak laki-laki) itu bakal menjelma menjadi seorang super- (seorang yang paling ahli menjual via internet), yang sempat mencapai peringkat 4 dunia, dengan penghasilan mencapai USS 5000 per hari. Tapi itulah yang terjadi, alam telah memilihnya menjadi saksi atas kekuatan maha dahsyat dari sebuah mimpi. Sekaligus menjadi bukti, bahwa segala sesuatu yang dapat diimpikan manusia, pasti bisa pula diwujudkan, betapapun mimpi tersebut sebelumnya tampak begitu liar dan mustahil. Inilah kisah tentang sebuah mimpi yang jauh melampaui zamannya, dan aktualisasi potensi seorang anak perempuan yang mengalahkan berbagai keterbatasan,
kekurangan, dan kemiskinan. Seperti layaknya sebuah legenda, cerita megah itu menampilkan Anne Ahira sebagai tokoh utamanya. Sang pendiri Asian Brain, sebuah sekolah Online Marketing yang memiliki puluhan ribu siswa itu, menginspirasikan suatu pergulatan dan perjuangan hidup yang secara esensial mirp dengan yang dilakukan oleh R.A. Kartini, melalui surat-suratnya kepada Stella Zeehandelaar. Keberhasilannya memenangkan pergulatan hidupnya itulah, yang bukan saja mengubah taraf hidupnya dan keluarga, tetapi juga membuat ia memperoleh penghargaan dari Menteri Negara Koperasi dan UKM sebagai satu dari sebelas UKM yang turut mengubah Indonesia. Dan sejak saat itu dia sering dipanggil Pak Menteri Suryadharma Ali, untuk mengajar dan memberikan inspirasi kepada sejumlah UKM dan Koperasi. Hingga pada puncaknya, Ahira bahkan diminta untuk memberikan presentasi di Forum APEC, dihadapan para delegasi dari 26 negara. Begitulah kekuatan magis sebuah mimpi dalam mengubah arah sejarah kehidupan. Mimpi yang sering muncul dalam bentuk hasrat, keinginan kuat yang konsisten sehingga ingin selalu kita tunaikan, adalah bahasa Tuhan dalam menunjukkan arah yang mesti kita tuju. Dahulu, pada saat kita masih belia, mimpi seperti itu terlihat begitu jelas dan terasa sangat mungkin terjadi. Kita semua tidak takut untuk bermimpidan mendambakan segala yang kita inginkan dapat terwujud. Tapi sayang, dengan berlalunya waktu, suatu daya misterius mulai meyakinkan kita, bahwa mustahil rasanya untuk mewujudkan semua mimpi tersebut. Tapi sebaliknya, begitu seseorang mampu dan tahan untuk terus menggenggam mimpi dan hasrat yang bersumber di dalam jiwa alam semesta, maka segenap alam semesta akan berkonspirasi untuk membantu meraihnya. Demikianlah kesaksian seorang Anne Ahira, yang sejak kecil telah memilki banyak mimpi dan fantasi yang sangat “liar”, khususnya jika diukur dari keadaan ekonomi orang tuanya. “Pada saat saya berumur 7 tahunan, bapak saya kena tipu sehingga seluruh gajinya harus disetorkan ke bank!. Karena itu seluruh anggota keluarga harus bekerja. Setiap pagi saya berangkat ke sekolah membawa tas yang berisi buku dan pisang goreng, untuk saya jual disekolah, kadang saya titipkan ke warung. Pulang sekolah saya berjalan kaki sejauh 3 km melewati sawah-sawah, untuk menjajakan pisang goreng yang tersisa kepada petani. Sepanjang perjalanan, pesan ibu terus mengiang;kalau kamu tidak berjualan pisang goreng kita nggak ckup makan dan kamu nggak bisa nerusin sekolah. Kondisi itulah yang kemudian menempa rasa tanggung jawab saya”, ungkap Ahira, saat mengenang masa kecilnya yang serba susah. — continued – “Pada waktu menjajakan dagangan ke petani itulah saya sering tiduran tiduran diatas jerami sambil menerawang kelangit, seolah-olah berdiskusi langusng dengan Tuhan. Saya melihat burung elang terbang sambil berfikir; kelak saya juga ingin terbang seperti itu, disitu juga saya berfantasi untuk keliling dunia. Ada sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam benak saya: apakah 10 s/d 15 tahun mendatang saya masih tetap menjadi penjual pisang goreng? Kalau sudah begitu hati saya menolak!Tuhan…. saya tidak mau…. saya tidak mau….!”.
Itulah masa inkubasi bagi semua mimpi-mimpi Ahira, termasuk keinginannya untuk dapat berkeliling dunia. Pada satu sisi, mimpi itu adalah tanda-tanda yang akan menuntunnya untuk menemukan legenda pribadi, tapi pada sisi lainnya ia juga merupakan ujian atas iman dan keyakinannya. “Entah bagaimana saya selalu menuliskan mimpi-mimpi saya, ingin punya sepatu roda, ingin sepeda, ingin punya rumah besar dan punya banyak mobil, serta ingin keliling dunia. Semua daftar rincian itu selalu saya bacakan, pada waktu ngomong sama Tuhan diatas jerami, karena khawatir tidak dicatat, Tuhan jadi bingung karena saya banyak permintaan. Pada awalnya mama marah-marah karena saya sering menggunting gambar-gambar kota Paris, kota-kota di Eropa dan Amerika yang ada di kalender sebelum habis masanya. Gambar itu saya jadikan backround guntingan foto-foto saya, sehingga seolah-olah saya sudah pergi kesana, dan kemudian saya pasang dikamar. Jadi sebelum tidur saya selalu melamun melihat foto tersebut. Saya bayangkan, oh iya ya sudah ke Amerika, oh iya ya sudah ke Paris, dan kalau sudah melamun seperti itu baru saya bisa tidur. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang saat itu sedang sulit, kadang ibu saya menjadi frustasi, sedih melihat anaknya banyak keinginan dan bermimpi macam-macam. Suatu hari, saya diseret sama mama ke depan cermin; ngaca kamu, lihat dicermin, kamu itu siapa? Kamu ini bukan anak orang kaya, mama kamu ini hanya seorang penjual pisang goreng, papa kamu itu hanya seorang karyawan biasa. Kamu jangan berfikir yang aneh-aneh, yang penting kamu sekolah yang pintar. Pada kondisi seperti itu, kakek saya bilang; “Jika kamu punya cita-cita daripada ngomong ke mama kamu nanti malah dimarahin terus, lebih baik ngomong saja sama yang diatas! Kalau kamu minta terus setiap hari ke Tuhan, pasti dikabulkan.” Itulah awalnya, saya jadi suka tiduran diatas jerami untuk ngomong sama Tuhan. Turning Point Seperti kata sebuah lagu; tak selamanya mendung itu kelabu! Sang mama yang selama ini selalu menentang semua mimpi-mimpinya, suatu hari berkata; “Kalau kamu ingin berkeliling dunia, kamu harus bisa bahasa Inggris, kalau nggak bisa bahasa Inggris ya nggak bisa keliling dunia”. Bagaikan minyak menyiram bara dalam sekam, berkobarlah nyala antusiasme Ahira untuk mengambil kursus Bahasa Inggris. “Untuk bisa membiayai kursus saya esti melakukan pekerjaan ekstra dengan jualan es dan bahkan membantu bapak saya jadi kernet angktan umum secara paruh waktu. Sepulang sekolah dan jualan, saya memperoleh duit tambahan untuk membayar kursus Bahasa Inggris. Pada waktu masuk SMP, saya sering jalan-jalan ke Braga (nama sebuah jalan dikota Bandung) karena ingin ketemu bule untuk bisa praktik bahasa Inggris. Jadi kalau ketemu bule saya menawarkan diri untuk menjadi guide gratis. Dari situ, suatu kali ada seorang warga negara Amerika yang bersimpati, sehingga sering kontak dan terus berkomunikasi, sampai akhirnya bule itu mengadopsi saya menjadi anaknya, sampai sekarang. Singkat cerita, pada saat lulus SMA, sya sudah lancar berhasa Inggris, Bahasa Jerman, dan Bahasa Korea. Meski begitu saya masih dalam pencarian jati diri. Misalnya setelah lulus kuliah, saya tidak mau hanya mendapat gelar, karena apa bedanya dengan ratusan ribu lulusan kuliah di seluruh Indonesia? Karena saya melihat fakta begitu
banyak lulusan sarjana dari perguruan tinggi terkenal, tetapi masih menganggur, kalau toh sudah bekerja, kadang nggak nyambung dengan studinya. Dengan nilai Ebtanas tertinggi se-Bandung Raya, saya bisa diterima di Unpad, tetapi saya memutuskan masuk STBA. Pada masa-masa inilah saya mulai memberikan kursus Bahasa Inggris, mengajar orang-orang kaya yang memiliki banyak teman, yang kebanyakan punya pabrik tekstil dan pabrik plastik di Bandung. Penghasilan saya dari mengajar ekspatriat waktu itu Rp. 15 Juta / bulan, wah saya menjadi mahasiswa kaya. Tapi saya sadar, kalau saya nggak ngajar, maka saya nggak punya uang. Saya nggak mau seperti itu. Saya mau duit selalu mengalir seperti air yang mengalir terus, dengan sekali pasang paralon. Pada saat itulah saya mulai melihat internet, dimana internet memberikan peluang seperti yang saya inginkan, kalau saya ingin kemana aja; ke Australia, ke Amerika, ke Eropa, selama ada laptop dan koneksi online, maka bisa menjadi kantor saya. Dunia internet itulah yang dapat mewujudkan keinginan saya untuk terbang tanpa perlu khawatir pada masalah uang. KISAH SUKSES BISNIS RAHMAT GOBEL Sebagai pemegang kendali perusahaan eletronik nasional terbesar namanya tak asing lagi di telinga. Ia sebagai generasi kedua, penerus National Gobel. Kepiawaiannya mengembangkan industri elektronik, didukung tenaga-tenaga ahli pilihannya dari dalam maupun luar negeri mampu menghasilkan produk-produk elektronik kebanggaan Indonesia. Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1962 ini terkenal aktif menjaga kepercayaan investor agar mereka bertahan di Indonesia, sekalipun beberapa perusahaan elektronik asing akhirnya hengkang. Maka ia terus berupaya mengajak pemerintah untuk menyelami apa yang dibutuhkan pengusaha demi kebangkitan industri elektronik di tanah air. Anak ke lima dari tujuh bersaudara dan anak lelaki tertua mendiang H Thayeb Mohammad Gobel ini terus berupaya ‘mempertahankan’ perusahaan warisan ayahnya ini. Ia bukan saja mengelola bisnisnya agar tetap bertahan di tengah masa krisis, namun juga berusaha membangun perusahaan sekaligus membangun tempat kerja bagi banyak orang. “Karena perusahaan ini tempat banyak orang bergantung,” katanya. Untuk itu, ia terus berupaya agar produknya diterima masyarakat. Jika saat ini produknya lebih banyak dikenal dengan merek Panasonic, karena memang menyesuaikan dengan nama perusahaan yang terus berubah. PT. National Gobel bergandengan dengan Panasonic sudah 36 tahun lebih. Komposisi kepemilikan saham yang senantiasa berubah menyebabkan namanya juga terus mengalami penyesuaian. Panasonic merupakan brand yang dimiliki Matsushita Electric di Jepang. Sedangkan National adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan miliki keluarga Gobel. Tahun 1970, Panasonic bekerjasama dengan National Gobel dalam penjualan produkproduk perusahaan Jepang tersebut di Indonesia. Sedangkan tahun 1980 nama National Gobel berubah menjadi Gobel Dharma Nusantara dan di tahun 1991 berubah
menjadi National Panasonic Gobel. Dan akhirnya mulai 1 April 2004 berganti nama menjadi PT. Panasonic Gobel Indonesia. Sebagai Presiden Komisaris PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), Rahmat mengaku memulainya dari bawah. “Tidak serta merta begitu saja saya mendapatkan tempat dijajaran Direksi National Panasonic Gobel, tetapi melalui proses yang panjang,” katanya. Rahmat mengaku mengenal pabrik ayahnya sejak Sekolah Dasar. Bahkan setiap hari minggu, ketika teman-teman sebayanya asyik bermain, ia malah diajak ‘ngantor’ sang ayah, Almarhum H. Thayeb Mohammad Gobel. Sang ayah berusaha memperkenalkan dunia usahanya itu sejak Rahmat kecil. Rahmat sering diajak diskusi, “Pokoknya diajak ngobrol apa saja walaupun saya tidak tahu,” ujarnya mengenang. Masa SMP bahkan SMA lebih intens lagi. Ia sudah terbiasa memahami pabrik. Belakangan Rahmat tahu jika ayahnya itu ingin dirinya bisa mewarisi nilai-nilai bisnisnya. Untuk itu, selepas SMA Rahmat dikirim ke Jepang. Selama enam tahun ia belajar di sana. Bahkan ia belajar tentang kultur perusahaan selama setahun di Negara Sakura itu. Kembali ke Indonesia, tahun 1988 ia ditempatkan sebagai tenaga pelatih di pabrik baterai. “Saya tidak langsung jadi bos. Saya memulai sebagai karyawan baru,” katanya. Satu tahun kemudian, ia baru masuk jajaran manajemen menengah yang terlibat membuat perencanaan manajemen. Beruntung ia sudah belajar globalisasi, pergerakan bisnis dan perkembangan pabrik ke depan. Sejak saat itulah ia merasa bisa berkiprah. Lalu diundangnya investasi langsung Matshushita. Hasilnya, sekarang perusahaannya berorientasi ekspor. BOB HASAN RAJA KAYU Nasib mujur masih berpihak pada Bob ‘Raja Kayu’ Hasan. Masa pengucilannya di penjara yang terkenal seram, LP Batu Nusakambangan, dipersingkat dari enam tahun menjadi tiga tahun. Karena berkelakuan baik, Bob diberi pembebasan bersyarat oleh Dirjen Pemasyarakatan Suyatno. Di balik terali besi pun, Bob menjadi motor penggerak para narapidana berkarya kerajinan batu mulia Bob divonis enam tahun penjara oleh pengadilan karena tersangkut perkara korupsi. Semestinya Bom bebas bersyarat 11 Desember 2003. Namun keterlambatan proses istratif memperpanjang keberadaan Bob di LP Nusakambangan, penjara buat penjahat kelas kakap yang diwariskan pemerintah kolonial Belanda. Bob, di era orde baru merajai bisnis perkayuan berkat kedekatannya dengan mantan Presiden Soeharto. Di antara puluhan konglomerat hitam di era Pak Harto, hanya Bob yang terkena jeratan hukum. Kediaman Bob di Jalan Senjaya I Nomor 9 Kebayoran Baru, Jakarta, tampak lebih ramai di hari kebebasan Bob. Mobil-mobil mewah keluar-masuk dari rumah besar yang di dalamnya ada lapangan tenis dan kolam renang. Hari kebebasan Bob bersamaan
dengan pengajian Jum’atan anggota Yayasan Iqra Qurani, dan puluhan anak asuh keluarga Bob. Selain pengusaha, Bob dikenal sebagai tokoh olahraga. Meskipun baru lepas dari penjara, Bob masih dipercaya memimpin Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) sampai tahun 2008. Bob memegang jabatan itu selama tujuh periode berturut-turut sejak tahun 1976. Memang jatuh bangunnya dunia atletik tidak bisa dipisahkan dari sosok Bob, anak angkat mendiang Jenderal Gatot Subroto. Gatot Subrotolah yang memperkenalkan Bob pada Pak Harto. Bob, meskipun hanya tiga bulan, pernah duduk di kursi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Pengrajin Batu Mulia Di balik terali besi pun, Bob masih mampu menjadi motor yang menggerakkan motivasi para narapidana. Kerajinan batu mulia di LP Batu Nusakambangan maju pesat berkat keteladanan dan kepiawaian Bob. Ia menggunakan uangnya untuk memajukan kerajinan yang memberi ketrampilan dan pekerjaan bagi para Napi. Di dalam penjara pun, Bob masih memimpin puluhan perusahaannya. Kerajinan batu mulia sebenarnya sudah lama dirintis di penjara tersebut, tetapi dikerjakan sambil lalu. Batu mulia yang diproses para napi diambil dari kerikil sungai di kawasan Pulau Nusakambangan. Dengan peralatan seadanya, para napi memproses kerikil tersebut menjadi batu cincin dengan bentuk ala kadarnya. Kehadiran Bob selama tiga tahun di Nusakambangan langsung membawa angin segar bagi para Napi dan petugas LP. Sebagai seorang tokoh berpengaruh, naluri positif Bob Hasan langsung bekerja. Bob membiayai keberangkatan dua staf LP ke Bandung. Mereka membeli seperangkat mesin batu mulia, dari yang tradisional sampai yang menggunakan tenaga listrik. Sesampai di penjara peralatan tersebut ditiru dan diperbanyak. Sebanyak 40 Napi direkrut di antara 160 Napi, dilatih ketrampilan membuat batu mulia. Mereka menjadi pekerja bengkel batu mulia. Mereka diberi imbalan jasa Rp 4.500 setiap hari, di mana Rp. 500 harus ditabung, Rp 500 untuk beli susu penambah gizi, Rp 500 untuk mencicil sepatu dan sisanya diserahkan ke koperasi LP. Bahan mentah yang diproses adalah obsidian warna-warni. Dengan desain yang sangat sederhana, produk LP Batu Nusakambangan yang diberi merek dagang Island Jewels dan embel-embel, exotic crystals from the heart of volcano atau eksotik kristal dari jantung gunung api, langsung menembus pasar domestik dan internasional. Bob menyadari bahwa batu mulia yang diolah bukanlah batu mulia asli, tetapi batu mulia tiruan yang dihasilkan pabrik kaca. Yang jadi masalah, produk Island Jewels sudah terlanjur merebut hati para penggemarnya. Hampir saja Bob menutup
bengkelnya. Tetapi tidak ia sampai kehilangan akal. Bob mendatangkan bahan baku batu mulia asli dari India. Bengkelnya bergairah kembali, para karyawannya tidak kehilangan pekerjaan. Bengkel Bob malah menambah karyawan dari 40 menjadi 60 Napi. Tetapi bagaimana nasib bengkel itu setelah kebebasan Bob? Mungkin Bob tetap membina mereka dari luar penjara. Cabang-cabang produksi batu mulia merebak di Cilacap dan Pacitan, memberi sumber penghidupan bagi banyak orang. Bob tetap diharapkan oleh para pengrajin tidak melupakan kerajinan batu mulia. Yang disayangkan, Indonesia mengalami kelangkaan bahan baku karena batu mulia mentah mengalir deras ke luar negeri. Tetap Dihormati Naluri Bob tidak berubah, baik ketika berada di luar maupun di balik tembok penjara. Ia pandai membuka peluang, kemudian mengembangkannya menjadi bermanfaat bagi banyak orang. Bob (73) juga pernah menjadi Ketua Umum PB PABBSI (angkat besi), PB Percasi (catur), PB Persani (senam) dan Presiden Asosiasi Atletik Amateur Asia (AAAA), ia juga tercatat sebagai anggota kehormatan IOC dan salah satu Wakil Presiden OCA (Komite Olimpiade Asia). Sementara di KONI Pusat, Bob Hasan empat periode menjadi pengurus teras. Terakhir di era kepengurusan Wismoyo Arismunandar, ia duduk sebagai wakil ketua umum. Keberhasilan ini menjadikan Bob tokoh yang tetap dicintai, disegani, dan dihormati, di manapun ia berada. KISAH SUKSES YOUTUBE Anak-anak Muda yang Memulai Usaha dari Garasi Pada 9 Oktober 2006, dari Mountain View, California, satu berita besar tersebar ke seluruh dunia. Semua rumor dan dugaan yang beredar selama ini akhirnya terjawab. Hampir semua media massa di seluruh dunia meliput berita ini. Hari itu, Google Inc., perusahaan search engine terbesar di dunia, mengumumkan bahwa mereka telah setuju mengakuisisi YouTube, sebuah perusahaan penyedia layanan jasa bagi orangorang yang ingin melihat dan berbagi video mereka melalui internet. Harga yang ditawarkan tidak main-main, mencapai 15,67 triliun rupiah dalam bentuk transaksi saham. Youtube saat ini memang telah menjadi salah satu ikon dunia internet, padahal YouTube baru dikembangkan dua puluh satu bulan sebelum dibeli oleh google, sebuah periode waktu yang sangat singkat. Hal inilah yang membuat penulis buku ini, Yudhi Herwibowo, mengangkat kisah sukses YouTube kedalam sebuah buku. Bagi Yudhi, sistem YouTube sampai sekarang masih membuatnya tak percaya. Walalupun ide situs video sharing bukanlah ide yang pertama, kemasan YouTube terasa begitu sempurna. Kesederhanaan ditunjang dengan teknologi paling mutakhir di belakangnya, menjadi
kombinasi yang sangat unik, karena selama ini yang kita tahu, teknologi mutakhir selalu diikuti dengan kerumitannya. Youtube didaftarkan pertama kali dengan nama domain YouTube.com pada 15 Februari 2005. Situsnya sendiri baru mulai dibangun beberapa bulan kemudian. Sebagai tempat sementara, dipilih garasi di Menlo Park milik satu di antara ketiga pemuda itu. Garasi tersebut sangat sederhana dan tidak dapat dikatakan besar, tetapi dapat menampung beberapa komputer sekaligus. Tiga bulan kemudian, tepatnya Mei 2005, YouTube akhirnya di-launching ke publik. Awalnya hanya sekedar situs previewnya saja. Enam bulan kemudian, barulah YouTube memulai debut resminya. Garasi tampaknya menjadi tempat yang mengawali semua kesuksesan itu, seperti ketika Apple didirikan, begitu juga dengan Microsoft, eBay, dan Hewlet Packard. Saat itu, satu media ternama di Amerika Serikat menyebut langkah memulain usaha dari garasi sebagai langkah-langkah malaikat karena sangat sederhana, sekaligus sangat dekat dengan aroma kesuksesan. Dalam waktu relatif singkat, YouTube tumbuh semakin besar dan besar. Situs tersebut memperoleh gelombang publikasi awal ketika menampilkan video singkat berjudul Lazy Sunday yang diambil dari acara populer Saturday Night Live. Namun, ini hanyalah awal kepopuleran yang lebih besar. Perusahaan ini mengalami pertumbuhan publikasi yang sangat baik, terutama melalui pembicaraan-pembicaraan online di dunia maya. Dalam buku yang diberi judul YouTube A Success Story ini, profil tiga anak muda dibalik kesuksesan YouTube ditampilkan juga oleh Yudhi. Mereka adalah Chad Hurley, Steve Chan, dan Jawed Karim. Chad Hurley lahir pada 1977 dan tumbuh di Pennsylvania Selatan, tepatnya di Birdsboro. Dia putra pasangan Donald, seorang konsultan keuangan, dan JoAnn, seorang guru. Chad memiliki kecenderungan dalam bidang seni. Ia juga menyukai bisnis dan teknologi. Tanpa sadar, ia sudah kerap menggabungkan minat-minatnya tersebut. Saat duduk di kelas 9, ia membuat amplifier yang memenangkan juara ketiga Kompetisi Elektronik Nasional. Pada 1999, Chad menyelesaikan kuliahnya di Indiana University of Pennsylvania. Awalnya, ia mengambil jurusan ilmu komputer, tetapi kemudian dia memutuskan beralih ke jurusan desain grafis dan percetakan. Steve Shih Chen lahir pada Agustus 1978 di Taiwan. Ia tinggal di Taipei sampai usia delapan tahun. Keluarganya kemudian berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia mendaftar di John Hersey High School serta Illionis Math and Science Academy. Steve kemudian kuliah di University of Illionis di Urbana-Champaign. Ia adalah satu di antara karyawankaryawan awal PayPal. Tempat ia bertemu Chad Hurley dan Jawed Karim. Jawed Karim dilahirkan di Merseburg, Jerman Timur, 1979. Ayahnya, Naimul Karim, adalah periset berkebangsaan Bangladesh pada perusahaan 3M. Ibunya, Christine Karim, adalah profesor asisten penelitian biokimia di University of Minnesota. Karim menghabiskan masa kanak-kanaknya di Jerman. Namun, pada 1992, keluarganya
pindah ke Amerika Serikat. Ia lulus dari Central High School (Saint Paul, Minnesota) dan mendaftar di University of Illinois di Urbana-champaign. Ketiga anak muda tadi bertemu saat masih menjadi karyawan di PayPal. Pertemuan ketiganya terjadi ketika mereka frustasi saat berusaha mengirim e-mail yang berisi klip video. Mereka kemudian menyempurnakan infrastruktur platform video sharing mereka selama beberapa jam. Dari sini, guratan takdir menuju keberuntungan dimulai. Sesuatu yang mereka rintis tampaknya mulai membuahkan hasil-hasil yang sangat luar biasa. Profil yang lebih lengkap dari ketiganya bisa dibaca lebih jauh dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Mizan setebal 162 halaman ini. Begitu juga dengan liku-liku perjalanan YouTube, konsep YouTube sehingga bisa menghasilkan begitu banyak keuntungan, sampai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh YouTube berkaitan dengan hak cipta. Dibandingkan dengan buku lain yang sejenis, seperti misalnya buku Kisah Sukses Google yang ditulis oleh David A. Vise, buku ini memang masih kurang greget dalam membedah kisah kesuksesan YouTube. Yudhi belum menyelami lebih dalam bagaimana budaya kerja di YouTube, bagaimana nilai-nilai yang dianut oleh ketiga pendirinya sehingga bisa mengembangkan sebuah perusahaan internet yang berskala global dan bisa bertahan hingga saat ini. Yudhi tampaknya hanya mengambil data-data yang tersedia di internet tanpa melakukan wawancara lebih lanjut dengan orang-orang yang terlibat di balik kesuksesan YouTube. Tapi kekurangan ini tentu saja bisa kita maklumi, sebab David A. Vise, sang penulis kisah sukses Google, adalah orang Amerika yang mempunyai akses untuk mewancarai tokoh-tokoh Google dan orangorang disekitarnya. Terlepas dari kekurangan tersebut, buku ini cukup layak dibaca oleh Anda yang ingin mengetahui bagaimana sebuah perusahaan internet dibangun dan dikembangkan untuk kemudian menghasilkan keuntungan yang mencengangkan. Selain itu, dibahas juga bagaimana mengunduh video YouTube tanpa menggunakan plugin dan software tambahan pada browser Firefox dan Opera. BERSAING DI MASA DEPAN Sudah sejak dulu Joseph Schumpeter, ekonom dari Harvard, mengatakan bahwa persaingan memperebutkan pasar di antara perusahaan yang menggunakan teknologi saja kurang “menarik”. Walau tidak jarang persaingan seperti itu melibatkan banyak uang, sebenarnya konsumen tidak mendapatkan sesuatu yang benar-benar baru. Secara keseluruhan, kualitas hidup manusia cuma bisa ditingkatkan oleh teknologi baru. Karena itu Schumpeter berpendapat, persaingan baru menarik kalau suatu teknologi baru melahirkan industri baru. Lihat saja bagaimana perusahaan Perancis, Michelin, bisa merajai industri ban mobil dengan menggunakan teknologi radial. Padahal Perancis tidak berjaya di industri mobil. Lalu General Electric memperkenalkan plastik sebagai pengganti metal. Lalu
bagaimana Apple dengan personal komputernya merobohkan raksasa IBM, yang percaya akan mainframe. Persaingan antarteknologi yang menghasilkan clash antara industri lama dan industri baru disebut sebagai Schumpeterian Competition. Proffesor Gary Hamel dar London Business School bercerita tentang cara “bersaing di masa depan”. Bagi Hamel, seperti juga Schumpeter, sekadar bersaing di masa kini kurang menarik. Ia menyatakan, paling-paling Anda cuma bisa rebutan pasar di antara perusahaan yang sudah ada. Hamel memberi contoh bagaimana perushaan-perusahaan Jepang, yang 20 tahun lalu masih kecil dan tidak dianggap sebagai pesaing, pada saat ini mendadak menjadi besar dan ditakuti. Itu bukan kebetulan, melainkan terjadi lewat usaha keras. Semetara perusahaan Amerika hanya saling bersaing untuk masanya, perusahaan Jepang sudah bersaing untuk masa depan. Apa yang telah mereka perbuat? Mereka tidak mau turut pada aturan main yang sudah ada. Alasannya, aturan-aturan semacam itu biasanya sudah ditetapkan oleh para pemain besar. Buatlah aturan baru supaya semua bingung. “ Anda sendiri akan bingung karena belum ada aturan semacam itu. Tapi pesaing Anda akan lebih bingung,” kata Hamel. Lihat saja bagaimana JVC, yang relatif kecil, bisa mendikte dunia dengan sistem VHS. JVC mengalahkan sistem V-2000 dari Philips dan Beta dari Sony secara telak. Ironinya, Ampex, yang pertama menemukan teknologi rekaman video, sama sekali tidak berkutik . Pada saat ini tidak satu pun VCR buatan Amerika dijual di Amerika. Kalaupun ada, pasti cuma tempel merek. JVC meperjuangkan mati-matian penggunaan teknologi VHS yang bisa merekam lebih panjang dan lebih bagus, sampai akhirnya diakui seluruh dunia. Ini contoh nyata bagaimana teknologi plus keterampilan yang merupakan inti dari suatu kompetensi bisa merupakan kapabiltas yang hebat, dan akhirnya jadi suatu keunggulan bersaing. Hamel menganjurkan, supaya perusahaan-perusahaan selalu bisa melihat peluang di masa depan, carilah kompetensi inti yang memenuhi tiga syarat : Pertama, harus bisa memberikan disproportionate customer perceived value. Artinya, teknologi bersangkutan bisa memberikan suatu nilai baru, yang benar-benar lainn dari yang sudah ada. Kedua harus sulit ditiru orang lain. Ketiga, suatu teknologi harus bisa memberikan kesempatan baru karena melahirkan industri baru. Maka Hamel lebih suka bicara tentang core competence, yang dianggap sebagai inti dari suatu competitive advantage, yang sering digunakan untuk bersaing pada masa kini. 10 CEO TANPA IJAZAH SARJANA “Sekolah nomor satu…!, kalau mau sukses harus sekolah yang bener, biar nanti kalau lulus langsung dapet kerja yang pantas dengan gaji yang besar”. Demikian kira-kira yang selama ini ada dalam keyakinan sebagian besar masyarakat kita. Tapi kenyataannya, meski gelar sekolah memang satu factor penunjang, banyak juga lulusan universitas yang susah juga mendapat posisi pekerjaan yang sesuai. Fakta ini membuat kita bercermin dari pengalaman beberapa orang sukses yang mampu meraih puncak karir dan kejayaannya. Berikut ini adalah beberapa CEO yang
sukses membangun kerajaan bisnisnya meski tidak lulus atau bahkan tidak kuliah sama sekali. 1. Paul Allen Pendiri dan Chairman, Vulcan Bisnis: Media dan telekomunikasi Pendidikan: Drop out dari Washington State College setelah dua tahun. Fakta: Dialah yang mengajak Bill Gates untuk drop out dari Harvard. Mereka berdua lalu mendirikan Microsoft. 2. Richard Branson CEO, Virgin Group Bisnis: Transportasi, Radio, TV, Music, Venture Capital Pendidikan: Tidak kuliah Fakta: Dia menjadi entrepreneur di usia 16 tahun saat membuat Student Magazine. 3. Michael Dell Pendiri, Chairman, and CEO Dell Bisnis: Komputer Pendidikan: Kuliah di University of Texas, Austin; tidak selesai. Kutipan: “When I started our company, it was very much an idea outside of the conventional wisdom, and if there were people telling me that it wasn’t going to work, I wasn’t really listening to them.” 4. Felix Dennis Pendiri dan chairman, Alpha Media Group, formerly Dennis Publishing Bisnis: Penerbitan (Majalah: Maxim, The Week) Education: Tidak kuliah Fakta: Dia menulis Biografi dan menerbitkan majalah tentang Bruce Lee, yang laris ketika actor dan tokoh beladiri tersebut meninggal tahun 1973. 5. Barry Diller Chairman dan CEO of IAC/InterActiveCorp Bisnis: Media Pendidikan: Drop out dari UCLA setelah tiga minggu kuliah. Fakta: Dia memulai karirnya saat bekerja di bagian surat menyurat di William Morris Agency. 6. Bill Gates Co-chair and Trustee, Bill & Melinda Gates Foundation; Chairman, Microsoft Bisnis: Dermawan/pekerja sosial. Software Komputer. Pendidikan: Drop out dari Harvard Fakta: Saat masih sekolah, dia membuat program untuk memainkan tic-tac-toe di komputer.
7. Mukesh “Micky” Jagtiani Chairman, Landmark International (Dubai) Bisnis: Retailing Pendidikan: Tidak kuliah Fakta: Sang bilyuner ini adalah seorang mall developer, gagal dalam ujian di London ing School dan bekerja sebagai supir taxi sebelum menjadi seorang entrepreneur. 8. Amancio Ortega Gaona President, Inditex Group Bisnis: Fashion retailing (Zara, Kiddy Class, others). (A Coruna, Spain) Pendidikan: Tidak kuliah Fakta: Sering diberitakan sebagai orang terkaya di Spanyol, dia dilaporkan tidak pernah melayani media untuk wawancara. 9. Alfred Taubman Founder, Taubman Centers. Bisnis: Shopping malls Pendidikan: Kuliah di University of Michigan at Ann Arbor selama tiga tahun tapi ditinggalkan kemudian berkeluarga dan memulai karirnya. Kutipan: “Become an expert in one fundamental area of your market or business. No one starts out as a generalist.” 10. Ty Warner Founder, Ty, Inc. Bisnis: Mainan (stuffed animals) Pendidikan: Drop out untuk mengejar karir sebagai aktor. Kemudian mendirikan Ty Inc. Fakta: Mainan bentuk binatang yang diproduksinya hanya dihargai $5 di tahun 1990an, tapi Beanie Baby-mania mengkatrol harga sampai $30 atau lebih untuk mendapatkan karakter mainan tersebut. KISAH SUKSES EKA TJIPTA WIJAYA SAYA BELAJAR DI PINGGIR JALAN…” Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek. Hendak makan masakan enak, tak mampu. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar. Tiba di Makassar, Eka kecil – masih dengan nama Oei Ek Tjhong – segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu.
Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai jualan. Ia keliling kota Makassar, menjajakan biskuit dan kembang gula. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya. Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu. Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok dan sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya. Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan. Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja. Tapi sampai pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang makan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang. Segera Eka mengerahkan anak-anak sekampung mengangkat barang-barang itu dan membayar mereka 5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak. Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh terisi segala macam barang. Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat dipakai dan dijual. Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat sampai dapat dipakai lagi. Ia pun belajar bagaimana menjahit karung. Karena waktu itu keadaan perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia
peroleh dari puing-puing itu menjadi sangat berharga. Ia mulai menjual terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, lalu ia menaikkan menjadi Rp. 60, dan akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per karung, kemudian Rp. 40. Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan orang kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor kuburan. Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah. Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6. Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kawin untuk menutup utang dagang. Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi. Usahanya baru benar-benar melesat dan tak jatuh-jatuh setelah Orde Baru, era yang menurut Eka, “memberi kesejukkan era usaha”. Pria bertangan dingin ini mampu membenahi aneka usaha yang tadinya “tak ada apa-apanya” menjadi “ada apaapanya”. Tjiwi Kimia, yang dibangun 1976, dan berproduksi 10.000 ton kertas (1978) dipacu menjadi 600.000 ton sekarang ini. Tahun 1980-1981 ia membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton. Perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton dibelinya pula. Tahun 1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia. Awalnya BII hanya dua cabang dengan aset Rp. 13 milyar. Setelah dipegang dua belas tahun, BII kini memiliki 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset Rp. 9,2 trilyun. PT Indah Kiat juga dibeli. Produksi awal (1984) hanya 50.000 ton per tahun. Sepuluh tahun kemudian produksi Indah Kiat menjadi 700.000 ton pulp per tahun, dan 650.000 ton kertas per tahun. Tak sampai di bisnis perbankan,
kertas, minyak, Eka juga merancah bisnis real estate. Ia bangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan. Di Roxy ia bangun apartemen Green View, di Kuningan ada Ambassador. “Saya Sungguh menyadari, saya bisa seperti sekarang karena Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan, dan selalu ingin menjadi hamba Nya yang baik,” katanya mengomentari semua suksesnya kini. “Kecuali itu, hematlah,” tambahnya. Ia menyarankan, kalau hendak menjadi pengusaha besar, belajarlah mengendalikan uang. Jangan laba hanya Rp. 100, belanjanya Rp. 90. Dan kalau untung Cuma Rp. 200, jangan coba-coba belanja Rp. 210,” Waahhh, itu cilaka betul,” katanya. Setelah 58 tahun berbisnis dan bergelar konglomerat, Eka mengatakan, dia pribadi sebenarnya sangat miskin. “Tiap memikirkan utang berikut bunganya yang demikian besar, saya tak berani menggunakan uang sembarangan. Ingin rehat susah, sebab waktu terkuras untuk bisnis. Terasa benar tak ada waktu menggunakan uang pribadi,” Eka mengeluh. Hendak makan makanan enak, lanjutya, sulit benar karena makanan enak rata-rata berkolesterol tinggi. Inilah ironi, kata Eka. Dulu ia susah makan makanan enak karena miskin. Kini ketika sudah “konglomerat” (dengan 70 ribu karyawan dan hampir 200 perusahaan), Eka tetap susah makan enak, karena takut kolestrol. Usia ayah delapan anak kelahiran 3 Oktober 1923 ini sudah hampir 73 tahun. Usia yang menuntutnya menjaga kesehatan secara ketat JAYA SETIABUDI Meski usia masih 35 tahun, namun sukses berbisnis telah diraih di genggamannya. Dengan kegigihan untuk berdiri di atas kaki sendiri, kegagalan-kegagalan yang dialaminya tak membuat ia bergeming untuk bertekad menjadi bos di perusahaan sendiri. Siapa menyangka jika pemuda yang dulunya dikenal sebagai anak bandel temyata sekarang bisa menjadi seorang pengusaha sukses. Betapa tidak, ketika duduk di bangku SD, ia hampir dikeluarkan. Lalu semasa SMP pernah disumpahi oleh salah satu gurunya bahwa dirinya tidak mungkin menjadi orang sukses. Demikian halnya saat masuk STM, pria yang satu ini sering ”cabut” dari ruang kelas. Namun, kini ia mampu membuktikan bahwa dirinya juga memiliki kemampuan lain yang lebih besar dari sekedar prestasi akademis. Hal ini tentu saja bukanlah keberuntungan, tapi kuatnya cita-cita dan dukungan orangtua.
Lebih baik kecil-kecil jadi BOZZ… Meski belum mengetahui bagaimana cara agar dirinya menjadi pengusaha. Namun, ia sudah bertekad untuk menjadi pengusaha. Dan ternyata cita-cita itu mendapat dukungan dari sang ayah, Untung Setiabudi. Pengalaman sang ayah bekerja di salah satu bank swasta dan perusahaan lain yang menimbulkan ketidakpuasan, membuat ayahnya memberi nasehat, “Lebih baik kecil-kecil jadi bos, daripada gedhe-gedhe jadi kuli”. Pesan itulah yang memicu semangat bahwa dirinya mampu menjadi seorang entrepreneur. Setelah berhasil menyelesaikan studi di salah satu institut swasta di Surabaya. Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 27 April 1973 ini segera mencari tempat untuk menimba ilmu dunia usaha. Dipilihlah salah satu anak perusahaan Astra Group menjadi wadah baginya untuk mempelajari sirkulasi perdagangan. Bahkan dengan pede (percaya diri), saat tes wawancara berlangsung, Jaya Setiabudi menyatakan bahwa tujuannya bekerja adalah mencari ilmu karena ia ingin menjadi pengusaha. Posisi yang dipilih pun bukan engineer sesuai dengan studi yang ditempuh, namun technical buyer. Tak peduli jam kerja telah usai dan di saat karyawan lain sedang tertidur pulas di rumahnya, sarjana elektro ini makin asyik bergelut dengan pekerjaannya. Tujuannya hanya satu yakni mempelajari dan memahami dengan benar konsep pekerjaan tersebut, salah satunya adalah purchasing order. Meski pimpinannya tak pernah tahu dan ia tak pernah mendapat uang lembur, dirinya terus bekerja dari hari Senin sampai Minggu tanpa mempedulikan besarnya gaji yang diperoleh. Kondisi ini berlangsung hampir selama 1 tahun penuh tanpa libur. Setelah dirasa puas dengan ilmu yang didapat maka putra keenam dari tujuh bersaudara ini memutuskan untuk mengundurkan diri. Lalu dimulailah langkahnya untuk menjejakkan kaki di dunia usaha setelah 1 tahun 4 bulan bekerja. Awal bisnisnya dibuka tepatnya di bulan Agustus 1998. Dengan uang 4,5 juta di tangan, Jaya bersama 2 orang rekannya, membuka Industrial Supply. ”Alhamdulillah 3 bulan bangkrut”, katanya. Karena kegagalan itu pula, Jaya mengalami masa-masa sulit. Bahkan untuk makan sehari-hari, ia hanya bisa membeli satu buah telur dari uang receh yang dulu pernah tidak disukainya. Tapi suami dari Liana ini tetap tegar dan tak takut untuk mencoba lagi terjun ke dunia bisnis. Dengan minimnya modal, dirangkullah orang lain untuk bekerjasama. Hanya dengan modal kepercayaan, Jaya membuka usaha yang serupa untuk kedua kalinya. Dengan sistem pembayaran mundur kepada supplier, maka ia bisa mendapat kelonggaran terhadap kondisi keuangannya. Setelah sekian waktu, secara perlahan usaha itu mulai merangkak naik dan mulai menunjukkan hasil. Seperti pengusaha pemula lainnya, merasa ”tangannya sakti”, Jaya terlalu cepat berekspansi bisnis, membuka warung makan, desain grafis, distribusi additif (otomotif), yang akhirnya ditutup dengan kerugian yang besar. ”Itu semua uang sekolah saya”, katanya tanpa beban.
Di usia bisnisnya yang menginjak tahun kesepuluh, Momentum Grup, begitu sebutan grup bisnisnya, telah membawahi beberapa perusahaan yang semuanya profitable. Bidang usahanya antara lain, distributor untuk produk-produk hi-tech industry, supplier dan retail di bidang Food and beverage dengan bendera ‘The Farmer’, agen oli (di Jakarta) dan perusahaan training Entrepreneurship. Yang kesemuanya telah dikelola oleh tenaga-tenaga profesional, sehingga sejak 2 tahun terakhir ini, dirinya tidak pernah lagi mengantor. ”Kecuali Momentum Entrepreneur Mindset (yang membidani Ecamp dan YEA), semuanya saya tidak pegang lagi”, imbuhnya. Sebagian besar perusahaannya berlokasi di Batam, karena disanalah tempat yang potensial untuk arus perdagangan baik skala nasional maupun internasional. Setelah Batam, dipilihlah Jakarta sebagai tempat kedua bagi bisnisnya. Meski sudah memiliki beberapa perusahaan yang omzetnya mencapai kisaran miliaran rupiah perbulan, namun total pegawai yang dipekerjakan hanya 20an orang. Menurut pria yang suka tidur dan nonton film ini, rahasianya terletak pada pemilihan bisnis yang memiliki diferensiasi yang kuat dan sistem yang handal. We Create Partners… Hal itu juga harus ditunjang dengan kepemimpinan yang baik dengan motto yang dipegang, ”We create partners not employees” (Kami menciptakan rekan kerja bukan para pekerja). Motto itu dilaksanakan dengan keberaniannya untuk berbagi saham perusahaan kepada para pegawainya dengan jumlah yang disesuaikan dengan kriteria tertentu seperti integritas, loyalitas, dan beberapa kriteria lain. Penerapan konsep tersebut membuat karyawannya ikut memiliki perusahaan yang dinaunginya. Hasilnya perusahaan itu terus maju dan makin berkembang. ”Saya memiliki partner-partner yang jauh lebih pandai dari saya dan bisa mengembangkan perusahaan lebih baik daripada saya sendiri”, ucapnya merendah. Meski bisnisnya makin merambah ke berbagai bidang, tapi anehnya ayah dari Sarah Aulia Setiabudi dan Alfin Risqi Setiabudi ini tak pernah sibuk mengurusi bisnisnya. Sebab, ia mempercayakan bisnisnya kepada para direksi yang dijadikannya sebagai rekan. Jadi dirinya sangat leluasa untuk bercengkrama dengan keluarga. Saat ini, sebagian besar waktunya diabdikan untuk membagi ilmu tentang dunia bisnis, secara aktif dengan menjadi narasumber wirausaha sejak 3 tahun terakhir ini di beberapa radio di Batam, TV lokal dan Kolumnis di media masa, baik lokal maupun nasional. Disamping itu, Mentor terfavorit 2008 versi Entrepreneur University ini, memiliki kesibukan berbagi di lebih dari 30 kota se-Indonesia. Rupanya pria yang tidak suka dengan urusan politik ini tak puas hanya menjadi pengasuh forum pengusaha. la juga ingin memiliki nilai tambah dari sekedar pengusaha. Dan dirinya menunjukkan bahwa ia juga mampu membuat konsep wirausaha berdasarkan perjalanan penemuannya sendiri. Konsep tersebut rencananya akan dirangkum dalam buku yang ditulisnya sendiri dan akan segera launching tahun ini, dengan judul “The Power of Kepepet” dan ”MOMENTUM, The 5 Elements of Entrepreneurship”.
Sebagai entrepreneur, ia pun memiliki visi yang ingin digapainya. Pertama, ingin menciptakan sejuta pengusaha sukses. Dan yang kedua, bisa menjadi saluran rejeki bagi orang lain. Untuk mewujudkan visi tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah membentuk Entrepreneur Association (EA). Tujuannya adalah menciptakan pengusaha Indonesia yang bermoral dan memiliki integritas. Asosiasi ini mampu mewadahi semua lapisan pengusaha untuk andil di dalamnya. Sistemnya melalui pengelompokan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yakni starting (pemula), growing (berkembang), dan expanding (meluas). Meski saat ini ia telah meraih impiannya sebagai bos di perusahaan sendiri, namun Jaya tak lantas sombong dan puas dengan hasil yang diperolehnya. Ia mengakui bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada dirinya. Untuk itu ia bersemboyan bahwa tak pernah ada kata untuk berhenti belajar. Dirinya terus belajar tentang berbagai hal antara lain leadership, pengembangan usaha, ataupun motivasi. Selain belajar dari para mentornya seperti Bob Sadino, Purdi E. Chandra, dan Andrie Wongso. Ia juga tak segan belajar dari teman-temannya tentang berbagai kasus yang mereka alami. Dari proses belajar yang tiada henti itu pula, ia masih ingin terus berkarya dalam dunia usaha. Buktinya, sekarang dirinya telah merencanakan untuk membuat perusahaan baru yang bergerak di bidang permodalan (Momentum Capital). Targetnya tahun ini perusahaan capital ini sudah mulai beroperasi dengan membeli saham perusahaan lain yang menguntungkan tapi memiliki keterbatasan dalam masalah modal. Semua kerja keras dan kegigihan Jaya ternyata membuahkan kemapanan finansial yang tidak diperuntukkan bagi dirinya pribadi, tapi juga bagi keluarganya. Kendati demikian, kemapanan tersebut tak membuat dirinya lupa masa-masa sulit yang pernah dilaluinya, “Saya tetap menikmati masa-masa susah waktu itu. Andaikan mengalami kegagalan lagi, saya yakin bisa bangkit kembali“, ujarnya. Jangan kaget jika kesehariannya, pria yang mengendarai Mercedes ini, hanya mengenakan t-shirt, celana jins dan bersandal ria. ”Itulah seragam kebesaran saya. Malas Jaim-jaiman”, imbuhnya. Jaya yakin bahwa perjalanannya di dunia bisnis masih belum menemukan terminal pemberhentian. Dan ke depan, dirinya masih ingin mewujudkan obsesi yang didambanya selama ini yakni menciptakan Entrepreneur Place yang kelak menjadi Pusat Study dan Pariwisata Entrepreneur terbesar sedunia. JABATAN MANAJER DITINGGALKAN Shandy Steven, Pemilik Pondok Tibelat Shandy Stevan meninggalkan jabatan manajer di hotel bintang empat, beralih ke usaha budidaya ikan. Ia pernah berjaya, tapi pernah juga terpuruk rugi sampai Rp250 juta. Tak punya modal, ia turun mencangkul sendiri membuat kolam ikan. Siang itu Shandy Stevan tampak bersahaja. Penampilannya sekarang beda 180 derajat dengan beberapa tahun silam. Dulu, pria ini selalu tampil rapi karena ia sebagai
Night Duty Manager di hotel berbintang empat di Batam. Saat kerja di hotel, kadang tamu-tamu hotel suka minta dilayani. ”Minta dicarikan teman ngobrol. Mau tak mau harus dilayani. Saya telpon penyedianya. Mau yang kayak gimana, belasan tahun, semuanya ada, tinggal telepon. Tapi setelah punya anak, hati saya berontak, makanya saya pilih keluar dan usaha sendiri,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing. Usaha budidaya ikan Pondok Tibelat (sesuatu yang tak bisa dilupakan-red) di Sei Temiang bermula dari usaha ikan lele coba-coba di rumahnya di Legenda Malaka dengan kolam lele ukuran 14 meter persegi. Usahanya berhasil, hanya tiga bulan panen 1 ton lele. Tidak lama setelah itu ia mengalihkan usahanya ke Rindu Alam, depan perumahan Mediterania karena mendapat investasi dari orang Singapura Rp100 juta. Panen pertama berhasil. Iapun mengembangkan usaha kolamnya, dari 8 kolam menjadi 30 kolam ikan lele dengan dana tambahan dari hasil menjual rumah yang ditinggalinya. ”Kalau ditotal habis Rp250 juta untuk 30 kolam ikan di Rindu Alam,” ujarnya. Tapi sayang, panen ke dua dan selanjutnya gagal total. Penyebabnya hama alam, seperti ular, burung pemangsa ikan dan hama ”kepala hitam”. ”Mereka mencuri ikannya sebelum kita memanennya. Ternyata anak buah saya sendiri pelakunya,” ujar pria asal Bandung, Jawa Barat. Usahanya kian terpuruk saat ada penggusuran di Rindu Alam. Iapun memindahkan 150 ribu ikan lelenya ke Barelang, jembatan IV dengan menyewa lahan pada seseorang. Di sana ia membangun kolam ikan lagi. Investor Singapura mau kucurkan dana Rp1 miliar. Sayangnya, dana itu tidak cair karena lahannya bermasalah. Usaha kolam ikan di Barelang cuma berjalan enam bulan. Musibah kembali datang, satu pekan sebelum panen anak buahnya kabur setelah memanen ikan lelenya. ”Untunglah saya punya mantan pacar (istri-red) yang baik. Kalau tidak ada dia, mungkin waktu itu saya jadi gila. Sudah habis-habisan sampai jual rumah, jual kendaraan, tapi tidak ada hasil,” ujarnya. Di saat kebingungan itu, tiba-tiba ia teringat. Dulu saat digusur dari Rindu Alam ia dijanjikan Otorita Batam akan mendapatkan lahan pengganti. Ia ke OB dan langsung dapat lahan di Sei Temiang, tempat usahanya sekarang. Karena habis modal, iapun turun mencangkul sendiri untuk membuat kolam ikan. Di atas lahan 2 hektare itu, sekarang ada 27 kolam. Kolamnya berisi berbagai macam ikan, ada lele, nila, gurame, bawal tawar, ikan mas, patin, ikan hias dan ikan koi. ”Sekarang, Alhamdulillah satu bulan bisa panen 1,5 ton lele, 500 kg ikan emas, 300 kg ikan gurame, 500 kg ikan Nila,” ujarnya.
”Hasilnya bisa 5-6 kali lipat gaji manajer hotel dulu,” ujarnya. Steven tidak hanya menjual ikan-ikan yang siap dikonsumsi, tapi juga menjual bibit ikan. Menurutnya justru 70 persen penghasilannya berasal dari penjualan bibit ikan. ”Kalau bibit ikan bisa setiap hari jual, kalau panen ikan sebulan sekali,” ujarnya. Selain itu, kolam ikannya juga dikembangkan sebagai tempat pemancingan. Di kolam lainnya ia membangun saung untuk tempat beristirahat. ”Saya ada kerjasama dengan hotel, jadi para turis bisa datang ke sini. Mereka bisa menikmati suasana kampung,”ujarnya. Kolam ikannya juga sering dikunjungi anak TK. Anak-anak itu pulang membawa bibit ikan, satu ikannya dijual Rp2500. Selain usaha ikan, Steven juga pernah usaha ternak ayam potong, tapi kolaps karena jatuhnya harga ayam gara-gara ada flu burung. Ia juga pernah usaha lembaga kursus. Tapi ditipu rekan kerjanya dan modal investasi sebesar Rp30-an juta -pun menguap. Punya pengalaman berkali-kali dikhianati rekan kerja dan anak buah, kini usaha kolamnya dipantau sendiri 24 jam. Steven memilih tinggal di dekat kolam. ”Kerja seperti ini 24 jam. Apalagi pas hujan malam hari. Kita harus turun untuk membuka kolam, supaya tidak banjir,” katanya. Steven tidak hanya tinggal sendiri, tapi ditemani istrinya Nur Hafsah, mantan manager front office hotel berbintang di Batam. Juga bersama lima anaknya Gita (9), Karin (7), Jason (6), Caroline (2) dan si jabang bayi. Karena senang tinggal di kolam, rumahnya di Anggrek Mas dan Taman Lestari ia kontrakan ke orang lain. ”Tinggal di sini enak, kekeluargaan dengan tetangga tinggi. Beda sekali dengan di perumahan. Sama tetangga kiri kanan tidak saling kenal,” ujarnya OB JADI MILIARDER KOM – Kisah perjalanan hidup A Pramono (34) mirip cerita sinetron. Belasan tahun lalu, ketika pria kelahiran Madiun ini mengadu nasib ke Ibu Kota Jakarta, ia memulainya dengan menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Lalu ia beralih menjadi pedagang ayam bakar di pinggir jalan. Ternyata sukses. Kini Pramono sudah menjadi miliarder yang memiliki banyak usaha. Siapa yang tidak ngiler? “Kalau cerita saya dibikin sinetron mungkin akan menarik,” kata pria pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono ini ketika bercakap cakap dengan Warta Kota di salah satu kedainya di Jalan Tebet Raya No 57, Jakarta Selatan, baru-baru ini. Namun, ayah satu anak yang akrab dipanggil Mas Mono ini buru buru menambahkan bahwa sukses bisa diraihnya setelah melewati proses yang cukup panjang. la meyakini, dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang instan. Artinya, kalau ingin sukses mesti lewat perjuangan.
“Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika memulai usaha ini saya harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur,” ujar Pramono. Awalnya, suami Nunung ini berjualan ayam bakar di pinggir Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, persisnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat itu, setiap hari-kecuali hari libur dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk berdagang. Dengan memakai kaus, celana gombrang dan sandal jepit, dia setia melayani pembeli yang datang dari pagi sampai pukul 14.00. Sebagian pembelinya adalah mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah tersebut. “Tapi ya namanya dagang kaki lima, ada gilirannya. Saya dagang dari pagi sampai siang. Dagangan habis nggak habis saya harus tutup. Lalu, jam 14.00 diganti pedagang lain yang menjual nasi goreng, pecel lele dan seafood,” tutur Pramono sambil memperlihatkan foto lamanya di laptop. Pria yang menamatkan S3 (maksudnya tamat SD, SMP, SMA) di Madiun ini belakangan akrab dengan laptop karena dia menjadi salah seorang mentor nasional dari Entrepreneur University (EU). Foto-foto lamanya itu menjadi salah satu bahan presentasinya ketika membawakan materi tentang wirausaha. Menurut Pramono, sejak dulu dia suka fotografi tapi hanya sebatas hobi. Bukan karena dia tahu akari sukses. Jika diamati, foto Pramono saat masih berjualan di pinggir jalan dan saat ditemui Warta Kota beberapa hari lalu, memang berbeda jauh. Dulu dia terlihat kurus, sekarang tampak macho dan keren. “Ya, bedalah Mas. Dulu tidak terawat, sekarang terawat. Dulu nggak punya tabungan,sekarang tabungan banyak di bank,” ujarnya sambil menunjukkan tabungannya yang pernah mencapai persis Rp 1 miliar. Senang belajar Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luangnya dengan belajar komputer. Bukan bermain bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar. Pramono benar, karena kariernya terus meningkat hingga akhirnya diangkat menjadi supervisor. Meski jabatannya cukup tinggi tapi dia terus tertantang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga dan orangtuanya.
Akhirnya, tahun 2001 dia keluar dart perusahaan tersebut dan memulai usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba. Yang terpenting adalah melakukan action. “Banyak saudara saya yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari,” ujarnya. Meski menghadapi banyak tantangan, Pramono tidak mau mundur. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus dibersihkan dulu. “Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh, sial. Namun, kalau saya justru berpikir lain. Wah, ini pertanda bagus, dagangan saya bakal laku. Sebab, saya menggunakan otak kanan. Selalu optimis dan percaya dirt,” tegas Pramono. Terlepas dart peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono berkembang pesat. Dia mempunyai 13 cabang dan dalam satu hari bisa menjual 1.000 ekor ayam. “Sampai sekarang saya merasa seperti mimpi. Kok bisa ya,” kata Pramono. (hes/Warta Kota) KISAH SUKSES PENDIRI WORDPRESS Riwayat Hidup Matt Mullenweg Matthew Charles Mullenweg atau dikenal dengan Matt Mullenweg lahir pada 11 Januari 1984 (baru berulang tahun ke-25), di Houston,Texas – Amerika Serikat. Di masa SMA, Matt belajar Seni Visual dan Pertunjukan di sekolahnya serta ia mahir di musik saxophone. Meskipun studinya bukan dibidang teknologi komputer dan programming, namun Mat berhasil mendirikan serta mengembangkan software yang kini sangat terkenal yakni WordPress.com, Akismet, dan bisnis Automattic-nya. Awal Matt dan WordPress Sejarah WordPress bermula saat Matt berusia 18 tahun (tahun 2002). Ketika itu, Matt baru mulai menggunakan fasilitas blog yakni blog b2cafelog. Ia menggunakan blog b2 (bbpress.org) untuk mempublikasi foto-fotonya selama perjalanan ke Washington D.C. Namun, beberapa bulan kemudian, blog bbpress tempat Matt mempublikasi fotonya berhenti dalam mengembangkan software-nya. Karena kondisi seperti itu, muncullah pemikiran kreatif dari Matt. Pada Januari 2003, Matt Mullenweg mengumumkan melalui
blog-nya bahwa dia akan mengembangkan blog b2 sehingga sesuai dengan standar web saat itu. Dengan inisiatif sendiri, Matt bersama Mike Little mulai memgembangkan coding WordPress berbasis b2. Kemudian, Mike dan Matt bersama Michel Valdrighi (mantan pengembang b2), mulai aktif mengembangkan WordPress hingga lahirlah WordPress yang Anda kenal saat ini. Pada 27 Mei 2003, WordPress versi 0.70 dirilis. Versi 0.7 ini masih mengandung struktur file yang sama dengan pendahulunya, b2cafelog. Di usia 19 tahun (Maret 2003), Matt bersama rekannya mendirikan GMPG dengan format yang lebih kompleks dari HTML. Setahun kemudian, WordPress meluncurkan fasilitas Ping-O-Matic yang berguna untuk mengirim ping notifikasi kepada search engine blog seperti Technorati. Dan saat ini, Ping-O-Matic telah melayani lebih 1 juta ping tiap harinya. Matthew Mullenweg Matt Mullenweg, Mahasiswa DO (Drop Out) Pada tahun 2004, nasib buruk menimpa Matt dalam bidang pendidikan formal. Ia dropout alias DO dan pindah dari Houston ke San Fransisco (California) untuk bekerja pada CNET selama setahun. Pekerjaannya di CNET selama setahun merupakan masa-masa terakhir Matt bekerja di perusahaan. Karena pada usia 21 tahun, Matt telah ‘pensiun muda’ dari perusahaan CNET dan ia menghabiskan waktunya berkarya untuk WordPress. Tidak lama dari masa pensiunnya, ia pun berhasil meluncurkan aplikasi Akismet yang berfungsi memblokir komentar dan trackback yang teridentifikasi sebagai spam. Di tahun yang sama, Matthew memutuskan WordPress terbuka bagi kalangan umum di seluruh dunia pada November 2005. Di tahun yang sama, Matt meluncurkan Automattic yang menjadi perusahaan bisnis yang mendukung WordPress dan Akismet. Pemuda 22 tahun Rekrut Eksekutif Yahoo Jiwa entrepreneur dan kematangan Matt dalam mengembangkan WordPress dan Akismet telah menghantarkan usahanya masuk ke bisnis profesional. Pada tahun 2006 (22 tahun), pemuda Matt mampu merekrut mantan CEO Oddpost dan Senior Manager Yahoo!, Tony Schneider sebagai CEO Automattic. Beberapa bulan setelah Tony Schneider berada di Automattic, Akismet (anak perusahaan) yang baru berusia kurang 2 tahun berhasil meraup USD 1.1 juta pada April 2006.
Kesuksesan Matthew Mullenweg Daya pikir inovatif serta pantang menyerah pada diri seorang Matthew telah membawa dirinya sebagai jutawan muda. Di usia 25 tahun, Matthew Mullenweg telah berhasil menjadi miliader muda dengan kekayaan tidak kurang USD 40 juta (Rp 400 miliar). Ia pun dinobatkan sebagai 16 dari “50 Orang Terpenting di Dunia Internet” oleh PC World pada tahun 20 07. Dari daftar 50 orang tersebut, hanya Matt yang merupakan orang termuda (23 tahun). Dengan fasilitas yang unik, cepat dan menarik, WordPress berhasil ‘memikat’ jutaan pengguna. Dengan tambahan ribuan blogger serta ratusan ribu posting terbaru tiap harinya, WordPress berhasil masuk ke dalam 30 situs teraktif di dunia. Setelah mendapat layanan Gravatar pada tahun 2007, beredar isu bahwa usaha yang didirikan Matt, Automattic, ditawari hingga USD 200 juta, namun Matt menolak menjualnya. ANDI F NOYA Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana . Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Namun baru dua tiga suap, saya merasa gadogado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gadogado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah. “……..Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul…”Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya. Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya . Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah. Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnyasia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam
kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu. Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil datang. Dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya. Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya. Saya ingat harga kaca spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan,order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami – ibu, dua kakak, dan saya – harus bisa bertahan hidup sebulan.Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi? ….Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal Saya benci orang kaya…… Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan. Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orangorang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani. Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. ”Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,” ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, “Kamu berhak untuk itu. Sebab kamu sudah bekerja keras.” Tidak mudah
untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gadogado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong. KKetakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian. Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang,sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok. Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion. Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung. Sang ibu, yang lecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul. Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit. Cerita pengalaman kehidupan dari “Kick Andy” Andy Noya Metro TV. SUSI PUDJIASTUTI Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui namanya. Namun perempuan asli Jawa yang dilahirkan di Pangandaran pada 15 Januari 1965 ini adalah salah satu pengusaha sukses yang patut diapresiasi. Saya sengaja mengangkat kisah wanita ini, karena kesuksesan yang digenggamnya adalah hasil dari perjalanan hidupnya yang penuh dengan prinsip kesederhanaan. Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti ini benar2 memulai semuanya dari nol. Drop out pada saat kelas 2 SMU, sehingga ijazah formal yang dimilikinya adalah hanya ijazah SMP. Saat itu dia bekerja di sebuah pelelangan ikan di Pangandaran atau kalau bahasa kasarnya menjadi “bakul ikan”. Setelah bekerja beberapa lama akhirnya pada
tahun 1983 dia memberanikan diri menjadi pengepul ikan, itu juga hanya dengan modal Rp. 750 ribu hasil penjualan gelang, kalung, dan cincin miliknya. Awalnya dia hanya sanggup membeli 1 kg, selanjutnya bertambah 3 kg, selanjutnya 7 kg, begitu seterusnya hingga dalam waktu 1 tahun akhirnya dia mampu menembus pasar Cilacap. Semua proses ini dilalui dengan kesederhanaan dan pikiran yang positif. Dari yang awalnya hanya pengepul, kemudian meningkat menjadi pemasok tetap untuk pabrik dan restoran2, kemudian meningkat lagi hingga menjadi produsen dan pengekspor hasil laut kelas kakap Indonesia dengan omzet puluhan juta USD. Tidak banyak teori ekonomi yang diketahuinya, bahkan kalau ditanyakan langsung mungkin tidak satupun teori ekonomi yang dikuasainya. Dia hanya berpegang pada satu konsep dasar yang sangat sederhana “Kalau mau berdagang, ya sediakan barang yang bagus, kasih harga yang bagus, begitu saja” katanya ketika ditanya rahasia suksesnya. Namun jika kita melihat perjalanannya merintis usaha, pasti akan kita temui banyak ilmu manajemen yang diterapkan olehnya, ilmu2 yang hanya diteorikan saja oleh para pakar manajemen. Satu lagi nilai plus dari wanita peraih penghargaan Young Entrepreuner of The Year 2005 dari Ernst & Young ini adalah betapa dia begitu mem-bumi dalam menjalankan usahanya. Banyak Kepala2 Daerah yang berpikir ulang atau bahkan batal menjalin kerjasama dengan perusahaannya, hanya karena tidak sanggup meluluskan syarat yang diajukan oleh wanita berkulit sawo matang ini. Syaratnya itu adalah dia hanya akan berinvestasi pada suatu daerah jika daerah itu memiliki Peraturan Daerah ( Perda ) Ramah Lingkungan. Tak hanya itu dia juga meminta dibuatkan Perda tentang pembatasan tangkapan hasil laut serta tata cara tangkap berkelanjutan. Dan syarat yang diajukan ini tidak bisa ditawar-tawar. Inilah yang saya suka darinya, karena terlihat sekali bahwa dia bukanlah tipe pengusaha serakah yang menghalalkan segala macam cara. Untuk menjadi besar memang tidak harus dengan menghalalkan segala macam cara, cukup lewati saja setiap proses di depan kita dengan hati dan pikiran yang positif. Seperti halnya ibu Susi Pudjiastuti yang telah sukses melewati proses2 itu. SURYA PALOH Surya Paloh, 40 tahun, lahir di Tanah Rencong, di daerah yang tak pernah dijajah Belanda. Ia besar di kota Pematang Siantar, Sumut, di daerah yang memunculkan tokoh-tokoh besar semacam TB Simatupang, Adam Malik, Parada Harahap, A.M. Sipahutar, Harun Nasution. Ia menjadi pengusaha di kota Medan, daerah yang membesarkan tokoh PNI dan tokoh bisnis TD Pardede. Aktifitas politiknya yang menyebabkan Surya Paloh pindah ke Jakarta, menjadi anggota MPR dua periode. Justru di kota metropolitan ini, kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda Indonesia. Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih Remaja. Sambil Sekolah ia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dll. Ia membelinya dari dua orang ‘toke’ sahabat yang sekaligus gurunya dalam dunia usaha, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan (PTP-PTP). Di Medan, Surya Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan mobil. Sembari
berdagang, Surya Paloh juga menekuni kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Sosial Politik, Universitas Islam Sumater Utara, Medan. Di kota yang terkenal keras dan semrawut ini, keinginan berorganisasi yang sudah berkembang sejak dari kota Pematang Siantar, semakin tumbuh subur dalam dirinya. Situasi pada saat itu, memang mengarahkan mereka aktif dalam organisasi massa yang sama-sama menentang kebijakan salah dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi PutraPutri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras mencari uang, dengan mendirikan perusahaan atau menjual berbagai jenis jasa. Ia mendirikan perusahaan jasa boga, yang belakangan dikenal sebagai perusahaan catering terbesar di Indonesia. Keberhasilannya sebagai pengusaha jasa boga, menyebabkan ia lebih giat belajar menambah ilmu dan pengalaman, sekaligus meningkatkan aktifitasnya di organisasi. Menyusuri kesuksesan itu, ia melihat peluang di bidang usaha penerbitan pers. Surya Paloh mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab dengan pembacanya yang begitu luas sampai ke daerah-daerah. Sayang, surat kabar harian itu tidak berumur panjang, keburu di cabut SIUPP-nya oleh pemerintah. Isinya dianggap kurang sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Indonesia. Kendati bidang usaha penerbitan pers mempunyai risiko tinggi, bagi Surya Paloh, bidang itu tetap merupakan lahan bisnis yang menarik. Ia memohon SIUPP baru, namun, setelah dua tahun tak juga keluar. Minatnya di bisnis pers tak bisa dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik Menghidupkan kembali Majalah Vista. Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan Pemrednya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Almarhum Prioritas. Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh makin bersemangat untuk melakukan ekspansi ke berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah. Pada umurnya yang masih muda, 33 tahun, Surya Paloh berani mempercayakan bisnis cateringnya pada manajer yang memang disiapkannya. Pasar catering sudah dikuasainya, dan ia menjadi the best di bisnis itu. Lalu, ia mencari tantangan baru, masuk ke bisnis pers. Padahal, bisnis pers adalah dunia yang tidak diketahuinya sebelum itu. Kewartawanan juga bukan profesinya, tetapi ia berani memasuki dunia ini, memasuki pasar yang kelihatannya sudah jenuh. Ia bersaing dengan Penerbit Gramedia Group yang dipimpin oleh Yakob Utama, wartawan senior. Ia berhadapan dengan Kartini Grup yang sudah puluhan tahun memasuki bisnis penerbitan. Ia tidak segan pada Pos Kota Group yang diotaki Harmoko, mantan Menpen RI. Bahkan, ia tidak takut pada Grafisi Group yang diback up oleh pengusaha terkenal Ir. Ciputra, bos Jaya Group. Kendati kondisi pasar pers begitu ramai dengan persaingan. Surya Paloh sedikit pun tak bergeming. Bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah relatif besar, dengan melakukan
terobosan-terobosan baru yang tak biasa dilakukan oleh pengusaha terdahulu. Dengan mencetak berwarna misalnya. Ia berani menghadapi risiko rugi atau bangkrut. Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, ia berhasil. Surya Paloh menghadirkan koran Proritas di pentas pers nasional dengan beberapa keunggulan. Pertama, halaman pertama dan halaman terakhir di cetak berwarna. Kedua, pengungkapan informasi kelihatan menarik dan berani. Ketika, foto yang disajikan dikerjakan dengan serius. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan koran ini dalam waktu singkat, berhasil mencapai sirkulasi lebih 100 ribu eksemplar. Tidak sampai setahun, break event point-nya sudah tercapai. Ancaman yang selalu menghantui Prioritas justru bukan karena kebangkrutan, tetapi pencabutan SIUPP oleh pemerintah. Terbukti kemudian, ancaman itu datang juga. Koran Prioritasnya mati dalam usia yang terlalu muda. Pemberitaannya dianggap kasar dan telanjang. Inilah risiko terberat yang pernah dialami Surya Paloh. Ia tidak hanya kehilangan sumber uang, tetapi ia juga harus memikirkan pembayaran utang investasi. Dalam suasana yang sangat sulit itu, ia tidak putus asa. Ia berusaha membayar gaji semua karyawan Prioritas, sambil menyusun permohonan SIUPP baru dari pemerintah. Namun permohonan itu tidak dikabulkan pemerintah. Beberapa wartawan yang masih sabar, tidak mau pindah ke tempat lain, dikirim Surya Paloh ke berbagai lembaga manajemen untuk belajar. Pers memang memiliki kekuatan, di negara barat, ia dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif, yudikatif dan eksekutif. Apalagi kebesaran tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau tokoh-tokoh dalam masyarakat, sering karena peranan pers yang mempublikasikan mereka. Bagaimana seorang tokoh diakui oleh kalangan masyarakat secara luas, kalau ia di boikot oleh pers. Dengan demikian, bisnis pers memang prestisius, memberi kebanggaan, memberi kekuatan dan kekuasaan. Dan, itulah bisnis Surya Paloh. MILIKI WATAK SUKSES (sudah di copi sabtu, 24 april 2010) Bill Gates (kaisar kerajaan Microsoft), Walt Disney (pemimpin Disney, perusahaan entertainment raksasa untuk anak-anak), Sam Walton (komandan Walmart, salah satu perusahaan retail terbesar dunia), Jeff Bezos (kapten perusahaan buku on-line, Amazon.com), Jack Welch (kepala suku perusahaan elektronik General Electronics), Ibu Theresa (tokoh yang dicinta berbagai lapisan di seluruh dunia). Mereka merupakan pemimpin yang telah terbukti sukses membawa perusahaan dan orang-orang yang dipimpinnya untuk berprestasi gemilang di bidang masing-masing. Ingin sukes seperti para pemimpin dunia ini? Pelajari dan miliki watak sukses mereka. Berpikir sukses
Siapa yang mengira bahwa wanita di Indonesia yang lebih dari seabad lalu masih banyak yang buta huruf dan tidak berpendidikan, sekarang banyak yang sudah menduduki posisi puncak di bidang yang ditekuni masing-masing? Prestasi fenomenal kaum wanita Indonesia ini adalah hasil buah pikir sukses Raden Ajeng Kartini yang dituangkan pada surat-surat yang dikirimkan pada teman-temannya di berbagai tempat.
Siapa yang menyangka komputer yang beberapa dekade lalu hanya digunakan di perusahaan-perusahaan besar karena ukurannya yang besar dan harganya yang sangat mahal, sekarang sudah menjadi perangkat yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan masyarakat masa kini? Bahkan komputer sudah masuk ke pelosok tanah air. Semua ini adalah hasil buah pikir sukses Bill Gates, sang kaisar di kerajaan bisnis Microsoft.
Siapa yang berani bermimpi bahwa kejadian historis (seperti pertandingan final piala dunia, perang, dan penganugrahan hadiah Nobel) di suatu tempat, bisa disaksikan secara ”live” di belahan bumi yang berlawanan? Keajaiban ini adalah buah pikir sukses Ted Turner, ”kepala suku” jaringan televisi dunia CNN.
Kartini, Bill Gates, Ted Turner meraih sukses karena mereka berpikir sukses. Hal ini bukan berarti mereka sama sekali tidak pernah mengalami kegagalan. Justru sebaliknya, kegagalan berkali-kali menimpa mereka. Namun karena mereka tidak berhenti untuk berpikir sukses, maka belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut, mereka bangkit dan mencari serta menciptakan kesempatan untuk meraih sukses. Ibu Kartini yang pada awal perjuangannya, banyak ditentang oleh bangsa sendiri, bahkan sanak keluarga sendiri karena dianggap melawan adat, tidak patah semangat, iapun menggalang dukungan dari orang-orang yang sependapat dan sepikir dengannya tanpa batas negara, etnis ataupun agama.
Ide Bill Gates tentang penyederhanaan penggunaan komputer baik secara fisik maupun fungsi ditolak berbagai calon investor yang didekatinya. Bahkan perusahaanperusahaan komputer besar yang saat itu berjaya seolah mencibirkan bibir mereka atas ”pemikiran sukses” Bill Gates. Namun watak kepimpinan Bill Gates yang kuat memacunya untuk terus berpikir sukses. Keteguhan untuk terus berpikir sukses inilah yang membukakan pintu sukses. Demikian pula dengan Ted Turner, raja CNN. Beberapa kali gagal dalam berbisnis tidak membuatnya berhenti berupaya. Kegagalan demi kegagalan yang dihadapi dipelajari dengan seksama, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. Hasilnya, kesuksesan gemilang diraih pemimpin perusahaan televisi dunia CNN. Bicara sukses
Karena pikiran mereka dipenuhi ide-ide sukses, maka apa yang keluar dari mereka juga adalah kata-kata sukses. Kata-kata ini disampaikan dengan sederhana, dan mudah dimengerti para pengikut sehingga bisa memotivasi dan memberi inspirasi kepada para pengikut untuk tetap optimis walaupun harus menghadapi berbagai kendala, krisis, dan masalah.
Bicara sukses bukanlah merangkai kata-kata bohong yang tak bermakna, sebaliknya kata-kata ini adalah menyiratkan kejujuran, harapan, dan rasa hormat yang ditunjukkan para pemimpin pada orang-orang yang mereka pimpin. Bicara sukses bukan berarti hanya bicara ”manis” dengan menyembunyikan ”kelemahan” para pemimpin sendiri ataupun para pengikut mereka. Bicara sukses juga mengungkap ”kelemahan” dan ”kekurangan” yang bisa dan harus diperbaiki dari sang pemimpin dan para pengikutnya. Jadi, fokusnya bukan pada kendalanya, tetapi kesempatan sukses di tengah kendala yang dihadapi.
Bung Tomo dan Bung Karno, pemimpin bangsa Indonesia di zaman revolusi telah menggugah hati dan semangat pemuda-pemudi Indonesia untuk berjuag meraih sukses yang telah diimpi-impikan bersama: Kemerdekaan Indonesia yang akhir minggu ini kita rayakan bersama. Kedua pemimpin bangsa ini tidak menutupi adanya kendala yang mungkin dihadapi. Mereka mengingatkan adanya bahaya pemecah belahan yang mungkin dilakukan pihak musuh, namun dengan keteguhan dan kekompakan serta tekad untuk saling mendukung, maka kendala ini pasti bisa teratasi. Bayangkan jika kedua pemimpin bangsa ini hanya menyuarakan kekhawatiran dan keraguan mereka saja tanpa memompakan semangat dan harapan. Mungkin saat ini Indonesia masih berada di bawah cengkeraman penjajahan.
Karakter bicara sukses yang diperkuat dengan kejujuran, komitmen sukses, dan loyalitas, juga banyak dijumpai pada pemimpin dunia lain, seperti Nelson Mandela, Martin Luther King, dan Aung San Suu Kyi. Para pemimpin ini senantiasa memompakan kata-kata sukses bagi bangsa dan pengikut mereka untuk bangkit melawan dis-kriminasi, kemisikinan, penindasan, dan keputusasaan, walaupun banyak kendala yang harus dicermati, disiasati, dan diatasi. Berbagi sukses
Seorang petani jagung, yang jagungnya selalu menang dalam kontes jagung di daerahnya diwawancarai oleh seorang wartawan. ”Apa rahasia Bapak sampai 10 tahun ini terus menerus menjadi juara satu dalam kontes jangung di daerah ini?” demikian pertanyaan sang wartawan. ”Saya memberi bibit jagung unggul saya pada para petani di sekitar ladang saya,” jawab si petani. Dengan terheran-heran sang wartawan bertanya, ”Mengapa begitu? Bukankah hal ini berarti Bapak memberi kesempatan pada lawan-lawan Bapak untuk menang?” Dengan bijak sang petani menjawab, ”Jika para petani di sekitar saya menanam jagung yang buruk, maka benih dari tanaman jagung yang mereka tanam akan terbang ke ladang saya dan bersatu dengan benih-benih jagung saya. Akibatnya, tanaman jagung saya kemungkinan tidak akan memiliki kualitas prima karena telah tercemar oleh benih-benih buruk tersebut.”
Prinsip seperti itulah yang diterapkan oleh para pemimpin yang sukses. Mereka sadar bahwa sukses tidak bisa diraih sendirian. Sukses tidak habis untuk dinikmati sendirian. Sukses harus diraih dan dinikmati bersama. Jadi untuk sukses, para pemimpin ini sadar bahwa mereka juga harus membuat orang lain sukses, sehingga kesuksesan bersama akan terasa lebih manis dari pada kesuksesan sendiri.
Walt Disney, dalam memproduksi film-film klasik dan fenomenalnya, juga menerapkan prinsip berbagi sukses. Disney sadar bahwa karya yang bagus perlu ditunjang oleh tim yang bagus dan mitra yang bagus pula. Untuk itu, Disney tidak segan-segan merekrut ilustrator, animator, pengisi suara, penulis naskah, sutradara dan insan film lainnya yang memiliki kualitas prima di bidang masing-masing. Tidak heran jika film-film hasil karya mereka (misalnya: Beauty and the Beast, Snow White, Pocahontas, Lion King) selalu mengundang decak kagum dunia. Untuk memproduksi film spektakuler, para pemimpin di perusahaan Disney juga bersedia bermitra dengan Pixar, perusahaan animasi terbaik di bidangnya baik dari segi teknologi maupun aspek kreatif. Buah hasil kerja sama ini adalah film-film animasi yang tidak hanya sukses meraih untung, tapi juga meraih penghargaan, misalnya: Bug’s Life, Toy Story, dan Finding Nemo. Mimpi sukses
Jika kita mendayung bersama dalam satu perahu, semua pendayung perlu memiliki pemahaman yang sama akan tempat yang akan dituju, sehingga bisa mendayung dengan irama yang sama. Namun, jika jika ada kebingungan tentang tempat tujuan yang telah ditetapkan, maka para pendayung kemungkinan akan mendayung kearah yang berlawanan, sehingga walaupun sudah bekerja keras, perahu tidak akan melaju, bahkan mungkin akan berputar-putar di satu titik saja. Demikian pula dengan kesuksesan, untuk memimpin anak buah menuju ke tempat ”sukses”, sang pemimpin perlu punya ”mimpi” sukses. Tanpa mimpi ini, sang pemimpin tidak akan punya gambaran tentang kriteria sukses yang akan diraihnya bersama para pengikutnya. Sam ”Walmart” Walton merupakan pemimpin di dunia bisnis yang punya mimpi sukses dan berhasil menularkan mimpi ini pada para pengikut mereka. Sam Walton bermimpi untuk menghadirkan sebuah ”superstore” yang memberikan keramahan pelayanan, kenyamanan tempat, keamanan berbelanja, harga murah, dan variasi barang yang beragam dengan kualitas prima bagi para pelanggan. Agar mimpi bisa terwujud, Sam Walton senantiasa membagikan mimpinya pada para karyawan Walmart. Ia lalu berkeliling untuk bertemu muka dan berkomunikasi dengan para manajer toko, dan pegawai di berbagai outlet Walmart di seluruh Amerika Serikat. Usahanya ini membuahkan kesamaan visi, sehinga seluruh jajaran bisa bersinergi untuk meraih sukses yang telah dimimpikan bersama.
Peta sukses Setelah mimpi sukses dimiliki, seorang pemimpin perlu memiliki ”peta sukses.” Dengan peta ini, sang pemimpin bisa memilih alternatif rute yang paling efektif untuk meraih sukses. Orang kebanyakan biasanya akan memilih jalan yang sudah dikenalnya, ataupun yang paling sering dilalui orang, karena takut dan enggan mengambil resiko mencari jalan baru. Seorang pemimpin, dengan modal peta yang dimiliki, justru bisa mengendalikan rasa takutnya untuk mencari, mencoba, atau bahkan membuka jalan baru menuju sukses. Pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan seorang pemimpin di bidang yang ditekuni merupakan peta yang ampuh dan akurat untuk membantu mencari rute terbaik meraih sukses. Jeff ”Amazon.com” Bezos, yang sudah banyak makan asam dan garam di dunia teknologi informasi berusaha mencari bahkan membuka jalan baru untuk menyediakan jasa penjualan buku yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja tanpa batasan tempat dan waktu. Jika orang kebanyakan memilih usaha ”toko buku” untuk mewujudkan mimpi ini, maka Jeff Bezos, membuka jalan baru, on-line bookstore, untuk meraih mimpi suksesnya. Rencana strategis untuk sukses
Setelah peta dipelajari dan dikuasai dengan baik, rute-rute alternatif ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menyusur rencana strategis meraih sukses. Untuk sampai ketempat tujuan, perlu disusun rencana mengenai kendaraan apa yang akan digunakan, tempat-tempat pemberhentian mana yang akan disinggahi, siapa saja yang akan dihubungi untuk memperoleh dukungan dan fasilitas yang diperlukan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan semua ini. Semua ini perlu dirancang dengan akurat, namun fleksibel, dengan menyisakan kemungkinan untuk penyesuaian terhadap kondisi dan kejadian yang mungkin saja tidak 100% sesuai dengan yang telah diperkirakan sebelumnya.
Jack Welch adalah seorang pemimpin yang merancang sukses dengan menyusun rencana strategis jitu dengan melibatkan jajaran pimpinan perusahaan di tempat ia berkerja. Untuk meraih sukses, Welch mengajak anak buahnya untuk ”melihat” kemasa depan: apa yang bisa membuat mereka gagal dalam persaingan, strategi apa yang harus dilakukan agar hal ini tidak terjadi atau strategi apa yang harus diciptakan agar kondisinya bahkan terbalik: mereka menang dalam persaingan. Strategi ini dikenal dengan singkatan DYB (Destroy Your Business) dan GYB (Grow Your Business). Tindakan sukses.
Yang membedakan seorang pemimpin yang sukses dari yang gagal adalah keberanian untuk mengambil tindakan. Jika orang lain hanya berhenti pada mimpi sukses, ataupun
menyusun rencana sukses, maka seorang pemimpin yang sukses berani mengambil keputusan untuk bertindak meraih sukses. Tentu saja tindakan ini tidak membabi buta, melainkan sudah dipikirkan sungguh-sungguh, dengan perencanaan yang rinci, dan persiapan yang matang.
Dalam mengambil tindakan sukses, Colin Powell, salah satu pemimpin perang Irak yang sebelumnya, menerapkan prinsip P= 40 – 70. Menurut Colin Powell, jika kesempatan sukses ada pada rentang probabilita 40% sampai 70%, dengan informasi, ketrampilan, dan kemampuan yang berhasil dibangun, maka jangan ragu lagi untuk mengambil keputusan. Jika kita menunda untuk bertindak, ada kemungkinan ide dan rencana yang sudah disusun akan menjadi sia-sia, karena orang lain sudah mendahului kita untuk meraih sukses yang kita impikan.
Ingin menjadi pemimpin yang sukses? Pelajari dan milikilah watak seoran pemimpin yang sukes. Ingin mencari pemimpin yang bisa membawa kita ke tujuan sukses? Carilah orang yang menunjukan kualitas seorang pimpimpin. Salam sukses! CIRENG YANG MENTERENG Spekulasi usaha bermula dari gagasan dan kreativitas usaha, pada umumnya kreativitas muncul karena adanya inisiatif, kerjakeras, memecahkan masalah yang dihadapi serta selalu memanfaatkan peluang yang ada. Sifat kreatif dari pengelola usaha dasarnya dari penemuan gagasan baru serta menemukan cara-cara baru disertai munculnya cara-cara berpikir positif. Seperti halnya yang dilakukan Pak Joni, baru sekitar satu tahun yang lalu usaha berjualan CIRENG dimulai. bermula dari memanfaatkan ceruk pasar yang ada, dengan sedikit kreativitas pemilik Cireng Sabana, Joni Paluri, memulai usahanya. Cireng yang begitu akrab sebagai penganan, disulap dengan sedikit penambahan yang membuatnya tidak seperti cireng yang biasa di kenal. “Pada dasarnya cireng ini tidak banyak berbeda dengan cireng pada umunya. Hanya saja, kami melakukan modifikasi dengan mengoleskan bumbu kacang pada permukaannya,” ujar Joni. Bumbu tersebut merupakan salah satu racikan yang didapat dari orang tua yang berasal dari Sumatera Barat (Sumbar). Namun, tentunya telah disesuaikan dengan selera dan lidah masyarakat Sunda. Kreativitas dengan memodifikasi Cireng dengan mengoleskan bumbu kacang berasal dari rempah asli tanpa zat kimia pada permukaan cireng merupakan orisinalitas tanggung jawab sosial sehingga tidak meragukan para pembeli terutama akhir-akhir ini konsumen selalu trauma dengan zat pengawet dan bahan kimia lainnya yang dapat merugikan masyarakat.
Tak dinyana, pemilihan penggunaan bahan-bahan asli inilah yang membuat cireng buatan Pak Joni diterima pembeli. Rasa rempah asli menjadi nilai tambah. Tak kurang dari 600 cireng perhari laku terjual dan 2000 cireng pada Minggu pagi. “Terkadang, ada pembeli tapi kita kehabisan. sebab, kami memang tidak membuat terlalu banyak,” ungkapnya. Joni menuturkan, ia memulai usahanya dengan modal Rp 5 Juta. Modal tersebut ia gunakan untuk membeli peralatan seperti kompor, gerobak, tenda dan peralatan lainnya. Lama kelamaan didorong positifnya dari pembeli di pasar kaget, Joni memutuskan untuk melebarkan sayapnya. Ia akhirnya mencoba membuka jongko di daerah Antapani Bandung dan menjual harian. Dari apa yang dilakukan Pak Joni, ada beberapa tips dalam mengembangkan usahanya: Pertama; BERANI TAMPIL BEDA, Pak Joni menampilkan jenis Cireng dengan berbagai rasa tanpa menghilangkan orisinalitas olesan bumbu kacang dari rempah asli. Kedua; Berpikir positif dan luas, berpandangan pada kemajuan usaha. Pusatkan perhatian dalam memperbesar hal-hal yang menguntungkan dan bukannya memperbesar kerugian, lalukan perencanaan yang baik walaupun sederhana, serta lakukan pengelolaan secara efesien. Pak Joni telah melakukannya bagaimana CIRENG jadi Mentereng Dinukil dari buku Tafsir Kontemporer Ust. Aam Amirudi Jilid I, untuk urusan dagang secara khusus atau urusan ekonomi secara umum ada terkait dengan petunjuk Zat yang Maha Agung dalam Q.S. Quraisy. Sugan nyambung sareng dagangoncomna nya. Diceritakan Suku Quraisy sebelum Islam, secara turun temurun telah mengelola Kabah dan menguasai Mekkah, Suku Quraisy, saat itu dikenal sebagai salah satu suku yang paling modern sehingga Suku Quraisy dihormati oleh suku kabilah Arab yang lain, setiap suku Quraisy melakukan perjalanan maka mereka akan mendapatkan sambutan hangat dan penghormatan. Suku Quraisy ini dikisahkan memiliki kebiasaan rutin untuk melalukan perjalanan bisnis mencari kekayaan, bila musim dingin ke Syam dan bila musim panas ke Yaman. Ditengah-tengah kejahiliahan dan kebengisan suku-suku Arab, ternyata perjalanan suku Quraisy aman, karena mereka adalah suku yang paling dihormati yang menguasai dan mengelola Baitullah. Sayang, kenikmatan dan kemakmuran yang mereka peroleh tidak cukup untuk menimbulkan rasa syukur dalam hatinya. Untuk itulah Allah menegurnya supaya
mengabdi dan mengingat kepada Rob yang memiliki Baitullah yang suku Quraisy kelola. Secara singkat hikmah yang terkandung dalam Q.S. Quraisy menurut Al Quran dan Tafsirnya dari UII Jilid X hal 812, dikatakan : 1. Kesuksesan itu bisa diperoleh karena latihan, didikan, kebiasaan dan pengalaman (dari kata Li iilaa) 2. Kesuksesan itu dicapai karena memiliki citra yang positif sehingga melahirkan kepercayaan (dari kata Quraisy) Suku Quraisy memiliki citra yang baik di kalangan kabilah Arab 3. Kesuksesan karena jaringan yang luas (dari kata Rihlah), jaringan yang luas bisa dicapai salah satunya dengan Rihlah 4. Kesuksesan itu terjadi karena memperhatikan situasi dan kondisi (Assyitaai wa shaiff), Kenapa suku Quraisy berbisnisnya pada musim dingin ke Syam dan musim panas ke Yaman, kenapa tidak sebaliknya? 5. dan Kesuksesan harus melahirkan jiwa yang syukur Mudah-mudahan bermanfaat, Cara Menjadi Pengusaha Sukses Menjalankan usaha adalah hal yang menantang, kreatif, dan fleksibel bagi masa depan seseorang serta menjadi bos bagi diri sendiri. Disamping mendapatkan penghasilan, juga menciptakan cara hidup baru dalam kehidupan. Menjadi pengusaha memerlukan tinjauan kedepan, kegigihan, dan keberanian. Anda akan keluar dari zona nyaman yang memberikan anda gaji dan melangkah kedalam teritori dunia usaha yang belum pasti. Kewirausahaan memerlukan karakter yang berbeda. Apakah anda memiliki karakter tersebut? Bagaimana anda tahu mana yang lebih baik, menjadi karyawan dengan gaji bulanan atau pengusaha sukses? Meskipun tidak ada rumusan yang menjamin keberhasilan usaha, menurut beberapa studi terdapat beberapa karakter tertentu yang dimiliki pengusaha. 1. Memiliki Kepercayaan Diri: Untuk menjadi pengusaha sukses, anda perlu memiliki keyakinan diri yang luar biasa. Apakah anda bersedia mengatasi semua hambatan dan mencapai tujuan anda? Jika anda memiliki keyakinan anda bisa melakukannya, maka akan memberikan semua keyakinan yang diperlukan. Dapatkah anda menghitung keyakinan diri anda sendiri?. Tentu saja anda dapat melakukannya, dengan mencoba mendorong diri anda untuk melakukan sedikit lebih banyak dari yang biasa dilakukan setiap harinya. Dan tidak lama, anda akan menemukan diri anda menyelesaikan hal-hal yang mungkin sebelumnya dianggap tidak mungkin.
2. Memiliki Keyakinan Pada Masa Depan Usaha Anda: Tanyakan pada diri anda, apakah anda benar-benar yakin dengan usaha yang anda lakukan. Jika anda tidak terlalu yakin, anda perlu terus mencarinya hingga anda dapat menentukan satu hal dimana anda bersedia berkomitmen. Agar berhasil di bisnis, anda harus fokus selama 24 jam sehari. Anda akan terus membangun, memperbaiki, dan investasi. Hal ini memerlukan komitmen diri yang luar biasa. 3. Fokus Pada Kekuatan Anda: Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan. Untuk menjadi pengusaha yang efektif, anda perlu menentukan kekuatan anda dan fokus. Anda akan lebih berhasil dengan mampu mengkanalkan upaya anda ke dalam area terbaik anda. Misalnya, jika marketing adalah keahlian anda, maka anda perlu mempertajam keahlian tersebut dan menggunakan sepenuhnya dalam bisnis. Serta minta bantuan di bidang yang menjadi kelemahan anda, seperti mencari akuntan. Anda bahkan dapat mengubah kelemahan menjadi kekuatan dengan berlatih atau mempelajari area tersebut. 4. Memiliki Keterampilan Mengenali Peluang: Jika bisnis anda hancur ke esokan harinya, bagaimana anda menyikapinya? Mungkin menganggap sebagai kerugian yang besar, atau sebagai peluang untuk membuat awal baru – untuk meningkatkan, tumbuh, membangun kembali? Pengusaha yang berhasil melihat segala sesuatunya sebagai sumber peluang. Mereka memiliki sifat ingin tahu dan bertanya segala hal. Tidak memandang apa yang ada dihadapannya, mereka selalu bertanya-tanya jika ada cara melakukan hal dengan lebih baik. Dan jika mereka berpikir bahwa memang ada jalan yang lebih baik, mereka akan menemukan solusi dengan sendirinya atau mendapatkan bantuan dari ahli. Juga, peluang dapat ditemukan dengan banyak cara dan tempat, dan dengan bantuan internet, banyak peluang yang mengetuk layar komputer anda. Jika anda pengusaha sejati, anda akan melihat peluang dimanapun. 5. Menjadi Pengambil Keputusan: Jika anda memerlukan beberapa informasi, mampukah anda mendapatkannya dengan cepat, tanpa membuang waktu orang lain atau waktu anda?.Letakkan secara terpisah, jika anda harus membuat keputusan, mampukah anda mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan cukup cepat dan kemudian membuat keputusan? Atau akankah anda menunda-nunda, sampai pada kenyataan anda belum membuat keputusan? Menjadi seorang pengusaha melibatkan banyak membuat keputusan. Ingatlah bahwa masing-masing keputusan yang anda buat, tanpa memperdulikan seberapa penting pada saat munculnya, akan mempengaruhi bisnis anda. Kebanyakan pengusaha sukses memiliki insting yang akurat, yang mereka gunakan pada saat mereka merasa ragu.
6. Menjadi Seorang Pemimpin: Anda tidak mungkin melakukan segala sesuatunya sendiri. Ada saatnya anda memerlukan pegawai, menemui investor, mengajukan pinjaman – sehingga, anda berperan sebagai seorang pemimpin. Jika anda tidak memiliki kemampuan memimpin, anda tidak akan mampu mendapatkan pengikut. Sebagai pemimpin perusahaan, orang yang anda pekerjakan akan melihat anda sebagai panutan dan dukungan. Kemampuan memperikan dukungan dan panduan yang benar adalah dasar keberhasilan anda sebagai pengusaha di lingkup yang besar. Berpikir berhasil…. Memiliki hasrat… Merencanakan dengan baik…. Bekerja keras… Mau belajar… Tekun dan memiliki keyakinan… Memimpin dengan memberikan contoh adalah karakter menjadi seorang pengusaha sukses. Sumber ; Pengusaha Muslim.Com SUKSES ADALAH HAK SETIAP ORANG “Miskin dan kaya adalah nasib”, ini adalah mitos yang berlaku di masyarakat, khususnya di negara berkembang. Tak terkecuali di negara kita, Indonesia. Kita sering mendengar, bahkan mungkin termasuk di antara kita pernah berucap; miskin sudah merupakan nasib kita. Bagaimanapun kita bekerja keras, nasib tidak mungkin berubah, karena ini sudah suratan takdir. Sebaliknya, kalau nasib kita sudah ditentukan dari “sononya” kaya, maka usaha apa pun, bahkan kerja “seenaknya”pun bisa menjadikan kita sukses dan kaya. Entah sudah berapa abad umur mitos seperti ini, sadar atau tidak, sudah diterima secara dogmatis di dalam masyarakat kita. Ditambah dengan mitos-mitos modern yang destruktif, seperti; bila kita berpendidikan rendah, hanya lulusan SMA/SMP/ SD, (bahkan S1, namun merasa hanya lulusan universitas lokal), maka spontan yang timbul di benak kita adalah kita sulit maju, sulit sukses dan kaya. Dengan rendahnya persepsi terhadap diri sendiri seperti ini, jelas kita telah terkena penyakit mitos yang menyesatkan. Hal ini akan mempengaruhi sikap mental dalam praktek di kehidupan nyata, sehingga menghasilkan kualitas hidup “ala kadarnya” atau sekedar hidup. Jika mitos seperti ini terus menerus dipercaya dan sampai memasuki pikiran bawah sadar kita, maka mitos seperti itu akan melahirkan “nasib gagal”, dan kalau mitos negative seperti itu dimiliki oleh mayoritas masyarakat kita, lalu bagaimana mungkin kita bisa mengentaskan kemiskinan untuk menuju pada cita cita bangsa, yaitu : masyarakat adilmakmur dan sejahtera. Kemiskinan sering kali merupakan penyakit dari pikiran dan hasil dari ketidaktahuan kita tentang prinsip hukum kesuksesan yang berlaku. Bila kita mampu berpikir bahwa kita bisa sukses dan mau belajar, serta menjalankan prinsip-pinsip hukum kesuksesan, mau
membina karakteristik positif, yaitu; punya tujuan yang jelas untuk dicapai,disiplin, mau kerja keras, ulet, siap berjuang dan semangat belajar, maka pasti akan terbuka kemungkinan- kemungkinan atau aktifitas-aktifitas produktif yang dapat merubah nasib gagal menjadi sukses. Miskin menjadi kaya! Bangun karakter sukses! Seperti pepatah dalam bahasa Inggris “character is destiny”, kharakter adalah nasib. Hancurkan mitos “miskin adalah nasib saya” Tidak peduli bagaimanapun Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna kulit apa, atau apa latar belakang pendidikan Anda. Ingat, Anda punya hak untuk sukses!!! Jadilah majikan bagi nasib diri sendiri kita adalah penentu masa depan kita sendiri! Seperti filosofi yang lahir dari kristalisasi perjuangan sepanjang kehidupan saya, yang telah terbukti yakni : Success is my right! Sukses adalah hak saya! atau arti panjangnya : Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati. Dengan semangat dan sikap mental sukses adalah hak saya! serta siap berjuang habis-habisan , saya yakin nasib kita pasti berubah lebih baik, karena Tuhan tidak akan tinggal diam untuk membantu kita! WIRAUSAHA MUDA MANDIRI Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Elang Gumilang, berhasil meraih penghargaan tertinggi Wirausaha Muda Mandiri Indonesia 2007 kategori mahasiswa. Penghargaan yang disampaikan dalam acara malam penganugrahan Wirausaha Muda Mandiri di Annex Building, Hotel Nikko, Kompleks Wisma Metropolitan, Jakarta berlangsung sangat meriah. Acara ini dihadiri berbagai kalangan seperti pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), praktisi bisnis, jajaran direksi Bank Mandiri, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan juga lebih 700 mahasiswa dari 21 perguruan tinggi seJabotabek. Pembawa acara penganugerahan ini Dian Sastrowardojo. Kegiatan yang digagas Bank Mandiri dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini merupakan bentuk apresiasi kepada para pemuda yang mau mengambil risiko terjun ke dunia usaha. Pemilihan wirausaha muda ini telah berlangsung selama enam bulan, dengan jumlah peserta lebih dari 500 orang, baik yang masih aktif sebagai mahasiswa maupun yang telah lulus. Mereka ini memiliki usaha di berbagai bidang jasa dan produk, seperti retail, agribisnis, kerajinan tangan, bengkel, waralaba, hingga properti. Dalam sambutannya Prof. Boediono menyampaikan, UKM laksana benih-benih pilar utama perekonomian bangsa. UKM menjadi tonggak pemerataan ekonomi. UKM harus menjadi kekuatan di arena globalisasi. Indonesia membutuhkan lahirnya wirausahawirausaha baru untuk meneruskan tongkat estafet perjuangan generasi tua.
Selanjutnya Prof. Boediono mengingatkan agar generasi muda tidak perlu banyak menuntut dalam memulai usaha. “Masa depan berada di tangan kita sendiri. Orang muda harus menyiapkan diri untuk menerima tongkat estafet generasi tua,” pesannya. Selanjutnya Direktur Utama Bank Mandiri, Agus Martowardojo menyampaikan “Inilah para pemenang yang patut diacungi jempol, karena mereka berhasil membuktikan dirinya sebagai generasi muda yang mampu menjadi seorang wirausahawan, dimana tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja, namun sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja baru,” Ketika membacakan nama-nama pemenang, Pemimpin Redaksi Kompas Suryopratomo sekaligus ketua Dewan Juri Pemilihan Wirausaha Muda Mandiri mengatakan, “Sewaktu menjadi juri perlombaan ini, saya sempat berefleksi. Ketika masih muda, saya masih bergantung pada orangtua. Kini, para peserta justru sangat berbeda. Mereka sudah begitu mandiri” Penilaian Pemilihan Wirausaha Muda Mandiri ini berlangsung sangat ketat yang meliputi penilaian data pribadi, deskripsi organisasi, pengembangan dan implementasi strategi, juga hasil yang telah dicapai serta rencana tiga tahun ke depan. Persyaratan lain yang juga menarik adalah bahwa usaha yang dilakukan telah berlangsung selama 2 tahun. Dalam malam final tersebut, selain Elang Gumilang, IPB berhasil menempatkan 2 mahasiswa lagi yaitu Wilujeng Kusumaningrum dengan usaha Pasta Daging Kerbau dari Fakultas Peternakan dan Desty Dwi Sulistyowati dengan usaha Florist dari Fakultas Pertanian. Dalam kategori alumni, IPB juga berhasil menempatkan finalis atas nama Gigin Mardiansyah dengan usaha Boneka Rumput “Horta” yang juga merupakan Ikon Karya Inovasi Mahasiswa IPB Tahun 2006-2007. Sebelumnya selama 2 (dua) hari telah dilakukan “Workshop Mahasiswa Wirausaha Muda Mandiri” yang dihadiri lebih kurang 700 mahasiswa dari 21 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Jabodetabek. Dan mahasiswa IPB yang hadir dalam acara tersebut lebih dari 100 mahasiswa. Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Dorojatun Kuntjorojakti (mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI), TP Rachmat (mantan Presiden Direktur PT ASTRA), Hermawan Kertajaya, Erry Firmansyah (Direktur Bursa Efek Jakarta), Ir. Ciputra, Djoenaedi Joesoef (Pendiri perusahaan farmasi PT Konimex), dll. Mengenal Sosok Elang Gumilang Di tempat terpisah ketika diwawancarai khusus oleh Prohumasi IPB, Elang Gumilang mengisahkan kisah sukses yang menghantarkannya meraih gelar Wirausaha Muda Mandiri Terbaik Indonesia Tahun 2007. Keikutsertaan Elang dalam lomba yang diselenggarakan Bank Mandiri dan UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu berasal dari ketidaksengajaan. Pada suatu hari seorang tukang koran mendekati Elang dan menawarinya koran gratis dengan setengah memaksa. Awalnya Elang enggan menerima, namun karena kasihan ia terima juga. Toh koran itu gratis, pikirnya.
“Dari koran itulah saya membaca informasi lomba tersebut dan Alhamdulillah saya menang,” kata Pria Pengelola Perumahan Sehat Sederhana Griya Salak Endah. Dari Juara I Wirausaha itu, Elang membawa hadiah sebesar Rp 20 juta, ditambah tawaran kuliah S2 di Universitas Indonesia. Melalui lomba itu terbuka jalan cerah bagi Elang untuk menapaki dunia wirausaha yang lebih luas. “Saya banyak ditawari modal dan ketemu relasi bisnis. Padahal dulu saya pernah diremehkan oleh sebuah bank syariah ketika mau mengajukan modal usaha. Menurut mereka lebih baik memberikan modal kepada tukang gorengan daripada saya yang dianggap masih kecil dan mahasiswa,” kenang Elang. Bank tersebut kini mengejar-ngejar Elang untuk membantu Kredit Perumahan Rakyat-nya. Jiwa kemandirian Elang telah tertempa sejak kecil. Orangtua Elang mengajarkan bahwa segala sesuatu diperoleh tidak dengan gratis. “Untuk mendapatkan play station saya diharuskan bisa hafal surat Yasin dalam waktu tiga hari. Orang tua saya ingin meyakinkan bahwa rezeki itu bukan berasal dari mereka tapi dari Allah SWT. Dengan berbekal keyakinan itulah saya yakin memang rezeki berasal dari Allah,” urainya. Sejak Sekolah Menengah Atas, Elang terbiasa berbisnis kecil-kecilan. Elang berjualan roti, donat dan beranekaragam produk. Itu semua dilakukan Elang dengan diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Takut dilarang, katanya. Di masa SMA pula Elang mencoba ikut serta lomba, salah satunya Java Economic Competition atau Economic Contest IPB. Walhasil, perjuangannya tidak sia-sia. Elang juara I Java Economic Competition yang saat itu hadiahnya selain uang juga tiket gratis masuk Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. “Waktu itu saya dihadapkan dua pilihan. Melanjutkan kuliah di IPB atau mengambil beasiswa The President University. Saya melakukan istikharah. Saya selalu melakukan istikharah sebelum mengambil pilihan hidup. Dan hati saya mantap memilih IPB,” terawang Elang mengenang keberhasilannya. Di IPB jiwa bisnis Elang berlanjut. Di Tingkat Persiapan Pertama IPB Elang berjualan sepatu dan suplier lampu bolam di Asrama TPB. Di tingkat dua, Pemenang Lomba Marketing yang diselenggarakan Universitas Trisakti ini berjualan minyak dari kawasan Perumahan Yasmin hingga IPB. “Satu per satu toko sepanjang daerah itu saya titipkan minyak. Lumayan capek juga sih. Sebab saya merangkap tukang kuli, sopir sekaligus manajer,” kekehnya. Baru di tingkat 3, Elang mulai tertarik dunia properti. Hal itu dikuatkan saat ia memenangkan tender yang pertamakalinya sebesar Rp 160 juta di Jakarta. Setelah menang tender itu Elang banyak ditawari proyek dan menjadi developer. Ada banyak impian yang ingin diraih Elang diantaranya membentuk organisasi bela diri Cimande dan membawahi perusahaan yang memperkejakan karyawan 100 ribu orang. Motivasi terbesar Elang dalam meraih impian tersebut adalah ingin menjadi tauladan bagi generasi muda, membantu masyarakat sekitar dan meraih kemulian dunia serta akhirat. Sukses untuk Elang, semoga cita-cita yang didamba bisa diraihnya. (*ris)
Kisah Sukses PEBISNIS DUNIA MAYA , PENGHASILAN 90 JUTA SEBULAN (Sudah dicopi 24 april 2010) Kalau ada orang menjadi kaya setelah bersusah-payah membangun bisnis bertahuntahun, itu hal biasa. Tetapi jika mendengar anak muda berkantong tebal dengan cara mudah, jelas menarik untuk ditelusuri. Cosa Aranda jutawan. Nyaris tak ada yang tahu. Hanya mereka yang rajin keluar masuk situs milik Cosa, panggilannya, yang paham betul. bahkan teman kuliahnya baru bulan lau tahu bahwa orang inilah yang sering dibicarakan di Google AdSense dan Adwords. Memiliki Penghasilan dari iklan yang masuk di situs milik Google ini awalnya memang mimpi bercampur coba-coba. “Jika ada yang mengatakan berbisnis iklan di Internet mudah menghasilkan uang, itu bohong”, Kata lelaki 25 tahun ini saat ditemui di rumahnya di Surabaya, Rabu (1/8) Berbeda dengan banyak orang yang menganggap bisnis seperti ini bisa dilakukan sambil lalu dengan hasil tak terbatas, COsa justru menganggap pekerjaan ini berat. Sangat berat. Ketika pertama kali membuat situs yang berawal dari blog pribadi, dia harus jungkir balik menghabiskan waktu 8-10 jam sehari. Selama itu dia tidak keluar kamar. Dan ini terjadi pada bulan-bulan pertama saat membangun situs April 2005. Percobaan demi percobaan dilakukan dengan telaten. Kesulitan utama yang dialami mahasiswa semester akhir jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatikan dan Teknik Komputer (Stikom) surabaya ini adalah melakukan promosi. Karena niat awalnya belajar dan mencoba, Cosa memilih cara gratis lewat search engine. setelah itu, menunggu “dan berdo’a”, kelakarnya. Penantian itu tak sia-sia. Tiga minggu setelah diluncurkan, ada juga iklan yang datang. semakin banyak pengunjung yang datang ke situsnya, makin besar kemungkinan iklan di klik. Jika pengguna melakukan transaksi, maka publisher, pemilik situs yang sudah bergabung dengan Google Adsense dan surah pula memasang iklan AdSense di situs mereka, mendapat fee. biasanya 20 persen dari harga iklan. “Bulan pertama saya mendapat 1 dollar AS. wah.. senang sekali. Ternyata laku juga”, kata sulung dari dua bersaudara yang terkesan berhati-hati ketika berbincang. Satu dolar AS inilah yang memacu Cosa memoles situsnya. Tidak dengan tampilan artistik tetapi dengan isi yang paling dibutuhkan orang. Dia meng up date data setiap hari. Dengan demikian setiap hari pula orang berkunjung karena membutuhkan informasi terkini dan penting. Sekarang situs ini dikunjungi 800-1.000 pengguna setia hari. Ini membuat perolehan Cosa dimungkinkan makin besar. Ledakan penghasilannya baru di dapat tiga bulan setelah menunggu dan berdoa. Jika Oktober 2005 penghasilannya Rp. 1 dolar
AS, akhir juli 2007 dia mendapat kiriman cek 5.000 dolar AS atau lebih dari Rp. 45 juta. Ini baru perolehan lewat Google Adsense. Padahal dia juga memiliki jalur lain, Adwords. Jika semua ditotal, Juli Kemarin Cosa mendapat lebih Rp. 90 juta. Cosa memang kaya, tetapi belajar dari buku Seven Years To Seven Figures karangan Michael Masterson, kaya menurut Cosa adalah kondisi saat segala kebutuhan terpenuhi, baik yang bersifat sekunder maupun darurat atau mendadak. “Saya tabung uangnya. Saya ingin punya rumah sendiri”, kata lelaki yang mengaku belum punya kekasih ini. Putra pasangan Drs. Toto, Soedjianto dan Ir. Yustisia Martani ini ingin menjadi full time blogger. Awalnya keluarga dari Jawa Tengah ini tak sadar jika Cosa punya bisnis di kamarnya. Yang mereka tahu anak mereka ‘gila’ internet. Baru setelah ada kiriman cek, mereka paham. Tetapi sambil bergurau Cosa mengaku tak tahu harus mengatakan apa pada calon mertua bila ditanya pekerjaan. “Pokoknya saya jawab kerja di Internet. Mudahmudahan bisa mengerti”, katanya sambil tertawa ngakak. Karena semuanya sudah tertata, sekarang Cosa hanya butuh dua jam untuk up date dan setelah itu waktu luangnya diisi dengan jalan-jalan ke mal dan membaca. Jangan salah, bukan buku komputer atau teknologi yang jadi favoritnya melainkan komik. Tahun ini atas desakan para kerabat di situsnya, akhirnya Cosa membuat workshop di warnet. Tiga kali workshop dilakukan di Surabaya. Pesertanya tak lebih dari 30 orang. “Saya lebih suka kelas kecil karena semua pertanyaan bisa dijawab dan langsung praktik”, tutur pelahap film apa saja ini yang tidak memungut biaya kecuali untuk membayar pemakaian internet di warnet. “Di Jogjakarta banyak publisher yang penghasilannya lebih hebat. Saya belum apa-apa. Tetapi kalau ada yang mau mengikuti cara ini, ayo sama-sama belajar”, tuturnya. Kisah sukses Amazon.com Walaupun Amazon.com belum lagi berusia satu dekade, perusahaan ini sudah menjadi contoh kasus dalam keberhasilan Internet. Didirikan oleh Jef Bezos pada tahun 1995 sebagai toko buku on-line, Amazon yang berpusat di Seattle berhasil memperoleh $1,6 miliar dalam penjualan e-commerce setiap tahun. Mula-mula Amazon menjual buku, kemudian musik dan video, dan sekarang perangkat lunak, obeng, dan sofa – Amazon tumbuh menjadi toko serba ada virtual dengan 17 juta konsumen online di seluruh dunia. Bahkan ketika jaringan toko serba ada yang telah berhasil seperti Barnes and Noble dan Wal-Mart berusaha merebut bagian yang lebih besar dalam kue ritel on-line, CEO Bezos telah berhasil mempertahankan toko online Amazon.com sebagai pemimpin pasar dan mempertahankan konsumen melalui inovasi yang terus-menerus. Belum ada perusahaan seperti Amazon ketika Bezos sedang meneliti perangkat lunak
dan internet untuk sebuah perusahaan di New York City pada tahun 1994. dia tertarik dengan kemungkinan mendirikan usaha menjual buku melalui World Wide Web dengan cara yang hampir sama seperti perusahaan yang menerima pesanan dan menjual buku melalui pos. ide ini terbukti sangat menarik sehingga Bezos dengan segera berhenti dari pekerjaannya, mengumpulkan uang dari keluarga dan teman, menulis suatu rencana bisnis, dan pindah ke Seattle agar berlokasi dekat dengan pemasok buku besar. Satu tahun kemudian, Amazon.com memulai usahanya. Pada bulan pertama pendiriannya, tanpa iklan atau jasa hubungan masyarakat, situs tersebut menarik minat konsumen dari semua negara bagian Amerika Serikat dan lebih dari empat puluh negara lainnya. Pada permulan dimulainya usaha Amazon tersebut, jaringan toko buku besar yang telah ada tidak terlalu menaruh perhatian pada Amazon. Akan tetapi, talam waktu dua tahun, strategi perusahaan toko online Amazon.com seperti memberikan harga diskon, e-mail mengenai ulasan buku secara gratis dan fasilitas pencarian yang mudah telah menarik minat begitu banyak pembeli dan begitu banyak liputan media sehingga para pesaing mulai berjuang untuk membuka toko buku Internet sendiri. Akan tetapi, reputasi Amazon yang telah mapan dan konsumen yang setia menjadi halangan utama yang perlu diatasi oleh para pesaing. Walaupun telah melakukan promosi yang agresif dan strategi penetapan harga yang agresif, Barnesanobie.com masih belum mampu manyamai penjualan on-line dan ukuran konsumen Amazon. Sementara itu, Bezos telah mengembangkan perusahaan ke dalam berbagai macam produk dengan membeli saham di perusahaan e-commerce seperti drugstore.com dan pets.com. dia juga merancang sesi lelang di Amazon untuk menarik keberhasilan seperti yang diperoleh eBay, situs lelang Internet pertama. Sebagai tambahan, Bezos membuat ruang di situs Amazon untuk zShops, suatu ruangan dimana usaha-usaha kecil dapat menjual produk di Amazon dengan membayar ongkos. Satu alasan dari keberhasilan Amazon adalah gaya manajemen yang berorientasi pada tindakan dari pendirinya, Bezos. Walaupun ia merencanakan dengan hati-hati gerakan perusahaannya di masa depan, dia juga ingin menghindari kelumpuhan yang mungkin berasal dari analisis dari kehati-hatian yang tidak berkesudahan. Sebagai pionir dalam e-commerce, Bezos terbiasa membuat keputusan secara cepat untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang tidak terduga dan sering berlalu dengan cepat. Dia memberi semangat kepada semua karyawannya di Amazon untuk berbuat hal yang sama, bahkan jika itu berarti kadang-kadang terjadi salah langkah. Bekerja dalam waktu Internet, Bezos merasa lebih baik jika ia mengarahkan perusahaannya untuk memasuki sesuatu yang belum diketahui, dan memperbaiki masalahnya nanti, daripada menghambat pertumbuhannya sekarang. Agar dapat terus tumbuh dan berinovasi, Amazon harus terus menerima, melatih, dan memotivasi manajer dan karyawannya. Bezos secara pribadi terlibat dalam keputusan mengangkat manajer-manajer puncak, yang ia percaya untuk mempekerjakan orang
yang akan bekerja di bawahnya. Karena Bezos tahu bahwa seorang tenaga kerja yang memiliki keterampilan sangat penting bagi keberhasilan Amazon, Bezos menanyakan pertanyaan yang menyelidik mengenai teknik penerimaan pegawai ketika ia mewawancarai kandidat manajemen puncak. Di tengah skedul manajemennya yang padat, Bezos masih menyisihkan waktunya yang berharga untuk menelurusi Web situs Amazon, dan seringkali berjalan-jalan di pusat perbelanjaan mencari ide-ide baru. Agar tetap berhubungan dengan karyawan dan konsumennya, ia berterima kasih kepada karyawan-karyawan tertentu untuk pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan dia membaca pesan-pesan e-mail dari konsumen untuk mengetahui apa yang mereka suka dan tidak sukai. Sekitar satu pertiga dari waktu CEO digunakan untuk mengunjungi jaringan nasional dari pusat pendistribusian Amazon, di mana dia menjawab pertanyaan-pertanyaan karyawan dan manenanamkan ulang enam “nilai inti’ perusahaan: Obsesi konsumen, kepemilikan, kecenderungan untuk bertindak, hemat, syarat penerimaan yang tinggi, dan inovasi. Setiapbulan Desember, Bezos dan seluruh tim manajemen ikut bekerja secara langsung untuk menangani permintaan yang memuncak saat liburan. Dengan langsung ikut membungkus paket untu dikirim ke konsumen atau menjawab telepon dari konsumen, mereka dapat merasakan apa yang dihadapi oleh manajer lini-pertama dan para karyawan – dan mengetahui apa yang dinginkan oleh konsumen. Tradisi merasakan pengalaman langsung tahunan ini juga mempertajam kembali perasaan pencapaian tujuan manajer, bahwa di dalam industri yang lelau berubah cepat ini, segalanya penting. Conrad Hilton Inilah Kisah perjuangan Conrad Hilton Pendiri jaringan Hotel Hilton yang menjadi simbol sukses dan kemewahan bagi mereka yang menginap di dalamnya. Ketika krisis keuangan melanda keluarganya, Hilton kecil memberi ide untuk menyewakan kamar kosong di rumahnya untuk jasa penginapan dengan tarif US$ 1 per malam. Hilton bertugas mempromosikan kamar tersebut di stasiun kereta terdekat. Dari hasil usaha tersebut Hilton bisa kuliah dan berkarir. Tetapi karirnya hancur dan ia mempunyai sisa tabungan senilai US$ 5000. Dalam kegalauannya ia menemukan seorang pemilik hotel kecil yang menjual hotelnya US$20.000. Untuk tambahan modal Hilton meminjam temannya dan di bank. Di usianya yang ke-91 tahun Hilton meninggal, tepatnya Tahun 1979, pada waktu itu ia sudah mewariskan 185 Hotel di Amerika, dan 75 Hotel di luar negeri. Kini Hilton Internasioanl mengoperasikan 2.800 hotel, 480 ribu ruang di 76 negara. Pada Tahun 2006 Hilton mencetak pendapatan US$ 8.16 milyar (Rp 73.4 triliun). Diperkirakan nilai Hilton Corp mencapai 26 milyar dollar.
Dari sini kita dapat ambil pelajaran bahwa memang, di Amerika banyak sekali yang mempunyai uang sebesar US$ 5000 di tabungan mereka, tetapi bedanya Hilton bisa mengubah US$ 5000 tersebut menjadi aset milyaran dollar. Kisah sukses Christopher Galvin dan Perusahaan Motorola Motorola berawal pada tahun 1928, ketika Paul Galvin memulai usaha kecil yang membuat produk-produk elektronik dan komponennya. Perusahaan tersebut tumbuh dengan pesat pada tahun 1940-an ketika untuk pertama kalinya ulai membuat radio mobil dan kemudian televisi. Pda tahun 1947, Galvin menamai ulang perusahaannya Motorola sesuai dengan nama mereka yang digunakan oleh radio mobilnya. Dengan berlalunya waktu, dan di bawah kepemimpinan Robert Galvin, anak dari pendiri perusahaan, Motorola memperluas usahanya pada berbagai ragam bidang produk dan pada tahun 1980 telah menjadi salah satu perusahaan elektronik terbesar dan paling berhasil di dunia. Pada awal tahun 1990, dengan sebuah tim kepemimpinan yan gbaru di puncaknya Motorola merupakan pemimpin dalam pasar semikonduktor, komunikasi data, dan teknologi telepon seluler. Perusahan tersebut juga dikenal karena kualitasnya, dengan memenangkan Malcolm Baldrige U.S. National Quality Award yang pertama pada tahun 1988. namun pada pertengahan tahun 1990, Motorola mengalami penurunan yang tampaknya sulit untuk diubah. Serangkaian kesalahan manajerial, rencana yang kurang matang, dan nasib buruk telah membuat perusahan mengalami kerugian besar – perusahaan kehilangan keunggulannya di pasar, kehilangan kontak dengan konsumennya, dan mendapat masalah sebagai akibat produk dan kualitas pelayanannya yang buruk. Untuk satu hal, Motorola jauh ketinggalan dalam teknologi telepon digital dan terpaksa melepaskan kedudukannya sebagai pemimpin pasar kepada Grup Nokia dari Finlandia. Pasar semikonduktor juga bergeser, menyebabkan bisnis semikonduktor Motorola berada di posisi yang lemah dalam teknologi baru dan area-area pertumbuhan baru yang potensial. Lebih lanjut, karena sekitar 24 persen bisnis perusahaan tersbeut berada di Asia, krisis moneter yang melanda benua tersebut juga menghantam Motorola dengan keras. Ditambah lagi, sistem satelit komunikasi iridium senilai $6 miliar yang diciptakan, didanai, dan dibantu pembangunannya oleh perusahaan, tidak berhasil menepati tanggal peluncurannya, gagal menarik pelanggan, dan pada akhirnya harus dinyatakan bangkrut. Pada tahun 1977, akhirnya dwan Motorola merasa mereka telah mengalami cukup banyak masaah. Mereka memecat CEO perusahaan dan menempatkan Christopher Galvin, cucu dari pendiri perusahaan, pada posisi puncak. Sementara itu, Galvin tahu bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang sangat bruruk, tetapi ia sendiri tidak merasa yakin dari mana ia harus memulai untuk mebangun kembali perusahaan. Pada ahir tahun 1997 dan awal tahun 1998, perusahaan benar-benar telah mencapai titik
dasar dan para analis menghapus nama perusahaan dari pasar bursa dan orang mulai bertanya-tanya apakah Galvin memiliki keterampilan manajerial yang sama dengan ayah dan kakeknya. Namun, pada saat itu Galvin telah mengetahui apa yang harus dilakukan dan menyiapkan dirinya sendiri dan manajer-manajer puncak lainnya utnuk menerima kenyataan pahit yang mereka hadapi. Dalam periode beberapa bulan, Galvin memfokuskan ulang bisnis perusahaan pada kekuatan intinya, menjual sejumlah operasi yang tidak berkinerja baik dan operasi sampingan. Dia juga memperbarui komitmen Motorola pada inovasi dan pengembangan produk baru dan membuat pemasaran menjadi prioritas utama melebihi sebelumnya sepanjang sejarah perusahaan. Sebgai bagian dari perubahan ini, Galvin juga mengubah pengorganisasian perusahaan, menghilangkan perseteruan di dalam manajemen dan dominasi kelompok yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Galvin juga berperan sebagai sumber inspirasi, memotori karyawan di balik usaha revitalisasi perusahaan, dan memberi semangat kepada mereka untuk mengembangkan ide-ide baru yang berani serta untuk berpikir dengan cara-cara yang tidak konvensional. Akan tetapi, ia juga terpaksa membuat suatu keputusan berat ketika pada suatu saat ia harus memberhentikan 15.000 orang karyawan. Dan hasilnya? Motorola telah bangkit dan sekali lagi menjadi yang terdepan dalam industrinya. Sebagai contoh, kualitas sekali lagi menjadi kata kunci di Motorola, para analis mempromosikan saham-saham Motorola dan produk-produk perusahaan menjadi pemimpin pasar lagi. Akan tetapi Galvin belum selesai. Ia sendiri berkata, “Ini semua merupakan suatu perjalanan, bukan tujuan”. Dia merencanakan terus memperbarui dan mengembangkan perusahan untuk membuatnya semakin efektif. Dia memiliki visi besar mengenai masa depan, visi yang diisi dengan produk-produk, teknologi dan pelayanan baru yang menakjubkan. Dan Galvin melihat nama “Motorola’ menghasi lanskap teknologi masa depan. KISAH SI ULAT KECIL Baru kemarin si ulat kecil merebah letih udara bumi, Penat memang. Tertatih si ulat kecil mengalunkan kaki mungilnya, menapaki liku pohon yang tak jarang berduri. Di hati kecilnya sebenarnya si ulat kecil menahan haus, haus akan kasih sayang orang tuanya, orang tua yang tak pernah letih untuk mendoakan dirinya. Yang kini berada jauh darinya, yang ia sendiri tak tahu bagaimanakah kabarnya????adakah dia baik-baik saja di sana???? ”Tuhan…Sayangilah kedua orang tuaku,limpahkanlah kedamaian dan kebahagiaan atasnya…”gumamnya dalam hati tak pernah henti, Dan jauh dalam kesedehanaanya, sebenarnya si ulat kecil mempunyai satu mimpi, mimpi besar nun menjadi obsesi baginya. Mimpi yang di ilhami oleh kekagumannya
pada saudara-saudaranya yang tiap waktu lalu-lalang di atasnya, mengibaskan sayap lembutnya menebar kedamaian dan keindahan melayang di udara yang letih, hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain menikmati madu manisnya, bunga yang tiap pagi melambainya, seakan berkata ” Ayo…segeralah raih aku!!,nikmati madu ku!!”. Karenanya dibalik wajah lugunya tak henti si ulat kecil bergumam ” Tuhan….kapankah giliranku..???”. Hari demi hari berlalu… Si ulat kecil kini tumbuh menjadi ulat yang agaknya semakin dewasa. Keinginan dan doa yang kuat, rupanya telah menjelma menjadi perisai semangat yang kokoh, keyakinan yang kuat kini membuatnya semakin bersemangat, bersemangat, dan semakin bersemangat melahap dedaunan yang tentu saja bergizi baginya, prisainya yang kokoh membuatnya kebal akan teman-temanya yang tak jarang mengejek dengan sebutan ’ si ulat rakus”, ”si ulat pemimpi’,” si ulat yang sok”,. Namun justru di situlah si ulat kecil mendapatkan semangat yang semakin kuat untuk mewujudkan mimpimimpinya. Hari semakin berlalu… Tanpa disadari si ulat kecil kini telah terbungkus selimut tebal, berwarna kusam, selimut yang mengikat dan membuatnya merasa tak nyaman, tak leluasa untuk bergerak, selimut yang membuatnya harus menahan rasa lapar dahaga untuk sementara waktu. Namun selimut itulah yang kelak mengantarkannya untuk mewujudkan mimpinya untuk terbang bebas menggibaskan sayap-sayap indahnya bersama saudara-saudaranya menikmati segar dan manisnya madu dari bunga yang selama ini melambainya. Ya…., kini si ulat kecil telah menjadi sebuah kepompong yang rapuh. Tak sabar rasanya si ulat kecil untuk segera menyempurnakan wujudnya, di benaknya hayal demi hayal seolah datang silih berganti, menghayal berbagai hal yang akan ia lakukan seandainya telah berhasil mengibaskan sayapnya, termasuk menikmati madu dan menemui teman-teman yang selama ini telah mengejeknya seraya berkata ” Hai kalian, dulu kalian terlalu sering mengejekku…kini lihatlah aku, aku telah menjadi kupukupu, makhluk terindah di bumi ini….tak seperti kalian!!”,begitulah kira-kira apa yang di hayalkannya.
Terlarut dalam hayal yang semakin menjadi-jadi, tanpa disadarinya akhirnya kini tiba waktu bagi si ulat kecil untuk keluar dari selimut yang selama ini membelenggunya dan segera mengibaskan sayap-sayap layaknya saudara-saudaranya. Dan diawalinya dengan geliat kecil, dan semakin menggeliat dan menggeliat kuat, sekuat tenaga, semampunya si ulat kecil berusaha merobek belenggunya, berusaha dan terus berusaha hingga tetes keringat peluh pun tak tertahankan. Si ulat kecil makin menggeliat dan semakin merintih . Namun agaknya usahanya ini belum juga membuahkan hasil,…” Tuhan kenapa begitu berat jalan yang harus ku lewati untuk wujudkan mimpiku….”, keluhnya kecil. Selang beberapa saat si ulat kecil memulai lagi perjuangannya yang kedua, kali ini si ulat kecil mengayun-ayunkan tubuhnya, mengayun dan semakin mengayunkan, membenturkan tubuhnya ke salah satu dahan pohon berharap permukaan kulit pohon yang tajam akan merobekkan selimut yang membelenggunya, walau sedikit si ulat kecil terus berusaha…bukan main semangatnya, hingga makin keras saja benturan itu. Namun bukannya selimut itu robek, malah rintih kesakitan yang amat ia dapatkan,… ”Tuhan,…. apa semua saudaraku juga mengalami hal yang sama sepertiku???…lalu ……kenapa begitu berat masa yang harus ku lewati???..”, lagi-lagi si ulat kecil mengeluh perih. Sesaat kemudian si ulat kecil pun memulai dan memulai lagi, mencoba dan terus mencoba berulang-ulang tak henti-henti perjuangannya dengan seribu cara yang terangkum di benaknya. Dan terus berharap ada sedikit saja celah yang tercipta untuknya, agaknya usaha demi usaha yang ia lakukan pun mulai membuahkan hasil, kini hampir tiga perempat dari tubuhnya telah berhasil keluar dan ia mulai bisa melihat anggun warna sayapnya yang indah keemasan, kini tinggal sedikit lagi… Namun
kali
ini
justru
semakin
sulit,
tiga
kali
lipat
lebih
sulit
dari
yang
sebelumnya….padahal tinggal sedikit lagi, impian pun sudah di depan mata, dengan sisa tenaga yang semakin tipis….. ” Tuhan,…apa gerangan salahku, hingga aku harus menderita seperti ini…..!!!,” teriaknya lantang
Rupa rupanya kini keputusasaan mulai melanda si ulat kecil…, ia menangis dan di sela tangisnya ia berharap akan datang keajaiban padanya. Rupanya harapan itu terkabul, tak lama berselang dari keluhnya datang seorang manusia yang tanpa di sadarinya sedari tadi manusia itu memperhatikan si ulat kecil, terbesit di hatinya rasa iba melihat perjungan si ulat kecil untuk lepas dari kantung kepompongnya, yang di anggapnya sia-sia saja. Dan mulailah manusia itu memainkan perannya, memberikan pertolongan pada si ulat kecil. Bukan main senangnya hati si ulat kecil karena kini ia tidak lagi perlu bersusah payah melepas selimutnya. Di biarkannya begitu saja manusia itu menolongnya ” toh tinggal sedikit lagi..” gumamnya Sedikit demi sedikit manusia itu mulai merobek selimut si ulat kecil. Dan akhirnya……. Kini saat yang di tunggu-tunggu si ulat kecil itu telah tiba Ia rentangkan sayap nan indah itu, dengan congkak ia mencoba mengibaskan sayap lembutnya, mengibas dan terus mengibaskan sayap itu… Namun….. Betapa kagetnya si ulat kecil, meski terlihat indah dan kokoh, meski terlihat lembut, tapi ternyata… sayap yang ia bangga-banggakan selama ini tak bisa dia gunakan untuk terbang layaknya saudara-saudaranya, tak bisa ia gunakan untuk menikmati segar dan manisnya madu dari bunga-bunga yang selama ini ia hayalkan, tak bisa ia gunakan untuk memamerkannya pada teman-teman yang mengejeknya dulu. Rupanya pertolongan yang diberikan oleh manusia itu adalah awal datangnya bencana bagi si ulat kecil…. Tak sengaja dalam usahanya merobekken selimut si ulat kecil, manusia itu telah merobekkan kantung kecil yang berisi cairan yang ibarat pelumas bagi sayap-sayap seekor kupu-kupu agar sayap itu bisa digunakan untuk terbang, tanpa cairan itu sayap itu hanyalah helaian tak berguna. Kini si ulat kecil hanya bisa merunduk, menangis, dan menyesali dirinya…”kenapa ia mau saja menerima pertolongan itu??”, seandainya ia mau berusaha lebih keras lagi, seandainya ia lebih menghargai jerih payahnya sendiri padahal tinggal sedikit lagi,
mungkin kini ia sedang terbang bersama saudara-saudaranya, dan bukan tertunduk menyesal di sini. ” Kawan, Tiada yang kebetulan!!!!!…semua hal, semua kejadian, semua kecelakaan, semuamusibah, semua halangan, kondisi,posisi, semua tentang diri kita sendiri, tentang semua yang terjadi di sekeliling kita…. semuanya adalah berkah dari ALLAH untuk kita agar lebih kuat, tangguh, dan lebih siap untuk VISI HIDUP SEBENARNYA yang lebih besar!!!!” karena sebenarnya Tuhan telah menyediakan semua analog untuk jalan hidup kita… SMILE & SUCCES Tahukah Anda kenapa kesuksesan itu perlu dijemput dan diperjuangkan? Kita harus berjuang untuk meraih apa yang disebut dengan kesuksesan. Sukses dalam arti: Kebahagiaan, Kekayaan, Kekuasaan, Kemuliaan, dan Kesucian. Sukses yang bermakna bagi kehidupan dan meninggalkan kesan yang baik di masyarakat setelah kita tiada. Sukses yang menjadikan kita memiliki rasa kasih sayang dan menularkan virus kasih sayang ke semua orang sehingga keluarga kita diselimuti kasih sayang itu sendiri, jika keluarga bahagia, dan seluruh keluarga negeri ini bahagia niscaya kita menjadi bangsa yang terhormat dan sejahtera. Karena kebahagiaan akan meningkatkan etos kerja dan meningkatkan kinerja. Etos kerja dan kinerja yang baik akan menghasilkan karya-karya yang Briliant dan bermanfaat. Bangsa ini membutuhkan karya bukannya hanya bicara, bangsa ini niscaya sudah capek mendengar janji tanpa realisasi, bangsa ini mengharapkan sebuah kesejahteraan bukanya angan-angan. Padahal banyak orang yang pintar di negeri ini, mereka (orang-orang terpelajar) hanya bisa berencana dan mengeluarkan ide untuk suatu karya yang briliant, tanpa hasil yang pantas. Banyak faktor penyebab tak manfaatnya karya anak negeri ini, faktor kuncinya ada ditangan pemerintah. Karena Pemerintah kita kurang begitu terhadap kemajuan IPTEK dan KEBUDAYAAN di negeri ini. Mengenai pemerintah yang penulis anggap kurang mendukung kemajuan IPTEK dan kebudayaan di negeri ini, Penulis pernah disanggah oleh seorang kawan dari Amerika, kawan saya bilang sebenarnya pemerintah sangat mendukung dan peduli terhadap kemajuan IPTEK dan Kebudayaan Indonesia, hanya saja pemerintah cukup BODOH dan tidak tahu harus melakukan apa. Saya marah ketika kawan saya bilang bahwa pemerintah kita BODOH, tapi dia malah menimpali kemarahan saya dengan mengatakan lagi “%@#&$*&#&*&$&$$####” (maaf saya sensor, karena kawan saya keterlaluan membuka aib pemerintah kita) By The Way, kata guru Biologi saya, Manusia secara lahir tersusun dari beberapa sistem organ tubuh, sistem organ tubuh tersusun dari beberapa organ tubuh, organ tubuh tersusun dari beberapa jaringan, jaringan tersusun dari beberepa sel, dan Sel
sendiri tersusun dari Inti sel dan Plasama. Sel sangat kecil ukurannya. Tapi jangan lupa inti sel masih tersusun dari sistem DNA. Getaran energi kecil dari sel akan menghasilkan tindakan pada akhirnya. Tindakan manusia tentu akan melahirkan nilai dan kesan baik atau negatif. Seorang insan ber-etos kerja tingi tentu saja kinerjanya pun akan meningkat. Seseorang yang mengerti akan ‘nilai sebuah sesuatu’ walau kecil, niscaya dia tidak akan meremehkan atau menyepelekan dalam segala sesuatunya. “Sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit” pepatah bangsa kita sangat bijak, maknanya adalah bahwa kita tak baik jika menunda-nunda pekerjaan, atau jika kita rajin menabung walau kecil lama-lama pasti banyak juga uang kita, atau jika kita mencoba untuk menularkan virus senyum dengan cara tersenyum kepada setiap kawan yang kita temui, niscaya senyum itu akan menghiasi dunia ini menyembuhkan setiap kesedihan. Kesedihan akan pergi jika kebahagiaan datang. Dan kebahagiaan dimulai dari senyum kecil yang tulus. Coba bayangkan jika kita bahagia terus kita bekerja, niscaya kita akan menghasilkan karya yang bermanfaat dan briliant. Suasana kerja akan menjadi ceria dan penuh warna, penuh gairah dan menyebarkan aroma semangat yang tinggi. Tidak ada lagi saling curiga dan ‘menikam’ teman dalam persaingan kerja. Persaingan sehat dalam meraih prestasi, terjalinnya persaudaraan, dan transfer kebahagiaan antar sesama rekan. Kinerja yang terintegrasi akan melahirkan kualitas prestasi yang berarti dan akan dikenang sampai mati. Senyum akan mengantarkan kepada kesuksesan. “Start Your Day with Smile”
PELAJARAN CINTA DARI PENDIRI APPLE Semakin Anda mencintai bisnis atau pekerjaan yang Anda jalani, semakin Anda menemukan arti hidup sesungguhnya. Seperti juga kecintaan Steve Jobs, CEO Apple Inc. dan Pixar Animation Studios terhadap pekerjaan dan bisnisnya. Walau sempat dipecat dari perusahaan yang didirikannya sendiri, tak ada kata menyerah dari Steve Jobs. Steve Jobs adalah satu dari sekian nama entrepreneur sukses yang dropped out dari universitas, selain Bill Gates dari MicroSoft Inc. dan Michael Dell dari Dell Computer Corp. Ia memutuskan keluar dari Reed College karena kasihan pada orang tua angkatnya yang harus membiayai pendidikannya yang mahal. Di usia 20 tahunan, ia dan Steven Wozniak membangun cikal bakal komputer Macintosh di garasi rumah orang tuanya. Di tahun 1976, mereka berhasil mempopulerkan konsep personal computer pada dunia. Dan dalam 10 tahun, dua sekawan ini berhasil membangun Apple menjadi perusahaan beraset 2 miliar dollar dan memiliki lebih dari 4.000 karyawan.
Tetapi di saat ia berumur 30 tahun, Jobs harus menerima kenyataan pahit. Ia dipecat oleh Board of Director dari perusahaan yang didirikannya, karena kegagalan visinya dan kejatuhan Apple di kala itu. Ketika itu Jobs merasa hancur, malu, impiannya hilang dan tidak mampu melakukan apa-apa selama berbulan-bulan. Sampai kemudian ia bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce, ia pun mencoba memaafkan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya. Tapi ada satu yang tak berubah, walaupun ia pernah ditolak, Jobs masih mencintai, bahkan sangat mencintai apa yang dikerjakannya. Maka ia pun berusaha untuk bangkit, memulai segala sesuatunya dari awal lagi. Lima tahun kemudian, Jobs mendirikan perusahaan Pixar Animation Studios yang membuat film animasi komputer pertama di dunia -“Toy Story”- dan berhasil memenangkan penghargaan Oscar sebagai film animasi terbaik. Dan tak lama kemudian ia bertemu dan jatuh cinta dengan perempuan yang kini menjadi istrinya. Beberapa waktu kemudian, Apple membeli Pixar dan Jobs pun kembali menduduki jabatannya di perusahaan yang dulu ia dirikan. Sedangkan teknologi yang ia bangun di Pixar menjadi jantung kebangkitan Apple di masa kini. Apple menjadi pemimpin inovasi dalam industri dekstop dan notebook, operating system, musik digital –dengan perangkat iPod dan iTunes, toko musik online-. Sedangkan Pixar menjadi penghasil film-film animasi box office dan pemenang Oscar, seperti Toy Story, A Bug’s Life, Monsters Inc., Finding Nemo dan The Incredibles. Kini Steve Jobs bisa berkata bahwa pernah dipecat dari Apple adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada dirinya. Ibarat meminum sebuah pil pahit. Tetapi apa yang membuat Jobs bangkit dan terus maju adalah keyakinan dan kecintaannya pada apa yang ia kerjakan. Karena bagi Jobs, itu adalah satu-satunya cara mendapatkan hasil pekerjaan yang terbaik. Dan jika sampai sekarang Anda belum juga mengetahui pekerjaan apa yang anda cintai. Teruslah mencari, sampai hati Anda merasakannya bahwa Anda telah menemukannya. PUTRA SAMPOERNA Putera Sampoerna (lahir di Schidam, Belanda pada 13 Oktober 1947) adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai presiden ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna. Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Dia
adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan Sampoerna. Awal kehidupan Putera memperoleh pendidikan internasional pertama di Diocesan Boys School, Hong Kong, dan kemudian di Carey Grammar High School, Melbourne. Dia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di University of Houston, Texas, AS. Lulus dari perguruan tinggi, Putera tidak langsung melibatkan diri dalam bisnis keluarga. Bersama istrinya, Katie, warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, Putera tinggal di Singapura dan menjalankan perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Baru pada 1980, Putera kembali ke Surabaya untuk bergabung dalam operasional PT. Sampoerna. Pria yang menggemari angka sembilan itu mulai menjadi figur penting dalam perusahaan setelah menerima tampuk pimpinan tertinggi sebagai chief executive officer dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada 1986. Setelah Aga meninggal pada 1994, Putera semakin aktif menggenjot kinerja perusahaan dengan merekrut profesional mancanegara untuk turut mengembangkan kerajaan bisnisnya. Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan nikotin. HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air dengan produknya, A Mild. Pada masa kepemimpinananya, PT. Sampoerna juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan mendirikan Bank Sampoerna pada akhir 1980-an, meski bisnis perbankan ini akhirnya gagal. Pada tahun 2000, Putera akhirnya mengalihkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, Michael. Pada awal 2006, dikabarkan bahwa Putera, yang dikenal menggemari judi, telah menjadi pemilik perusahaan judi raksasa yang bermarkas di Gibraltar, Mansion. Pada saat yang sama, Mansion dilaporkan akan menggantikan Vodafone sebagai sponsor klub sepak bola Manchester United selama empat tahun dalam kontrak senilai 60 juta poundsterling, namun kontrak tersebut kemudian dibatalkan. Kemudian beralih menjadi sponsor klub sepakbola Liga Inggris lainnya Totenham Hotspur sejak musim 20062007. Selain itu, Putera Sampoerna juga membeli kasino Les Ambassadeurs di London dengan harga 120 juta poundsterling. Wow…..
DARI MINYAK KUASAI DUNIA Siapa yang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak? Dialah Al-Walid bin Talal bin Abdul-Aziz Al-Saud. Pengusaha Arab Saudi yang menjadi pelanggan tetap dalam daftar 20 besar orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Pada 2007, kendati kekayaan bersihnya naik USD300 juta, pangeran Al-Walid harus merelakan posisinya turun empat peringkat. Pada 2006, “Warren Buffet” dari Arab ini, julukan yang disematkan majalah Time, berada di peringkat ke-8 dengan kekayaan mencapai USD20 miliar. Chairman The Kingdom Holding Company ini mengumpulkan kekayaan melalui puluhan investasinya di 10 sektor usaha. Di bisnis hotel dan properti namanya banyak dikenal. Cucu pendiri Kerajaan Arab Saudi ini masyhur sebagai salah seorang pemegang saham jaringan Hotel Four Season. Dia juga tercatat sebagai pemilik Savoy Hotel (London), Plaza Hotel (New York), dan Songbird Estates Plc (London’s Canary Wharf). Terkait bisnis hotelnya, pada 2007 dia dua kali membuat gebrakan besar, membeli Hotel Four Season Jakarta dan Four Seasons Resort di Langkawi, Malaysia. Di negeri jiran itu dia membenamkan hingga 435 juta ringgit Malaysia. Untuk Four Season Jakarta, dia merogoh kocek USD48 juta (setara dengan Rp451,5 miliar) untuk memborong 81,9 persen saham hotel di kawasan segitiga emas Jakarta itu. Akuisisi atas hotel yang dulunya bernama Regent ini merupakan debutnya di Indonesia, sekaligus memperbesar portofolionya di tujuh negara Asia. Kingdom Hotel Investment (KHI) kini punya saham di 35 properti di 21 negara, terdiri dari 22 hotel dan resor yang sudah beroperasi, serta 13 hotel dan resor yang sedang dibangun dalam rangka ekspansi. Bagaimana bisa si putra Arab itu menanjak ke posisi tinggi sedemikian cepat? Banyak yang menduga, itu berkait dengan peran Al-Walid sebagai ujung tombak investasi buat para pangeran Saudi lainnya yang kurang suka publisitas. Ada juga yang menyebarkan
isu terkait dengan kiprah sang pangeran dalam kontrak pembangunan pangkalan militer rahasia di Arab Saudi, serta komisi-komisi melimpah dari pengapalan minyak. Al-Walid lahir pada 7 Maret 1955. Ibunya, Mona El-Solh, adalah putri perdana menteri pertama Lebanon modern, Riad El-Sohl. Saat pangeran lahir, Riyadh masih merupakan kota gurun yang terlarang buat orang asing. Sebagai putra Pangeran Talal, Al-Walid menikmati kenyamanan istimewa yang tak dikenal oleh kebanyakan orang Saudi: air leding dan mobil. Negeri tandus yang nyaris mengalami kebangkrutan itu berubah dalam sekejap. Ledakan harga minyak pada 1970-an mengalirkan kekayaan berlimpah, dan klan AlSaud yang beranggotakan 6.000-an pangeran secara kolektif menjadi keluarga kerajaan terkaya di muka bumi. Al-Walid adalah Al-Saud dengan sebuah perbedaan. Pada 1962, ayahnya bersama empat saudaranya membangkang. Talal menunjukkan simpati pada musuh Al-Saud, yakni tokoh revolusioner Mesir, Gamal Abdel Nasser. Secara terang-terangan mereka menuntut sistem politik yang lebih terbuka. Urusan ini membuat malu klan, dan Talal diusir ke Mesir. Talal memang akhirnya dibolehkan pulang ke tanah air. Sejak itu ada semacam aturan tak tertulis di klan Al-Saud bahwa Talal dan keluarganya tak boleh aktif di pemerintahan. Terpinggirkan, Al-Walid justru memiliki motivasi berlebih. Dia memancangkan cita-cita menjadi pebisnis ketika masih menginjak usia belasan tahun. Dia mendarat di San Francisco pada 1976 untuk mulai kuliah istrasi Bisnis. Di usia 24 tahun, Al-Walid meraih gelar bachelor of science bidang istrasi bisnis di Menlo College, dengan spesialisasi manajemen. Belakangan, dia meraih gelar MA bidang ilmu sosial di Syracuse University, negara bagian New York, pada 1985. Al-Walid memperoleh keahlian finansial melalui pekerjaan, bukan dari buku kuliah. Ketika pulang ke Riyadh pada akhir 1979, keadaan menguntungkan untuk memulai bisnis. Harga minyak mencapai rekor, dan pemerintah memompa miliaran dolar ke sektor konstruksi, dari jalan tol dan gedung-gedung kementerian baru hingga skuadron-
skuadron pesawat tempur teranyar. Dengan modal pinjaman USD30.000 dari ayahnya, dan hipotek rumah sebesar USD300.000, Al-Walid memulai bisnis. Dia mula-mula menjadi broker perusahaan asing yang ingin berbisnis di Arab Saudi. Pada
1982,
dua
tahun
setelah
mendirikan
perusahaan
bernama
Kingdom
Establishment di Riyadh, Al-Walid mengegolkan transaksi pertamanya: membangun klub bujangan di sebuah akademi militer dekat Riyadh senilai USD8 juta. Dia mewakili kontraktor kecil dari Korea Selatan. Dari sana, bisnis Al-Walid tumbuh pesat dan menjadi lebih canggih. Tak sekadar bertindak sebagai agen, dia meningkatkan keuntungannya dengan mendirikan perusahaan sendiri, dan membentuk usaha patungan dengan swasta asing. Aktivitas Al-Walid sebagai investor mulai mencuat ketika ia membeli saham Citicorp (kini dikenal dengan nama Citigroup) yang terlilit kesulitan likuiditas pada 1991. Dengan investasi awal sebesar USD550 juta, Pangeran mem-bail-out Citibank yang tersangkut kredit macet real estate di Amerika Serikat dan Amerika Latin. Dia juga membenamkan modal berskala raksasa di AOL, Apple Inc, Worldcom, Motorola, News Corporation Ltd, serta
di
bidang
teknologi
dan
perusahaan
media.
Saat ini dia memiliki 17 persen saham di Euro Disney SCA, organisasi yang mengelola Disneyland Resort Paris di Marne-la-Valle, Prancis. Pada 2007, dia sempat berbicara dengan Robert Earl, pendiri jaringan restoran Planet Hollywood, guna membahas kepemilikan saham Everton FC di Liga Inggris. Earl adalah pemilik 23 persen saham di klub sepak bola itu. (Trust//mbs) TANRI ABENG Terlahir dengan nama Tanri Abeng, dari sebuah keluarga miskin di sebuah desa di Pulau Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan, 65 tahun silam. Menyadari keadaan ekonomi keluarga yang kurang beruntung, sejak usia belia ia bertekad untuk belajar dan bekerja keras jika ingin menggapai cita-cita yang diinginkan. Semasapendidikannya, misalnya, Tanri bersekolah sambil berusaha mencari uang untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari di antaranya dengan memberi les, menggandakan catatan-catatan sekolah/kuliah, dan lain-lain. Kegigihan dan ketekunan pantang menyerah tersebut kemudian membawa berbagai keberhasilan baik dalam pendidikan maupun perjalanan karirnya. Lelaki
berkumis klimis ini beberapa waktu kemudian terpilih sebagai peserta program pertukaran pelajar American Field Service. Setelah menamatkan SMA-nya, ia meneruskan kuliah pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin, di Makassar. Saat itu, ia kuliah sambil bekerja paruh waktu di perusahaan eksportir dan menjadi guru bahasa Inggris di sebuah SMA. Berkat keuletannya dalam belajar, menjelang tamat kuliah, Tanri memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pasca-sarjana, Master of Business istration (MBA) di State University, New York, Amerika Serikat. Perjalanan karirnya dimulai sejak Tanri Abeng bergabung dengan perusahaan multinasional, PT. Union Carbide Indonesia, tidak berapa lama setelah lulus dan menggondol gelar MBA. Tugasnya saat itu diawali dari management trainee di Amerika Serikat, dan dalam waktu singkat, di usianya yang ke-29 tahun, Tanri telah menduduki jabatan direktur keuangan dan Corporate Secretary di perusahaan itu. Kecerdasan dan keteguhannya dalam bekerja keras, sekali lagi menunjukkan hasil yang gemilang bagi perusahaan tempatnya bekerja. Terbukti, hanya beberapa tahun kemudian ia dialihtugaskan keSingapura dan bertanggungjawab atas pemasaran di Asia, Afrika, dan Eropa. Walaupun karir dan penghidupannya sangat bagus di Union Carbide, bahkan ditawarkan untuk menjadi presiden direktur di perusahaan ini dengan gaji dan fasilitas yang sangat memuaskan, Tanri Abeng lebih memilih meninggalkan pekerjaan lamanya dan bergabung dengan PT. Perusahaan Bir Indonesia (PT. PBI) di tahun 1979. Keinginannya untuk mencoba tantangan baru yang lebih keras dan sulit rupanya menjadi pendorong utama bagi Tanri menerima tawaran untuk mengelola PT. PBI. Ia ingin membuktikan dirinya sebagai seorang manajer yang baik dan handal. Hasilnya? Tangan dingin pria berbintang pisces ini dalam waktu singkat mampu membawa sukses bagi perusahaan tersebut dan berkembang menjadi PT. Multi Bintang Indonesia (PT. MBI), dan mengangkat perusahaan multinasional ini menjadi bintang yang merajai pasar minuman di Indonesia. Kesuksesan Tanri Abeng di MBI menarik perhatian Aburizal Bakrie, yang kemudian menawarkannya untuk menahkodai kelompok usaha Bakrie Brothers. Kemampuan dan kehandalannya dalam mengelola sebuah kelompok perusahaan terbuktikan selama menjadi Chief Executive Officer (CEO) dari Bakrie Brothers. Betapa tidak, hanya dalam waktu setahun Tanri, yang beristrikan Farida Nasution, mampu meningkatkan keuntungan kelompok perusahaan tersebut hingga 30 persen. Dari rententan berbagai keberhasilan itulah kemudian Tanri Abeng dijuluki sebagai “Manajer Satu Milyard”. Seperti lazimnya, kisah sukses seperti ini pasti akan mengundang perhatian yang lebih luas dan dari kalangan yang lebih besar atau berpengaruh. Demikian juga, berita tentang kehandalan manajerial
Tanri Abeng suatu ketika sampai juga ke telinga Suharto ketika ia masih menjadi presiden republik ini. Kepala negara zaman orde baru itu kemudian memintanya menjadi Menteri Negara Pendayagunaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), sebuah kementrian baru di pemerintahan Indonesia, pada Kabinet Pembangunan VII di tahun 1997. Pada jabatan baru ini, Tanri mendapat tantangan kerja yang tidak tanggungtanggung, ia harus mengelola 164 BUMN dengan sekitar 1.300 anak perusahaan, yang total nilanya mencapai angka Rp. 500 triliun. Suatu tugas yang amat berat, namun Tanri pantang mengeluh. “Selain merupakan sesuatu yang berat, tugas itu merupakan suatu kehormatan luar biasa karena saya termasuk dalam kabinet penuh tantangan,” demikian pernyataannya suatu ketika kepada media massa. Jabatan Menteri BUMN ini tetap berlanjut diembannya hingga kepada kepemimpinan mantan Presiden BJ Habibie yang menggantikan Suharto yang lengser oleh gerakan reformasi di tahun 1998. Posisi tersebut berakhir ketika pemerintahan beralih ke presiden Abdurrahman Wahid pada pemilu 1999. Menilik keberhasilan demi keberhasilan yang dicapai oleh pria langsing nan ramah ini, banyak orang ingin mendengar apa komentar Tanri sendiri atas penilaian kesuksesan tersebut. Juga tentang pandangan-pandangan nya terhadap berbagai persoalan dan jalan keluar dari kemelut bangsa kita. PUSPO WARDOYO SUKSES BERBISNIS DENGAN MANAJEMEN KONFLIK Bicara waralaba ayam bakar, ingat Wong Solo. Berdebat tentang Wardoyo, pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Malah dalam banyak hal, nama lelaki ini lebih beken ketimbang rumah makannya. Maklum, keberaniannya membuat acara Poligamy Award di suatu hotel beberapa waktu lalu, menimbulkan pro dan kontra. Apakah ia kebablasan dalam hal personal branding? Tunggu dulu. Ternyata, menurut pria kelahiran Solo 46 tahun lalu ini, apa yang ia lakukan memang disengaja. Kok bisa? “Saya harus menciptakan konflik terus-menerus di benak orang supaya orang membicarakan saya,” ujar Direktur PT Sarana Bakar Diggaya ini blakbalakan. Bahkan ia mengungkapkan, jika perlu, ia membayar orang untuk mendemo dirinya sendiri. Tujuannya, supaya orang selalu membicarakan dirinya tanpa henti dan polemik menjadi panjang. Contohnya, isu poligami. Bagi Puspo, apakah orang membicarakan hal positif atau negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang penting, setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini, dikatakannya, penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Ia yakin, jika orang kenal Puspo, yang bersangkutan akan men-deliver hal itu ke Wong Solo. Bagaimana Puspo bisa melakukan ini semua? Diceritakan, ketika pada tahun 1993
memulai bisnis ini, ia belum seterkenal sekarang. Ia memulai perjalanan usahanya dengan modal Rp. 700 ribu. Waktu itu orang mengenalnya hanya sebagai pedagang kaki lima di Bandara Polonia, Medan. Namun suatu hari pada 1996, Koran daerah Medan, Waspada menulis seputar dirinya. Judulnya, “Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.” Sejak itu, bisnis rumah makannya sukses besar. Omsetnya naik 300%-400%. “Dari sini saya sadar dampak pemberitaan,” ujar mantan guru SMA di Bagansiapi-api, Sumatera Utara ini. Dan ia pun mulai mendekati pers. Setelah cukup dekat dengan kalangan pers. Puspo mulai memahami cara kerja dunia pers. Antara lain, penting isu dalam pemberitaan. Sejak itu, ia mulai menciptakan isu atau konflik yang berkenaan dengan dirinya. “Isu atau konflik itu penting supaya media mau memberitakannya, tanpa kita memintanya,” ia menjelaskan. Isu-isu yang dibuatnya haruslah mengandung unsur tidak bermasalah. Malah kalau bisa, dengan isu tersebut, ia menjadi pahlawan. “karena seorang pionir adalah seorang pembuka, dan ia bisa disebut pahlawan,” katanya. Target besarnya adalah bagaimana mempromosikan bisnis. Tentang sosok pahlawan ini, Puspo mencontohkannya dalam hal poligami. Ia memfigurkan dirinya sebagai pahlawan poligami. Sekaligus sebagai pengusaha rumah makan yang sukses dan andal. Di sini ia ingin meruntuhkan mitos bahwa poligami itu tabu. Isu yang diluncurkan, antara lain sewaktu mendapat penghargaan Enterprise-50. Lalu, saat menerima penghargaan sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Presiden RI Megawati. Dan terakhir yang bikir geger Poligamy Award. Tak tanggung-tanggung, dana tak kurang dari Rp. 2 miliar dikucurkannya untuk acara ini. Tentang isu poligami, Puspo berujar, “Ini positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak semua orang berani mengungkapkannya.” Toh, ia melihat, dari sisi agama, apa yang dilakukannya tak melanggar aturan. Ia sadar, banyak orang yang setuju dan banyak juga yang tak setuju. “Ketika orang bicara poligami, tak akan pernah tuntas,” ujarnya. Hal itu, ia menambahkan, akan memunculkan konflik di antara mereka. Puspo mengakui ia sangat terkesan dengan isu Poligamy Award. Karena, setelah acara tersebut diselenggarakan, banyak sekali tanggapan dari masyarakat. “Ini puncak promosi saya,” ujarnya bangga. Diakuinya, ini isu yang paling berat dan seru yang pernah diluncurkannya. “Karena isu ini melawan arus,” tambahnya. Isu-isu tersebut ternyata tidak dibuatnya sendiri. Ia membentuk sejumlah tim. Tim yang terdiri dari para wartawan ini tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Badung, Surabaya, Solo, Malang, Bali dan Medan. Namun, ia tak menyerahkan pembuatan isu begitu saja kepada timnya. “Semua tetap di bawah kepemimpinan saya,” katanya. Dua minggu sekali ia mengadakan rapat untuk menetapkan isu dalam satu bulan. Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak
orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu, beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga, dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan. Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal, usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya. SOICHIRO HONDA Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”. Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi… Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.
Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya. Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel. Kuliah Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapatmenjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan. Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorangdengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang “Raja” jalanan. Kami keluarga besar motor Honda percaya tahun 2005 adalah tahun milk Anda. Teruslah berkarya dan berusaha . Kami turut berdoa, semoga tahun 2005 adalah tahun keberhasilan bagi Anda dan kita semua. Amiiin… 5 Resep keberhasilan Honda : 1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda. 2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi. 3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin. 4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis. 5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama. RADIO SMART FM Dari judul diatas anda mungkin berpikir, berapa nih tamaro di bayar Radio Smart FM untuk ini mengiklankan Radionya. Jawabnya –Saya Tidak Dibayar–
Yah, tidak dibayar, saya menuliskan hal yang sebenarnya. Karena didalam Acara Radio tersebut mengandung pembelajaran yang sangat luar biasa. –Saya sudah merasakan manfaatnya– Kalau saya bertanya kepada anda sekarang, kapan terakhir anda mendengarkan Radio ? mungkin hanya sedikit yang menjawab “kemarin” –betul tidak–. Saya yakinkan pasti. Karena mungkin anda menjawab “wah mendengar Radio itu udah ga modern lagi alias kuno” Benar atau benar? Radio sekarang ini sudah semakin canggih dan acaranyapun tidak seperti dulu yang sedikit materi pendidikannya. Salah satu Radio favorit saya ialah Radio Smart FM anda bisa mendengarkannya di frekuensi 95.9 FM khusus Jakarta dan anda bisa mendengarkan secara langsung melalui website di http://www.smartfm.co.id. Oke mari kita teruskan kenapa saya simpulkan bahwa Radio SmartFM adalah “pembentuk” pribadi sukses. Didalam acara radio ini, banyak sekali pembelajaran dari Guru-guru sukses dan Praktisi yang sudah sekses di bidangnya. Teruskan membaca untuk informasi yang lebih bernilai. Siapa saja orang-orang tersebut : 1. Andrie Wongso. Bapak ini adalah Motivator nomer satu di Indonesia Raya. Anda dapat melihat profilnya di www.andriewongso.com dengan slogan “Sukses Adalah Hak Saya” 2. James Gwee, beliau adalah master treiner dalam bidang sales, Leadership, Managerial Skills, Team Building and Personal Development dan anda dapat melihat profilnya di www.jamesgwee.com 3. F.X. Hadi Tjokrosusilo adalah seorang Praktisi dalam bidang Sales & Marketing dan anda dapat meliahat profilnya di www.fxhadi.com 4. Antonio Dio Martin, adalah pakar dalam bidang NLP dan kecerdasan emosi serta penulis buku best seller. Lihat di www.google.co.id 5. Jansen H. Sinamo adalah seorang Guru Etos Indonesia anda bisa melihat profilenya di institutmahardika.com 6. Tung Desem Waringin. Anda mungkin sudah sering mendengarkan namanya diberbagai media akhir-akhir ini setelah dia nerbitkan buku terbarunya Marketing Revolution. Anda dapat melihat profilnya di www.dahsyat.com 7. dll Dari berbagai ilmu pengetahuan, Radio SmartFM mengumpulkannya dan menyajikannya untuk anda sebagai pendengar setianya. Ilmu yang diberikan berbagai Guru selain yang saya bisa sebutkan diatas, sangatlah berguna baik dalam bidang kita saat ini atau pekerjaan ataupun dalam kehidupan kita.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah anda masih ingin diam tanpa mengdengarkan Radio bermutu seperti SmartFM? –saya pikir anda sekarang sudah bisa mengambil tindakan yang tepat, benar kan– SUKSES BERBISNIS DENGAN DESAIN KREATIF Tentu sebagian besar dari Anda pernah mendengar nama kaus bermerk C59. Kesuksesan C59 tidak lepas dari kepiawaian penggagasnya, Marius Widyarto atau yang akrab dipanggil Mas Wiwied. Bermula dari rasa gusarnya melihat temantemannya yang memamerkan kaos bergambar kota mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai bepergian dari luar negeri, Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus bergambar patung Liberty dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang dari luar negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia lebih sering didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk pekerjaannya. Wiwied yang sejak kecil menyukai pekerjaan prakarya memulai usahanya dari rumahnya yang berukuran 60 m2 di Gang Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk kausnya dengan modal awal dari hasil penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti Murniati. Mental entrepreneur Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha keturunan di Bandung yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied menjalankan usahanya dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan, memotong,menjahit, menyablon sampai finishing disamping juga mencari order. Usahanya meningkat ketika mendapatkan order dari Nichimen-perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pestisida, kaus itu untuk dibagi-bagikan ke para petani. Usahanya semakin terasa meningkat setelah mengikuti kegiatan Air Show 1986 di Jakarta yang diikuti pula oleh para peserta dari mancanegara. Wiwied kemudian juga merambah bidang retail yang bermula dari menjual sisa order yang tidak memenuhi syarat yang ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat, pada tahun 1992, ia kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang
kemudian memborong rumah di sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti Balikpapan, Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600 outlet di Indonesia dengan mempekerjakan sekitar 4000 karyawan. Di
mancanegara,Wiwied
memiliki
60
showroom
yang
tersebar
di
Slowakia,Polandia, dan Czech dan bahkan kini ia juga sudah merambah jaringan Metro Dept.Store di Singapura. Keberhasilannya menembus mancanegara bermula dari beberapa stafnya yang bersekolah di luarnegeri yang biasanya membawa satu dua koper kaus C59 dan dijual pelan-pelan di sana, kemudian diadakan survey yang tenyata pasar di sana menguntungkan karena memiliki empat musim, sehingga tidak hanya
bisa
menjual
t-shirt
namun
juga
sweater
atau
jaket.
Wiwied juga memiliki sebuah pabrik di atas tanah seluas 4000m 2 di daerah Cigadung, Bandung. Pabrik ini dibangun setelah mendapatkan kredit dari Robbie Djohan yang saat itu menjabat Dirut Bank Niaga pada tahun1993, ketika itu Bank Niaga memesan tshirt ke C59. Di tahun yang sama pula ia mengubah bentuk usahanya menjadi PT. Caladi Lima Sembilan. Keberhasilan Wiwied dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang telah ia terima, diantaranya Upakarti 1996, ASEAN Development Executive Award 20002001,Dan pemenang I Enterprise 50. Filosofi bisnis Wiwied sendiri terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita, lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.Sedangkan 9 cita-citanya adalah customersatisfaction, company profit, confident working atmosphere, control, collaboration, clear mind, creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody Woodpecker yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang garmen.
Salah satu kunci sukses Wiwied juga terletak pada penggalian ide desain yang tidak pernah berakhir, baginya riset desain sangatlah penting karena kekuatan produknya
ada
pada
rancangan,apalagi
industri
t-shirt
cepat
berganti
tren.
Karyawannya pun mendapat kesempatan jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya untuk tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus. Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan lebih dulu, kemudian setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi produksi, pemilihan bahan,teknik cetak,warna, dan sebagainya. Wiwied juga terlihat sangat piawai membangun networking, ia selalu berusaha membangun hubungan baik dengan supplier, , customer, dan government. Ia sangat percaya bahwa relationship adalah kunci kesuksesan dari bisnis. Wiwied mengaku kalau dia merupakan biangnya koperasi,untuk itu ia juga mendirikan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya, omset koperasinya saat ini sekitar Rp 600 juta. Ia bangga karena telah dapat mewujudkan impiannya untuk membuka lapangan kerja bagi banyak orang. MC DONALD Pada tahun 1954, seorang salesman mesin susu kocok berumur lima puluh dua tahun melihat kios hamburger di San Bernardino, California, dan membayangkan sebuah industri baru yang besar: fast food. Dalam apa yang seharusnya menjadi tahun emasnya, Raymond Kroc, pendiri dan pembangun McDonald’s Corporation, membuktikan dirinya sebagai seorang pelopor industri yang tidak kalah kemampuannya dengan Henry Ford. Dia merevolusikan industri restoran dengan memberlakukan disiplin atas produksi hamburger, kentang goreng, dan susu kocok. Dengan mengembangkan sistem operasi dan antaran yang maju, dia memastikan bahwa kentang goreng yang dibeli oleh pelanggan di Topeka akan sama dengan yang dibeli di New York City. Konsistensi seperti ini menjadikan McDonald’s nama mereka yang mendefinisikan fast food Amerika. Pada tahun 1960, terdapat lebih dari 200 saluran McDonald’s di seluruh Amerika, perluasan cepat yang dikobarkan oleh biaya franchise yang rendah. Ray Kroc telah menciptakan salah satu merek yang paling kuat sepanjang masa. Tetapi dia nyaris tidak mendapat keuntungan. Akhirnya, dia memutuskan untuk menggunakan real estate sebagai pendukung keuangan yang menyebabkan
McDonald’s menjadi operasi yang menguntungkan. Pada tahun 1956, Kroc mendirikan Franchise Realty Corporation, membeli tanah dan bertindak selaku pemilik restoran bagi pembeli franchise yang penuh minat. Dengan langkah ini, McDonald’s mulai memperoleh penghasilan yang sesungguhnya, dan perusahaan pun lepas landas. Kroc kemudian memperkenalkan program periklanan nasional untuk mendukung franchise yang tersebar dengan cepat; dan setelah tampak bahwa pertumbuhan di wilayah asal perusahaan ini melambat pada awal tahun 1970-an, dia memulai dorongan yang penuh semangat dan sukses untuk membuat kehadiran global bagi McDonald’s. Sepanjang pertumbuhan perusahaan yang spektakuler, Kroc melakukan akrobat keseimbangan berjalan di atas rentangan tali yang sulit, memberlakukan standar yang keras di seluruh sistem sementara mendorong semangat wirausaha yang menyambut baik gagasan dari semua tingkat. Banyak gagasan ini yang memberikan sumbangan kepada keberhasilan perusahaan yang menakjubkan. Dalam mengumpulkan kekayaan sebesar $500 juta, raja hamburger ini mengubah lansekap budaya bangsa dan menempa sebuah industri yang termasuk di kalangan ekspor Amerika yang terbesar. Keberhasilan McDonald’s yang ditiru secara meluas menawarkan contoh yang baik sekali bagi manajer dan eksekutif zaman sekarang yang berusaha mencari efisiensi produksi yang lebih besar. Dengan menempatkan hamburger yang bersahaja di atas jalur perakitan, Kroc menunjukkan kepada seluruh dunia bagaimana cara menerapkan pross manajemen yang maju pada usaha yang paling membosankan. Supaya bisa maju dengan cara McDonald’s, perusahaan-perusahaan harus menetapkan prinsip dasar pelayanan yang mereka tawarkan, memecah-mecah pekerjaan menjadi bagian-bagian, dan kemudian terus-menerus merakitnya kembali dan menyempurnakan banyak langkah sampai sistem berjalan tanpa kekangan. Hari ini, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam antara pizza, pemrosesan klaim asuransi, atau menjual mainan mendapat keuntungan dari jenis sistem yang dipelopori oleh Ray Kroc. Sampai tingkat ketika operasi seperti ini menjaga pengendalian mutu, dan memelihara kepuasan pelanggan, keuntungan akan mengalir. Sebagai salesman mesin susu kocok, Raymond Kroc secara rutin mengunjungi kliennya. Tetapi ketika salesman berumur lima puluh dua tahun ini pergi dari rumahnya dekat Chicago ke California selatan untuk menemui dua kliennya yang terbesar, hasilnya sama sekali bukan hal rutin. Maurice dan Richard McDonald meninggalkan New Hampshire pada tahun 1930, berusaha mencari peruntungan di Hollywood. Karena tidak bisa mendapatkan hasil besar di Tinseltown, kakak beradik ini akhirnya menjadi pemilik restoran drive-in di San Bernardino, kota kecil berdebu sejauh lima puluh lima mil di sebelah timur Los Angeles. Sementara kebanyakan restoran membeli satu atau dua Prince Castle Multimixer, yang bisa mencampur lima gelas susu kocok sekaligus, McDonald bersaudara membeli delapan buah. Dan Kroc ingin tahu jenis operasi apa yang membutuhkan kemampuan membuat empat puluh gelas susu kocok pada saat saat yang bersamaan. Maka dia pergi ke San Bernardino, dan apa yang dilihatnya di sana mengubah kehidupannya. Kroc berdiri di keteduhan dua
gerbang lengkung keemasan restoran yang gemerlapan, yang menerangi langit di senja kala, dan melihat antrian orang-orang yang berkelok-kelok seperti ular di luar restoran yang berbentuk segi delapan. Melalui dinding bangunan yang selurunya terbuat dari kaca, dia memandangi para karyawan pria, yang memakai topi kertas dan seragam putih, sibuk di restoran yang sangat bersih, menyajikan burger dalam piring, kentang goreng dan susu kocok kepada keluarga-keluarga kelas pekerja yang berdatangan naik mobil. “Sesuatu pasti sedang terjadi di sini, saya mengatakan kepada diri sendiri,” Kroc kemudian menulis dalam otobiografinya, Grinding It Out. “Ini pasti operasi perdagangan paling menakjubkan yang pernah saya lihat.” Tidak seperti begitu banyak operasi pelayanan makanan yang pernah ditemui oleh Krock, tempat ini mendengung seperti mesin yang ditun-up dengan sempurna. Sebagaimana Forbes menyatakannya, “singkatnya, kakak-beradik ini mendatangkan efisiensi kepada bisnis yang cepat.” Mereka menawarkan menu sembilan jenis makanan – burger, kentang goreng, susu kocok, dan pai – menyingkirkan tempat duduk, serta menggunakan alat makan kertas dan bukannya kaca atau porselen. Mereka juga merancang jalur perakitan kasaran sehingga mereka bisa melayani pesanan dalam waktu kurang dari enam puluh detik. Kroc seketika tahu bahwa dia telah melihat masa depan. “Malam itu dalam kamar motel saya, saya berpikir keras tentang apa yang saya lihat siang harinyal. Bayangan restoran McDoland’s yang tersebar di sekitar perempatan jalan di seluruh negara berpawai melalui otak saya.” Dengan persetujuan di tangan, Kroc mulai memenuhi bayangannya tentang restoran McDonald’s yang meledak dari pantai ke pantai. Dia memulai dengan membangun mata rantai pertama kongsi restoran ini – sebuah model eksperimewntal di Des Plaines, illinois, di luar kota Chicago, yang bersifatkan harga rendah yang sama, demikian pula menu yang terbatas, dan pelayanan cepat seperti di restoran San Bernardino. Restoran yang dibuka pada tanggal 15 April 1955 ini mencapai penjualan yang terhormat sebesar $366,12 dengan cepat memasukkan keuntungan. Kroc mengawasi restoran ini dengan waspada seperti seorang ibu baru, secara pribadi memimpin kegiatan dapur dan mengorek sisa permen karet dari pelataran parkir dengan pisau raut. Bagi Kroc, meniru satu kedai tunggal kakak-beradik McDonald baru permulaannya. Supaya bisa membangun kongsi restoran, Kroc tahu bahwa dia harus memberlakukan disiplin atas industri restoran yang dikelola secara longgar. Dan itu berarti menyempurnakan prosedur operasi yang distandarkan dalam proses yang bisa ditiru. Empat puluh tahun sebelumnya, Henry Ford sudah menyadari bahwa produksi masal mobil memerlukan perkawinan antara presisi bagian-bagian mobil dan proses perakitan yang efisien. Wawan Kroc adalah menerapkan disiplin yang sama pada pembuatan sandwich. Dengan menggunakan gagasan bahwa “ada ilmu untuk membuat dan menyajikan hamburger,” Kroc memberikan kepada kepingan daging sapi gilingnya spesifikasi yang tepat – kandungan lemak: di bawah 19 persen; berat: 1,6 ons: garis tengah: 3,875 inci; bawang: ¼ ons . Kroc bahkan membangun sebuah laboratorium di pinggiran kota
Chicago untuk merancang metode pembuatan kentang goreng yang sempurna pada akhir tahun 1950-an. Bukannya sekedar memasok pembeli franchise dengan rumus susu kocok dan eskrim, Kroc ingin menjual kepada mitra barunya satu sistem operasi. Dengan lain perkataan, dia membuat cap satu pelayanan. Dan ini sarana revolusioner yang akan digunakan oleh McDonald’s untuk menciptakan kongsi restoran yang di dalamnya satu restoran di Delaware dan satu restoran di Nevada akan menyajikan burger yang tepat sama ukuran dan mutunya, masing-masing berisi potongan acar yang sama, setiap burger disajikan dalam talam yang serupa bersama kentang goreng yang dimasak dengan lamanya waktu yang sama. Sebagaimana yang diingat oleh Kroc, “Kesempurnaan sulit sekali dicapai, dan kesempurnaanlah yang saya inginkan dalam McDonald’s. Segala hal lainnya sekunder bagi saya.” Tetapi tuntutan yang serba tepat melayani satu tujuan strategis. “Tujuan kami, tentu saja, adalah memastikan bisnis yang berulang berdasarkan reputasi sistem dan bukannya mutu satu restoran atau operator tunggal,” kata Kroc. Walaupun franchise McDonald’s bertumbuhan dimana-mana di seluruh daerah di Barat Tengah dan Barat seperti bunga liar setelah hujan musim semi, keberhasilan perusahaan rupanya berumur pendek. Sementara persetujuan asli yang dijalin dengan kakak-beradik McDonalds menyebabkan Kroc menyayangi pembeli franchise yang paling awal, ini juga menyebabkan perusahaan yang baru lahir ini langsung menuju kemungkinan bangkrut. Selama tahun 1960, ketika kongsi restoran ini mengeruk uang $75 juta dalam penjualan, penghasilan McDonald’s hanya $159.000. “Singkatnya, konsep Kroc untuk membangun McDonald’s, John Love. Dan rumah kartu impian Kroc mulai runtuh di bawah bobotnya sendiri. Sementara terbenam dalam utang dan tanpa pertumbuhan keuntungan yang bisa dibayangkan, Kroc menghadapi satu dilema yang klasik. Dia tidak mampu memperluas usaha. Dan dia tidak bisa tetap terapung. Untunglah, Harry Sonnenborn menemukan pemecahan. Dia berpikir McDonald’s harus mendapatkan uang dengan menyewa atau membeli lokasi yang akan dijadikan kedai dan kemudian menyewakannya kembali kepada pembeli franchise mula-mula dengan peningkatan harga 20 persen, dan kemudian 40 persen. Di bawah rencana ini, McDonald’s akan mencari lokasi yang sesuai dan menandatangani perjanjian sewa dengan bunga yang ditentukan. Strategi real estate pas sekali dengan tujuan penguasaan Kroc yang lebih besar. Bukannya menjual franchise geografis sebagai selubung, yang akan memberikan kepada pemegangnya hak untuk membangun sebanyak-banyaknya atau sesedikit-sedikitnya kedai sekehendak hatinya disuatu kawasan tertentu, Kroc hanya menjual franchise individual, dengan biaya rendah $950. Ini mematikan bahwa operator yang tidak bersedia bermain mengikuti aturannya hanya bisa membuka tidak lebih dari satu saluran. Setelah menyerahkan urusan keuangan yang stabil ke tangan Harry Sonnenborn yang ahli, Kroc mulai memperluas dan memprofesionalkan kerajaan industri yang sedang tumbuh ini. Di bawah konsepsinya yang baru, setiap pembeli franchise dan operator seperti seorang manajer pabrik. Karena mengetahui bahwa ukuran bagi kompleks industri yang
maju adalah manajemen profesional, pada tahun 1961 Kroc meluncurkan satu program latihan-di restoran baru di Elk Grove Village, Illinoiss. Di sana, kelompok pelaksana melatih pembeli franchise dan operator dalam metode ilmiah mengelola McDonald’s yang sukses dan melatih mereka dalam ajaran kroc tentang Mutu, Pelayanan, Kebersihan dan Nilai. “Saya menaruh hamburger pada jalur perakitan,” Kroc suka mengatakan. Hamburger juga berisi laboratorium penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan mekanisme memasak, membekukan, menyimpan, dan menyajikan. Di mana pun juga tidak ada dikotomi antara pengendalian pusat dan otonomi operasi yang lebih kentara daripada dalam iklan. Pada hari Natal akhir tahun 1950-an, Turner dan para manajer lainnya bisa berkeliling Chicago Loop dengan “Kereta Sinterklas,” sebuah truk eskrim yang diubah menjadi restoran drive-in McDonal’s yang beroda. Namun kendati sangat menyukai cara menjajakan barang dagangan model kini ini, McDonald’s tidak mempunyai strategi periklanan untuk seluruh perusahaan. Sebaliknya, ketika operator Minneapolis Jim Zein melihat penjualannya meledak pada tahun 1959 setelah memasang iklan radio, Kroc mendorong para operator untuk memanfaatkan gelombang udara dengan kampanye mereka sendiri. Iklan yang sukses membantu penggalakan pertumbuhan yang lebih besar. Dan pada tahun 1965, dengan 710 restoran McDonald’s tersebar dalam empat puluh empat negara bagian, $171 juta dalam penjualan, dan neraca yang relatif mantap, akhirnya McDonald’s mekar sepenuhnya. Perusahaan ini go public pada tanggal 15 April, tepat sepuluh tahun sampai ke harinya setelah Kroc membuka kedai Des Plaines, menjual 300.000 saham dengan harga per lembar $22,50. Banyak saham ini yang ditawarkan oleh Kroc, yang mengeruk uang $3 juta dalam penjualan. Kroc mengerahkan uang tunai ini untuk memperluas perusahaan dan melawan pesaing yang dengan cepat menyebar di manamana, sebab keberhasilan perusahaan telah melahirkan banyak imitasi yang berusaha memanfaatkan industrialisasi fast food yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan yang pesat dan iklan yang meluas, McDonald’s pada awal tahun 1970-an menjadi kongsi restoran fast food yang terbesar di seluruh negara dan sifat yang mudah dikenali dari lansekap budaya Amerika. Dan penguasa tertinggi McDonaldland, Ray Kroc, menjadi seorang tokoh yang bertingkat nasional. Pada tahun 1972, ketika lebih dari 2.200 saluran McDonald’s mengeruk penjualan $1 milyar, kroc menerima hadiah Horatio Alger dari Norman Vincent Peale. Sementara nilai saham pemilikannya meningkat menjadi kira-kira $500 juta. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan keinginan menyelidiki wartawan dan politikus pembaharuan yang suka mencari-cari kejelekan, raksasa industri profil tinggi Ray Kroc juga menarik perhatian dari banyak pihak. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan sikap tinggi hati kaum elit industri makanan. Mimi Sheraton dari New york magazine menyatakan: “Makanan McDonald’s mengerikan secara tidak ketulungan, tanpa keindahan apa pun.” Para politikus juga memperhatikan. Pada tahun 1974, ketika nilai pasar perusahaan ini
melampaui nilai U.S. Steel yang maju dengan lambat, Senator Lloyd Bentsen mengeluh: “Ada sesuatu yang tidak beres dengan ekonomi kita kalau pasar saham lebih banyak dalam hamburger dan lebih sedikit dalam baja.” Banyak analis yang memandang pertumbuhan McDonald’s yang pesat sebagai hal yang tidak akan bisa dipertahankan. Tetapi Kroc merasa yakin bahwa perusahaan perlu terus berkembang supaya bisa bertahan hidup. “Saya tidak percaya dengan kejenuhan,” dia berkata. “Kami berpikir dan bicara dalam tingkat seluruh dunia.” Kroc membayangkan sebuah dunia yang di dalamnya 12.000 pasang Gerbang Lengkung Keemasan akan berdiri sebagai pos luar sebuah kerajaan perdagangan yang perkasa. Mendirikan pangkalan di ibu kota negara-negara Eropa baru permulaannya. Dengan berlalunya waktu sepuluh tahun, seribu restoran yang dibuka oleh perusahaan di luar negeri menggalakkan 27 persen tingkat pertumbuhan tahunan. Kongsi restoran ini begitu universal dikenal sebagai lambang usaha Amerika dan berpengaruh, sehingga ketika gerilyawan Marxis meledakkan sebuah restoran McDonald’s di San Salvador pada tahun 1979, mereka menyatakan bahwa tindakan teroris ini sebuah pukulan mematikan terhadap “imperialis Amerika.” “Walaupun McDonald’s mencapai sukes, dan kekayaan pribadinya mencapai $340 juta, dia selalu khawatir,” Forbes menulis pada tahun 1975, “Kalau Kroc bepergian, dia bersikeras menyuruh sopirnya membawanya paling sedikit ke enam restoran McDonald’s untuk melakukan inspeksi kejutan.”. Walaupun dia membunuh persaingan, persaingan tidak membunuh Ray Kroc. Dia meninggal dunia dalam usia lanjut pada bulan Januari 1984, pada umur delapan puluh satu tahun, tepat sepuluh bulan sebelum McDonald’s menjual hamburger yang ke-50 milyar. WAL-MART DAN PEMBERIAN DISKON AMERIKA Samuel Moore Walton adalah sejenis pria kota kecil. Dia hidup di lingkungan yang sama di Bentonville, Arkansas, selama empat puluh tahun. Dia bangun setiap pagi, sarapan bersama kelompok orang banyak yang sama di hotel setempat, dan kemudian, kecuali pada hari Minggu, dia pergi ke kantor. Hanya satu hal yang menggodanya untuk membolos, dan itu adalah kesempatan untuk berburu ayam hutan. Walton adalah jenis orang yang lebih suka pinjam surat kabar daripada mengeluarkan uang setalen untuk mendapatkannya. Tetapi dia juga suka mengundang suatu keluarga miskin untuk makan bersamanya. Sam Walton tinggal di kota-kota kecil, kira-kira sebanyak 1.800, melalui toko serba ada diskon Wal-Mart miliknya. Dalam era restoran franchise, pusat perbelanjaan yang ada di mana-mana, dan penjualan eceran formula, Wal-Mart dibangun dalam menghormati individu. Itu adalah kualitas yang terpancar langsung dari pendirinya.
Dengan menguasai kira-kira 20% saham Wal-Mart, Sam Walton tampil di puncak daftar Forbes 400, dengan nilai bersih 2,8 milyar pada tahun 1985 (pemilikan ini sekarang hampir sepuluh kali lipat nilainya). Dari semua inovasinya yang membantunya menjadi milyarder, inovasinya yang terbesar sebagai CEO mungkin adalah kenyataan bahwa dia sendiri tidak berubah. “Rahasianya adalah bekerja, bekerja, bekerja. Saya mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara melakukannya,” kata Thomas Walton tentang dua anak laki-lakinya, Sam dan James (“Bud”). Walton adalah seorang penaksir harga ladang sebagai jaminan pinjaman, pekerjaan yang tidak seberapa hasilnya selama tahun dua puluhan di Oklahoma, tempat Sam dilahirkan pada tahun 1918. Thomas bekerja dalam jam-jam yang panjang, tetapi dia dan istrinya, Nan, akhirnya memindahkan keluarganya ke sebelah kota kecil di Missouri. Si ayah mengganti karirnya menjadi menjual real estate dan asuransi, dan si ibu memulai bisnis produk susu kecil-kecilan, sedangkan anakanak membantu orang tua mereka mencukupi kebutuhan keluarga, dengan menjual keanggotaan langganan majalah, memerah sapi, dan mengantarkan surat kabar. Sam Walton menuntut pelajaran di Universita Missouri di Columbia, dan mendapat gelar sarjana muda dalam bisnis pada tahun 1940. Dia berpikir ingin kuliah tingkat sarjana di Timur, tetapi dia menerima satu kedudukan sebagai manajer magang di toko J.C. Penney di Des Moines, Iowa. Pemuda yang dikenal dengan sebutan “Hustler” Walton ketika kuliah ini mula-mula ingin segera terjun ke bisnis penjualan eceran. Tetapi dia terkesan oleh toko Penney, terutama oleh falsafahnya tentang pelayanan pelanggan. “Saya tidak memulai karir sebagai bankir atau investor, atau melakukan apa saja selain melayani pelanggan,” Walton kemudian menulis dalam majalah karyawan perusahaan, Wal-Mart World. “Banyak orang yang menjalankan perusahaan besar yang belum pernah menderingkan mesin hitung, dan mereka juga belum pernah melayani pelanggan, maka saya selalu menghargai apa artinya menjadi pelayan toko dan sebesar apa seorang salesman bisa mempengaruhi pelanggan dalam hubungan bisnis.” Tiga tahun sebelum Wal-Mart yang pertama dibuka, Sam dan Helm Walton membeli tanah seluas dua puluh akre di luar Bentonville dan memberikan tugas kepada seorang arsitek yang terkemuka untuk membangun sebuah rumah modern di atas anak sungai. Rumah ini memerlukan biaya $100.000 pada tahun 1959-jumlah yang besar sekali, tetapi itu adalah rumah terakhir yang pernah dibeli oleh pasangan ini. Keluarga Walton tidak pernah menggunakan uang dengan mencolok. Mungkin cocok bagi seorang penjual eceran dengan diskon untuk bersifat agak kikir. Pada puncak kekayaannya yang luar biasa, S.S. Kresge biasa memasukkan kardus ke dalam sepatunya untuk menutup lubangnya. Dia bahkan berhenti main golf pada ronde pertama setelah kehilangan sebuah bola. Sam Walton tidak sepelit itu, tetapi dia
mempunyai rekor hidup sederhana, untuk orang yang kaya. Dia terbang di kelas satu hanya sekali dalam hidupnya (dalam penerbangan panjang dari Amerika Selatan ke Afrika); dalam perjalanan bisnis bersama karyawan lainnya, dia siap mengikuti kebijaksanaan perusahaan menginap berdua sekamar di hotel. Mobil perusahaannya bukan limusin. Bernard Marcus, pimpinan dan pembantu pendiri Home Depot, teringat pergi ke luar untuk makan siang bersama Walton setelah pertemuan di Bentonvolle: “Saya masuk ke mobil pick-up Sam yang berwarna merah. Tidak ada AC, Tempat duduknya berbekas kopi. Dan pada waktu saya sampai ke restoran, baju saya basah kuyup. Dan itulah Sam Walton-tidak suka pamer, tidak sombong.” Pada tahun 1970, Wal-Mart membuat penawaran saham kepada publik. Dana yang terkumpul kira-kira $5 juta untuk membantu enam buah toko lagi dan menyelesaikan pusat distribusi perusahaan yang pertama. Dengan uang ini dan penawaran saham sesudahnya, momentum akhirnya meningkat dan sesuai dengan rencana Walton: Setelah membangun tiga puluh sembilan buah toko dalam dasawarsa pertama, WalMart membangun 452 toko pada tahun tujuh puluhan dan 1.237 toko pada tahun delapan puluhan. Dari tahun 1970 sampai tahun 1990, saham Wal-Mart bukan hanya mengalahkan semua saham lainnya di pasar, tetapi juga mengalahkan impian paling gila mereka yang membelinya. Seratus lembar saham, yang dibeli pada tahun 1970 seharga $1.650, nilainya menjadi $2,6 juta pada tahun 1992. Pada tahun 1973, embargo minyak Arab menyebabkan harga energi melambung. Bagi Wal-Mart, ini merupakan kemunduran yang tidak tepat waktunya. Seperti kebanyakan orang dalam bisnis distribusi, Walton merasa seakan-akan dia seorang sandera bagi inflasi harga yang tidak rasional. Peristiwa ini mengubah caranya menjalankan bisnis. Sesudah krisis minyak, toko-toko Wal-Mart hanya dibangun dalam jarak dua belas jam bermobil dari pusat distribusi yang terdekat. Karena lokasinya berkelompok, maka tokotoko bisa dipasok secara efisien, mengurangi efek keseluruhan dari kenaikan harga bensin. “Pengecer lainnya membangun gudang untuk melayani saluran yang ada,” Forbes melaporkan kemudian, pada tahun 1982, “tetapi Walton menempuh arah yang berlawanan. Dia memulai dengan sebuah gudang raksasa, dan kemudian memunculkan toko-toko di sekelilingnya. “Dan demikianlah, Wal-Mart tidak “menjadi nasional” seketika; rencananya adalah membuat kemajuan yang tetap, satu pusat distribusi pada satu ketika, menjadi wilayah baru. Metode Wal-Mart yang paling disukai adalah melibatkan diri dalam seluruh proses pemabrikan. Pada tahun 1984, Bill Clinton, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Arkansas, menghubungi Wal-Mart meminta bantuan untuk pabrik pakaian di negara bagian itu yang akan kehilangan pelanggannya yang terbesar karena direbut oleh pesaing dari luar negeri. “Kita akan melihat apakah kita bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya,” kata Walton kepada Clinton, setelah membicarakan persoalan ini dnegan para eksekutifnya. Wal-Mart bersiap-siap untuk
menyerahkan kepada pabrik lokal ini seluruh persyaratan untuk membuat kemeja flannel, sebuah pesanan yang sebelumnya dibeli dari Timur Jauh. Pusat distribusi Wal-Mart menjadi faktor menonjol lainnya dalam sistem Wal-Mart. Gudang itu sendiri merupakan bagian dibelakang layanan yang membosankan dari bisnis penjualan eceran. Tetapi pusat distribusi Wal-Mart direkayasa untuk melakukan lebih dari sekedar mengumpankan produk ke toko-toko; gudang dirancang untuk menurunkan biayanya. Pada tahun 1991, Wal-Mart memberikan sebuah hadiah kepada Walton, keberhasilan yang tidak pernah terpikirkan sebelum terjadinya: Wal-Mart mengalahkan Sears sebagai penjual eceran terbesar di seluruh negara. Sepuluh tahun sebelumnya, WalMart mengumpulkan uang penjualan yang tidak seberapa sebesar $2,6 milyar, berbanding dengan penjualan Sears sebesar $20 milyar. Namun pada tahun 1991 penjualan Wal-Mart $32,6 milyar, langsung melampaui penjualan Sears sebesar $32 milyar. WALT DISNEY The Wonderful World of Disney dan merupakan gambaran seseorang yang telah berhasil mencapai segala sasaran cita-citanya. Kehidupan Walt Disney dapat diringkas dalam pedoman yang diikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin suskes, harus bekerja berat, pantang menyerah, dan lebih mengikuti kegandrungan. Walter Elias Disney dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Ibunya, Flora Call, adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney, seorang keturunan Irlandia Kanada Namun ada satu gagasan yang selalu mengusik pikiran Walt Disney gagasan bekerja sendiri terutama karena ia telah mendengar bahwa sebagian karyawan akan tidak diperlukan bila musim sibuk berlalu. Ia gembira dengan prospek itu karena dua hal. Pertama, ia ingin berdiri sendiri, dan kedua, ia sangat ingin melakukan sesuatu yang baru dan orisinil, tidak hanya memenuhi keinginan bos dan para pelanggan. Disney, bersama dengan seorang teman, Ube Iwerks, mendirikan agen seni periklanannya yang pertama. Pelanggannya yang pertama adalah suatu rangkaian restoran. Disney dan temannya berhasil membuat kesepakatan dengan restoran untuk membangun bengkel kerjanya di bangunan restoran baru itu tanpa membayar sedikit pun. Sebagai imbalan, mereka harus membuat poster-poster iklan untuk restoran itu. Di samping bekerja untuk memenuhi kontrak ini, mereka bebas untuk mengerjakan proyek lain. Untuk menarik pelanggan, Walt merancang suatu rencana khusus. Ia akan pergi ke suatu toko atau perusahaan dan mencari tahu apakah mereka mempunyai suatu bagian seni. Orang yang memegang pimpinan mungkin menjawab bahwa bagian itu tidak diperlukan. Lalu Walt akan menawarkan jasanya atas dasar freelance, hubungan lepas. Kalau perusahaan itu tidak mempunyai pekerjaan yang
harus dikerjakannya, tidak apa-apa. Tetapi kapan pun ada pekerjaan semacam itu yang harus dikerjakan, Walt dan temannya siap memberikan jasanya. Dalam waktu singkat, cara kerja semacam itu memungkinkan Walt dan temannya menabung cukup banyak uang yang tak mungkin dikumpulkannya andaikan mereka bekerja pada satu perusahaan saja. Bisnis ini tampak memberikan harapan besar, tetapi pada suatu hari Walt menemukan suatu iklan dalam koran yangmenyatakan bahwa Kansas City Film Ad Company memerlukan seorang kartunis. Ia menghadapi dilema: Apakah ia akan mempertahankan bisnisnya dengan Ube atau akan mencoba memenuhi impian sejak masa kanak-kanaknya untuk membuat animasi kartun? Sekali ia telah menguasai kemahiran baru, tak ada yang akan menghalangi dia memulai usahanya sendiri kembali. Pertimbangan ini mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun 1920, Disney akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah nama bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di seluruh dunia. KC Film Ac Company memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak berapa lama menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir. Walt menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar bohlam! Ketika poster itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul sesuatu yang baru di tempat ini: Saya sudah bosan dengan wajah-wajah cantik ini.” Keorisinilan dan visi Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa teman dan atasan kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh sebab itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk menyempurnakan kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat beberapa lukisan dan seluloid, lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya memfilmkannya. Pimpinan tidak mau mendengar hal semacam itu. Mereka merasa bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup memberikan hasil sampai saat itu. Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik mereka, karena dengan cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia benar. Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa pulang salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak saat itu, Walt Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang. Di sebuah garasi kosong yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian
memperlihatkan hasilnya kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudahsudah. Film kartunnya yang pertama segera diputar di bioskop-bioskop. Pada mulanya kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar penonton terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut film-film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan sejak itu di Kansas City Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik. Dalam waktu singkat Disney menjadi orang terkenal di kota itu. Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Film-film kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor yang lebih luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar $15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi kenyataan pada waktu ia baru berumur 20 tahun. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya. Tetapi sukses tidak terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk memperbaiki hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera mengakibatkan kebangkrutan. Ini merupakan masa suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya akhirnya berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki. Lebih jelek lagi, sekali seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk mandi. Akhirnya ia berhasil mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney. “Mengapa?” tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satusatunya sepatuku ada di tempat tukang sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.” Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa. Ada sebuah gagasan di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua uang di dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna
abu-abu, pemuda kurus kering ini naik kereta api menuju Hollywood. Ia bertekad kuat untuk menjadi orang penting dalam dunia perfilman. Ketika tiba di Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang mengharapkan mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di rumahnya. Walt mulai mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia bekerja apa saja asal ada hubunganya dengan berfilman. Untuk maju dalam suatu bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa pun pengorbanannya. Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film Hollywood. Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney tidak menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil masuk, mengapa ia tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa kalah dan terlantar bila mereka tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang dapat mencari penghasilan dengan cara apa pun dalam masa sulit. Disney selalu berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua. Pengalaman mengajar dia bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia kembali ke papan gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia menggambar film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan Laugh-O-Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga ia membeli berseri-seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in Wonderland yang telah mulai dibuat oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh lebih besar daripada yang diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan sampai tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka lahirlah makhluk kecil cerdik yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey Mouse dengan cepat menjadi bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada banyak bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para prod menyambut kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat. Kira-kira pada waktu itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film bisu. Disney pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode baru untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru untuk memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang baru. Dengan teknik baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua warna. Dalam film Bambi, ia menggunakan 46 rona warna hijau untuk
hutannya. Kartun berwarnanya yang pertama, Silly Symphony, membuat para penggemar film kegirangan. Disney makin menyadari bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih besar, ia harus membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten. Disney merasa bahwa para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan cara-cara tipu daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah dengan mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia memutuskan pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan mengajarkan segala teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah itu segera mulai tampak seperti kebun binatang. Soalnya, untuk membuat tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah mengubah ruang kelasnya menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai binatang yang diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga, makan, dan lainlain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat film-film dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada tahun 1938, Disney memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang pertama, Snow white. Untuk membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun penuh kerja keras. Film tersebut merupakan salah satu karya besarnya. Tidak lama sesudah itu, ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di tempat itu ia akan mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah mencapai apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi. Saya khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya takut terjadinya perubahan mendadak dalam situasi ini. Setelah Perang Duinia II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari ketentaraan untuk membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis makin sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada keahlian seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering membongkar-bongkar keranjang sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya untuk meneliti apa yang ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali mengandung gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.
Pada tahun 1950-an, impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang. Pada waktu itu, semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini gila-gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat menjadi kenyataan. Gagasan menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan kedua putrinya, Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt Disney akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau apa pun dapat mengubah keputusannya. Disneyland akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari besar bagi Walt Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini tidak akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan terus-menerus. Pada tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250 juta. Ketika Walt Disney meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah seorang penciptanya yang paling besar. Dua prinsip penting telah memotivasi seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan percaya akan gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima doktor honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia terkaya di dunia. Ia telah mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya yang paling muluk. MOORYATI SUDIBYO Soedibyo, kelahiran Sleman. Yogyakarta, sarjana tekstil pensiunan pejabat tinggi departemen perindustrian. Sedang istrinya, yang mungkin lebih banyak diketahui, cucu Raja Surakarta Susuhunan Paku Buwono X. Pribadi mandiri yang sejak usia tiga tahun telah digembleng neneknya, tinggal bersama di Keputren Keraton. Sebagai wanita pengusaha, Mooryati adalah produsen berbagai ragam jamu dan kosmetika tradisonal, plus sekian banyak usaha bisnis lainnya. Mooryati sangat bersemangat dalam memajukan usahanya. Sesuatu yang wajar. Bahkan sesungguhnya harus menjadi jati diri setiap pengusaha. Apalagi karena sifat bisnisnya sebuah produk, menjadi tidak relevan tuduhan menerima fasilitas. Sebab dalam hal ini, tingkat keberhasilan justru akan tergantung kepada penerimaan masyarakat pengguna produknya. Sekalipun menikmati fasilitas berlimpah, banyak
produk sejenis juga bertebaran di masyarakat. Pandangan masyarakat menjadi batu ujian, kualitas produknya baik atau jelek, punya daya saing atau tidak. Ada ungkapan klasik. Nabi tidak dikenal di kampungnya sendiri. Tahun lalu. Mooryati meraih penghargaan dari The Asian Institute of Management (AIM) di Manila. Philipina. Mooryati terpilih selaku seorang wanita pengusaha. Asia yang berhasil menerapkan prinsip manajemen modern (meski produknya tradisonal) dalam bisnis. Penghargaan ini membuktikan, sebagai wanita pengusaha, lewat penilaian para ahli manajemen Asia, Mooryati terbukti telah berada di jalur yang benar.” Mooryati sekarang ini paling tidak tercatat sebagai direktur utama dari empat perusahaan raksasa. Bisnis utamanya, produsen jamu dan kosmetika tradional, tetap menjadi andalan. Alumni jurusan bahasa Inggris. Universitas Saraswati Solo dan pemilik ijazah tingkat V Aliance Francaise ini, pada kenyataannya juga memimpin perusahaan yang bergerak dalam bidang gedung perkantoran serta hotel berbintang. Malahan bulan lalu, di tengah kinerja berbagai bank merosot, Mooryati malahan menguasai sebuah bank papan atas. “Ah…tapi bank tersebut tidak saya beli sendirian. Saya tetap hanya dodol jamu, berjualan jamu saja,” katanya berkilah. Roma memang tidak dibangun dalam sehari. Demikian pula kerajaan bisnis Mooryati tidak tercipta dalam sekejap. Segala macam sukses pada hari ini, bertolak belakang dengan suasana ketika pertengahan tahun 1973 Mooryati dengan modal Rp. 25.000,- merintis bisnis dengan meramu sendiri minuman beras kencur di garasi rumah, bersama dua orang pembantunya. “Saya sengaja membikin beras kencur, karena paling gampang. Bisa dikerjakan malam hari, paginya langsung saya bawa ke arisan atau ditawarkan dari rumah ke rumah…”. Untuk menjamin mutu, bahan bakunya dibeli dari Solo, Jawa Tengah. Masa itu Mooryati harus pulang balik Jakarta-Solo sekali seminggu naik bis malam, karena modal terbatas. Dia juga harus membawa uang kontan, karena para penjual bahan (jamu) belum mengenalnya. “Semuanya saya jalani dengan ikhlas…”.
Ketekunannya berusaha bisa menjadi teladan. Tanpa menyerah, Mooryati secara cermat terus mengembangkan industrinya, terus memperluas pasar dan menapak ke atas. Dua tahun setelah produk beras kencurnya dimasyarakatkan, dengan pembantu berkembang menjadi sepuluh orang, produknya berjumlah enam macam. Tetapi baru setelah lima tahun berjalan, dengan karyawan sekitar 50 orang, produksinya mulai masuk ke salon-salon kecantikan. Berkembangnya
produksi
penyebab
munculnya
konflik
situasi.
Para
karyawannya harus bekerja sampai malam, mereka ikut tidur di rumah pribadinya yang sempit di Jalan Sawo. “Privacy keluarga mulai terganggu.” Di setiap tempat banyak tumpukan botol atau bahan mentah jamu berserakan, di segala sudut rumah ada orang bekerja. Maka saya segera putuskan, membikin pabrik di Ciracas. Diresmikan pada tanggal 8 April 1987 oleh Menteri Kesehatan Soewardjono Soeryaningrat..” Berbareng dengan tumbuhnya kesadaran untuk kembali ke alam, jamu dan kosmetika tradisional buatan Mooryati mulai berkembang pesat. Produksinya tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat, namun juga telah diterima luas sejak dari Jepang sampai negara-negara di Timur Tengah. Jamu tradisional tidak lagi sekedar hanya merupakan industri rumah tangga, melainkan sudah tumbuh menjadi industri sekaligus eksportir raksasa. Lahir di Solo pada tanggal 5 Januari 1928, usianya yang sudah mulai senja sama sekali tidak pernah menyurutkan langkahnya. Mooryati masih selalu tangkas, setangkas tokoh wayang Srikandi idamannya. Apa resepnya meraih keberhasilan? Matanya langsung bersinar. Cepat sekali jawaban Mooryati, “Singkat saja, tekun dan sabar. Kalau itu bisa dihayati, semua impian akhirnya pasti terwujudkan…”.
ALIM MARKUS
Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Di Jawa Timur, orang mengenal nama Maspion sebagai kelompok usaha besar, yang menjamah berbagai bidang usaha: industri peralatan rumah tanga, elektronik, perbankan, real estate hingga perbisida. Sedangkan Alim Markus dikenal sebagai Presiden Direktur Grup Maspion, yang mampu melambungkan nama Maspion sebagai salah satu kelompok usaha yang paling bersinar di Jawa Timur. Perkembangan Grup Maspion yang makin pesat belakangan ini memang tidak lepas dari sentuhan tangan dan kegigihan Alim Markus. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan pendidikan dan masa kecilnya untuk mulai berkiprah di dunia bisnis. “Saya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMP karena keburu membantu usaha orang tua,” menurut Markus. Ya, pada usia 15 tahun, sebagai anak tertua Alim Markus, lelaki yang kini berusia 44 tahun itu diminta untuk membantu bisnis keluarganya, PT Logam Djawa – produsen peralatan rumah tangga sederhana yang terbuat dari alumunium, seperti panci dan wajan. Mulailah Remaja cilik Markus meninggalkan pendidikan formal di Sekolah, dan memasuki ajang pendidikan yang lebih luas: dunia bisnis. Ia keluar masuk pasar dan toko untuk menjajakan barangnya. Bertemu dengan berbagai macam orang, dengan karakternya yang beragam. Dari pergaulan itulah ia menimbah ilmu yang tidak pernah diajarkan di Sekolah. Selain itu, karena merasa pendidikan formalnya kurang, Markus pun mau bersusah payah menambah ilmu di sela-sela kesibukannya menjalankan roda usaha. Ia mengambil berbagai kursus. “Pengetahuan saya dari Sekolah kan sangat minim, mau nggak mau saya harus belajar sendiri,” ujarnya. Maka, ia pun sibuk belajar akuntansi, bahasa Inggris dan Jepang – belakangan ia juga belajar bahasa Korea dan Jerman. Karena perusahaannya masih kecil, Markus pun kemudian menjelajah berbagai aspek dalam pengelolaan usaha. Selain menangani pemasaran dan distribusi, ia pernah menjadi kasir, pemegang buku, dan pekerjaan lainnya. “Karena saya membantu perusahaan sejak kecil sampai besar, maka saya mengalami semua seluk beluk perusahaan,” kata Markus. Berkat gemblengan masa lalunya, hingga kini Markus selalu ingin mengetahui bagaimana perkembangan bisnisnya. Jadi, misalnya, ketika berjalan-jalan di pabrik, ia bisa tahu berbagai proses produksi yang dijalani. Ia memang ingin mengetahui segala sesuatunya secara rinci. “Kita harus mengetahui dan menguasai semua bidang pekerjaan,” kata Markus. Tapi, itu tidak berarti dengan mengetahui secara mendalam semuanya lalu Markus mengerjakan sendiri. “Sebagai pimpinan kita harus bisa Mendelegasikan wewenang,” tuturnya. Cuma ia punya sikap yang jelas, Mendelegasikan wewenang adalah suatu keharusan, tapi dia tetap harus tahu secara rinci. “Kan banyak pengusaha yang bersikap, ‘Ngapain saya tahu secara detail, saya serahkan saja kepada orang sudah cukup.’ Nah, yang seperti itu bukan pengusaha betul. Kita boleh mengetahui, tapi jangan dikerjakan sendiri. Kalau dikerjakan sendiri, kapan selesainya dan kapan memimpin orang lain.” Agaknya, keterlibatan total Markus dalam pekerjaannya itulah yang membuat perusahaan keluarga Alim terus berkembang. Keinginan Markus untuk maju juga kian menggebu-
gebu. Seiring dengan perkembangan usaha, Markus makin rajin menimbah ilmu dari berbagai sumber: mulai dari kursus-kursus (kalau perlu ke luar negeri) hingga berbagai seminar, dan pergaulan dengan kalangan bisnis. Ia pun kerap menyerap gagasan dari berbagai buku yang dibacanya. Kenapa Markus demikian bersemangat menempah diri? “Orang yang tanpa pengetahuan tidak akan menjadi profesional,” kata Markus. Tapi, pengetahuan saja dianggap tidak cukup. Profesional saja masih kurang. Harus ada faktor lain, yakni punya kemauan keras, disiplin, dan ketekunan. “Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu tidak betul, harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah. Dan yang tak kalah penting kemampuan membawahkan (leadership),” kata Markus, membeberkan kiatnya memimpin Maspion. Belajar sambil berbisnis itulah yang menempahnya hingga cepat matang. Tak heran jika dalam usia yang masih cukup muda, 30 tahun, Alim Markus pun tampil sebagai Presdir Grup Maspion, menggantikan posisi ayahnya pada 1980. Ketika itu, nama Logam Djawa tidak lagi “berbunyi”, karena sejak 1971 Markus bersama ayahnya mendirikan PT Maspion Plastic & Metal Manufacturing. Sejak itu nama Maspion berkibar, dikenal sebagai produsen alat-alat rumah tangga yang terbuat dari plastik dan alumunium. Di industri plastik, yang dihasilkan Maspion bukan Cuma rantang atau termos dan berbagai macam peralatan rumah tangga lainnya, tapi juga pipa PVC. Bahkan lebih ke hulu lagi, masuk ke produk bijih plastik. Demikian pula di alumunium, yang dihasilkan bukan lagi panci-panci sederhana, tapi dengan bahan yang lebih baik, stainless steel dan peralatan rumah tangga berlapis Teflon, serta aluminium untuk konstruksi. Kini, puluhan perusahaan bernaung di bawah bendera Maspion – kepanjangan nama Mas Pionir. Karyawannya yang tersebar di tiga lokasi pabrik (Maspion Unit I, II dan III) ada 20.000 orang. Untuk memimpin perusahaan sebesar itu, Markus dibantu adik-adiknya: Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa. Seperti diketahui, Grup Maspion dibagi dalam beberapa divisi. Dan di setiap divisi, Markus berduet dengan salah satu adiknya. Misalnya, di Indal Alumunium Industry, penghasil peralatan rumah tangga dan berbagai jenis produk alimunium lainnya, Markus bersama Prakasa tampil sebagai pemimpin. “Kalau saya tidak ada, misalnya sedang keluar negeri, maka yang menangani perusahaan ya Pak Markus,” kata Prakasa. Saudaranya yang lain hanya sebatas pemegang saham. “Saham yang dimiliki sama besarnya, hanya saya yang lebih tinggi 5% di bandingkan adik-adik saya untuk setiap perusahaan Grup Maspion,” kata Markus. Dengan pembagian wewenang seperti itu, proses pengambilan keputusan bisa cepat. Misalnya, kalau ada usul untuk mengembangkan usaha di Indal, maka yang berbicara cukup Markus dengan Prakasa. Jika keduanya sepakat, rencana pun dijalankan. Jika tidak, maka perbedaan yang muncul di bawa ke rapat setiap Senin. Rapat yang diselenggarakan di kantor pusat Grup Maspion ini – di Jalan Kembang Jepun, Surabaya – juga dihadiri oleh pemegang saham mayoritas (50%) Grup Maspion, Alim Husein. Di situlah keluarga Alim (Alim Husein, Alim Markus, Alim Mulia Sastra, Alim Satria, Alim puspita dan Alim Prakasa) membicarakan berbagai
hal penting yang menyangkut perkembangan Maspion. Bagi Prakasa, peran paling penting dari Markus dalam pengembangan bisnis Maspion adalah penataan sistem manajemennya yang dilakukan pada tahun 1980-an. “Pak Markus sangat memperhatikan penataan ini, mulai dari sistemnya hingga pengadaan perangkat komputer pada tahap awal pengembangan perusahaan,” kata Prakasa, yang baru terjun ke bisnis setelah meraih gelar MBA dari Kanada. Dalam mengembangkan usaha, Markus sangat selektif memilih mitra bisnis. “Kami selalu memilih mitra bisnis yang terbaik di bidangnya,” kata Markus. Umpamanya, Maspion menggandeng Du Pont (Amerika Serikat) yang memiliki teknologi Teflon – kemudian melebar ke industri agrokimia. Dan bermitra dengan Samsung (Korea Selatan) Maspion masuk ke industri elektronik dan electric home appliance, seperti kipas angin dan Setrika. Contoh lain, Raksasa Marubeni diajak bermitra untuk menghasilkan produk antikarat. Ketika membidik industri melamin, Maspion memilih mitra dari Thailand. “Peralatan makan melamin yang dihasilkan perusahaan Thailand itu paling tinggi mutunya di dunia,” kata Markus. Dengan memilih mitra yang paling menonjol prestasi teknologi atau penguasaan pasarnya, Maspion akhirnya mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Itu sebabnya, pesanan dari mancanegara mengalir ke Maspion. Sebuah jaringan toserba di AS, misalnya, memesan peralatan masak yang khusus dipasarkan di Negara Paman Sam itu – Master Cuisine 9000. Maspion kini sudah besar. Dan itu terjadi karena strategi ekspansi yang diterapkan Markus cukup mengena. “Kami menganut falsafah kalau kami menanam padi, hasilnya pun padi. Kalau kami menanamnya banyak, hasilnya juga banyak,” kata Markus. Jelas, bahwa di bawah kepemimpinan Markus, Maspion akan terus melakukan ekspansi, baik yang masih berkaitan dengan bisnis yang kini ditangani, atau sama sekali bidang usaha baru. Jangan tanyakan apa bisnis inti Grup Maspion. Sebab, bagi Markus, “Core business adalah bisnis yang bisa dikuasai.” Jadi, semua usaha yang dimasuki Maspion adalah bisnis inti. “Konsep saya lain. Kalau kami bisa bersaing dengan orang lain, itulah bisnis inti kami. Jadi, tak berarti saya hanya terjun ke satu industri, tanpa mengembangkan yang lain,” tuturnya serius. “Namanya usaha, ya segala bidang kami masuki,” ujarnya lagi. Bagi Markus, pengembangan usaha adalah hal yang perlu terus menerus dilakukan. Ibarat menanam pohon, kalau hanya bisa menanam lima pohon, lima itulah yang dipelihara sehingga manjadi besar. Setelah berbuah, tanam lagi pohon lain agar pohon yang ada di lahan usahanya bisa berkembang terus. “Dan di bidang itu kami harus menjadi market leader,” katanya. Itu dibuktikan dengan penguasaan pasar plastik peralatan rumah tangga nasional sebesar 30%, pipa PVC 40%, dan alumunium sheet 80%. Namun Markus juga sangat menekankan bahwa dalam pengembangan bisnis tidak perlu serakah. Sebab, kalau serakah, bisa diibaratkan, “Kita ingin menanam pohon sebanyak-banyaknya, tapi kewalahan menyirami dan memupuknya, sehingga hasilnya menjadi jelek.” Dalam menangkap peluang bisnis. Markus mengumpamakan seperti memburuk burung. Dan sebagai pemburu peluang, senjata utama pengusaha
adalah permodalan. “Tanpa modal, kan tidak mungkin menjalankan usaha. Modal ini pun harus diakumulasikan, karena dengan modal kecil, usaha yang bisa dimasuki juga kecil,” kata Markus. Sedangkan kemampuan manajemen diibaratkan sebagai kemahiran menembak. “Kita harus aktif. Peluang usaha adalah burung yang harus dikejar,” ujarnya. Nah, dalam memburu peluang itu, ketepatan waktu juga penting. Sebab, kalau tidak tepat, misalnya membidik terlalu lama, bisa saja tiba-tiba burung tersebut terbang dan kesempatan pun menghilang. “Harus punya keberanian untuk menembak pada saat yang tepat,” kata Markus. Dalam bekerja, semangat efisiensi sangat mewarnai gaya kerja dan penampilan Markus. Ruang kerjanya, misalnya, tidak terlalu besar dan transparan dengan dinding dari kaca tebal. Orang yang lalu lalang di depanya akan mengetahui apakah Markus ada di ruangan atau tidak. Apalagi pintu ruang kerjanya selalu terbuka. Semangat keterbukaan? Tidak persis dimaksudkan begitu. Yang diutamakan efisiensi. “You buka pintu saja sudah kehilangan waktu sekian detik. Kan sayang. Biarkan saja pintu terbuka, toh tidak ada nyamuknya,” kata Markus. Ia pun tidak khawatir gerak-geriknya terlihat oleh bawahannya. “Kalau sama karyawan tidak apa-apa. Tamu kan tidak akan nyelonong begitu saja karena sudah sering di bawah. Sekretaris saya pun bisa menghadap orang sembarangan,” kata Markus. Kepercayaan Markus pada “filternya” memang tidak belebihan. Begitu masuk ke kantor pusatnya di lantai pertama, orang akan segera berhadapan dengan petugas yang akan menanyakan maksud kedatangan orang itu. Jika diizinkan bertemu dengan bos Maspion, tinggal naik tangga ke lantai dua, dan akan berhadapan dengan empat, ya empat sekretaris Alim Markus. “Sekretaris saya memang empat. Tapi semuanya efisien, bekerja penuh. Coba you lihat kalau masuk ke kantor saya, tidak ada orang yang membaca koran. Semua bekerja,” kata Markus. Tidakkah pekerjaan para sekretaris itu bertabrakan satu sama lain? “Tidak. Pekerjaan kami terbagi dalam beberapa masalah. Apalagi Maspion kan perusahaan besar, ada puluhan perusahaan, sehingga permasalahan pun banyak,” kata Wati, yang mengurus bidang umum. Sedangkan untuk urusan jadwal kegiatan Markus, Catherine yang mengatur. Begitulah, jika di luar kantor, atau sedang melaju di atas mobilnya, Markus tinggal mengecek kepada Catherine, apakah ada orang yang mencarinya. Jika ada, ia tinggal menghubunginya. Atau menanyakan persoalan yang mesti diselesaikan pada sekretaris lain jika menyangkut bidang usaha yang dibawahinya. Soal real estate, misalnya, akan langsung berhubungan dengan Setyowati. Markus, efisien menggunakan waktunya. Setiap hari, bangun pukul 5.00, lalu segera meluncur ke lapangan golf. Dari tempat olah raga, ia tidak balik ke rumah. “Saya mandi dan sarapan di tempat golf, dan langsung ke kantor,” kata Markus. Sebelum pukul 08.00 Markus sudah tenggelam dalam urusan kantor hingga sore hari. Karena itu, sepulang kerja, waktunya dicurahkan untuk keluarga. Markus pantang membawa pekerjaan ke rumah. Demikian pula isterinya, Srijanti, sama sekali tidak pernah menjamah atau merecoki pekerjaan suaminya atau urusan kantor. Jadi, setelah pulang
dari kantor, di rumah waktu Markus dihabiskan untuk keluarga, dengan sang isteri dan dua anaknya yang masih kecil. Lima anaknya yang lain bersekolah di Singapura. Praktis rumah di atas lahan seluas 1.800 meter persegi luas bangunannya sekitar 250 meter persegi yang ditata apik itu terasa lengang. Dengan 47 pabrik dan 20.000 karyawan, sebenarnya Maspion dan keluarga alim sudah boleh disebut sukses. Toh, Alim Markus masih merasa bisa mengembangkan kelompok usahanya untuk menjadi lebih besar lagi. Di benaknya sudah tergambar “peta” perkembangan yang akan ditempuh dalam 5 – 10 tahun mendatang. “Jika disituasi ekonomi dan politik tetap stabil seperti sekarang, kami bisa terus berkembang dan menampung tenaga kerja sampai 50.000,” ujarnya. Impian yang cukup “berani”. Soalnya, jangankan mengurus karyawan puluhan ribu, mengelola karyawan yang jumlahnya ratusan saja bisa bikin kelenger.apalagi kalau muncul aksi mogok. Maspion pun pernah merasakan bagaimana kacaunya situasi ketika para pekerja mogok pada tahun 1993 lalu. Jika di perusahaan lain tuntutan utama pemogokan biasanya menyangkut penyesuaian upah atau gaji, di Maspion lain, karena tingkat upah di kelompok perusahaan ini memang selalu di atas upah minimal yang ditetapkan Pemerintah. Justru karena upahnya yang sudah lumayan itulah, Maspion terhindar dari pemogokan. Ketika aksi mogok merebak di Surabaya, seorang pejabat di sana menunjuk Maspion sebagai contoh perusahaan besar yang tak pernah dilanda pemogokan, dan meminta pengusaha di Surabaya mencontoh Maspion. Markus ingat persis omongan pejabat itu diucapkan pada bulan Juni 1993. “Eh, tak tahunya pada bulan Juli karyawan Maspion mulai mogok,” kata Markus. Yang menyulut pemogokan, menurut Markus, karena persoalan normatif. Para karyawan meminta agar pimpinan pabrik salah satu unit usahanya dipecat. Alasannya, kepala pabrik tersebut terlalu singkat memberi waktu istirahat, Cuma 39 menit, yang dinilai para karyawan tidak cukup untuk dipakai makan siang dan sembahyang. Apalagi jika hari Jum’at, karyawan harus pontang-panting makan dan sholat Jum’at. Telat sedikit, mereka disemprot pimpinan, lengkap dengan ancaman pemecatan. Situasi itulah yang membuat karyawan mangkir kerja. Markus akhirnya mencopot pimpinan pabrik yang sok kuasa itu, dan memutasikannya ke bagian lain. Ternyata kejadian itu diikuti oleh karyawan bagian lain. Mereka merasa mendapat angin mogok dan meminta pimpinan yang tidak disukai dipecat. Sialnya, ketika aksi mogok digelar terjadi kebakaran di tiga pabrik, “Di Maspion unit 1 kan ada 15 pabrik, yang mogok itu empat pabrik,” kata Markus. Permintaan para karyawan untuk memecat atasannya masing-masing di pabrik kedua, ketiga, dan keempat, ditampik Markus. Ia meminta supaya perselisihkan antara karyawan dan pimpinannya diselesaikan secara hukum. “Siapa yang merasa dirugikan, silakan melapor ke Depnaker atau melalui kepolisian dan ke pengadilan,” kata Markus. Kejadian itu memberi hikmat kepada Markus untuk lebih memperhatikan aspek nongaji karyawannya. Markus, kini setiap Sabtu sore 200 – 300 karyawan Maspion Unit 1 diangkut untuk berolahraga; senam atau lari atau pertandingan antarpabrik. “Mereka
berolahraga dan kami menghitung waktu olahraga itu sebagai lembur,” kata Markus. Saat berolahraga itulah, kebersamaan karyawan dengan pimpinannya digalang. Energi para karyawan yang masih muda-muda pun tersalur secara positif.
MOCTAR RIADY : SEORANG KONGLOMERAT YANG VISIONER Orang banyak mengenal Mochtar Riady sebagai seorang praktisi perbankan jempolan dan seorang konglomerat yang visioner, pandangannya yang jauh ke depan dan sarat dengan filosofi menjadi panutan banyak para pengusaha dan para pelaku pasar. Kali ini kita akan menyoroti jalannya meniti sukses,yang tentu saja tidak semudah dibayangkan oleh banyak orang. LECTURE RESUME - Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Riady yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan karena setiap hari ketika berangkat sekolah, dia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian parlente dan kelihatan sibuk. Riady adalah anak seorang pedagang batik. Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina, di sana ia kemudian mengambil kuliah filosofi di University of Nanking .Namun, karena ada perang, Riady pergi ke Hongkong hingga tahun
1950
dan
kemudian
kembali
ke
Indonesia.
Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung karena profesi bankir menurut ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka saat itu sangat miskin. Pada tahun 1951 ia menikahi seorang wanita asal jember, oleh mertuanya, Riady diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Riady telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh keluarganya. Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas.
Untuk mencari relasi, Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai saat itu,Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan keinginannya itu. Suatu saat temannya mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau saat itu dia tidak punya pengalaman sekalipun. Riady berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur di bank tersebut. Di hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet, dia tidak bisa bagaimana cara membaca dan memahaminya, namun Riady pura-pura mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam dia mencoba belajar dan memahami balance sheet tersebut,namun sia sia, lalu dia meminta tolong temannya yang bekerja di Standar Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti. Akhirnya dia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari bagian kliring, cash, dan checking . Selama sebulan penuh Riady belajar dan akhirnya ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan setelah membayar seorang guru privat ia akhirnya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana, kemudian di tahun 1971, dia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam mengembangkan sebuah bank, dia memiliki filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi memiliki karakter yang baik, Lian adalah kejujuran sedangkan Dje adalah memiliki rasa
malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan seringkali membuat orang kagum, dia dapat dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya. Salah satu contohnya ketika dia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di UI, disitu dia dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana. Pertama, dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut maka para nasabah yang memiliki kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya. Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal jaminan, namun karena bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memberikan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis orang mengenal siapa Mochtar Riady. Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai. Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.
Di BCA Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun. Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp 257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat ini Group Lippo memiliki lima cabang bisnis yakni : 1. Jasa keuangan : perbankan, reksadana, asuransi, manajemen asset,sekuritas 2. Properti dan urban development : kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri. 3. Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi. 4. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling. 5. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.
BELAJAR DARI KEPEMIMPINAN CHENG HO Pendaratan Cheng Ho di Semarang akan diperingati secara besar-besaran. Cheng Ho adalah bahariwan besar, mendahului para pelaut besar Eropa seperti Columbus dan Vasco da Gama. Armadanya juga jauh lebih besar, 200 kapal (bandingkan dengan Columbus yang hanya 3 kapal). LECTURE RESUME - Memimpin tujuh kali ekspedisi mengarungi jarak lebih dari 50 ribu kilometer pada kurun waktu itu adalah prestasi yang fenomenal, membutuhkan kepemimpinan yang sangat kuat. Enam ratus tahun yang lalu, memimpin armada yang melibatkan 200 kapal dengan 27 ribu awak kapal tentu bukan hal yang mudah. Kepiawaian seorang pemimpin yang disertai oleh managerial skill yang sangat tinggi. Dia tentu memiliki visi yang kuat dan merasuk kepada segenap pengikutnya, shared vision. Sehingga ia mampu memobilisasi pengikutnya dalam koordinasi yang bagus. Misi yang diembannya juga tergolong mulia. Bayangkan saja jika armada yang dipimpinnya saat itu menyerang dan menjajah negeri ini. Dengan melihat perbandingan kekuatan yang ada, secara teknis armada Cheng Ho mempunyai peluang cukup besar untuk memenangkannya. Tetapi yang mereka lakukan justru menebar misi damai. Sebuah misi untuk menunjukkan keagungan dinasti Ming dan ketinggian kebudayaan Tiongkok. Dalam menjalankan misinya, ia mengedepankan pendekatan multikulturalisme. Ia menghormati dimensi kultural yang dianut masyarakat setempat berupa bahasa, nilainilai, pola berpikir, agama, artefak, dan orientasi terhadap waktu dan ruang. Penghormatan terhadap perspektif lain ini membantu memotret situasi dengan tepat secara cepat (quick to see). Sikap ini mendatangkan pemahaman dan kearifan dalam menyikapi perilaku dan sikap pada konteks budaya yang berbeda (quick to learn). Hal ini menjadi faktor kritis yang meningkatkan fleksibilitas dalam bertindak (quick to decide) dan berinteraksi sehingga terbinanya hubungan yang erat tanpa mengesampingkan pencapaian hasil yang diinginkan. Penggunaan soft power seperti ini menuntut kerja keras dari seorang pemimpin lebih dari penggunaan kekerasan itu sendiri. Betapa tidak, ia harus dapat meyakinkan anak buahnya bahwa cara ini dapat berhasil. Dengan berbagai tantangan dan cobaan yang dihadapi, ia harus dapat memupuk keyakinan tersebut dan memelihara semangat untuk berusaha mencapainya. Sebagai pemimpin, komitmennya menjadi acuan dalam menggerakkan komitmen anak buahnya. Dari perjalanan waktu untuk mencapai tujuan tersebut selalu berhadapan dengan proses perubahan, baik perubahan internal maupun perubahan eksternal. Kadang-kadang perubahan itu bersifat ekstrim sehingga menimbulkan krisis yang dapat menimbulkan keraguan dan pesimisme. Padahal, antusiasme memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan. Sudah menjadi tugasnya selaku pemimpin untuk selalu meniupkan rasa antusias kepada seluruh anak buahnya. Kemampuan memotivasi, memberi teladan, dan memberi inspirasi menjadi tuntutan yang tak terelakkan. Secara nyata toleransi dan empati ditunjukkannya dalam banyak hal, bukan sebatas retorika belaka.
Ada kisah menarik dalam kunjungannya ke Majapahit yang saat itu sedang dilanda perang saudara dengan kubu Blambangan. Ketika berada di pantai Utara Jawa, orang kedua dalam armada itu, Wang Jinghong, menderita sakit keras. Beberapa sumber sejarah mengatakan sakit cacar air yang parah, dan tergolong penyakit menular. Mengingat kondisi kesehatan orang kepercayaannya, Cheng Ho menurunkan Wang Jinghong di Pelabuhan Simongan (sekarang bernama Mangkang) Semarang. Di situ Wang Jinghong dirawat di dalam sebuah gua untuk menghindarkan penularan penyakit ke anak buahnya yang lain. Bahkan, beberapa sumber menyatakan bahwa dengan tangannya sendiri Cheng Ho merawatnya, termasuk meramu obat-obatan untuknya. Bayangkan, seorang laksamana yang memimpin tidak kurang dari 30,000 orang dalam lebih dari tujuh puluh kapal dalam suatu misi yang penting begitu memperhatikan orang kepercayaannya. Selama ia merawat Wang Jinghong, kendali armadanya ia serahkan pada orang yang ditunjuknya. Padahal dengan kekuasaannya, mudah saja bagi laksamana Cheng Ho untuk menunjuk anak buahnya untuk merawat Wang Jinghong sementara ia tetap memimpin armada lautnya. Saat kondisi Wang Jinghong membaik, Ceng Ho meninggalkannya berikut 10 awak kapal untuk menjaganya. Ia kembali memimpin armada lautnya untuk melaksanakan misi utama yang diembannya setelah memastikan bahwa wakilnya ini sudah dalam kondisi aman dan tinggal menunggu pemulihan saja. Integritas kepemimpinan Cheng Ho yang ditunjukkan dalam kepeduliannya terhadap Wang Jinghong sebagai wakilnya sangat dirasakan oleh semua anak buahnya. Sebagai gantinya, ia juga mendapatkan tidak saja respek tetapi totalitas dari seluruh anak buahnya. Tidak heran jika Laksamana Cheng Ho sukses dalam setiap kesempatan. Bahkan, sebagai tanda terima kasih kepada Cheng Ho, Wang Jinghong mendirikan patung Cheng Ho di gua Simongan. Itulah awal legenda patung Sam Po Kong yang kemudian menjadi asal muasal Kelenteng Sam Po Kong Semarang yang setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek ramai dikunjungi orang. Kepemimpinan Cheng Ho, sungguh layak untuk diteladani. HIASAN HEWAN NAN INDAH DARI LIMBAH KALENG Liputan6.com, Magelang: Ide memulai sebuah usaha bisa datang dari suatu ketidaksengajaan. Inilah yang dialami Kusnodin, warga Ngadirejo, Magelang, Jawa Tengah. Pria ini membuka usaha kerajinan berbahan kaleng bekas berawal dari ulah tikus pada 1986. Namun siapa sangka, ulah tikus yang merusak kaleng-kaleng justru berbuah ide untuk menghasilkan Rupiah. Limbah kaleng oli, biskuit, atau tiner disulap menjadi berbagai bentuk hewan. Bahan pendukungnya juga tidak sulit diperoleh. Biasanya Kusnodin hanya membutuhkan kayu untuk membentuk badan, besi berlapis plastik untuk bagian kaki, dan jepitan dari fiber glass.
Tapi ternyata untuk membuat bentuk-bentuk unik itu harus melewati proses yang cukup rumit. Sebelum dipotong, kaleng dicuci terlebih dahulu menggunakan minyak atau tiner. Kemudian dibentuk lembaran selebar empat sentimeter. Lalu lembaran kaleng dibuat serpihan alias dirajang dan dipelintir. Proses selanjutnya tergantung pada bentuk yang diinginkan. Saking rumitnya, Kusnodin harus membagi para pekerjanya ke dalam beberapa bagian tugas. Ada yang merajang, memelintir kaleng, merakit bulu serta bodi, mengecat, dan sebagainya. Langkah itu diterapkan lantaran membutuhkan banyak orang serta ketelitian yang tinggi. Namun dengan cara itu, kesempurnaan produk bisa tercipta lewat tangan-tangan kreatif Kusnodin dan para pekerjanya. Dua Manusia Super Siang ini 6 February 2008, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka mahluk mahluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan SetiaBudi, dua sosok kecil berumur kira kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan “Terima kasih Oom !” Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka. Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan. Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayut langit Jakarta. “Terima kasih ya mbak … semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah. “Maaf, nggak ada kembaliannya … ada uang pas nggak mbak ?” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter. “Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan ?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah. “Nggak punya!”, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata
“Ambil saja kembaliannya, dik !” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur. Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja , nggak apa..apa ambil saja !”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !” Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka. Uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar “Om, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !” “Eeh … nggak usah … nggak usah … biar aja … nih !” saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, “Nanti dulu Om, biar ditukar dulu … sebentar.” “Nggak apa apa, itu buat kalian” lanjut saya. “Jangan … jangan oom, itu uang oom sama mbak yang tadi juga” anak itu bersikeras. “Sudah … saya ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas !”, saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat. Secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya. “Ini deh om, kalau kelamaan, maaf ..”. Ia memberi saya delapan pack tissue. “Buat apa ?”, saya terbengong “Habis teman saya lama sih oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu”. Walau dikembalikan ia tetap menolak. Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah. “Terima kasih Om !”..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan, “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil yang lain menyahut, “Lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin …….”. Percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan.
Tuhan …… Hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang tissue. Dua anak kecil yang bahkan belum baligh, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu belia. YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO Engkau hanya semulia yang kau kerjakan. Prabowo Subianto Sang Jenderal Putih Februari 15, 2008 · 39 Komentar Pensiun dari dinas militer, Prabowo beralih menjadi pengusaha. Ia mengabdi pada dua dunia. Nama mantan Pangkostrad dan Danjen Kous ini kembali mencuat, menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di Jakarta, dia terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan Siswono Yudo Husodo dengan memperoleh 309 suara, mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total 325 suara. Putera begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini telah kembali ke ladang pengabdian negerinya. Tak berlebihan untuk mengatakannya demikian. Maklum, kendati sudah hampir tiga tahun pulang ke tanah air – setelah sempat menetap di Amman, Yordania – Prabowo praktis tak pernah muncul di depan publik. Apalagi, ikut nimbrung dalam hiruk-pikuk perpolitikan yang sarat dengan adu-kepentingan segelintir elite. Mantan menantu Soeharto ini lebih memilih diam, sembari menekuni kesibukan baru sebagai pengusaha. ”Kalau bukan karena dorongan teman-teman dan panggilan nurani untuk ikut memulihkan negara dari kondisi keterpurukan, ingin rasanya saya tetap mengabdi di jalur bisnis. Saya ingin jadi petani,” ucap Prabowo.Diakui, keikutsertaannya dalam konvensi Partai Golkar bukan dilatarbelakangi oleh hasrat, apalagi ambisi untuk berkuasa. Seperti sering diucapkan, bahkan sejak masih aktif dalam dinas militer, dirinya telah bersumpah hendak mengisi hidupnya untuk mengabdi kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Prabowo sangat mafhum, menjadi capres – apalagi kemudian terpilih sebagai presiden – bukan pilihan enak. Karena, siapa pun nanti yang dipilih rakyat untuk memimpin republik niscaya bakal menghadapi tugas yang maha berat. ”Karenanya, Pemilu 2004 merupakan momentum yang sangat strategis untuk memilih pemimpin bangsa yang tidak saja bertaqwa, tapi juga bermoral, punya leadership kuat dan visi yang jelas untuk memperbaiki bangsa,” tambahnya. Bagi sebagian orang, rasanya aneh menyaksikan sosok Prabowo Subianto tanpa seragam militer. Tampil rapi dengan setelan PDH warna kelabu, lelaki 52 tahun itu memang terlihat lebih rileks jika dibandingkan semasa masih dinas aktif dulu. Senyumnya mengembang dan tak sungkan berbaur dengan masyarakat – utamanya kader-kader Partai Golkar – yang antusias menyambut
kedatangannya di beberapa kota. Dalam setiap orasi selama mengikuti tahapan konvensi calon presiden Partai Golkar, Prabowo bahkan amat fasih bertutur tentang kesulitan yang mengimpit para petani dan nelayan, serta beraneka problem riil di masyarakat yang kian mengenaskan. ”Situasi ini harus cepat diakhiri. Kita harus bangkit dari kondisi keterpurukan dan membangun kembali Indonesia yang sejahtera,” ujarnya di atas podium. MUBIAR DAN INTENSIFIKASI PROSES TANAMAN Menanam padi tak selalu harus di sawah. Di rumah pun bisa karena kini padi dapat ditanam di pot. Hasilnya pun bisa berlipat ganda dibandingkan dengan penanaman di lahan sawah yang menggunakan metode konvensional. Dosen Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB), Mubiar Purwasasmita (56), berhasil menjelaskan teknologi pertanian tersebut dengan penelitian yang menghasilkan padi SRI atau system of rice intensification. Inti dari SRI adalah intensifikasi proses yang merupakan sumbangan teknologi kimia terhadap pertanian. Ditemui di laboratorium Teknik Kimia ITB, ia bercerita, teknologi intensifikasi proses bermula dari pertemuan dia dengan seorang penyuluh dari Ciamis bernama Alik Sutaryat yang mencoba menggunakan kompos untuk menanam padi. Bahkan, Alik sudah mencoba menanam padi di dalam pot. Metode tersebut menghasilkan gabah tiga kali lebih banyak dari penanaman konvensional di sawah yang digenangi air. Metode konvensional menghasilkan 4 ton gabah per hektar. Akan tetapi, dengan penanaman yang diberi kompos mencapai hasil 12 ton gabah per hektar. Pada saat itu belum ditemukan penjelasan mengapa kompos bisa memicu produktivitas lebih banyak. Selepas bertemu Alik tahun 2005, Mubiar penasaran dan segera melakukan penelitian untuk mengetahui keunggulan kompos. “Saya mencoba meneliti tiga wadah. Yang pertama diisi tanah saja, wadah kedua berisi campuran tanah dan pupuk kandang, wadah ketiga berisi campuran tanah dan kompos. Lalu tiga wadah itu diguyur air. Hasilnya, pada wadah pertama dan kedua air keluar dari lubang wadah, sedangkan pada wadah ketiga air tersimpan, tak ada yang terbuang lewat lubang,” katanya. Hal itu menunjukkan kompos mampu menangkap air. Dari penelitian, Mubiar juga menemukan, kompos memiliki ruang bebas yang mampu melewatkan udara. Air dan udara dibutuhkan mikroba dalam tanah. Mikroba merupakan bioreaktor untuk membantu produksi nutrisi bagi tanaman. Itu menunjukkan kompos merupakan padatan utama yang dibutuhkan tanaman.
Jangan digenangi air, Di alam, hutan adalah penghasil udara, air, dan kompos alami. Itu sebabnya, menurut Mubiar, sebaiknya 25 persen dari lahan sawah dihutankan agar kebutuhan udara, air, dan kompos atau humus bagi padi secara alami dapat dipasok. Penanaman yang baik adalah benih padi pada usia 10 hari segera dipindahkan ke pot atau sawah karena pada usia 12 hari benih akan menghasilkan buku pertama. Buku pertama itu akan menghasilkan 65 persen anakan. Pada penanaman, benih jangan terlalu ditekan dalam-dalam, cukup dibenamkan hingga berbentuk seperti huruf L. Ini untuk membuat pertumbuhan akarnya maksimal. Aturan lainnya, “Padi jangan digenangi air karena padi bukanlah tanaman air,” ucapnya. Jika digenangi air, oksigen tak bisa menembus akar. Akar pun tak dapat menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Karena tak dapat masuk akar, oksigen masuk ke pori-pori daun lalu menembus akar. Ini menyebabkan jaringan akar rusak. Akibatnya, pesan dari tanaman mengenai kebutuhan makanan yang diperlukan tak dapat dipenuhi tanah di sekitar akar sebagai pabrik makanan bagi tanaman. “Perlu diingat, tanaman juga berkomunikasi dengan tanah, caranya dengan mengeluarkan cairan tertentu. Cairan itu mengirimkan pesan pada tanah. Tetapi, pada tanaman yang diberi bahanbahan kimia seperti pestisida, cairan itu tak dapat diproduksi dan komunikasi tanaman dengan tanah juga terputus,” tuturnya. Menanam di rumah Kebutuhan makan orang dewasa per tiga bulan sekitar 7,5 kilogram beras. Untuk menghasilkan padi sebanyak itu diperlukan 25 pot berdiameter 40 cm x 40 cm. Dalam tiga bulan, padi bisa dipanen hanya dengan memerhatikan komposnya, tanpa perawatan njelimet. Satu pot biasa berisi satu rumpun. Satu rumpun padi dengan metode konvensional menghasilkan sekitar 30 anakan dari 10-30 bibit yang ditanam. Namun, dengan metode SRI, satu bibit padi dalam satu pot bisa menghasilkan hingga 70 anakan. Jika petani konvensional membutuhkan 30-40 kg bibit padi untuk satu hektar, dengan SRI hanya dibutuhkan sekitar 5 kg. Dengan penanaman padi di pot diharapkan masyarakat tak terlalu bergantung pada lahan luas seperti sawah. “Orang pun bisa menanamnya dengan cara menggantung pot jika betul-betul tak ada lahan untuk meletakkan pot,” ujarnya.
Mubiar dan kawan-kawan di Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) telah melatih ratusan petani di berbagai provinsi. Kini, 2.500 hektar lahan ditanami padi SRI. Teknologi pemrosesan baru dengan kompos itu bisa diterapkan tak hanya untuk padi, tetapi juga tanaman lain, seperti stroberi, tomat, dan cabai. Kalau 1 kilogram tomat dihargai di bawah Rp 5.000, dengan menjual satu pohon tomat yang berbuah lebat dalam pot harganya bisa mencapai Rp 25.000. Jejak ayah Sejak kecil Mubiar tertarik pada pertanian. Dulu dia ingin menjadi insinyur pertanian, tetapi saudaranya mengatakan bahwa dunia pertanian bisa dipelajari dalam Teknik Kimia. Ia mengikuti saran itu, lalu kuliah Teknik Kimia ITB dan lulus tahun 1975. Ia sempat bekerja di perusahaan keramik, dan pada tahun 1978 kembali ke almamater sebagai dosen. Ia juga mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran untuk materi Teknologi dan Psikologi. “Ayah saya punya 10 anak, tetapi ia bisa menghidupi kami dari pertanian di sekitar halaman. Kami menanam sayur, padi, serta beternak ayam dan kelinci,” ujarnya. Mubiar mengenang, dulu setiap hari dia melihat ayahnya memasukkan sampah dedaunan ke dalam lubang di halaman. Pada malam hari ayahnya mengumpulkan air kencing dalam pispot dan paginya disiramkan ke lubang. Rupanya itu dilakukan untuk menghasilkan kompos. Kini, dengan istrinya, Mintarsih, Mubiar juga rajin bertanam. Yenti Aprianti KIAT SUKSES OM LIEM Banyak orang penasaran dan ingin tahu rahasia kesuksesan taipan Liem Soei Liong. Saat datang dan Fukkien, Oom Liem hanya membawa pakaian yang melekat saja. Tapi kini ia berhasil jadi konglomerat terkemuka di kawasan Asia. Selain itu, ia juga dikenal punya hubungan dekat dengan kekuasaan di Indonesia. Pada sebuah kesempatan, seorang wartawan yang berhasil mendekati Oom Liem mengajukan pertanyaan menyangkut kiat sukses Oom Liem. “Oom, bisa cerita bagaimana Oom mengawali bisnis di Indonesia hingga sukses seperti sekarang?” “Oh, dulu ketika saya datang belum punya apa-apa. Saya coba bekerja pada orang. Dari upah yang saya terima saya belikan 2 ekor bebek. Saya pelihara, lantas beranak-
pinak. Sebagian telurnya saya jual, sebagian saya tetaskan jadi bebek. Bebek saya tambah banyak … ,” tutur Oom Liem. “Lantas …?” “Merasa berhasil dengan bebek, saya coba memelihara babi. Uang hasil memelihara bebek saya belikan 2 pasang babi. Saya pelihara baik-baik dan saya kembang-biakkan hingga jadi banyak …,” ujar Oom Liem. Begitu cerita Oom Liem. Rupanya dengan ketelatenen yang luar biasa Oom Liem terus beralih dari binatang yang satu ke binatang yang lain, yang nilai ekonomisnya kian tinggi. Namun, rupanya sang wartawan sudah tak sabar dengan cerita evolusi usaha Oom Liem. “Lantas apa hal itu yang membuat Oom bisa jadi konglomerat? Lantas apa hubungannya dengan kedekatan Oom dengan presiden?” sergah si wartawan. “Oh, itu. Itu yang mau saya ceritakan. Setelah sukses memelihara bebek, babi, kambing, sapi …. akhirnya saya memutuskan untuk memelihara ‘Babe’ sampai sekarang.” http://www.geocities.com/CapitolHill/Senate/9577/kiat2.html TAHU SUMEDANG ”Sumedang Tandang, Nyandang Kahayang”, begitulah bunyi motto Kabupaten Sumedang. Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Barat bahwa Kabupaten tersebut terkenal dengan makanan khasnya. Itulah tahu Sumedang. Sepertinya kurang pas bila kita singgah di kota Sumedang, sampai tidak membawa oleh-oleh khas Sumedang ini. Namun sekarang sudah tak hanya di kota Sumedang saja orang banyak berjualan tahu Sumedang tapi sudah hampir seluruh Jawa Barat terutama di kota-kota besarnya seperti Bandung, Purwakarta, Bogor, Bekasi, Tasikmalaya, dan Cirebon (dan bahkan di luar Jawa Barat seperti Jakarta dan Tangerang). Adapun bagi Encang (49) yang asli kelahiran Sumedang, berjualan tahu ini sudah tidak aneh lagi. Pada 1985-1998 ia pernah malang melintang sebagai penjual asongan di terminal Sumedang. Tetapi mulai memasuki awal tahun 1999 lelaki yang merupakan tulang punggung keluarga ini bersama istri tercinta mulai memberanikan diri untuk membuka home industry tahu di daerah perbatasan Bandung-Sumedang. Usahanya dimulai dengan modal awal Rp 50 juta yang digunakan untuk membeli peralatan dan bangunan yang diperlukan. Kini, ia sudah memiliki 16 karyawan yang bekerja dari pukul 12 malam sampai pukul 12 siang. Dalam satu hari home industry ini bisa menghabiskan 400 kg kedelai putih yang merupakan bahan dasar tahu. Adapun
kedelai didapat dari Koperasi Kasih Muda Bandung. Sistem pembayaran kedelai dilakukan di akhir bulan, yang rata-rata dalam satu bulannya bisa menghabiskan 12 ton kedelai putih. Selama beroperasi bahan yang satu ini belum pernah mengalami kehabisan stok. Sehingga proses pembuatan tahu Sumedang lancar. Bahkan proses penjualannyapun tidak banyak mengalami kendala. Proses pembuatan tahu Sumedang tergolong mudah. Mula-mula kedelai direndam selama 2 jam, kemudian digiling. Setelah itu dicampur dengan sedikit air. Setelah air merata kemudian direbus kurang lebih 5 menit dengan menggunakan api yang cukup panas. Sesudah itu ditaruh dalam tahang, kemudian diberi bibit dan baru dimasukkan ke dalam cetakan (dipres) selama 3 menit guna memberi bentuk tahu. Setelah 3 menit berlalu kemudian dimasukkan ke dalam kotak berukuran sisi 0,5 m dengan tinggi 7 cm, dan kemudian siap dipasarkan. Tahu dijual dalam bentuk tahu mentah seharga Rp 8.000 per kotak, dan tahu matang (siap dimakan) dengan harga Rp 9.000 per bungkus, berisi 110 tahu. Di pedagang asongan atau kaki lima harganya sudah mencapai Rp 200 per tahu. Tahu Sumedang ini banyak dijajakan melalui pedagang-pedagang asongan yang berjualan di dalam kendaraan-kendaraan umum dan pedagang kaki lima yang kebanyakan mangkal di sepanjang jalur keluar/masuk tol Cileunyi, Bandung. Bila hari libur tiba, baik Ahad maupun hari libur nasional lainnya, tahu milik Encang diproduksi lebih banyak lagi. Dengan banyaknya mobil pribadi maupun umum yang keluar masuk tol diharapkan akan diperoleh keuntungan yang lebih besar. Diperkirakan, selama satu bulan keuntungan bersih home industry tahu ini tidak kurang dari Rp 3 juta. Sedangkan tiap karyawannya mendapat penghasilan kurang lebih Rp 900.000 per bulan. Dengan omzet per hari mencapai Rp 3 juta, sekarang Encang bersama keluarganya berharap bisa membuka cabangnya di beberapa daerah lain agar tahu ini bisa dirasakan semua lapisan masyarakat, tak hanya di Sumedang saja. syk/jay/mns/mqp.republika.com SUKSES BESAR TANPA GELAR I. Pintu Sidoarjo (Bill Gates: “Emangnya Gue Pikirin”) Nama Bill Gates sudah tidak asing lagi bagi kita apalagi bagi para mahasiswa atau orang yang gemar belajar computer. Bill Gates seorang pendiri sekaligus pemilik perusahaan software computer terkemuka yaitu Microsoft. Dia adalah orang kaya di dunia yang tidak lulus dari universitas di Amerika tempanya kuliah. Bill Gates memulai usahanya dari berjualan computer di garasi rumahnya. apakah Bill gates khawatir tidak
mendapat gelar akademik?Jawabny:”Emangnya Gue Pikirin” (jawab sekaligus canda Dewi Motik Pramono seorang pengusaha sukses). Umumnya orang sukses lebih khusus pengusaha sukses tidak sekolah, apalagi sekolah tinggi. Dengan kata lain gelar resmi dari sekolah resmi tak begitu signifikan dalam menjaring rizki dari Allah SWT. Hal lain yang lebih baik adalah menciptakan peluang bisnis, dan merebutnya, kemudian mengubahnya menjadi uang. Belajarlah menjadi pengusaha meski kecil dan tidak dalam khayalan. Jangan menanti peluang, tapi rumuskan tantangan, lalu menjawab tantangan maka tercipta peluang. Memulai usaha dari kecil untuk sukses, baru mencari gelar. Membanggakan gelar tetapi malas, maka sukar sekali untuk maju hidupnya. Malas, tidak berani memulai lengkah baru meski kecil, ragu-ragu, maju mundur, tidak teguh menghadapi kesulitan, maka tidak bisa sukses dalam hidup. Janganlah memburu dan mengagungkan gelar dalam hidup ini, tapi yang utama dan terpenting dilakukan adalah terus menerus membuka diri untuk belajar menuntut ilmu dan memperluas pergaulan, memperdalam pengalaman hidup. Kesuksesan dapat diraih hanya dengan mencari dan mencoba menceburkan diri pada pengalaman baru, terus menerus belajar sendiri, self study, otodidak. Kata Prof. Dr. H Zakiyah Darajat “usahakan membaca buku setidaknya 2 halaman sehari”. Kunci rahasia sukses tanpa gelar adalah belajar dan tukar menukar pengalaman hidup dengan orang lain, terus menerus. Sukses hidup, mengenal Allah SWT dan taat kepada-Nya, terbuka untuk semua orang bergelar atau tidak, yang penting mencari terus menerus dan belajar tak kenal henti. II. Pintu Surabaya (SOHO:Rumahku Kantorku) Seorang karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta hanya mendapat garji untuk menafkahi keluarganya hanya setara dengan 35 kg telur setiap bulan atau 1 kg setiap hari. Sungguh minimal sekali, tapi alhamdulillah karena masih ada yang lebih buruk, ada 42 juta pengangguran dan 35 juta orang miskin. Alangkah melaratnya Indonesi yang sebenarnya sangat subur dan kaya. Problemnya, “Bagaimana
meningkatkan harga diri, kebebasan dan penghasilan di tengah-tengah Indonesia yang sangat subur dan kayaini? Mungkinkah kita dapat berzakat, umroh menunaikan haji? Kemustahilan ini dapat dipecahkan dengan menjadi wirausaha. Bisnis, dagang, berwirausaha adalah kosa kata yang sering ditinggalkan dalam percakapan, tapi merupakan sunah Rosulullah yang paling dilupakan umat islam. Umat islam pandai salat tapi belum pandai membuka warung. Supaya tettap pandai salat tapi juga pandai membuka kios, took dan warung, maka belajarlah berdagang. Supaya murah, sederhana dan tak mahal, maka mulailah dari rumah sendiri dengan membuka warung kecil-kecilan seperti warung gado-gado, soto, bakso, dll. Tak ada halangan sama sekali untuk itu, dan itulah yang disebut konsep SOHO (small office home office) rumahnya adalah kantornya. Konsep SOHO boleh dicoba untuk mengembangkan diri di hari-hari mendatang. Kecuali untuk mengembangkan diri juga untuk mengembangkan perusahaan sendiri sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Rumah adalah satu kemungkinan yang sangat terbuka. Dengan rumah sebagai tempat memulai usaha, banyak keuntungan yang dapat diperoleh antara lain: 1. Menekan resiko sekecil mungkin 2. Menghemat pengeluaran yang tidak perlu, seperti ongkos dari rumah ke tempat kerja, biaya listrik, dan perawatan. 3. Hubungan dengan anak masih dapat terpelihara dengan baik, karena mudah bertemu dengan mereka setiap saat. 4. Memotivasi tetangga sekitar untuk turut berwirausaha dengan diri sendiri terlebih dakulu sebagai bukti dan contoh teladan. 5. Menyiapkan mental_psikologi dan lingkungan secara kongkrit kepada anak untuk berwirausaha sendiri. 6. Memperbesar fungsi rumah sebagai tempat beramal sholeh melalui jalur perdagangan dan bisnis. 7. Melatih diri untuk berwirausaha secara bertahap dan berkelanjutan sebelum besar dan memiliki dan mengendalikan beberapa perusahaan sekaligus. 8. Memelihara diri sang muslimah dari fitnah pergaulan kantor. 9. Mengoptimalkan kemampuan sendiri dengan merdeka dan bebas. 10. memperbesar kesuksesan hidup, tanpa meninggalkan nilai-nilai isalm dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai ibu atau kepala rumah tangga 11. Meningkatkan harga diri sebagai muslimah 12. Meningkatkan dan memperbesar penghasilan keluarga 13. Menambah memperkaya pengalaman hidup, ilmu, wawasan dan jaringan diri sendiri.
Keberanian untuk memulai suatu usaha apapun sangat diperlukan. Jika punya uang wirausaha, tapi keberanian tak ada, maka sebenarnya modal itu sudah habis, karena berani adalah modal sejati.
III. Pintu London (Rahasia Sukses Besar Siti Nurhaliza) Ada 10 rahasia yang membuat Siti Nurhaliza sukse besar dalam hidupnya yaitu sebagai berikut: 1. Sistem yang mendukung. System yang mendukung bagi karier Siti, baik perusahaan yang diikutinya, kelurga dan masyarakat sekitarnya 2. Positioning yang tajam. Sebelum Siti masuk dalam dunia musik, dia telah menetapkan positioning yang tepat dan teguh, menetapkan sasaran yang jeli dan istiqomah sehingga Siti tidak seperti artis lainnya yang hanya anginaanginan terbawa arus, dan hasilnya Siti masih digemari penontonnya sampai sekarang. 3. Cantik. Kecantikan memang anugerah yang Maha Kuasa, tapi dengan potensi dan apapun yang kita miliki kita patut bersyukur dengan menjaga dan membina budi pekerti, serta akhlaq sehingga setiap orang bisa terpesona melihat kita. 4. Suara Emas pemberian Allah SWT yang juga sangat mirip dengan kecantikannya, perlu disyukuri dengan menjaga akhlaq yang baik 5. Sikap yang rendah hati membuat orang takluk dan menghormati. 6. Inovatif, karena sebenarnya setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang bermanfaat dan baru. Oleh karena itu, orang sukses selalu inovatis, yaitu melahirkan sesuatu yang baru dan tak terduga sehingga orang terpuaskan olehnya. 7. Membuka pasar yang baru. Siti menyadari agar sukse dalam dunia musik, seseorang haruslah menciptakan peluang bisnis, bukan hanya menunggu. Jika orang malas menciptakan pasar baru bagi produk dan jasa, tentulah dia tidak mendapatkan apa-apa dalam hidupnya, kecuali mendapatkan durian runtuh, warisan besar dari orang tuanya. 8. Terbuka pada pandangan, kritikm nasehat dari orang lain, membuat seseorang cepat maju dalam hidupnya, sangat cepat memperbaiki kekurangan diri. 9. Tersenyum pada siapapun karena senyum adalah bersedekah, menjadikan orang lain senang dan bahagia. 10. Sopan santun adalah dasar dari segala kesuksesan sejati, baik sopan santun tutur kata, pakaian dan perilaku.
IV. Pintu Medan (Langkah Pertama sama dengan Sukses Besar) Melangkah untuk memulai usaha merupakan suatu awal suatu kesuksesan.Jika langkah pertama sudah dimulai, insya Allah langkah berikutnya dalam berwirausaha lebih mudah, karena pengalaman sudah terbentuk, pola kerja sudah dihayati, hati lebih yakin, cita-cita besar bertambah. Dikecam, dikritik, dihina, dalam memulai suatu usaha sudah biasa. Di dunia ini tidak ada suatu keadaan yang tanpa resiko atau zero risk.selain itu diperlukan pengorbanan untuk terwujudnya sebuah cita-cita, keinginan dan terobosan yang lebih besar agar masyarakat berubah kearah yang lebih baik. Menjadi seorang produsen apalagi produsen tingkat pertama sangat sulit sekali karena biasanya berpenghasilan rendah dan perlu perjuangan yang mati-matian. Suatu contoh misalnya pengarang maupun penulis buku. Haisl karangannya sudah dimasukkan ke berbagai penerbit, namun sering dan selalu ditolak. Oleh karena itu, perlu ada usaha tambahan yaitu dengan menjadi pengaran sekaligus penerbit langsung. Dengan demikian, siapa yang akan menolak tulisan kita?Tidak ada. Oleh karena itu, selain menjadi produsen tingkat pertama lebih baik dilanjutkan menjadi produsen tingkat ke dua. Jangan menjual produk kita ke pemasar lain dengan harga murah, bahkan banyak dicacat dan ditolek. Lebih baik produk mentah kita, diolah lagi sendiri agar menjadi produk siap konsumsi. Dalam hal ini diperlukan dua aspek yaitu aspek bisnis dan produksi yang keduanya harus seimbang. Pernah dengar dengan rahasia sebuah perusahaan? Ya, memang dirahasiakan. Tapi membeberkan rahasia perusahaan kita pada orang lain akan membantu orang lain untuk berusaha pula. Urusan saingan jangan takut. Semua sudah diatur oleh Allah SWT. Yang terpenting kita sudah memulai langkah pertama dengan baik. Urusan rezeki sudah ditentukan yang di atas. Satu realita mengenai berdirinya suatu usaha penerbitan milik Yudi Pramuko. Bagi seorang pengarang, untuk menjual karangan sendiri pada penerbit sangat sulit sekali. Bila mengandalkan tulisan, sulit untuk menopang biaya hidup. Pengarang yang
mempunyai cita-cita besar dan mulia, hidupnya bisa terlunta-lunta, sampai usia senja dan selalu menghamba pada penerbit. Jika ingin kaya dengan jadi pengarang, maka sangat sulit sekali. Bagaimana agar tulisan kita laku? Jawabnya jangan menjual naskah pada penerbit lain. Jika seorang pengarang ingin sukses besar, dengan banyak uang maka jadilah pengarang yang banyak uang dengan mengelola penerbitan milik sendiri. Naskah buku yang sudah jadi usahakan diterbitkan sendiri. Menjual naskah ke penerbit lain hanya dilakukan oleh orang yang menghindari sikap wirausaha. Memang tidak semua orang tahan hidup sebagai intrepreneur. Namun seseorang yang ingin merintis jalan baru jalan wirausaha sebaiknya ia berenang dengan gagah perwira di lautan yang abru dan asing. Jangan jual naskah ke penerbit lain. Penerbitan cukup dikelola sendiri, dimulai dari dumah kontrakan, jiwa merdeka, belajar berwirausaha, dan bisa terus menerus mengarang buku, kaya raya. Jika ingin kaya, menulislah, terbitkan sendiri, jual buku itu sendiri, dan tagihlah sendiri uangnya. Pahitnya, getirnya, manisnya, asinnya, jadi pengarang buku, sekaligus penerbit bukubukunya sendiri ,semua pengalaman itu menjadi ilmu yang dianugerahkan Allah SWT. Penonton, tukang kritik, dan para pengamat paling jauh cuma berkomentar. Hikmah yang dapat diambil adalah semua pekerjaan yang dilakukan sendiri dengan tangan sendiri akan lebih baik dan memuaskan. Bila buku sudah dikirim ke agen, sudah tidak ada lagi pekerjaan selain mengarang lagi untuk dijual. Semua itu bisa dilakukan sendiri. Namun, bila omzet sudah banyak dan memerlukan pembukuan yang lebih bagus, maka bolehlah menggaji sanak saudara yang lulusan SMK akuntansi untuk membantu, dan kita bisa mengarang lagi tanpa masih pusing memikirkan soal pembukuan. Awal dari suatu wirausaha semua pekerjaan dilakukan sendiri jangan bergantung dan mengharapkan bantuan orang lain. Gantungkan bisnis tersebut pada Allah SWt, karena Diala yang akan menentukan. Manusia hanya bisa berusaha dan berporses, bukan hasil. Biarkan Tuhan yang menentukan.
Yudi Pramuko dalam memasarkan bukunya diperhitungkan dengan baik. Dia membuat strategi pemasaran. Memilih dua atau dua distributor yang besar untuk memasarkan bukunya lebih baik dan tepat dibandingkan menjual buku pada agen-agen buku yang hanya mengambil 10-50 buku. Meski harga lebih rendah, tapi uang cepat berputar. Pengarang tak perlu menghabiskan waktu untuk berjualan. Waktunya bisa digunakan untuk mengarang. Kiat praktis untuk membuat naskah buku made in my self caranya buat naskah buku seperti buku yang laris dipasarn. Caranya dengan menemukan buku yang terjual laris di toko. Lihat jumlah cetakannya, bila dicetak lebih dari 5 kali boleh kita anggap laris. Buatlah buku sejenis dengan cara memberikan sedikit inovasi dan pembaharuan. Bila anda seorang idealis, maka turunkan idelisme anda agar lebih realistis dan marketable. Lihatlah dengan kacamata pembaca. Jangan dari kacamata pengarang. Ciptakan aturan menulis naskah ciptaan sendiri. Bagimana menentukan harga jual? Tentukan dengan melipatkan harga cetak sbanyak 5-6 kali. Jadi jika harga cetaknya 2000, maka harganya antara 10000 sampai 12000. Jumlah cetakan sesuaikan dengan BEP atau titik balik impasnya. Jika BEP nya 1000 buku, maka cetaklah 5000 buku. Kemudian apakah harus mencetak sendiri? Jawabnya tidak. Banyak percetakan yang bersedia membantu. Cara praktis dan strategismenjual buku, dengan berteman dengan agen atau distributor yang terpercaya. Pertama, tawarkan sebuah buku ke distributor, kedua kirimkan pesanan distributor ke bagian pemesanan mereka. Manajemen penerbitan perlu dibangun dengan bertanya dan belajar dari pengalaman orang lain. Terjun langsung mengelola penerbitan sendiri adalah kiat praktis berharga dan mahal nilainya. Tema buku yang dikarang jangan dibatasi dulu karena kita lebih bebsar memilih tema yang diminati pasar. Tema yang bisa dipilih antara lain tema remaja, agama, politik, soaial, anak-anak, komik, ekonomi, dakwah islam dll. Lalu bagaimana menentukan nama penerbitan? Caranya cari nama perusahaan atau apapun yang
terkenal kemudian tambahi emberl-embel. Misalnya “Krakatau” yang sudah dikenal. Orang akan menganggap kita adalah sesaudara dengan perusahaan tersebut. Buat alamat yang jelas dan lengkap, dari kode pos, no telepon, email, bahkan web bila perlu. Soal uang untuk modal kita bisa pinjam kepada teman atau siapa saja. Masalah badan hokum yang dipilih bisa diatur belakangan bila penerbitan sudah berjalan dengan baik. Bisa memilih PT, CV, dan lain-lain. Buku besar untuk pembukuan perlu dibeli, stempel perlu dibuat paling hanya dengan uang Rp 25000. Komputer bisa rental atau memiliki bila sudah berjalan. Mesin cetak janngan beli dulu karena harganya mahal, tapi bisa minta tolong jasa percetakan. Bila buku sudah dicetak, dan buku sudah dibawa pulang, esoknya pergi ke distributor, lalu tawarkan buku tersebut. Bila pesan banyak, beri diskon dan jangan takut bila untungnya tidak banyak karena sebenarnya harga buku sudah 6 kali lipat dari HPP (harga pokok produksi). Sebelum buku dicetak, cari sasaran pembaca. Sebagian besar penduduk Indonesia hanya lulusan SLTA, jadi karanglah buku untuk mereka. Jangan terlalu sulit dipahami, tapi yang menyenangkan. Ketika buku dicetak, kita bisa mengarang lagi atau belajar lagi untuk menambah wawasan dan jangan lupa, sering pergi kepercetakan untuk menanyakan buku kita sudah selesai dicetak belum. Dekati bos percetakan, tanyakan pengalaman usahanya. Jangan khawatir buku tidak laku dijual. Ketika buku pertama dipasaran, orang mengenal maka mereka akan memesan lagi dan mencari kita. Intinya kita harus mengenalkan diri pada konsumen. Bila konsumen sudah tahu, maka mereka akan berbondong-bondong mencari kita. Tapi jangan lupa, cantumkan permintaan kritik dan saran yang dapat disampaikan kepada kita. Tanggapi kritik dan saran itu dengan action bukan dengan amarah. Perbaiki kekurangan kita, buat karya baru yang lebih baik. Lalu apa yang bisa kita petik dari cerita Yudi Pramuko? Langkah awal memulai suatu usaha sangat menentukan perjalanan usaha berikutnya. Keberanian untuk memulai usaha sangat dibutuhkan. Jangan berpikir nanti ada ini ada itu, ragu-ragu dan
maju-mundur, karena sebenarnya apapun dalam hidup ini pasti ada resiko atau zero risk. “Langkah pertama diakui dapat membuat dada bergetar hebat. Tapi langkah pertama dalam wirausaha harus diakui pula dapat mengubah sejarah hidup seseorang secara tidak terduga sama sekali. Langkah pertama memang selalu menakjubkan”. MODAL KEMBALI DALAM SETAHUN Sesukses apapun usaha yang digeluti seseorang, setidaknya pernah mengalami pasang surut. Seperti halnya Ibu Ibu Dapiah, usaha berdagang makanan khas oleholeh Bandung. Pemilik toko Gasela ini, menggeluti usahanya baru satu tahun. Tapi meskipun sulit, menurut pengakuan ibu dua orang anak ini, modal awal untuk usaha sebesar 40 juta sudah kembali dalam setahun. Pasang surutnya suatu usaha, memang sudah menjadi resiko pengusaha, baik itu usaha besar maupun usaha kecil. Sekarang sedang sepi , aku ibu Dapiah kepada Swa Bisnis, saat ditanya berapa pendapatan setiap harinya. Toko Gasela yang berada di Leuwi panjang, dalam keadaan sepi memperoleh pendapatan (omzed Red) sekitar Rp.300.000,- hingga Rp. 400.000,- per hari. Bila hari minggu biasanya ramai, pendapatan Ibu bisa sampai 1 juta satu hari, ungkap Ibu Dapiah. Lebaran tahun inipun menurut Ibu Dapiah, penjualannya sepi. Padahal lebaran tahun yang lalu mah rame, ujarnya dengan logat sunda Garut. Sekarang mah cukup buat makan, lanjut Ibu Dapiah, yang asli Garut. Toko yang menjual oleh-oleh Bandung ini, setiap harinya menggoreng tempe sekitar 20 gebleg dengan minyak goreng 30 kg, minyak tanah 20 liter. Sedangkan tepung kanji dan tepung beras, masing-masing 50 kg. dan 10 kg. cukup untuk tiga hari. Makanan yang dijual di toko Gasela beraneka ragam, mulai dari tempe goreng, oncom goreng, kerupuk palembang, keripik ubi, peuyeum juga dodol garut yang beraneka rasa. Dodol saya beli dari Garut, keripik dari Cikijing, peuyeum dari Padalarang, ujar Ibu Dapiah, menjelaskan dari mana asal makanan tersebut. Makanan yang diolah sendiri hanya goreng oncom dan goreng tempe, sebab makanan inilah yang paling laku, barang kali karena bisa dicicipi langsung selagi masih hangat. Semua makanan memang laku, tapi goreng tempe dan goreng oncom yang paling laku, ungkapnya. Makanan yang dijual Ibu Dapiah, dibeli secara langsung, bukan sistim konsinyasi. Kalau makanan sudah terlalu lama, Ibu berikan pada siapa saja yang mau, tutur Ibu Dapiah, yang saat ini dibantu tiga orang pegawai. Sementara itu upah yang diberikan untuk tiap-tiap pegawai sebesar Rp. 200.000,- per bulan ditambah uang makan Rp. 7000,- per hari.
UANG BUKAN MODAL UTAMA DALAM BERBISNIS Bandung selain dikenal sebagai kota kembang dan kota wisata,dikenal pula dengan oleh-olehnya. . Aneka jenis makanan yang menjadi ciri khas Bandung seperti gorengan tempe, oncom, peuyeum Bandung selalu dicari orang yang singgah ke Bandung. Salah satu toko penjual makanan khas Bandung yang berhasil ditemui team Swa Bisnis adalah Sami Rasa Milo. Menurut sang pemilik, Bapak Wahab (45 th), usahanya mulai dirintis sejak sepuluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 1990. Sebelum berjualan tempe goreng, Wahab yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 3 SD mulai memberanikan diri berjualan buah-buahan. Saat itu ia pernah mengalami kejadian pahit. Pasalnya ketika berjualan ia terkena penertiban penjual kaki lima oleh aparat ketertiban umum (Tibum). “Selain dagangan saya habis, saya pun sempat kena tendangan petugas ketertiban”, tutur Wahab kepada SWA Bisnis. Setelah satu setengah tahun, usaha yang digelutinya tidak memberikan hasil yang memuaskan, ia mengganti usahanya dengan berjualan pakaian. Seperti semula, usaha pakaian pun kandas di tengah jalan, sampai akhirnya pak Wahab bekerja di sebuah perusahaan keripik singkong milik pak Budiman. Selama bekerja terlintas keinginannya untuk bisa mengikuti jejak pak Budiman, Tahun 1990 dengan modal 250 ribu rupiah, Wahab mulai berjualan gorengan tempe. Waktu itu, uang sebesar 250 ribu rupiah hanya cukup untuk membeli sepetak lapak (lahan) di daerah Kosambi dengan sistem hak guna pakai. Bagi Wahab, uang tidaklah menjadi jaminan keberhasilan dalam merintis usahanya. Dengan bermodalkan kepercayaan dari para pedagang tempe, minyak, tepung dll, Wahab mulai meminjam bahan-bahan tersebut dan pembayaran dilakukan sore hari. Usaha kecilkecilan ini dirintisnya bersama Tuti sang istri dibantu beberapa saudaranya. Satu minggu setelah berjualan, pedagang lain pun mulai melirik dan berminat untuk menitipkan barang dagangan mereka berupa oleh-oleh khas Bandung. Selain tempe goreng, jenis-jenis makanan yang dijual kios Sami Rasa Milo diantaranya keripik (singkong, talas, kentang, kulit, pisang), dodol, pisang sale, manisan, rangginang, kue – kue kering, kue basah dll. Harga setiap makanan tentunya cukup bervariatif antara Rp. 4000 hingga Rp. 50.000. Keuntungan yang diperoleh dari setiap produk makanan yang titipan antara 15-20%. Barang-barang tersebut dikirim pemasok dari berbagai daerah. Misalnya Dodol dari Garut, keripik dari Tasik, Sale dari Sumedang, Rangginang dari Cirebon. Dari semua bareng yang dijual hampir keseluruhan barang titipan dengan sistim titip jual. Jika kondisi barang sudah tidak layal jual biasanya didikeluarkan retur barang tanpa dipungut ongkos kirim. Barang yang diproduksi sendiri hanya gorengan tempe dan oncom, selebihnya barang titipan. Dengan demikian resiko rugi relatif kecil. Usaha Wahab sedikit demi sedikit mulai berkembang. Meskipun keuntungan berjualan tidak begitu besar, sebagian dari keuntungan selalu disisihkan untuk tambahan modal. Alhamdulillah sekarang Wahab telah berhasil memiliki beberapa lapak di daerah Kosambi meskipun kecil-kecilan. Tahun 1995 Wahab membeli kios di lantai I pasar kosambi Bandung. Selain memperluas tempat berjualan, kini, Wahab mampu menggaji para pegawainya dengan upah antara Rp. 150.000 s/d Rp. 250.000. Fasilitas lain yang diberikan berupa penginapan, jatah makan di rumah dan uang makan di tempat bekerja sebesar RP. 6000/hari. Mereka bekerja jam 06.00-17.30. Para pembeli yang datang ke tempat Wahab berasal dari kota Bandung juga dari luar kota seperti : Jakarta, Palu, Maluku, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dll. Mereka cenderung menjadi pelanggan
tetap.Untuk membina para pelanggan, Sami Rasa Milo senantiasa memelihara kualitas barangnya. Untuk memulai suatu usaha dibutuhkan keberanian, keuletan dan menjaga kepercayaan orang. Itulah kiat usaha Wahab. “Saya berjualan bukan hanya untuk hari ini saja, tapi untuk jangka waktu yang panjang. Jika kita tidak dapat menjaga kepercayaan setiap pelanggan, jangan harap kita masih bisa berjualan esok hari “, tutur Wahab. Bisnis bukanlah satu-satunya perhatian Wahab, keluargapun tidak luput dari perhatiannya. Dengan didampingi seorang istri dan enam orang anak, Wahab berupaya memberikan pendidikan yang layak bagi putera puterinya. Ini terbukti dengan keberhasilan anak-anaknya dalam pendidikan. Putera-puteri Wahab saat ini tengah mengenyam pendidikan di UNPAD, Politeknik ITB, SMA, SMP, SD dan TK. Bagi Wahab, anak harus berpendidikan lebih tinggi dibanding orang tua. Demikian Wahab menutup perbincangannya dengan SWA Bisnis. Kisah Sukses Rekanan Toyota Jakarta—Siapa yang membayangkan orang yang dulunya bekerja di bagian produksi pabrik Toyota Astra Motor (TAM) bisa mengubah nasibnya menjadi rekanan yang memasok komponen pada perusahaan otomotif terbesar di Indonesia tersebut? Mungkin ada, tidak tidak terlalu banyak. Dan salah satunya adalah Nur Dahyar. Nur— demikian ia biasa dipanggil-membuka usaha pallet setelah “mencuri” ilmu di TAM selama 9 tahun. Saat ini pallet buatan perusahaannya tidak saja digunakan memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga diekspor ke luar negeri. “Sejak awal saya memang mempunyai rencana menjadi pengusaha,” ujarnya. Pada saat bekerja di Toyota tahun 1978 ia hanya berbekal ijazah SLTP. Namun keinginannya menjadi seorang pengusaha tidak pernah mati, sembari bekerja di Toyota pada malam harinya ia bersekolah SMA hingga lulus Akademi D3 komputer. Ketika bekerja di Toyota, ia pun bertekat menguasai semua bidang sehingga ia minta kepada atasannya supaya di-rolling dari satu bidang ke bidang lain. Maka sejumlah bidang di industri otomotif ini sudah ia jalani. Mulai dari bidang pengelasan, press, pengepakan, pergudangan dan lainnya. Setelah ia memperoleh cukup ilmu akhirnya ia keluar untuk mendirikan perusahaan kecil-kecilan. Secara kebetulan ketika di Toyota ia kenal dengan Setiadi, seorang teknisi mesin yang bekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Hubungan pertemanan ini berlanjut menjadi hubungan bisnis. Nur Dahyar lalu mendirikan perusahaan yang diberi nama PT Nuansa Raya Dinamika (NRD) tahun 1997. Modal awal pengembangan usaha NRD berasal dari pinjaman BNI sebesar Rp 50 juta. Pertama kali memperoleh order dari Pelindo lewat jasa temannya tersebut. Proyek yang ditanganinya adalah pembuatan 9 pemancar lampu (tower) senilai Rp 135 juta yang dilaksanakan dalam beberapa periode. “Pada bulan pertama NRD menyelesaikan order sebesar Rp 15 juta tetapi biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 25 juta,” ujarnya. Hal ini wajar mengingat NRD harus menginvestasikan mesin dan peralatan lain. Setelah memiliki prospek yang baik koleganya tersebut mengajukan pensiun dini agar bisa fokus dalam mengembangkan perusahaan tersebut. Pada mulanya 100 persen saham dimiliki Nur Dahyar tetapi setelah Setiadi bergabung komposisi kepemilikan saham fity-fifty.
“Kami membina hubungan berdasarkan prinsip saling percaya, walaupun sering kali beda pendapat tetapi sampai sekarang masih bisa bertahan,” kata Setiadi. Jika Dahyar lebih menguasai proses produksi maka Setiadi menangani yang berkaitan masalah keuangan. Pembagian tugas yang jelas menyebabkan masing-masing orang tahu apa yang harus dilakukan dan bidang apa yang harus dikerjakan. Beralih ke Besi/baja Semula NRD memproduksi pallet yang terbuat dari kayu tetapi mulai tahun 2001 beralih dengan bahan baku dari besi/baja. Sejak tahun 2002 pallet buatan NRD semua berasal dai besi/baja. Hal ini disebabkan negara seperti Malaysia dan Australia sudah tidak mau menerima pallet yang terbuat dari kayu karena menciptakan masalah lingkungan. Saat ini produk yang dihasilkan NRD tidak saja pallet baja tetapi juga peralatan konstruksi baja dan mesin-mesin sederhana. NRD telah berkembang menjadi tiga pabrik kecil yang menempati wilayah seluas 2560 meter persegi di daerah Semper. 55 persen produksi NRD untuk memasok kebutuhan Toyota sedangkan 45 persen kepada pelanggan lain. Tercatat beberapa perusahaan seperti PT Maersk Line, SCI, American Line, Mulia Keramik mengguanakan produk NRD. Saat ini beberapa bank telah menyalurkan kredit pada UKM ini yakni Bank Niaga, Bank Permata dan Citibank. “Sekarang kredit yang bisa dikucurkan bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan seiring dengan perkembangan perusahaan,” kata Setiadi. Ia merasa bersyukur karena omzet perusahaan yang semula hanya dibawah Rp 100 juta sekarang sudah mencapai Rp 14 miliar. Setiadi memperkirakan omset perusahaan di akhir tahun bisa mencapai Rp 20 miliar. Meskipun masih mengandalkan produksi pallet baja tetapi produk-produk lain non-pallet akan ditingkatkan. Pada 2005-2007, NRD ingin masuk pada pengembangan produk komponen mesin. Rencananya 2007-2010 investasi peralatan dan mesin-mesin sudah bisa dilakukan dan akhir tahun 2010 sudah bisa berproduksi. Khusus bahan baku perusahaannya dipasok oleh PT Krakatau Steel melalui 5 distributor dan pipa dari perusahaan Bakrie. Sejauh ini pasokan lancar sehingga produksi tidak terganggu. Namun penguatan dolar terhadap rupiah akhir-akhir ini menyebabkan kekhawatiran karena dampaknya sangat buruk bagi usahanya. Sementara untuk jumlah karyawan terus meningkat dari tahun 1997 yang hanya Nur Dahyar dengan anggota keluarga saja. Tahun 1998 berjumlah 7 orang sekarang sudah berkembang menjadi 122 orang. Kebanyakan atau sekitar 78 orang merupakan lulusan smu, 3 dari akedemi, 6 orang univeritas dan sisanya pendidikan SD dan SMP. Jepang ingin masuk Setelah melihat prospek bisnis yang baik maka ancaman terbesar yang dihadapi perusahaan adalah rencana perusahaan Jepang melakukan investasi di sektor ini. Hal inilah yang dikhawatirkan karena bisa mengancam eksistensi NRD. Namun kebijakan Toyota yang tetap ingin mempertahankan partner lokal menyebabkan mereka belum bisa masuk. Tetapi indikasi perusahaan Jepang ingin masuk ke sektor ini sudah ada. “Kami meminta pemerintah memperhatikan ini sebab secara modal dan teknologi mereka pasti tidak kalah,” kata Dahyar. Sebelumnya tahun 2004 NRD juga terancam setelah produk-produk bajakan dengan
harga murah dari Cina diselundupkan melalui berbagai pelabuhan. “Modusnya mereka bekerja sama dengan beberapa orang aparat bea cukai untuk meloloskannya,” ujarnya. Amry ‘Rabbani’ : Semangat dan Kerja Keras, Modal Awal Menuju Sukses Yakinlah kepada Alloh SWT bahwa Alloh akan memberi pertolongan. Kalimat inilah yang selalu terngiang dalam pikiran sosok pengusaha sukses dari Bandung, Amry ‘Rabbani’ Gunawan. Perjalanan hidupnya yang penuh onak dan duri membuat pemilik perusahaan busana muslim Rabbani ini selalu yakin bahwa Alloh SWT yang menentukan jalan hidupnya pria berdarah Aceh ini pergi ke Bandung hanya bermodal niat mencari ilmu. Ketika itu tahun 1986, ia tak memiliki seorang pun sanak saudara di kota kembang ini. Niatnya yang sangat kuat untuk berhijarah ke bandung tak pernah surut meski di perjalanan Ia ditipu orang sampai kelaparan sepanjang jalan. Setibanya di Bandung ia kuliah di jurusan marketing PAAP Fakultas Ekonomi Unpad. Setelah selama dua tahun mengenyam pendidikan marketing malah tidak membuatnya tertarik pada bidang ekonomi. Ia lebih tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam. “saya tersentuh melihat anak-anak muda di sini pada mentoring, belajar agama Islam,” tuturnya kepada wartawan MaPI ketika ditemui di apartemennya di perempatan Dago, Bandung, Jumat (7/9). Keinginan kuatnya mempelajari agama Islam, membuat sosok bersahaja ini memilih meninggalkan semua hal tentang marketing dan beralih ke sastra Arab di jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Unpad. Di jurusan inilah dia banyak mempelajari Al Quran dan hadist. “makin banyak belajar Islam, (ternyata) makin banyak godaanya. Terutama godaan wanita,” ungkapnya. Meski usia baru 22 tahun, dengan niat untuk menjaga dan menyucikan diri, pria yang masih lekat dengan logat Acehnya ini akhirnya memutuskan untuk menikah. Bermodal uang Rp 60 ribu hasil pinjaman dari guru ngajinya, ia menikahi seorang akhwat asal Sumedang. “uang Rp 60 ribu ini saya gunakan untuk beli mahar,” katanya. Rejeki Setelah Pernikahan Menikah semasa kuliah dan tanpa modal materi sedikitpun membuatnya kebingungan di tahun pertama pernikahannya itu. Apalagi setelah setahun lahir anak pertama. Namun, kondisi sulit inilah yang kemudian membuatnya bangkit. Mulai dari menjual buku dan majalah islami di depan mesjid Al ukhuwah Kota Bandung sampai menjual catatan khot seorang ustadz, ia jalani dengan penuh semangat. Atas karunia Alloh, ternyata konsumen makin meningkat. Saat itu Amry merasa butuh modal, tapi belum ada jalan keluar untuk mendapatkan modal. “saya melobi istri untuk menggadaikan mahar, walaupun sebenarnya tidak boleh. Saya bilang sama mertua, akhirnya saya bisa dapat modal Rp 100 ribu dari mertua,” katanya. Lalu digunakannya uang itu untuk melebarkan jaringan dengan
membuat brosur. Suatu waktu ketika berjualan, beberapa orang mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati menawarinya kerjasama untuk mengisi bazar dalam kampus. Kemudian ternyata dari situlah bisnisnya mulai berkembang. Mahar istrinya pun bisa diperolehnya kembali. Bahkan setelah itu, pada tahun 1992, Ia mulai bisa membuka toko di daerah Haur Pancuh, Dipati Ukur Bandung. Kebutuhan keluarga yang semakin banyak, membuatnya menjalani bisnis apapun selama halal dan bisa dilakukannya, termasuk bisnis fashion. Pertama kali bisnisnya menjual kaos memang tidak menguntungkan. “saya kena tipu produsen kaos, dan saya harus mengganti uang pada pembeli,” tutur pria tegas ini. Kisah sedihnya ini tidak membuatnya surut dalam berbisnis. Meski harus menjual toko kepada temannya, ia memulai kembali bisnis fashion dari rumah kontrakannya. Bersama dua teman lainnya yang memiliki modal, Amry merintis usaha dengan nama pustaka Rabbani Ikhwan. “kebetulan waktu itu temen membuka toko, namanya pustaka Rabbani,” ungkapnya. Saat bisnis tersebut mulai maju, dua orang temannya memilih untuk mendirikan usaha masing-masing meninggalkan Amry. Walaupun ia merasa berat ditinggalkan teman-temannya, namun bapak dari tujuh orang anak ini tak pernah kekurangan semangat. Bersama sang istri yang sangat setia menemani setiap langkah perjuangannya, Amry merintis untuk membuat kerudung akhwat. “saat itu saya melihat (bahwa) belum ada yang menyediakan kebutuhan buat para (muslimah) aktivis dakwah,” kisah suami Hj. Nia Kurnia ini. Kemampuan istri dalam menjahit dan mengelola keuangan adalah modal besar bagi Amry. Dari situlah kemudian ia memroduksi kerudung dari bahan baku menjadi barang jadi. Ternyata pada saat itu ‘jilbab gede’ produk Amry dan istri belum memiliki saingan. Hingga produk tersebut laku dan banyak diminati. Perusahaannya pun berubah nama menjadi Pustaka Rabbani Muslimah. Kemudian menjadi Rabbani Muslimah, “resminya tahun 2000 menjadi CV Rabbani,” ungkap Amry yang kini memiliki target besar dengan Rabbani-nya ini. Jatuh Bangun Setiap bisnis yang dijalani Amry selalu berkaitan dengan pengamatannya mengenai perkembangan dakwah. Ia bertekad dengan bisnisnya untuk membangun masyarakat yang sejahtera di bawah naungan Islam. Oleh sebab itu, filosofi bisnis yang ia gunakan sampai saat ini tidak terlepas dari renungan Al Quran dan Al Hadist. Filosofi inilah yang membuatnya tetap tabah dan berpasrah diri pada Alloh SWT ketika mengalami jatuh bangun dalam berbisnis. Sama halnya dengan pengusaha-pengusaha lain, tentunya Amry pernah mengalami posisi di bawah dalam keadaan tertekan. Jalan usaha tak selamanya mulus. Sekitar tahun 1999-an Amry terlibat bisnis dengan perusahaan ekspor yang beberapa waktu kemudian teman-teman dia sendiri di perusahaan ini mendepaknya. Tidak lama setelah itu, perusahaan tersebut bangkrut.
Teman-temannya tak mau bertanggung jawab, semua kesalahan dituduhkan kepada Amry. Padahal perusahaan ini memiliki hampir 800 nasabah. “saya sampai harus mengganti 2 milyar dan hampir masuk penjara,” tuturnya. Tekanan demi tekanan ia hadapi terus. “sampai saya seperti orang gila saat itu,” kisah Amry. Puncaknya pada tahun 2003. Amry memutuskan untuk berangkat ke Mekkah naik Haji bersama istri. Ia berkeyakinan dengan meminta langsung kepada Sang Penguasa segala urusan, Alloh SWT di ‘rumah’-Nya, masalah berat yang sedang dihadapinya insayAlloh terselesaikan. Dan memang benar demikian adanya. Sepulang dari menunaikan ibadah haji, segala hal yang berkaitan dengan urusan hukum yang menjeratnya selesai sudah. Ia dan istrinya mulai bangkit menempuh puncak kejayaan bisnis fashion muslimahnya. Ia mengakui bahwa kemajuan bisnis yang dikaruniakan Alloh kepadanya adalah bagian dari keberkahan Ramadhan. “Ramadhan selalu menjadi puncak cut-off bisnis kami,” ungkapnya girang. Kesusahan dan Kemudahan Alloh SWT berfirman, “karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS 94: 5-6). Ayat ini dan pada surat inilah Amry berpegang teguh dalam menjalani bisnis. Baginya, surat ini adalah panduan bagi pebisnis yang ingin sukses dan pantang menyerah. Janji Alloh SWT yang memberikan banyak jalan keluar dari satu masalah dan kemudian masalah berulang lalu Alloh memberikan banyak jalan keluar lagi adalah nyata bagi sosok yang kini disegani sebagai pengusaha sukses dari Bandung ini. “intinya adalah yakin dan berprasangka baik pada Alloh,” katanya. Saat ini perusahaan yang dipimpin Amry sudah mencapai omset milyaran setiap bulannya. “setiap dua detik menghasilkan satu kerudung,” katanya. Bahkan sekarang permintaan pasar melebihi kapasitas produksi yang ada. Lalu, ‘panen’ tidak hanya pada saat Ramadhan atau idul fitri, tapi sepanjang tahun. Selain maju, Rabbani juga berhasil menerapkan manajemen berbasis syariah. Amry mengistilahkannya dengan manajemen jihad. Kultur perusahaannya yang terbiasa dengan mutaba’ah yaumiyah (evaluasi amalan sehari-hari), premi amalan sunnah dan penggunaan istilah-istilah islami membuat para pegawainya memiliki semangat bekerja untuk jihad. "Di sini kita menerapkan UMZ, upah minimun zakat. Penghasilan karyawan disesuaikan dengan batas minimum jumlah pembayaran zakat profesi. Agar mereka bisa menyisihkan uangnya untuk zakat," jelas Amry. Upah minimum regional (UMR) untuk daerah Bandung dan sekitarnya sekitar Rp 650 ribu. Sopir, kasir, pelayan hingga penjahit di Rabbani dibayar dengan batas terendah Rp 1,5 juta setiap bulannya. "Itu sudah berlaku sejak usaha kita masih berupa industri konveksi di rumahan," tegas Amry yang hingga Rabbani sudah berubah menjadi bisnis garmen tetap berusaha meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Rabbani memiliki tiga cabang toko di Bandung, Depok dan Jatinangor yang umumnya dekat dengan lingkungan kampus. Ia mengupayakan setiap karyawannya memiliki multi skill yang selalu di up-grade setiap bulannya. Setiap paginya, Rabbani mengadakan kajian kewirausahaan, agama, hingga pengetahuan umum bagi karyawannya. Kini, Rabbani memiliki mujahid (karyawan) hampir 1000 orang."Kita sedang melihat peluang untuk waralaba. Kita sedang minta bantuan. Mudah-mudahan bisa menyebar dengan cepat," papar Amry mengenai rencana kemajuan usahanya. Amry juga mulai merambah ke bisnis property. Untuk pengembangan perdagangannya, Rabbani membuka networking distributor tunggal atau mitra dealer dan strukturalnya untuk setiap kota/kabupaten yang ada di Indonesia, saat ini Rabbani memiliki mitra dealer sebanyak 186 Dealer dan 180 strukturalnya yang tersebar di seluruh kota dan pelosok Indonesia. Kemudian sistem perdagangan yang sekarang sedang dikembangkan adalah networking reSHARE (Retail Outlet Syariah) yaitu pengembangkan outlet kelola bersama dengan sistem shariah/bagi hasil, juga pengembangan networking marketing AS (markAS) Rabbani yaitu pengembangan mitra distribusi regional yang mencakup area distribusi per provinsi. Selain sistem pemasaran tersebut di atas, Rabbani juga senantiasa membina kerjasama dengan Prodction House, televise, Radio, kampus, sekolah dan instansi pemerintah dan swasta untuk mensponsori kegiatan mereka antara lain bazaar, demo kreasi kerudung cantik Rabbani, sinetron dan sponsorship lainnya. Amry berharap umat Islam bisa maju dengan ekonomi mengalahkan China. Bahkan ia beberapa waktu lalu menyempatkan berkunjung ke China. “berkeliling di sana nggak cukup 3 hari untuk melihat-lihat,” ungkapnya. Bisnis holding yang ia cita-citakan kini hampir menuju kenyataan. Menghukum Tanpa Kekerasan Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi) Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop. Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk
mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel. Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, “Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.”. Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya. Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00. Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun “Kenapa kau terlambat?”. Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab “Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu”. Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong. Lalu Ayahnya berkata, “Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik- baik.”. Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan dibelakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan. Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi. *Pernyataan Arun:* “Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan.”
Kisah Sukses CEO Eksentrik Untuk menjadi pemimpin hebat, zuhud adalah prasyarat utama. Inilah kisah sukses CEO yang tak begitu dikenal, tapi ternyata berprestasi lebih hebat ketimbang Jack Welch dan eksekutif selebriti lain. Suatu siang pada 1971, Darwin E. Smith terpilih menjadi CEO Kimberly-Clark, perusahaan kertas tua, yang selama 20 tahun terakhir nilai sahamnya anjlok 36% dibanding pasar secara umum. Smith yang pengacara di Kimberly-Clark itu tak yakin ia pilihan tepat. Apalagi, seusai pemilihan, seorang direktur menghampiri dan mengingatkan bahwa ia sebenarnya tidak memenuhi beberapa prasyarat untuk jabatan eksekutif puncak tersebut. Tetapi, sejarah mencatat, Smith bukan hanya mampu bertahan sebagai CEO selama 20 tahun. Lebih dari itu, dalam dua dasawarsa kepemimpinannya, lelaki santun tersebut berhasil mengibarkan Kimberly-Clark jadi perusahaan produk konsumer berbasis kertas yang memberikan return saham kumulatif 4,1 kali lipat rata-rata pasar mengalahkan baik pesaing lama (Scott Paper) maupun baru (Procter & Gamble), bahkan lebih tinggi tinggi ketimbang kampiun industri seperti Coca-Cola, Hewlett-Packard, 3M, dan General Electric. Kinerja yang mengesankan, tulis Jim Collins dalam bukunya yang laris, Good to Great. Salah satu contoh terbaik dari sukses membawa perusahaan yang bagus menjadi perusahaan yang hebat, pada abad ke-20. Kendati demikian, tak banyak orang bahkan dari kalangan pemerhati sejarah manajemen dan korporasi yang tahu siapa itu Darwin Smith. Musababnya? Mungkin karena Smith sendiri lebih suka tetap tak dikenal. Ia lebih suka bergaul dengan penebang kayu dan menghabiskan liburannya dengan berkeliling naik traktor di tanah pertaniannya Wisconsin ketimbang melobi kalangan pers. Tak heran kalau namanya tak pernah berkibar sebagai selebriti, apalagi pahlawan. Ketika seorang wartawan bertanya tentang gaya manajemennya, Smith yang berpenampilan sederhana dengan jas usang dari J.C. Penney department store kelas menengah bawah cuma menatap bingung dari balik kaca matanya yang tebal. Setelah terdiam beberapa lama, baru dari mulutnya keluar jawaban singkat: Eksentrik. Smith memang sangat pemalu dan rendah hati. Tetapi, bukan berarti ia lembek. Lahir dari keluarga petani miskin, siang hari Smith muda harus bekerja di International Harvester agar bisa kuliah malam di Indiana University. Suatu hari terpotong. Dan, ceritanya, ia tetap masuk kuliah malam harinya, lalu masuk kerja lagi keesokan harinya. Hebatnya lagi, walau kuliah sambil kerja full time, Smith diterima di salah satu program pascasarjana ilmu hukum paling bergengsi di dunia: Harvard Law School. Belakangan, hanya dua bulan menduduki kursi CEO, Smith didiagnosis menderita kanker hidung dan tenggorokan, dan diramalkan tak akan bertahan hidup sampai setahun. Ia memberi tahu Dewan Direksi tetapi meyakinkan mereka, Aku belum mati dan tak berencana mati dalam waktu dekat. Smith membuktikan ucapannya. Ia memenuhi seluruh jadwal kerjanya yang ketat,
walau setiap akhir pekan harus melakukan perjalanan dari Wisconsin ke Houston, Texas, untuk radioterapi dan hidup sampai 25 tahun kemudian sebagian besar sebagai CEO. Yang lebih hebat lagi, ia menunjukkan kegigihan yang sama ketika mengibarkan kembali Kimberly-Clark yang terpuruk, terutama ketika menuntaskan keputusan paling dramatis dalam sejarah perusahaan kertas tersebut: Melego pabrik kertas yang merupakan sumber utama pendapatan mereka. Tak lama setelah menduduki kursi CEO, Smith dan timnya menyimpulkan bahwa bisnis inti tradisional mereka coated paper tak bisa diandalkan lagi. Matematika bisnisnya jelek dan daya saingnya lemah. Di sisi lain, mereka melihat, kalau Kimberly-Clark berani terjun ke industri konsumer produk kertas, pesaing kelas dunia seperti P&G akan memaksa mereka untuk besar atau, sebaliknya, hancur. BILL GATES, KEVIN MITNIK, DAN WILLIAN JOY Pada suatu pagi di musim dingin tahun 1974, dalam perjalanan mengunjungi sahabatnya Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul World’s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models. Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates, dan mereka menyadari bahwa era “komputer rumah” akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer-komputer tersebut sangat dibutuhkan. Bill Gates kemudian menghubungi perusahaan pembuat Altair, yaitu MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems).Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dan hebatnya dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap diimplementasikan dan bekerja sempurna di Altair. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard, dan bersama dengan Paul Allen mendirikan Microsoft. Kisah berbeda datang dari Jerry Yang, yang pada tahun 1990 menjalani program doktor di Stanford University. Bersama dengan sahabatnya David Filo, mereka lebih menyukai kegiatan surfing di Internet, daripada aktifitas dan penelitian program doktor yang mereka ikuti. Mereka mulai mengumpulkan link situs-situs yang menarik, sampai akhirnya list yang mereka buat telah menjadi terlalu panjang dan terlalu banyak. Mereka kemudian membaginya menjadi banyak kategori dan subkategori. Inilah peristiwa bersejarah yang mengawali lahirlah perusahaan besar bernama Yahoo!. Yahoo merupakan singkatan dari ―Yet another Hierarchical Officious Oracle―. Awalnya, yang mengakses ke direktori Yahoo! hanya Yang, Filo, dan beberapa teman dekat mereka di Stanford University. Namun, dari obrolan mulut ke mulut, orang mengakses ke Yahoo! menjadi semakin banyak. Mengetahui bahwa orang yang mengakses ke Yahoo! menjadi sangat banyak, mereka akhirnya menjadikan Yahoo! sebagai bisnis. Dua kisah diatas tercatat dalam sejarah bagaimana sebuah bisnis Information Technology (IT) dapat terlahir. Dan masih banyak kisah-kisah lain tentang kesuksesan bisnis IT, yang kadang dimulai dari sesuatu yang sederhana, dari sebuah hobi atau
kemampuan kita membaca kebutuhan masyarakat terhadap suatu solusi. Bidang IT termasuk bidang yang unik, karena banyak sekali pebisnis dan tokoh-tokoh IT lahir justru karena kekuatan karakter dan kreatifitas. Nah, keunggulan yang diperoleh seseorang karena pengakuan dan penghargaan publik terhadap hasil karya, produk, ide dan perjoeangan yang dilakukan adalah merupakan keunggulan defacto. Sebaliknya keunggulan yang diperoleh seseorang karena gelar (degree), sertifikasi (certification) dan pengakuan formal, sering saya sebut sebagai keunggulan dejure. Bisnis dan peluangnya bisa lahir dari keunggulan defacto maupun dejure, dan keduanya bisa saling melengkapi. Bill Gates, Kevin Mitnik, Steve Jobs, dan William Joy, adalah nama-nama yang besar di dunia IT karena keunggulan defacto mereka. Orang mungkin juga lupa bahwa Jerry Yang adalah seorang akademisi yang menguasai dengan baik teori-teori dasar komputasi. Meskipun dia lebih terkenal karena sebagai founder dari Yahoo.Com. William Joy yang lulusan the University of California Barkeley, justru lebih terkenal karena sebagai pendiri dari Sun Microsystems. Bill Gates dan Kevin Mitnik juga memberikan nyata bagaimana keunggulan defacto menjadi sesuatu hal yang dominan dalam terlahirnya sebuah bisnis. Menariknya fenomena ini juga dikaji secara mendalam laporan khusus Gartner 2006 (Gartner Predictcs 2006 Special Report), meskipun dengan terminologi yang berbeda. Diramalkan bahwa pada tahun 2010 pasar kerja para spesialis IT akan berkurang hingga 40%. Para spesialis (specialist) ini akan digantikan oleh versatilis (versatilist), yang mampu mengkombinasikan kompetensi dan keahlian teknis, dengan pengalaman bisnis dan kemampuan memberikan solusi komprehensif. Dengan degree dan sertifikasi, kita mungkin akan bisa menjadi seorang spesialis dalam suatu bidang (keunggulan defacto). Tapi ternyata ini saja tidak cukup, diperlukan kemampuan verbal, komunikasi memberi solusi dan berhubungan dengan orang lain (keunggulan defacto). Ini yang disebut dengan seorang versatilis, dan versatilis bukanlah generalis yang tahu banyak hal tapi dangkal atau hanya kulit-kulitnya saja. Inilah jalan untuk survive dan menjadi seorang entrepreneur di dunia IT. Dan Sumber Daya Manusia (SDM) IT Indonesia, sejak dini sebaiknya diarahkan untuk memiliki kombinasi kedua keunggulan tersebut. Di satu sisi kita selalu encourage mahasiswamahasiswa kita untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Di sisi lain kita ajak untuk aktif dan kreatif lewat kerja-kerja unik yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas. Memberi kesempatan mereka untuk mengerjakan berbagai project atau mengembangkan produk yang bisa mereka jual. Dan pengalaman itu mematangkan teori dan konsep yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Saya sendiri sejak duduk di tingkat 2 program studi S1 di Saitama University, sudah mulai mencoba kerja part time, bergabung ke berbagai perusahaan IT di Jepang, menjadi programmer, engineer, atau lecturer. Bekerja bersama dan berkomunikasi dengan rekan-rekan di Industri, ternyata mematangkan dan memberikan ruh ke ilmu pengetahuan konseptual yang saya dapatkan di bangku kuliah.
Yang menarik, dari ratusan tawaran mengajar, seminar, maupun kesempatan bisnis yang mampir ke saya, sebagian besar datang karena aktifitas saya di dunia maya, karena IlmuKomputer.Com yang saya buat, karena tulisan-tulisan saya di media cetak, elektronik, dan di situs blog RomiSatriaWahono.Net, ataupun karena pendapat saya di milis-milis. Ini semua (defacto). Sebagian lagi datang karena saya peneliti di LIPI atau karena degree saya (dejure). Pesan terakhir untuk rekan-rekan generasi muda yang ingin mendaki jalan hidup sebagai seorang entrepreneur di bidang IT:
Sistem operasi, bahasa pemrograman, software dan teknologi hanyalah sebuah tool (alat) yang harus kita kuasai dan gunakan untuk memecahkan masalah. Tool tersebut bersifat tidak kekal, dan bukanlah agama yang harus dianut atau difanatikkan seumur hidup. Ketergantungan terhadap sebuah tool adalah kebodohan. Debat kusir tentang tool dan saling mengumpat atau membela matimatian sebuah tool adalah tindakan sia-sia, karena mereka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap peluang memiliki nilai untung dan rugi, setiap keputusan yang diambil dalam hidup harus memperhitungkan opportunity cost yang harus dibayar. Ketika kita harus mengambil cuti kuliah untuk mengerjakan sebuah project IT, harus diperhitungkan benar seberapa jauh cost yang kita keluarkan untuk mendapatkan pengalaman tesebut. Pembelian buku dan komputer harus kita anggap sebagai sebuah investasi. Kita harus produktif menggunakan buku dan komputer untuk menghasilkan keuntungan baik material maupun pengalaman. Cerdas dalam mengambil berbagai peluang yang ada dan usahakan mengemasnya dalam sebuah karya dan produk yang menjadi solusi bagi orang lain. Mengambil kesempatan kerja part time atau full time sebagai proses pembelajaran dan melatih diri secara riil di dunia industri. Latihlah kemampuan verbal. Diantara kesibukan berkomunikasi dengan mesin (komputer), tetap latih teknik dan strategi berkomunikasi dengan manusia. Berlatihlah menyampaikan pengetahuan dan teknologi yang kita kuasai dengan bahasa sederhana dan dapat dipahami dengan mudah oleh orang awam sekalipun. Bangun jaringan (networking) dan kerjasama dengan berbagai pihak. Setiap pertemuan dengan orang lain, siapapun dia, akan membawa manfaat bagi kita, meskipung kadang-kadang tidak langsung datang seketika.
Siapapun kita, apapun degree kita, apapun bidang kerja kita, asal kita sudah berniat untuk terjun di bisnis dan industri IT, kita bisa mulai dari keunggulan defacto dan dejure yang kita miliki. Jadi pebisnis IT, siapa takut?
PEJEMPUT PASAR MASA DEPAN Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun, pada saat kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna) ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004. Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna. Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun. Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat. Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna. Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan. Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif. Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya. Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna berdiri 1913 adalah keputusannya menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International, Maret 2005. Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum. Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu. Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005). Dia melihat masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur. Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.” Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif. ►e-ti/tian son lang, dari berbagai sumber *** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) Kisah Sukses Yatim-Piatu dari Narumonda Kisah hidup si yatim-piatu dari Desa Narumonda, Porsea, Sumatera Utara, yang terkenal sebagai pemimpi (dreamer), cerdas dan sosok pekerja keras, ini laksana gudang pengalaman atau sumber mata air yang tak kunjung kering bagi siapa pun yang memandang pengalaman adalah guru yang terbaik. Dia rendah hati, jujur, tekun dan cerdas. Dia menapaki kehidupan langkah demi langkah, melintasi berbagai tantangan dan meraih berbagai keberhasilan. Sehingga menjadi seorang ekonom ternama dan top eksekutif keuangan berskala dunia. Profesor doktor ini lahir 12 September 1941 di Desa Dairibagasan, Negeri
Narumonda, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara (sekarang Toba Nauli), sekitar 223 kilometer arah selatan Kota Medan, Sumatera Utara. Walau lahir di sebuah desa atau kecamatan yang tak akan pernah diketemukan dalam peta karena keterpencilan dan kalah populer dari dua kota yang mengapitnya Balige dan Parapat, namun, kepiawaian dan popularitasnya di kalangan para profesional top eksekutif keuangan dunia pernah menjadi pembicaraan hangat yang sangat fenomenal. Menurut ceritera neneknya, pada saat dia lahir, kedua orangtuanya (ayah Manail Darius Manullang dan ibu Manonga Renia boru Marpaung) sempat bingung, sebab disangka dia lahir tanpa nafas. Sang Bayi lahir dalam keadaan terbungkus oleh plasenta, nampak seperti berada dalam karung plastik. Dalam bahasa Batak disebut Baluton, yang dipercaya sebagai pertanda si bayi memiliki suatu keistimewaan. Untung dukun beranak yang menolong ibunya cepat-cepat menyobek plasenta tersebut. Kemudian memotong ari-arinya dan menepuk-nepuk, sehingga kemudian si bayi menangis. Kedua orang tuanya merasa lega, karena si bayi yang kemudian diberi nama Timbul rupanya masih ada nafas. Berselang beberapa waktu, Timbul kecil diberi nama baptis Laurencius Adolf. Dia cepat bertumbuh. Namun tatkala berumur jalan enam tahun bertepatan kelahiran adik satu-satunya, ayahnya Manail Darius Manullang meninggal dunia pada usia 27 tahun pada tahun 1947. Setahun berikutnya (1948), Timbul memasuki pendidikan Sekolah Rakyat VI Pardamean. Dia dan ibunya sudah mulai melampaui masa-masa paling sedih dan sulit sepeninggal ayahandanya. Namun, tiba-tiba tampaknya malang tak dapat ditolak, dia ditimpa musibah yang lebih pahit lagi. Dua tahun sepeninggal Sang Ayah, Ibunda tercinta juga meninggal pada saat usia 27 tahun pada tahun 1949. Dunia terasa gelap. Dia yang masih di bawah usia delapan tahun dan adiknya yang baru berusia tiga tahun telah menjadi yatim-piatu. Untunglah dia masih punya nenek, Martalena boru Marpaung yang telah menjanda 31 tahun. Dia dan adiknya dirawat, diasuh, dibimbing dan dibesarkan oleh nenek tercinta sejak tahun 1949. Sejak itu, Timbul menjadi pemurung dan pemimpi (dreamer). Syukur, musibah yang berat itu tidak sampai menghalanginya menimba ilmu, ternyata selama SR, Timbul tidak pernah tinggal kelas dan dapat menyelesaikan SR tersebut pada tahun 1954. Semangat hidupnya bangkit terutama berkat pengasuhan neneknya yang penuh kasih sayang. Hidup dalam pengasuhan nenek dirasakan Laurence dan adiknya justru sangat nikmat dan membahagiakan. Terlebih dalam lingkungan kultur suku Batak yang menggariskan posisi kakek/nenek (ompung) dengan cucu adalah setara dan sejajar. Cucu adalah personifikasi ompung. Jika seorang ayah seringkali mendidik anak supaya taat dengan cara keras, mencubit hingga memukul dengan sapu lidi, maka seorang ompung tak akan pernah tega dan mau melakukannya satu kali pun. Selain ompung, tulang (paman) atau keluarga laki-laki dari ibu dan nenek yaitu Marpaung turut pula membesarkan Laurence dan adiknya dengan telaten. Itu sebabnya Laurence sangat menunjukkan rasa hormat dan respek kepada
setiap marga tulang-nya Marpaung. Manusia Cerdas Ketiadaan ayah dan ibu kandung tidak menghalangi keinginan Laurence mengisi hari-harinya tumbuh dan berkembang menjadi remaja Batak yang terhormat dan dibanggakan. Gejala yang timbul padanya hanyalah kecenderungan bersikap pemurung dan menjadi pemimpi (dreamer). Pendidikan Sekolah Rakyat (SR) VI di Pardamean berhasil dia selesaikan antara tahun 1948-1954. Setamat SR, Timbul melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Narumonda suatu sekolah yang paling favorite di Tapanuli Utara bahkan di Sumatera Utara pada waktu itu karena lulusannya diterima di SMA mana pun baik di Medan dan sekitarnya. Dia menyelesaikannya antara tahun 1954-1957. Namun sikap pemurung tak dapat menyembunyikan kecerdasan Laurence. Kecerdasannya semenjak menjadi siswa SMP Narumonda terbaca oleh Pendeta Haas, seorang pendeta berkebangsaan Amerika Serikat. Karena Timbul kelihatan cerdas namun pemurung, pendeta ini menawarkannya untuk sekolah di SMA Advent di Pematang Siantar, sebuah sekolah yang menerapkan sistem boarding school (sekolah berasrama). Sekolah yang dahulu bernama North Sumatera Training School Pematang Siantar, ini dipimpin oleh R.A. Fighur. Selama tinggal di Narumonda, Laurence dikenal dengan nama baptis Laurencius Adolf Manullang. Malah sebelum dibaptis, dia sering dipanggil dengan nama Timbul, nama yang diberi ayahandanya sebagai pertanda proses kelahirannya yang unik, terlahir dalam keadaan terbungkus rapi oleh plasenta. Setelah masuk SMA Advent Pematang Siantar, nama Timbul Laurencius Adolf Manullang diubah oleh Richard Fighur, menjadi Laurence Adolf Manullang. Di sekolah itulah dia mendapat perhatian khusus, dilatih kepemimpinan ekstrakulikuler, bahkan dilatih pidato bahasa Inggris. Kemudian kebiasaan pemurung itu berkembang menjadi bakat dengan kemampuan membuat puisi dan prosa yang sangat produktif atas bimbingan gurunya Tulus Mangunsong yang saat ini telah menjadi warga negara Amerika Serikat bermukim di California. Mimpi-mimpinya dibiarkan saja terus berkembang bahkan memacunya ingin keliling dunia bergaul sama rata tanpa dibebani rasa rendah diri atau inferiority complex dengan warga bangsa lain. Tiga tahun dalam pembinaan di boarding sekolah tersebut, dia berhasil menyelesaikan tingkat SMA itu dengan honorable mention. Dari Pematang Siantar dia melanjut ke Bandung memasuki sebuah kampus Perguruan Tinggi Advent Bandung, dahulu bernama Indonesia Union College Bandung. Di mana Laurence langsung dibina oleh Dr. B.A. Aen dan Dr. Percy Paul, Dr. R.H. Tauran, President dan Dean pada waktu itu yang juga menerapkan sistem boarding school. Kampus ini berafiliasi dengan Andrews University di Michigan, AS, dan dengan Philiphine Union College, Manila. Dr. Charles Martin pimpinan Pemuda Advent se-Timur Jauh mempunyai andil dalam pertumbuhan watak, intelektualitas Laurence. President Student Laurence muda yang senang pelajaran angka-angka memilih jalur minat akuntan. Pelajaran ing di kampus Indonesia Union Colege itu disamakan dengan
standar yang ada di Amerika. Yakni, setiap tingkat harus mengikuti ujian yang disebut project set yang untuk menyelesaikannya dibutuhkan waktu minimal tiga hari. Project set diujikan sama kualitasnya dengan standar ujian meraih A (Certified Public ant) di Amerika, yang sesungguhnya tergolong tidak mudah. Namun, Laurence selalu saja senang menempuh pendidikan yang ketat demikian sebab terbukti dia kerapkali memperoleh nilai ujian dengan pujian. Walau kampus menerapkan sistem belajar yang sangat intensif dan asrama yang ketat, juga sistem pendidikan Advent dibangun pada filosofi: True education is the Harmonious development of physical, mental and spiritual, producing the men of principles, who can not be bought and sold even through heaven falls into the earth, he or she will stick to the principle like the needle to the pole, masih saja terbuka kesempatan kepada setiap mahasiswa mengembangkan bakat kepemimpinan melalui pelajaran ekstrakurikuler. Laurence termasuk mahasiswa yang dapat memetik prasarana itu dengan baik, dengan terpilihnya dia menjadi President Student Association yang dapat disamakan dengan Ketua Dewan Mahasiswa. Pada saat kepemimpinannya, Laurence ingin lebih mengembangkan hubungan antar perguruan tinggi di Indonesia, mengubah kultur Perguruan Tinggi Advent itu yang selama bertahun-tahun selalu berkiblat ke Amerika. Laurence berhasil menjalin hubungan dengan Universitas Padjajaran (UNPAD) dan mengundang pimpinan UNPAD berkunjung ke kampus Indonesia Union Colege itu yang terletak di kaki gunung Burangrang. Undangan itu bersambut dengan baik, sebab suatu saat mahasiswa UNPAD memutuskan mengadakan cross country ke lokasi sekolah yang langsung dipimpin oleh Rektor UNPAD yaitu Prof. DR. Sumantri Brodjonegoro dan Pembantu Rektor I Prof. DR. Mustopo. Laurence pada saat itu sangat populer dan dikagumi banyak mahasiswa/i. Bukan hanya itu, berita mengenai kepemimpinan dan prestasi akademiknya tersebar ke beberapa perusahaan seperti Caltex dan Stanvac. Kemudian utusan perusahaan itu mendatangi sekolah untuk merekrut calon lulusannya bergabung setelah graduation. Demikian pula Laurence mendapat tawaran yang pertama dari perusahaan itu bergabung dengan mereka walaupun 5 bulan lagi baru penamatan (graduation). Tapi Laurence memilih Indonesia Union Corporation di Bandung, sebab dia telah menjatuhkan pilihannya terhadap seorang gadis cantik yang kemudian menjadi istrinya, yang mengabdikan layanan sebagai perawat di Bandung. Laurence menyelesaikan pendidikan di Indonesia Union College antara tahun 1960-1963 dan berhak meraih gelar Bachelor of Art (BA) bidang ing. Dalam kehidupan sehari-harinya, telah berkembang pendekatan demokratis dan terbuka (transparant) serta langsung (to the point). Di mana sikap ini sebagian mewujudkan happy ending tetapi sering juga merugikannya. Sebagai good news, pernah dia mengundang teman dekatnya, seorang gadis cantik, pada 1 Mei ke Dago Atas. Pada saat itu cuma berdua duduk di bawah pohon bambu tidak jauh dari air terjun yang memperindah kenyamanan suasana pada waktu itu. Tanpa basa-basi, Laurence langsung menanyakan teman dekatnya untuk
meningkatkan hubungan dari dekat menjadi istimewa sampai ke perkawinan. Teman dekatnya diam, lama tidak bisa bicara. Setelah didesak memberikan jawaban pada saat itu, teman dekatnya menjawab, ya. Namun beberapa hari kemudian, gadis teman dekatnya itu tidak mau menerima kedatangannya. Baru 11 hari kemudian, yaitu pada tanggal 12 Mei teman dekatnya mau menerima kunjungannya. Ketika ditanya, kenapa koq tidak mau menerima kunjungan padahal sudah diiyakan meningkatkan hubungan. Gadis cantik itu menyatakan: “Saya bilang ya, karena takut. Kalau bilang tidak, bisa-bisa dicemplungkan ke air terjun Curug Dago Atas tersebut, dan saya memerlukan 11 hari untuk merenungkannya.” Maka, pada tanggal 12 Mei itu, Laurence menanyakan lagi, apakah sudah merenungkan tanpa ketakutan. Temannya menyatakan: “Ya, memang kasih sayangmu murni.” Nama gadis itu adalah Beffie Lanny Batubara kelahiran Bungabonder, Tapanuli Selatan. Kemudian dia bersama Beffie Lanny Batubara ini sungguh-sungguh dipersatukan Tuhan sebagai suami istri. Mereka menikah tahun 1964 saat usia Laurence masih terbilang muda 23 tahun, dan usia Beffie Lanny br. Batubara 22 tahun. Satu tahun kemudian mereka sudah dikaruniai anak. Keluarga ini pun hidup bahagia dengan dikaruniai Tuhan lima orang anak yaitu Leonora Manullang, SE, MM, MBA, Associate Manager Korn Ferry Indonesia, Leonard Manullang, SE, MM/MBA pada saat ini sedang mengambil program Doktor di UPI/YAI, Agusdjaja Satrianegara, SE, MM, berada di California, Rizal Ruben, SE, MM dan istrinya Rina Idroes Chaniago, SE, berada di Pangkal Pinang, dan Yolanda Puspasari, SE, sedang berada di California. Di samping itu mereka telah mendapat 3 orang cucu perempuan yang manis-manis, yaitu Pamela Abigail Laurent, Brigitta Laurencia Geovana, Patricia Desire Lorenza. Seiring dengan kesuksesan dalam keluarga, Laurence juga sukses dalam pendidikan lanjutan dan karir di perusahaan maupun di organisasi proffesi dan lembaga pendidikan. Sementara, kerugian yang dialami akibat keterbukaannya yang to the point itu, antara lain sangat banyak idenya ditilep orang lain, juga orang sering salah sangka karena pikirannya diutarakan secara terbuka dan cepat. Karir dan Pendidikan Pertama kali bekerja sebagai Chief ant di Indonesian Union Corporation Inc. di Bandung. Satu tahun kemudian dia dipromosikan menjadi Internal Auditor hingga tahun 1966. Pada tahun 1967 Laurence mendapat kesempatan menjadi Secretary/Treasurer berkedudukan di Medan, kantor cabang Indonesian Union Corporation Sumatera Utara. Kesempatan “pulang kampung” dimanfaatkannya memperdalam ilmu pengetahuan. Pada tahun 1968 dia mendaftarkan diri mengikuti kuliah di dua kampus sekaligus, yakni di Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Medan, serta di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Dia lebih dahulu meraih gelar sarjana dari IKIP Medan di tahun 1970. Di lembaga ini, Laurence berkesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat
sebab IKIP Medan sedang memperoleh bantuan dari pemerintah pusat sebagai proyek percontohan penerapan sistem absensi ketat. Di mana, dipersyaratkan tingkat kehadiran kuliah mahasiswa minimal 80 persen baru diijinkan ikut ujian. Lulus dari IKIP Medan tahun 1970, Laurence mengundurkan diri dari Indonesian Union Corporation Cabang Sumatera Utara. Demikian pula, dia tidak melanjutkan studi akuntansi di USU Medan yang sudah memberinya gelar setingkat sarjana muda akuntansi. Dia bersama keluarga hijrah ke Jakarta. Di Jakarta, Laurence diterima bekerja sebagai Procurement Analyst di USAID, di Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat. Setahun saja di USAID, pada tahun 1971 Laurence pindah ke sebuah kantor akuntan perusahaan multinasional Arthur Young sebagai Auditor. Dan setahun kemudian, di tahun 1972 dia pindah lagi ke sebuah perusahaan orientasi ekspor yakni ICI sebagai ant. Pada pertengahan tahun 1972, Laurence kembali harus pindah, kali ini masuk ke PT Richardson-Merrell Indonesia sebuah perusahaan multinasional yang sekarang bernama Proctor & Gamble Indonesia (P&G). Di sini awalnya dia ditempatkan sebagai ing Manager. Setelah menjalani beberapa kali training di luar negeri seperti Manila, Kuala Lumpur dan Bangkok, pada tahun 1974 Laurence dipromosikan menjadi Finance Controller. Sebagai perusahaan berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) P & G dikenal sangat baik menaikkan value perusahaan dengan cara meningkatkan value para karyawan. Perusahaan menjalankan program International Executive Development Plan. Setelah pembekalan manajerial yang matang, dan juga menempati posisi strategis yang kredibel, maka Laurence dipromosikan menjadi Financial Director. Untuk sampai ke jajaran elit direksi tersebut, Laurence aktif dan kenyang mengikuti pengembangan karir sebagai eksekutif inti, antara lain di bidang financial ing, cost ing, budget and control, controllership, financial management and philosophy, management by objective, financial planning, business strategy and planning hingga management for international currency exposures. Pendidikan dan pelatihan itu bisa berlangsung di kantor pusat perusahaan di New York, maupun di lokasi-lokasi representatif lain seperti di Honolulu, Tokyo, Dominican, Mexico, Rie de Jeneiro (Brazilia) yakni lokasi cabang-cabang perusahaan yang menunjukkan pula makna lain yaitu performance yang outstanding. Ketika menjabat Direktur Keuangan berbekal kemampuan manajerial yang matang, menempati posisi strategis yang matang, kepada Laurence diserahi tugas mendaftarkan perusahaan PT Richardson-Merrell Indonesia sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada tahun 1976. Perusahaan ini kemudian tercatat sebagai perusahaan kelima yang menjual saham secara terbuka kepada publik di BEJ. Tak kurang delapan tahun Laurence mengabdi di PT Richardson-Merrell Indonesia, sejak tahun 1972-1980. Laurence kemudian pindah kerja di Widjojo Group sebagai Group Financial Director (1981-1982). Lalu menjadi Group Vice
President Finance (1982-1984) pada kelompok perusahaan Wirontono. Dan pada tahun 1985-1989 dia menjabat President Director pada PT Artha Borindo Persada. Raih 3 Gelar Doktor Laurence tidak pernah berhenti belajar dari self study, workshop dan seminar. Di antara teman-teman sejawatnya, dialah yang paling banyak mendapat kesempatan mengadakan perjalanan ke luar negeri. Mengikuti International Conference yang diselenggarakan oleh perusahaannya. Dia minimal menghadiri 2 kali conference jarak jauh di mana tempatnya paling sering dilaksanakan di Honolulu atau New York, dan minimal 2 kali menghadiri rapat jarak dekat seperti Bangkok, Manila, Kuala Lumpur. Dia bukan hanya berkesempatan melanglangbuana mengikuti berbagai konferensi internasional yang diselenggarakan oleh internal perusahaan. Di luar perusahaan kesempatan sangat terbuka luas. Sebab Laurence aktif pula sebagai salah satu pimpinan organisasi Institut Eksekutif Keuangan Indonesia, atau Indonesian Financial Executive Institute (IFEI) yang berafiliasi ke International Association of Financial Executive Institutes (IAFEI). Antara tahun 1975-1980 di organisasi IFEI tingkat Indonesia ini Laurence aktif sebagai Executive Secretary, Vice President dan terakhir sebagai President. Demikian pula di organisasi tingkat internasional IAFEI, Laurence memegang beragam jabatan penting dan strategis sejak tahun 1977-1984. Di organisasi profesi eksekutif keuangan dunia ini minimal dua kali dalam setahun, dia harus menghadiri pertemuan tahunan yakni Board of Governors Meeting dan World Congress. Kenyang dan kaya akan pengalaman serta bergaul luas dengan kalangan pelaku bisnis dan keuangan baik dalam dan luar negeri, mendorong tekad Laurence mencarikan pengakuannya dari dunia akademis. Berbeda dengan di dalam negeri, di luar negeri kekayaan akan pengalaman bekerja dan berperan dalam berbagai kongres dan seminar dapat diajukan untuk diakui sebagai ilmu dan diberi gelar akademis. Maka dia meraih dua gelar doktor dari luar negeri bermodalkan kekayaan pengetahuannya bekerja sebagai profesional Top Eksekutif Keuangan Dunia. Di tahun 1986, dia sudah memperoleh gelar Doctor Humane Letters dari perguruan tinggi OTTAWA University, di negara bagian Kansas, Amerika Serikat. Gelar doktor kedua, dia raih tahun 1989 dari Pittsburg State University, Kansas, AS, kali ini namanya Doctor of ing. Kedua gelar doktor ini dirah antara lain berkat keaktifannya mengikuti berbagai konferensi internasional eksekutif keuangan di berbagai negara. Dia rajin menghubungi berbagi universitas baik negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Tujuannya untuk menguji apakah kekayaan pengetahuan yang dimiliki dapat diakui secara akademis. Laurence ingin memperoleh pengakuan akademis atas berbagai intensive management workshop yang diikuti. Selama 7 tahun secara akumulatif, Laurence melakukan seperti itu. Pada akhirnya, dia menghubungi Pittsburg State University sebuah perguruan tinggi di negara bagian Kansas. Di universitas ini, dia diuji pengetahuannya dan dapat diakui sederajat dengan tingkat doctoral. Di sini,
dia diwajibkan menyusun 2 ( dua) tulisan hasil penelitian yang disebut doctor project. Lalu pada tanggal 23 Mei 1989, Pittsburg State University menerbitkan diktum Certificate #KPSU11HD yang menerangkan Degree Type: Eligible for Doctoral Degree in ing. Diterbitkanlah ijasah Doctor of ing oleh Perguruan Tinggi Negeri yang paling bergengsi di negara bagian Kansas itu, setelah semua kewajiban itu dia penuhi dengan seksama. Di negara bagian Kansas, AS, Laurence berhak menyandang gelar doktor bidang akunting itu. Namun ketika dibawa ke Indonesia, ijazah dan gelar demikian tidak diakui dan tidak dilegalisasi oleh Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional. Alasannya sederhana, Ditjen Dikti belum memiliki sistem untuk mengevaluasi orang-orang yang outstanding dan proses mencapai gelar itu di luar proses konvensional. Bagi Laurence, hal itu tidak menjadi masalah. Sebab yang terpenting baginya adalah ilmu itu dapat diaplikasikan secara empiris. Namun uniknya bersamaan dengan penolakan legalisasi itu, Laurence berkali-kali dihubungi lewat telepon oleh orang tak bertanggungjawab yang meminta uang legalisasi doktor, yang angkanya mencapai ratusan juta rupiah. “Saya yang mempunyai ilmu, kok dipersulit? Jika dengan uang seratus juta, saya sudah bisa membuat tiga ruangan belajar mahasiswa lengkap dengan fasilitasnya. Padahal saya tidak mencari kekayaan di sini tetapi untuk mengabdi,” jelas Laurence datar saja. Namun, semua atribut yang dapat dari AS itu, dia kelompokkan sebagai faktor penunjang pada saat memohon kepangkatan akademik dari Dikti. Berbeda dengan di Indonesia, untuk mendirikan perguruan tinggi di AS tidak diperlukan ijin dari Pemerintah. Penyelenggara cukup melaporkan ke kantor Walikota atau County dan bilamana ingin diakreditasi baru meminta salah satu Regional Association of Colleges & Universities mengaudit. Demikian juga kepangkatan akademik dari dosen diserahkan ke perguruan tinggi sepenuhnya. Berbeda dengan di Indonesia, semua harus ada ijin dan persetujuan Dikti. Belajar dari pengalaman pahit itu, Laurence semakin membulatkan tekad memperoleh pengakuan akademis atas pengetahuan yang dimiliki dari perguruan tinggi resmi di dalam negeri. Di tengah kesibukannya yang amat padat, pada tahun 1993 dia melanjutkan kuliah lagi di STIE IBEK Pasca Sarjana dan selesai S-2 gelar Magister Manajemen (MM) konsentrasi Manajemen Keuangan, lulus dengan predikat summ cum laude tahun 1996. Ia kuliah bersama pimpinan dan dosen STIE IBEK lainnya karena diharuskan mengikuti kuliah sebagai program peningkatan SDM di Perguruan Tinggi itu, dimana Dirjen Dikti dan Kopertis III memuji tindakan itu sebagai suatu action untuk berpacu dalam berkompetisi. Puncak pencapaian akademis S-3 dengan gelar Doktor Ekonomi minat jalur utama Manajemen Akuntansi berhasil pula diraih dari Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta, dalam sebuah sidang terbuka pada 12 Mei 2004 dengan judicium sangat memuaskan. Dia memulai program S-3 sejak tahun 2001. Ini adalah gelar doktor ketiga yang diraih. Selain itu, pada tahun 1985, dia mengikuti penataran P4 di BP7. Sangat
tertarik pada sistem pengajaran tersebut, dia lulus 10 besar dan terpilih mengikuti Manggala Nasional di Istana Bogor tahun 1986. Di samping penatar nasional, dia juga mendirikan kantor konsultan untuk memberikan jasa pada perusahaan yang ingin go public, perpajakan dan financial consultant beberapa perusahaan, sehingga mempunyai waktu untuk meneruskan perkuliahan kembali. Konfrensi dan Seminar Sebagai seorang top eksekutif keuangan, Laurence telah memimpin lebih 75 seminar dalam pelbagai segmen dari MBO, IMF and World Bank Roles in Developing Countries, Taxation, Capital Market dan Investment Opportunities. Juga telah menghadiri paling sedikit 10 pertemuan internasional dimulai dari World Congress International Association of Financial Executive Institutes di Dublin Irlandia (1977), Buiness Airies (1978) di mana Laurence berkenan menjadi salah satu key note speaker on: ” How Indonesia Curbs Inflation Pressure from 650% to 10% .” Kemudian di Atlanta (1979) juga sebagai is dan dipilih sebagai Ketua IAFEI untuk ASEAN. Sydney (1980) dimana dalam kongres ini Laurence terpilih sebagai Vice President Asosiasi Eksekutif Keuangan paling bergengsi itu. Lalu di Mexico (1981) dia memimpin delegasi Asia Pasifik ke Kongres dunia ini. Tahun berikutnya di Madrid (1982) memimpin delegasi Asia Pasifik dan berhasil memasukkan Ketua BKPM, Ir. Suhartojo sebagai keynote speaker on: Investment Opportunities in Indonesia. Pada tahun 1983, Laurence berhasil memimpin World Congress of IAFEI di Jakarta yang dihadiri oleh 385 executives dari 6 benua dan menghadirkan Henry Kissinger sebagai keynote speaker on: Economic Recovery in The Turbelent World, dan pembicara lainnya seperti, William Miller Menteri Keuangan AS, Paul McKraken, Ketua Security Council AS, Presiden Meryll Lynch, Chairman Honda, dan Presiden Citibank, di samping Menkeu Indonesia, Ketua BKPM, Menteri/Ketua Bappenas. Kongres itu dibuka oleh Wakil Presiden RI, Umar Wirahadikusumah. Di samping itu dalam kongres oleh FIDIC, Asosiasi Konsultan Internasional, dia menjadi delegasi di Istanbul (1996), Edinburg (Scotlandia) 1997. Kemudian menjadi anggota delegasi Menteri Pekerjaan Umum melakukan studi banding ke Beijing 1990, dan delegasi Indonesia pada Asian Dr. ing Consortium di Seoul (2002). Sebagai lulusan KRA XXIII Lemhannas (1990), dia dikirim ke Clark dan Cubic bases, Pangkalan Militer AS di Philiphina dan menjadi tamu dari Fidel Ramos Menteri Pertahanan Phillippines, sebelum dikukuhkan menjadi Presiden Phillippines. Juga ke Timor Timur untuk mengadakan penelitian Lingstra setempat. Laurence mengusulkan kepada pimpinan Lemhannas, agar pada masa mendatang lebih banyak partisipan diundang dari Departemen Pendidikan dan Pimpinan Perguruan Tinggi. Dia juga memperbanyak taskapnya dengan judul “Perguruan Tinggi di Indonesia, masalah dan penanggulang-annya.” Taskap itu diperbanyak serta dikirimkan kepada Departemen Pendidikan mulai dari Menteri, Dirjen sampai ke tingkat Kopertis. Namun, hasil yang dia peroleh bukan ucapan terima kasih tetapi
cemoohan karena dianggap menggurui. Ini adalah salah satu kerugian karena keterbukaan dan niat ikhlas memberikan masukan malah dicemoohkan. Masukannya diterima tetapi orangnya dipertanyakan. Laurence Manullang adalah Pendiri Yayasan Institut Bisnis Ekonomi dan Keuangan (Yayasan IBEK). Sejak didirikan pada tahun 1971, dia memimpin yayasan ini hingga tahun 1996. Kemudian, Yayasan IBEK resmi mendirikan sebuah lembaga pendidikan tinggi bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBEK (STIE-IBEK) pada tahun 1987, dan Laurence menjadi Ketua STIE-IBEK sejak berdiri hingga 1993 dan disambung lagi dari 1996 hingga 2003, dan sejak tahun 2003, STIE-IBEK dipimpin oleh Dr. Gison, dan tahun 2004 ini nanti akan dipercayakan kepada Dr (cand) Leonard S. Manullang karena Dr. Gison ditugaskan sebagai Ketua STIE IBEK Pangkal Pinang. STIE-IBEK mengkhususkan diri dalam jalur minat manajemen dan akuntansi dengan menawarkan program sarjana S-1 dan S-2. Laurence duduk sebagai Ketua Yayasan. Disertasi Terlengkap Disertasi tingkat doktoralnya di Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta, berjudul “Analisis Efisiensi Pasar Modal Menggunakan Pendekatan Multiple Events Sosial, Politik, dan Ekonomi” merupakan suatu penelitian event studies yang terlengkap yang pernah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia/dunia. Disertasi ini meneliti pengaruh 51 kejadian sosial, politik, dan ekonomi di dalam dan luar negeri terhadap fluktuasi harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sepanjang tujuh tahun 1996-2003. Penelitian ini menggandengkan disiplin ilmu akuntansi, ekonomi, manajemen, dan statistik secara integratif sesuatu yang sesungguhnya tidaklah enteng karenanya hasilnya menjadi sangat mengagumkan. Seperti dikatakan oleh Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap, M.Sc.Acc, “Disertasi Anda ini kelak akan mendunia.” Demikian pula pujian datang dari Dr. Jogiyanto Hartono, MBA, Akt, “Akan banyak peneliti di masa mendatang menjadikannya sebagai referensi.” Karya Jogiyanto Hartono mengembangkan ISMD 2.0 PPA-UGM, sangat membantu Laurence mengembangkan ISMD2.0PPA-UGM sehingga penelitian yang semestinya secara konvensional harus memakan waktu 15 tahun, namun karena kedermawanan Jogiyanto tadi menjadi bisa diselesaikan hanya dua tahun saja. Demikian pula Sofyan Syafri Harahap yang mempunyai daya ingat tajam serta perfeksionis, ikut bekerja keras membantu Laurence melengkapi materi teoritis dan teknis penulisan sebagai Co-Promotor kendati Laurence nyaris sempat frustasi sebab begitu banyaknya koreksi dan perbaikan. “Karena sibuknya dalam pendidikan dan karir sampai bakat menggubah puisi atau sanjak terpendam hampir terlupakan,” kata Laurence Manullang, bangga menyelesaikan disertasi sekaligus membuatnya ingat kembali akan hobi masa remaja di Siantar, yakni sewaktu masih menjadi dreamer serta penulis puisi dan prosa yang produktif. Disertasi Laurence Manullang dalam catatan ilmu pengetahuan Indonesia menjadi suatu penelitian event studies yang terlengkap yang pernah dilakukan oleh para peneliti dengan jumlah 390 halaman untuk materi ditambah 1394 halaman lampiran. Padahal, meneliti satu event saja sesungguhnya sudah cukup sebagai prasyarat disertasi doktor. Namun Laurence bertujuan menyelesaikan
doktor dengan mengutamakan adanya sumbangan temuan baru untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan. “Bukan semata-mata untuk meraih gelar doktor, sebab sebelumnya saya sudah mengantongi dua ijazah doktor,” kata Laurence Manullang kali ini dengan kalem penuh arti. Itulah sepenggal kisah hidup sang yatim-piatu yang sukses dan karena kesibukannya dalam pendi-dikan dan karir sampai bakat meng-gubah puisi dan sanjak terpendam hampir terlupakan. e-ti => Lanjut Kisah Negeri Burung Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan. Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung. Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung negeri burung. Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun. Burungburung berbulu warna warni, pemberi keindahan. Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang. Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah. Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang. Kejam…? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.
Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna. Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon. Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya: ”Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?” Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata: ”Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat”. Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat. Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan. Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah. Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: ”Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!” Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang. Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang.
Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran. Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya: ”Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?” ”Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!” jawab si induk elang dengan penuh kasih. ”Tapi aku takut!’ ujar si anak ”Kami tahu, karenanya kami ta memaksa.” Jawab si induk elang lagi. ”Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?” tanya si anak ”Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!” ”Bagaimana caranya?” ”Percayalah pada kami!” Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang. Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi. ”Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?” Dengan tenang si elang jantan berkata: ”Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!” Lalu si induk elang menambahkan: ”Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku!” Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua orang
tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan. Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil. Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada digenggamanmu! Kisah Cinta Sejati; Pantas untuk jadi pelajaran hidup Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.” Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka. “Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami.” Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian dan kekaguman. Sejak awal, Qais telahmemperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan musik, menggubah syair dan melukis. Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini. Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa. Rambut dan matanya sehitam malam; karena alasan inilah mereka menyebutnya Laila-”Sang Malam”. Meski ia baru berusia dua belas tahun, sudah banyak pria melamarnya untuk dinikahi, sebab-
sebagaimana lazimnya kebiasaan di zaman itu, gadis-gadis sering dilamar pada usia yang masih sangat muda, yakni sembilan tahun. Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi tempat belajar. Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu. Ketika guru sedang mengajar, mereka saling berpandangan. Ketika tiba waktunya menulis pelajaran, mereka justru saling menulis namanya di atas kertas. Bagi mereka berdua, tak ada teman atau kesenangan lainnya. Dunia kini hanyalah milik Qais dan Laila. Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka, mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan beban malu pada masyarakat sekitar. Ketika Laila tidak ada di ruang kelas, Qais menjadi sangat gelisah sehingga ia meninggalkan sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan memanggil-manggil namanya. Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan. Ia hanya berbicara tentang Laila dan tidak juga menjawab pertanyaan orang-orang kecuali bila mereka bertanya tentang Laila. Orang-orang pun tertawa dan berkata, ” Lihatlah Qais , ia sekarang telah menjadi seorang majnun, gila!” Akhirnya, Qais dikenal dengan nama ini, yakni “Majnun”. Melihat orang-orang dan mendengarkan mereka berbicara membuat Majnun tidak tahan. Ia hanya ingin melihat dan berjumpa dengan Laila kekasihnya. Ia tahu bahwa Laila telah dipingit oleh orang tuanya di rumah, yang dengan bijaksana menyadari bahwa jika Laila dibiarkan bebas bepergian, ia pasti akan menjumpai Majnun. Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Laila dan membangun sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Laila. Sepanjang hari Majnun duduk-duduk di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju desa itu. Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Laila. Ia menyapa burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Laila serta memberitahunya bahwa ia dekat. Ia menghirup angin dari barat yang melewati desa Laila. Jika kebetulan ada seekor anjing tersesat yang berasal dari desa Laila, ia pun memberinya makan dan merawatnya, mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya anjing itu pergi jika memang mau demikian. Segala sesuatu yang berasal dari tempat kekasihnya dikasihi dan disayangi sama seperti kekasihnya sendiri.
Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang betapa ia sangat kehilangan dirinya. Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang datang mengunjunginya demikian terharu oleh penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka bertekad embantunya untuk berjumpa kembali dengan Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka dan Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar sebagai wanita. Dengan mudah mereka melewati wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil masuk ke pintu kamarnya. Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti masuk sekolah, Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais. Yang cukup mengherankan, setiap kali ia mendengar burung-burung berkicau dari jendela atau angin berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari membayangkan bahwa ia mendengar suara Qais didalamnya. Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh angin atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah berbicara kepada siapa pun, bahkan juga kepada sahabatsahabat terbaiknya, tentang cintanya. Pada hari ketika Majnun masuk ke kamar Laila, ia merasakan kehadiran dan kedatangannya. Ia mengenakan pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya dibiarkan lepas tergerai dan disisir dengan rapi di sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam, sebagaimana kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam yang disebut surmeh. Bibirnya diberi lipstick merah, dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta menampakkan kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu dan menunggu. Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun sudah diberitahu bahwa Majnun akan datang, ia tidak percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi. Majnun berdiri di pintu selama beberapa menit, memandangi, sepuas-puasnya wajah Laila. Akhirnya, mereka bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun, kecuali detak jantung kedua orang yang dimabuk cinta ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu. Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat sahabat-sahabat Majnun di luar kamar tuan putrinya. Ia mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang pengawal. Namun, ketika ibu Laila datang menyelidiki, Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit bagi mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya menceritakan segala sesuatunya. Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan para pengawal di setiap pintu di rumahnya. Tidak ada jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah
Laila, bahkan dari kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya berpikiran bahwa, dengan bertindak hati-hati ini ia bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama lain, sungguh ia salah besar. Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun disambut dengan sangat baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang kebahagiaan anak-anak mereka. Ayah Majnun lebih dulu berkata, “Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal yang sangat penting bagi kebahagiaan, yaitu “Cinta dan Kekayaan”. Anak lelakiku mencintai anak perempuanmu, dan aku bisa memastikan bahwa aku sanggup memberi mereka cukup banyak uang untuk mengarungi kehidupan yang bahagia dan menyenangkan. Mendengar hal itu, ayah Laila pun menjawab, “Bukannya aku menolak Qais. Aku percaya kepadamu, sebab engkau pastilah seorang mulia dan terhormat,” jawab ayah Laila. “Akan tetapi, engkau tidak bisa menyalahkanku kalau aku berhati-hati dengan anakmu. Semua orang tahu perilaku abnormalnya. Ia berpakaian seperti seorang pengemis. Ia pasti sudah lama tidak mandi dan iapun hidup bersama hewan-hewan dan menjauhi orang banyak. “Tolong katakan kawan, jika engkau punya anak perempuan dan engkau berada dalam posisiku, akankah engkau memberikan anak perempuanmu kepada anakku?” Ayah Qais tak dapat membantah. Apa yang bisa dikatakannya? Padahal, dulu anaknya adalah teladan utama bagi kawan-kawan sebayanya? Dahulu Qais adalah anak yang paling cerdas dan berbakat di seantero Arab? Tentu saja, tidak ada yang dapat dikatakannya. Bahkan, sang ayahnya sendiri susah untuk mempercayainya. Sudah lama orang tidak mendengar ucapan bermakna dari Majnun. “Aku tidak akan diam berpangku tangan dan melihat anakku menghancurkan dirinya sendiri,” pikirnya. “Aku harus melakukan sesuatu.” Ketika ayah Majnun kembali pulang, ia menjemput anaknya, Ia mengadakan pesta makan malam untuk menghormati anaknya. Dalam jamuan pesta makan malam itu, gadis-gadis tercantik di seluruh negeri pun diundang. Mereka pasti bisa mengalihkan perhatian Majnun dari Laila, pikir ayahnya. Di pesta itu, Majnun diam dan tidak mempedulikan tamu-tamu lainnya. Ia duduk di sebuah sudut ruangan sambil melihat gadis-gadis itu hanya untuk mencari pada diri mereka berbagai kesamaan dengan yang dimiliki Laila. Seorang gadis mengenakan pakaian yang sama dengan milik Laila; yang lainnya punya rambut panjang seperti Laila, dan yang lainnya lagi punya senyum mirip Laila. Namun, tak ada seorang gadis pun yang benar-benar mirip dengannya, Malahan, tak ada seorang pun yang memiliki separuh kecantikan Laila. Pesta itu
hanya menambah kepedihan perasaan Majnun saja kepada kekasihnya. Ia pun berang dan marah serta menyalahkan setiap orang di pesta itu lantaran berusaha mengelabuinya. Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dengan harapan bahwa Allah akan merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini. Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan altar Kabah, tetapi apa yang ia mohonkan? “Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal saja,”Tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup.” Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya. Usai menunaikan ibadah haji, Majnun yang tidak mau lagi bergaul dengan orang banyak di desanya, pergi ke pegunungan tanpa memberitahu di mana ia berada. Ia tidak kembali ke gubuknya. Alih-alih tinggal dirumah, ia memilih tinggal direruntuhan sebuah bangunan tua yang terasing dari masyarakat dan tinggal didalamnya. Sesudah itu, tak ada seorang pun yang mendengar kabar tentang Majnun. Orang-tuanya mengirim segenap sahabat dan keluarganya untuk mencarinya. Namun, tak seorang pun berhasil menemukannya. Banyak orang berkesimpulan bahwa Majnun dibunuh oleh binatang-binatang gurun sahara. Ia bagai hilang ditelan bumi. Suatu hari, seorang musafir melewati reruntuhan bangunan itu dan melihat ada sesosok aneh yang duduk di salah sebuah tembok yang hancur. Seorang liar dengan rambut panjang hingga ke bahu, jenggotnya panjang dan acak-acakan, bajunya compang-camping dan kumal. Ketika sang musafir mengucapkan salam dan tidak beroleh jawaban, ia mendekatinya. Ia melihat ada seekor serigala tidur di kakinya. “Hus” katanya, ‘Jangan bangunkan sahabatku.” Kemudian, ia mengedarkan pandangan ke arah kejauhan. Sang musafir pun duduk di situ dengan tenang. Ia menunggu dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Akhimya, orang liar itu berbicara. Segera saja ia pun tahu bahwa ini adalah Majnun yang terkenal itu, yang berbagai macam perilaku anehnya dibicarakan orang di seluruh jazirah Arab. Tampaknya, Majnun tidak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan binatang-binatang buas dan liar. Dalam kenyataannya, ia sudah menyesuaikan diri dengan sangat baik sehingga lumrah-lumrah saja melihat dirinya sebagai bagian dari kehidupan liar dan buas itu.
Berbagai macam binatang tertarik kepadanya, karena secara naluri mengetahui bahwa Majnun tidak akan mencelakakan mereka. Bahkan, binatang-binatang buas seperti serigala sekalipun percaya pada kebaikan dan kasih sayang Majnun. Sang musafir itu mendengarkan Majnun melantunkan berbagai kidung pujiannya pada Laila. Mereka berbagi sepotong roti yang diberikan olehnya. Kemudian, sang musafir itu pergi dan melanjutkan petjalanannya. Ketika tiba di desa Majnun, ia menuturkan kisahnya pada orang-orang. Akhimya, sang kepala suku, ayah Majnun, mendengar berita itu. Ia mengundang sang musafir ke rumahnya dan meminta keteransran rinci darinya. Merasa sangat gembira dan bahagia bahwa Majnun masih hidup, ayahnya pergi ke gurun sahara untuk menjemputnya. Ketika melihat reruntuhan bangunan yang dilukiskan oleh sang musafir itu, ayah Majnun dicekam oleh emosi dan kesedihan yang luar biasa. Betapa tidak! Anaknya terjerembab dalam keadaan mengenaskan seperti ini. “Ya Tuhanku, aku mohon agar Engkau menyelamatkan anakku dan mengembalikannya ke keluarga kami,” jerit sang ayah menyayat hati. Majnun mendengar doa ayahnya dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan bersimpuh dibawah kaki ayahnya, ia pun menangis, “Wahai ayah, ampunilah aku atas segala kepedihan yang kutimbulkan pada dirimu. Tolong lupakan bahwa engkau pernah mempunyai seorang anak, sebab ini akan meringankan beban kesedihan ayah. Ini sudah nasibku mencinta, dan hidup hanya untuk mencinta.” Ayah dan anak pun saling berpelukan dan menangis. Inilah pertemuan terakhir mereka. Keluarga Laila menyalahkan ayah Laila lantaran salah dan gagal menangani situasi putrinya. Mereka yakin bahwa peristiwa itu telah mempermalukan seluruh keluarga. Karenanya, orangtua Laila memingitnya dalam kamamya. Beberapa sahabat Laila diizinkan untuk mengunjunginya, tetapi ia tidak ingin ditemani. Ia berpaling kedalam hatinya, memelihara api cinta yang membakar dalam kalbunya. Untuk mengungkapkan segenap perasaannya yang terdalam, ia menulis dan menggubah syair kepada kekasihnya pada potongan-potongan kertas kecil. Kemudian, ketika ia diperbolehkan menyendiri di taman, ia pun menerbangkan potongan-potongan kertas kecil ini dalam hembusan angin. Orang-orang yang menemukan syair-syair dalam potongan-potongan kertas kecil itu membawanya kepada Majnun. Dengan cara demikian, dua kekasih itu masih bisa menjalin hubungan. Karena Majnun sangat terkenal di seluruh negeri, banyak orang datang mengunjunginya. Namun, mereka hanya berkunjung sebentar saja, karena mereka tahu bahwa Majnun tidak kuat lama dikunjungi banyak orang. Mereka mendengarkannya melantunkan syair-syair indah dan memainkan serulingnya dengan sangat memukau. Sebagian orang merasa iba kepadanya; sebagian lagi hanya sekadar ingin tahu tentang kisahnya. Akan tetapi, setiap orang mampu merasakan kedalaman cinta dan
kasih sayangnya kepada semua makhluk. Salah seorang dari pengunjung itu adalah seorang ksatria gagah berani bernama ‘Amar, yang berjumpa dengan Majnun dalam perjalanannya menuju Mekah. Meskipun ia sudah mendengar kisah cinta yang sangat terkenal itu di kotanya, ia ingin sekali mendengarnya dari mulut Majnun sendiri. Drama kisah tragis itu membuatnya sedemikian pilu dan sedih sehingga ia bersumpah dan bertekad melakukan apa saja yang mungkin untuk mempersatukan dua kekasih itu, meskipun ini berarti menghancurkan orang-orang yang menghalanginya! Kaetika Amr kembali ke kota kelahirannya, Ia pun menghimpun pasukannya. Pasukan ini berangkat menuju desa Laila dan menggempur suku di sana tanpa ampun. Banyak orang yang terbunuh atau terluka. Ketika pasukan ‘Amr hampir memenangkan pertempuran, ayah Laila mengirimkan pesan kepada ‘Amr, “Jika engkau atau salah seorang dari prajuritmu menginginkan putriku, aku akan menyerahkannya tanpa melawan. Bahkan, jika engkau ingin membunuhnya, aku tidak keberatan. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kuterima, jangan minta aku untuk memberikan putriku pada orang gila itu”. Majnun mendengar pertempuran itu hingga ia bergegas kesana. Di medan pertempuran, Majnun pergi ke sana kemari dengan bebas di antara para prajurit dan menghampiri orang-orang yang terluka dari suku Laila. Ia merawat mereka dengan penuh perhatian dan melakukan apa saja untuk meringankan luka mereka. Amr pun merasa heran kepada Majnun, ketika ia meminta penjelasan ihwal mengapa ia membantu pasukan musuh, Majnun menjawab, “Orang-orang ini berasal dari desa kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi musuh mereka?” Karena sedemikian bersimpati kepada Majnun, ‘Amr sama sekali tidak bisa memahami hal ini. Apa yang dikatakan ayah Laila tentang orang gila ini akhirnya membuatnya sadar. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur dan segera meninggalkan desa itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Majnun. Laila semakin merana dalam penjara kamarnya sendiri. Satu-satunya yang bisa ia nikmati adalah berjalan-jalan di taman bunganya. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju taman, Ibn Salam, seorang bangsawan kaya dan berkuasa, melihat Laila dan serta-merta jatuh cinta kepadanya. Tanpa menunda-nunda lagi, ia segera mencari ayah Laila. Merasa lelah dan sedih hati karena pertempuran yang baru saja menimbulkan banyak orang terluka di pihaknya, ayah Laila pun menyetujui perkawinan itu. Tentu saja, Laila menolak keras. Ia mengatakan kepada ayahnya, “Aku lebih senang mati ketimbang kawin dengan orang itu.” Akan tetapi, tangisan dan permohonannya tidak digubris. Lantas ia mendatangi ibunya, tetapi sama saja keadaannya. Perkawinan pun berlangsung dalam waktu singkat. Orangtua Laila merasa lega bahwa seluruh cobaan berat akhirnya berakhir juga. Akan tetapi, Laila menegaskan kepada suaminya bahwa ia tidak pernah bisa mencintainya. “Aku tidak akan pernah menjadi seorang istri,” katanya. “Karena
itu, jangan membuang-buang waktumu. Carilah seorang istri yang lain. Aku yakin, masih ada banyak wanita yang bisa membuatmu bahagia.” Sekalipun mendengar kata-kata dingin ini, Ibn Salam percaya bahwa, sesudah hidup bersamanya beberapa waktu larnanya, pada akhirnya Laila pasti akan menerimanya. Ia tidak mau memaksa Laila, melainkan menunggunya untuk datang kepadanya. Ketika kabar tentang perkawinan Laila terdengar oleh Majnun, ia menangis dan meratap selama berhari-hari. Ia melantunkan lagu-Iagu yang demikian menyayat hati dan mengharu biru kalbu sehingga semua orang yang mendengarnya pun ikut menangis. Derita dan kepedihannya begitu berat sehingga binatang-binatang yang berkumpul di sekelilinginya pun turut bersedih dan menangis. Namun, kesedihannya ini tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba Majnun merasakan kedamaian dan ketenangan batin yang aneh. Seolah-olah tak terjadi apa-apa, ia pun terus tinggal di reruntuhan itu. Perasaannya kepada Laila tidak berubah dan malah menjadi semakin lebih dalam lagi. Dengan penuh ketulusan, Majnun menyampaikan ucapan selamat kepada Laila atas perkawinannya: “Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa ada seseorang yang, meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu, Laila”. Sebagai jawabannya, Laila mengirimkan sebuah anting-anting sebagai tanda pengabdian tradisional. Dalam surat yang disertakannya, ia mengatakan, “Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu” . “Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?. Tahun demi tahun berlalu, dan orang-tua Majnun pun meninggal dunia. Ia tetap tinggal di reruntuhan bangunan itu dan merasa lebih kesepian ketimbang sebelumnya. Di siang hari, ia mengarungi gurun sahara bersama sahabat-sahabat binatangnya. Di malam hari, ia memainkan serulingnya dan melantunkan syair-syairnya kepada berbagai binatang buas yang kini menjadi satu-satunya pendengarnya. Ia menulis syair-syair untuk Laila dengan ranting di atas tanah. Selang beberapa lama, karena terbiasa dengan cara hidup aneh ini, ia mencapai kedamaian dan ketenangan sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu pun yang sanggup mengusik dan mengganggunya. Sebaliknya, Laila tetap setia pada cintanya. Ibn Salam tidak pernah berhasil mendekatinya. Kendatipun ia hidup bersama Laila, ia tetap jauh darinya. Berlian
dan hadiah-hadiah mahal tak mampu membuat Laila berbakti kepadanya. Ibn Salam sudah tidak sanggup lagi merebut kepercayaan dari istrinya. Hidupnya serasa pahit dan sia-sia. Ia tidak menemukan ketenangan dan kedamaian di rumahnya. Laila dan Ibn Salam adalah dua orang asing dan mereka tak pernah merasakan hubungan suami istri. Malahan, ia tidak bisa berbagi kabar tentang dunia luar dengan Laila. Tak sepatah kata pun pernah terdengar dari bibir Laila, kecuali bila ia ditanya. Pertanyaan ini pun dijawabnya dengan sekadarnya saja dan sangat singkat. Ketika akhirnya Ibn Salam jatuh sakit, ia tidak kuasa bertahan, sebab hidupnya tidak menjanjikan harapan lagi. Akibatnya, pada suatu pagi di musim panas, ia pun meninggal dunia. Kematian suaminya tampaknya makin mengadukngaduk perasaan Laila. Orang-orang mengira bahwa ia berkabung atas kematian Ibn Salam, padahal sesungguhnya ia menangisi kekasihnya, Majnun yang hilang dan sudah lama dirindukannya. Selama bertahun-tahun, ia menampakkan wajah tenang, acuh tak acuh, dan hanya sekali saja ia menangis. Kini, ia menangis keras dan lama atas perpisahannya dengan kekasih satu-satunya. Ketika masa berkabung usai, Laila kembali ke rumah ayahnya. Meskipun masih berusia muda, Laila tampak tua, dewasa, dan bijaksana, yang jarang dijumpai pada diri wanita seusianya. Semen tara api cintanya makin membara, kesehatan Laila justru memudar karena ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri. Ia tidak mau makan dan juga tidak tidur dengan baik selama bermalam-malam. Bagaimana ia bisa memperhatikan kesehatan dirinya kalau yang dipikirkannya hanyalah Majnun semata? Laila sendiri tahu betul bahwa ia tidak akan sanggup bertahan lama. Akhirnya, penyakit batuk parah yang mengganggunya selama beberapa bulan pun menggerogoti kesehatannya. Ketika Laila meregang nyawa dan sekarat, ia masih memikirkan Majnun. Ah, kalau saja ia bisa berjumpa dengannya sekali lagi untuk terakhir kalinya! Ia hanya membuka matanya untuk memandangi pintu kalau-kalau kekasihnya datang. Namun, ia sadar bahwa waktunya sudah habis dan ia akan pergi tanpa berhasil mengucapkan salam perpisahan kepada Majnun. Pada suatu malam di musim dingin, dengan matanya tetap menatap pintu, ia pun meninggal dunia dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun. .Majnun. Kabar tentang kematian Laila menyebar ke segala penjuru negeri dan, tak lama kemudian, berita kematian Lailapun terdengar oleh Majnun. Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ketika kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Laila. Nyaris tidak sanggup berjalan lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah. Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di kuburan Laila di luar kota . Ia berkabung dikuburannya selama beberapa hari.
Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan beban penderitaannya, per1ahan-lahan ia meletakkan kepalanya di kuburan Laila kekasihnya dan meninggal dunia dengan tenang. Jasad Majnun tetap berada di atas kuburan Laila selama setahun. Belum sampai setahun peringatan kematiannya ketika segenap sahabat dan kerabat menziarahi kuburannya, mereka menemukan sesosok jasad terbujur di atas kuburan Laila. Beberapa teman sekolahnya mengenali dan mengetahui bahwa itu adalah jasad Majnun yang masih segar seolah baru mati kemarin. Ia pun dikubur di samping Laila. Tubuh dua kekasih itu, yang kini bersatu dalam keabadian, kini bersatu kembali. Konon, tak lama sesudah itu, ada seorang Sufi bermimpi melihat Majnun hadir di hadapan Tuhan. Allah swt membelai Majnun dengan penuh kasih sayang dan mendudukkannya disisi-Nya.Lalu, Tuhan pun berkata kepada Majnun, “Tidakkah engkau malu memanggil-manggil- Ku dengan nama Laila, sesudah engkau meminum anggur Cinta-Ku?” Sang Sufi pun bangun dalam keadaan gelisah. Jika Majnun diperlakukan dengan sangat baik dan penuh kasih oleh Allah Subhana wa ta’alaa, ia pun bertanya-tanya, lantas apa yang terjadi pada Laila yang malang ? Begitu pikiran ini terlintas dalam benaknya, Allah swt pun mengilhamkan jawaban kepadanya, “Kedudukan Laila jauh lebih tinggi, sebab ia menyembunyikan segenap rahasia Cinta dalam dirinya sendiri.” Wa min Allah at Tawfiq Diambil dari Negeri Sufi ( Tales from The Land of Sufis ) Tentang Penulis Laila Majnun, Syaikh Sufi Mawlana Hakim Nizhami qs : Syaikh Hakim Nizhami qs merupakan penulis sufi terkemuka diabad pertengahan karena dua roman cinta yang menyayat hati, yaitu Laila & Majnun serta Khusrau & Syirin. Kisah sedih Laila & Majnun , dimana Majnun yang berarti “Tergila-gila akan Cinta”, karena cintanya yang tak sampai pada Laila, akhirnya membuatnya gila. Kisah cinta ini dibaca selama berabad-abad, ratusan tahun jauh sebelum Romeo & Julietnya Wiliam Shakespeare sehingga Kisah Laila & Majnun terkenal sebagai kisah cintanya Persia . Syaikh Nizhami qs adalah seorang Syaikh Sufi, dan yang dimaksud “kekasih” dalam berbagai kisahnya sesungguhnya adalah perwujudan Allah swt. Syaikh Nizhami hidup dari tahun 1155 M – 1223 M, beliau lahir dikota Ganje di Azerbaijan. Ia telah menempuh jalan sufi semenjak masa mudanya, dan ia diajar oleh Nabi Khidir as, Sang Pembimbing Misterius dan ia dilindungi 99 Nama Allah Yang Maha Indah ( Asmaul Husna). Syaikh Nizhami qs sangat menguasai berbagai macam ilmu, seperti matematika, filsafat, Hukum Islam, dan kedokteran. Banyak karyanya merupakan pelajaran
tersembunyi bagi pemeluk tariqah sufi dan penempuh jalan spiritual. Karya Syaikh Nizhami qs terkenal karena bahasanya yang halus. Karya Laila dan Majnun sebenarnya berbentuk sajak berirama sebanyak 4500 syair sajak, yang dikenal dengan sebutan Matsnawi. Sebagaimana lazimnya terjadi pada para Syaikh Sufi, yang tertinggal dari Syaikh Nizhami qs adalah ajaran-ajaran sufi yang sangat tinggi. BUKA USAHA KARENA PESAN IBU Pada awal 1990, pasangan suami istri Doni Ruyadi dan Yuyun masih berstatus sebagai karyawan. Doni bekerja sebagai ahli komputer dan Yuyun adalah sekretaris direksi di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Suatu hari ibu Doni yang terbaring sakit menanyakan kemungkinan anak dan menantunya itu untuk berwirausaha. “Kalau jadi karyawan itu bisa terkena PHK atau perusahaan bangkrut. Cobalah untuk membuka usaha,” kata sang ibu menasehati. Bermula dari pertanyaan sang ibu dan memikirkan masa depannya, Doni dan Yuyun yang biasa menitipkan anak-anaknya kepada ibunya selama bekerja itu mulai tergerak hatinya untuk memulai usaha. Apalagi darah bisnis sebenarnya mengalir di kedua pasangan ini, mengingat kedua orangtua mereka juga wiraswastawan. Sejak saat itu, mereka mulai memikirkan untuk membuka usaha. Mereka memutuskan membuka toko yang menjual kacamata. Agar bisa fokus dalam berbisnis, perempuan asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini memutuskan terlebih dahulu keluar dari pekerjaannya sebagai sekretaris. Bisa dibilang Yuyun bermodalkan nekat, karena dengan uang Rp1 juta dia mulai membuka usaha. Dana sebesar itu dibelikan kacamata. Dia memajang dagangannya itu di garasi rumahnya di Perumahan Taman Galaxy, Kalimalang, Bekasi, yang berukuran 3 x 4 meter. Dia pun menawarkan barang dagangannya dengan membawa brosur ke kantor-kantor serta memberikan pemeriksaan mata gratis. Ternyata usahanya berhasil. Banyak yang memesan kacamata. Melihat prospek usahanya maju, Doni pun akhirnya ikut keluar dari pekerjaan. “Ternyata berusaha itu kalau fokus, ditekuni juga bisa berhasil,” tuturnya kepada Bisnis. Melihat bisnisnya berkembang, dua tahun kemudian, mereka mulai ekspansi dengan menyewa sebuah ruko di dekat rumahnya untuk membuka optik. Usahanya semakin maju hingga memiliki empat gerai kacamata yang tersebar ke beberapa pasar swalayan di kawasan Bekasi.
Usaha mereka berjalan mulus, sampai suatu hari terjadi kerusuhan pada 1998. Persediaan kacamatanya nyaris tak tersisa, karena hampir semua tokonya terbakar. Dari empat toko itu, hanya tersisa satu di Taman Galaxy. Yuyun sempat depresi menghadapi cobaan itu, karena utangnya banyak. Setiap kali mendengar dering telepon atau tamu datang ke rumah, dia ketakutan karena mengira orang itu menagih utang Waktu terus berjalan. Sembari makin mendekatkan diri pada Sang Pencipta, dia mulai berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Pasangan yang dikaruniai tiga putra dan putri ini kembali menata toko kacamata yang tinggal satu-satunya itu. Mereka mulai melirik potensi bisnis lainnya, yaitu perawatan kulit yang saat itu belum banyak terdapat di kawasan itu. Lantas, mereka menjual obat perawatan kulit yang saat itu ternyata booming di pasaran. Hadapi persaingan Bisnisnya makin berkembang. Yuyun mulai ekspansi membuka salon kecantikan lengkap dengan konsultasi dokter. Hasilnya, juga booming. Semakin lama, ruangan salon terasa makin sempit karena pelanggannya makin banyak. Akhirnya, dia membuka dua salon lagi di kawasan yang sama untuk dirancang dengan pelayanan one stop shopping atau memberikan pelayanan lengkap, mulai dari wajah, rambut, badan, butik hingga rias pengantin. Kini tanpa terasa, usaha Doni dan Yuyun yang bernaung di bawah bendera Dewi Group ini telah berusia 15 tahun. Jumlah karyawannya pun kini telah mencapai 70 orang untuk mengelola empat ruko. Perlu diketahui, satu ruko di kawasan itu bernilai jual sekitar Rp1 miliar. Meski persaingan di bisnis yang digelutinya itu semakin ketat, pemilik Dewi Group ini menyikapinya biasa-biasa saja. Mereka yang berprestasi akan tetap unggul. Kalau tidak ada persaingan, menurut dia, bukan berbisnis namanya. Persaingan ketat itu justru mendorongnya untuk terus berinovasi. Menggali pengetahuan melalui buku, seminar, dan mendatangkan konsultan merupakan sumber inspirasinya dalam mengembangkan usaha ini. Dia mengakui, berbisnis di salon kecantikan itu menghadapi kendala utama di bidang sumber daya manusia. Dari puluhan karyawan itu, ada saja yang perilakunya aneh seperti mabuk, merokok, dan lainnya. Melihat situasi itu, Yuyun sempat shock, karena mengurus orang itu ternyata lebih sulit daripada berbisnis kacamata yang merupakan benda mati. Dia pun mulai memikirkan cara untuk menata SDM-nya.
Strategi pengelolaan SDM yang dipilihnya adalah dengan cara mengadakan pengajian rutin satu hari dalam sepekan. Hasilnya cukup mengejutkan. Pengajian itu ternyata mampu memperbaiki perilaku dan meningkatkan etos kerja karyawannya. Sementara itu, dalam menggeluti bisnis ini, Yuyun mengaku tidak ngoyo, karena niat berbisnis ini juga untuk tujuan ibadah. Meski bergitu, Dewi Group selalu berusaha memberikan servis yang baik kepada pelanggannya. Berbagai inovasi pelayanan disusun, seperti memberikan kartu keanggotaan dengan fasilitas diskon ke beberapa toko maupun hotel bintang. Bahkan, dia juga memikirkan untuk mengembangkan jaringan bisnisnya ini melalui sistem waralaba (franchise). (
[email protected]) TOKO GUNUNG AGUNG Toko Gunung Agung: Akrobat Bisnis Seorang Anak Jalanan Keberadaan Toko Gunung Agung hingga di usianya yang ke-50 saat ini tidak lepas dari akrobat bisnis yang dilakukan seorang bekas anak jalanan, Tjio Wie Tay alias Haji Masagung. Sejarah keberadaan Toko Gunung Agung yang 8 September lalu genap berusia 50 tahun, tidak lepas dari akrobat-akrobat bisnis yang dilakukan tokoh kuncinya, Tjio Wie Tay alias Haji Masagung. Terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara pasangan Tjio Koan An dan Tjoa Poppi Nio, Wie Tay sebenarnya bisa menikmati masa kecil yang indah. Ayahnya seorang ahli listrik tamatan Belanda, sedangkan kakek seorang pedagang ternama di kawasan Pasar Baru, Bogor. Tapi kebahagiaan itu tidak dikecapi terlalu lama, karena kala dia berusia empat tahun, sang ayah meninggal dunia. Sejak saat itu kehidupan ekonomi mereka menjadi sangat sulit. Dalam buku Bapak Saya Pejuang Buku yang ditulis putranya, Ketut Masagung dan disusun kembali oleh Rita Sri Hastuti dikisahkan bahwa Wie Tay tumbuh sebagai anak nakal yang suka berkelahi. Ia juga punya kebiasaan “suka mencuri” buku-buku pelajaran kakak-kakaknya untuk dijual di pasar Senen guna mendapatkan uang saku. Karena kenakalan ini, ia tidak bisa menyelesaikan sekolah, meski sudah dikirim sampai ke Bogor dan sempat masuk di dua sekolah berbeda. Justru karena kenakalannya, Wie Tay tumbuh sebagai anak pemberani. Ia tidak takut berkenalan dengan siapa saja, termasuk dengan tentara Jepang yang kala itu mulai masuk ke Banten. Bahkan dari tentara Jepang, ia mendapatkan satu sepeda. Modal “berani” ini yang kemudian dia bawa masuk ke dalam dunia bisnis, dan tidak bisa dipungkiri, menjadi salah satu senjata andalannya dalam menggerakkan roda bisnisnya. Setelah diusir pamannya dari Bogor dan harus kembali ke Jakarta saat berusia 13 tahun, Wie Tay menemukan kenyataan bahwa keadaan ekonomi ibundanya belum membaik jua. Tak ada jalan lain baginya kecuali harus mencari duit sendiri. Awalnya, ia
kembali ke “kebiasaan” lama mencuri buku pelajaran kakaknya untuk dijual guna mendapatkan 50 sen. Setelah stok buku pelajaran habis, ia mencoba menjadi “manusia karet di panggung pertunjukkan” senam dan aerobatik. Tapi penghasilannya ternyata tidak seberapa banyak. Pedagang Asongan Ia kemudian banting setir menjadi pedagang rokok keliling. Di sinilah sifat beraninya mulai terlihat. Wie Tay yang digambarkan sebagai anak yang banyak kudis di kepala dan borok di kaki ini nekat menemui Lie Tay San, seorang saudagar rokok besar kala itu. Dengan modal 50 sen, ia memulai usaha menjual rokok keliling di daerah Senen dan Glodok. Di sini ia mulai rajin menabung, karena sudah merasakan betapa susah mencari uang. Hasil tabungannya kemudian dibelikan sebuah meja sebagai tempat berjualan di daerah Glodok. Karena belum memiliki kios sendiri, meja tersebut dititipkan pada sebuah toko onderdil di Glodok, sampai akhirnya ia mampu membuka kios di Senen. Menjadi pedagang rokok keliling membuka mata Wie Tay remaja bahwa ada tempat partai rokok besar selain Lie Tay San, yaitu di Pasar Pagi. Maka, setelah membuka kios dia mulai membeli rokok di Pasar Pagi. Selanjutnya, Wie Tay juga berkenalan dengan The Kie Hoat, yang bekerja di perusahaan rokok Perola, salah satu merek rokok laris kala itu. The Kie Hoat kemudian akrab dengan Wie Tay dan Lie Tay San. Suatu hari, The Kie Hoat ditawari relasinya untuk mencarikan pemasaran. Kie Hoat lalu merundingkan dengan kedua sahabatnya tadi. Saat Lie Tay San masih ragu, Wie Tay yang masih sangat belia dalam bisnis itu malah langsung setuju. Ia yakin bisa cepat dijual dan mendatangkan keuntungan besar. Ternyata benar! Sayang buntutnya tidak enak. The Kie Hoat akhirnya dipecat dari Perola karena dinilai melanggar aturan perusahaan, menjual rokok ke pihak luar yang bukan distributor. Ketiga sahabat ini kemudian bergabung dan mendirikan usaha bersama bernama Tay San Kongsie, tahun 1945. Di sinilah awal pergulatan serius Wie Tay dalam dunia bisnis. Mereka memang masih menjual rokok, tapi melebar ke agen bir cap Burung Kenari. Pada saat bersamaan mereka juga mulai serius berbisnis buku. Atas bantuan seorang kerabat, mereka bisa menjual buku-buku berbahasa Belanda yang diimpor dari luar. Buku-buku ternyata laku keras. Mereka berjualan di lapangan Kramat Bunder, tidak jauh dari rumah Lie Tay San. Setelah itu mereka membuka toko 3×3 meter persegi, kemudian diperluas menjadi 6×9 meter persegi. Lantaran keuntungan dari penjualan buku sangat besar, mereka lalu memutuskan berhenti berjualan rokok dan berkonsentrasi hanya menjual buku dan alat tulis menulis. Tahun 1948, mereka sepakat mengukuhkan bisnis mereka dalam bentuk firma, menjadi Firma Tay San Kongsie. Saham terbesar dimiliki Lie Tay San (6/15%), The Kie Hoat (4/15%) dan Wie Tay (5/15%). Masagung ditunjuk memimpin perusahaan ini. Mereka kemudian membuka toko di kawasan Kwitang. Ketika orang-orang Belanda hendak meninggalkan Indonesia, Wie Tay mendatangi rumah orang-orang Belanda tersebut dan meminta buku-buku bekas mereka untuk dijual dengan harga murah.
Membangun Toko Gunung Agung Pada 13 Mei 1951, Wie Tay menikahi Hian Nio. Setelah menikah, Wie Tay berpikir untuk mengembangkan usaha menjadi besar. Dia mengusulkan kepada kedua rekannya untuk menambah modal. Lie Tay San keberatan. Dia memutuskan mundur dan tetap dengan toko bukunya di lapangan Kramat Bunder, (kini Toko Buku Kramat Bundar). Sementara Masagung alias Tjio Wie Tay bersama The Kie Hoat membangun toko sendiri di Jln Kwitang No 13, sekarang menjadi Gedung Idayu dan Toko Walisongo. Saat itu, Kwitang masih sepi. Jangankan kios buku, toko lainnya pun belum ada. Baru ketika Wie Tay membuka toko di sana, keramaian mulai tercipta. Sejumlah gerobak buku mulai kelihatan. Sejak saat itu Kwitang menjadi ramai. Cukup lama Tjio Wie Tay mencari nama untuk toko barunya. Kemudian baru muncul ide untuk menerjemahkan namanya sendiri ke dalam bahasa Indonesia. Tjio Wie Tay dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Besar atau Gunung Gede tapi Wie Tay mengubahnya menjadi Gunung Agung. Toko buku mereka berkembang pesat. Pesanan dari luar Jakarta berdatangan, tidak hanya buku tapi juga kertas stensil, kertas tik dan tinta. Melihat perkembangan ini, tercetuslah ide untuk membina usaha dengan kalangan yang dekat dengan buku, antara lain kalangan wartawan dan pengarang. Sejumlah wartawan senior kala itu ikut bergabung, termasuk sejumlah saudagar tingkat atas. Tidak heran kalau buku-buku yang diterbitkan pada awal berdirinya adalah bukubuku sastra tulisan tangan para “orang dalam” tersebut. Bentuk usaha firma lalu diubah menjadi NV. Saat peresmian NV Gunung Agung, Wie Tay membuat gebrakan dengan menggelar pameran buku pada 8 September 1953. Dengan modal Rp 500 ribu, mereka berhasil memamerkan sekitar 10 ribu buku. Tanggal ini yang kemudian dianggap sebagai hari lahirnya Toko Gunung Agung –yang juga menjadi hari kelahiran Wie Tay sendiri. Menggelar pameran buku, seolah menjadi “trade mark” bentuk promosi yang dilakukan Gunung Agung. Tahun 1954, Wie Tay mengadakan lagi pameran buku tingkat nasional bertajuk Pekan Buku Indonesia 1954. Pada acara inilah Wie Tay bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh nasional yang sangat dikaguminya, yakni Bung Karno dan Bung Hatta. Bagi dia, pertemuan dengan Bung Karno adalah hal yang menakjubkan. Selain sebagai presiden, Bung Karno adalah tokoh yang sangat dikaguminya sejak dia masih kecil. Peran Bung Karno Sukses menyelenggarakan Pekan Buku Nasional dan kedekatannya dengan Bung Karno, membuat Gunung Agung dipercaya membantu pemerintah menyelenggarakan Pameran Buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa Indonesia pada tahun yang sama. Dari sana dilanjutkan dengan pembukaan Cabang Gunung Agung di Yogyakarta, 1955. Tahun 1956, kembali Gunung Agung diminta pemerintah menyelenggarakan pameran buku di Malaka dan Singapura. Tahun 1963, Toko Gunung Agung sudah memiliki sebuah gedung megah berlantai tiga di Jln Kwitang 6. Acara ulang tahun ke-10 tersebut yang diikuti dengan peresmian gedung tersebut dihadiri langsung Bung Karno. Pada tahun itu juga, tepatnya 26 Agustus 1963, Wie Tay berganti nama menjadi Masagung.
Kalau padanya ditanyakan tokoh siapa yang paling berpengaruh dalam bisnis penerbitan dan toko buku, maka Masagung pasti akan menyebut nama Bung Karno. Ia pun selalu teringat akan pesan Bung Karno padanya. “Masagung, saya ingin saudara meneruskan kegiatan penerbitan. Ini sangat bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa, jadi jangan ditinggalkan,” ujar Bung Karno. Seraya memeluk Masagung, Bung Karno menyerahkan kepercayaan kepada Masagung untuk menerbitkan dan memasarkan buku-bukunya semacam Di Bawah Bendera Revolusi (dua jilid), Biografi Bung Karno tulisan wartawan AS, Cindy Adams, buku koleksi lukisan Bung Karno (lima jilid), serta sejumlah buku tentang Bung Karno lainnya. Penerbitan buku-buku Bung Karno inilah yang membawa Gunung Agung menanjak. Bantuan Bung Karno tidak berhenti di situ. Bung Karno juga meminta Gunung Agung mengisi kebutuhan buku bagi masyarakat Irian Barat saat Trikora. Masagung lalu kemudian mengadakan pesta buku di Biak, Marauke, Serui, Fak Fak, Sorong, dan Manokwari. Tugas yang sama kembali diemban untuk masyarakat Riau dalam rangka Dwikora. Bukan cuma di Indonesia. Masagung juga agresif membangun jaringan di luar negeri. Tahun 1965, dia membuka cabang Gunung Agung di Tokyo, Jepang. Lalu mengadakan pameran buku Indonesia di Malaysia awal 1970-an. Ternyata, kepak sayap bisnis Masagung tidak sebatas toko buku dan penerbitan. Ia juga merambah bisnis lain . Ia tercatat mengelola bisnis ritel bekerjasama dengan Departement Store Sarinah di Jln MH Thamrin, lalu masuk ke Duty Free Shop, money changer, dan perhotelan . Itulah akrobat bisnis yang dilakukan seorang “mantan” anak jalanan. Si anak nakal yang tidak tamat SD itu ternyata mampu mem-bangun kerajaan bisnis yang kokoh hingga kini . PEREMPUAN BERWAWASAN IPTEK Kata-kata yang keluar dari bibirnya menunjukkan dia adalah sosok perempuan yang memiliki wawasan yang luas tentang teknologi serta mengerti benar visi dan misi yang diembannya. Sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan Presiden Direktur IBM di kawasan Asia Pasifik, Betti Alisjahbana mengatakan bahwa kunci keberhasilannya adalah tiga hal yaitu kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Perempuan kelahiran Bandung, 2 Agustus 1960 ini dibesarkan dalam keluarga yang memahami benar pentingnya pendidikan. Semenjak kecil Betti sudah rajin mengikuti kursus tambahan untuk mengasah keterampilannya. Ibunya, mantan seorang guru, yang memilih berhenti menjadi guru agar bisa mempunyai waktu lebih banyak, mendidik Betti dan ketiga saudara laki-lakinya agar menjadi orang yang berguna bagi orang lain suatu saat nanti. Ibunya berperan besar dalam melatih kecerdasan emosional anak-anaknya. Sedangkan ayahnya, seorangpegawai negeri yang juga dosen ITB dan Unpar banyak memberikan bekal dalam hal pembentukan kemampuan intelektual.
Sejak SD, Betti sudah mengikuti kursus Bahasa Inggris. Tidaklah mengherankan bila kelak ketika menjadi mahasiswa di Jurusan Arsitektur ITB, ia aktif di Student English Forum mengasah kemampuan berbahasa Inggris baik aktif maupun pasif. Di samping kursus yang berkaitan dengan sekolah, Betti juga mengikuti kursus di luar kepentingan sekolah seperti kursus menjahit dan kursus kecantikan. Makanya, semenjak SMP ia sudah bisa menerima jahitan. Berbagai kursus yang diikutinya turut membantu meningkatkan kemampuan interpersonal dan rasa percaya dirinya. Kiprahnya di IBM dimulai setelah lulus dari dari Institut Teknologi Bandung jurusan Arsitektur tahun 1994. Setelah lulus test, ia memotivasi diri dan bekerja sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan program pendidikan yang harus dijalaninya di Jakarta dan Hongkong selama setahun sebagai marketing trainee. Begitu selesai mengikuti program ini, ia menjalani berbagai posisi di bidang sales dan marketing selama enam tahun. Kesabarannya dalam menjalani pekerjaannya tidaklah sia-sia. Ia mendapat penugasan internasional tahun 1996 hingga 1998 sebagai General Manager, Generah Business, Marketing untuk IBM ASEAN dan Asia Selatan dan berkantor di Singapura selama dua tahun. Tinggal di Singapura membawa berkah tersendiri bagi keluarganya. Meskipun suaminya, Mario Alisjahbana, seorang pengusaha di bidang media dan percetakan yang juga putra pujangga besar Sutan Takdir Alisjahbana, datang dua minggu sekali ke Singapura bertemu dengan Betti dan kedua anaknya, di saat-saat itulah keluarganya menghargai benar arti kebersamaan, keharmonisan dan nilai suatu keluarga. Suaminya bersyukur karena Betti dan kedua anaknya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu sedang bergejolak dipenuhi dengan aksi demonstrasi dan kerusuhan. Selain itu, kedua anaknya bisa mendapat pengalaman internasional dengan bersekolah di Singapura. Pengalamannya bertugas di luar negeri dan menangani orang dari berbagai macam latar belakang memberikan nilai tambah dalam karirnya. Ketika kembali ke Indonesia setelah sukses menjalankan tugas di Singapura, ia mendapat promosi sebagai Direktur Sales dan Marketing, PT USI Jaya/IBM Indonesia tahun 1998-1999. Tidak lama kemudian, berkat persiapan yang matang, Betti dipercaya memimpin IBM Indonesia tahun 1999 sampai sekarang, sebuah cita-cita yang sudah lama ingin diraihnya. Ia kini memimpin 300 orang, serta bertanggung jawab kepada lebih banyak orang lagi karena IBM Indonesia menjalin kerjasama dengan network partner, distributor, dealer, dan perusahan-perusahaan lainnya. Alumni Asia Pacific Global Leadership Development, Tokyo, Japan (2001), ini mengatakan bahwa dalam menekuni profesinya hingga meraih berbagai prestasi tidak lepas dari tiga prinsip yang selama ini dipegangnya yaitu kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Betti melihat kenyataan bahwa kemampuan seseorang tidak ada batasnya. Bila seseorang mengatakan bahwa dia mampu, maka ia mampu.
Bila ia berkata tidak mampu, maka ia tidak mampu. Bila seseorang memiliki motivasi yang tinggi dan percaya bahwa ia bisa melakukan sesuatu serta berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya, maka kemampuan seseorang menjadi tidak ada batasnya. Bagi Betti, kejujuran dan integritas sangat diperlukan karena kedua hal ini menumbuhkan kepercayaan terhadap orang di sekitarnya termasuk pelanggan, atasan, rekan kerja, dan tim yang dipimpinnya. Kepercayaan membuat kerjasama melakukan suatu pekerjaan menjadi lebih mudah. Kepercayaan akan melahirkan dukungan, meskipun situasi sedang sulit dan penuh dengan tantangan. Dengan prinsip yang dipegangnya ini, karir Betti terus menanjak. Betti tidak takut mengambil risiko dan berani mencoba hal-hal yang baru. Semakin tinggi posisi seseorang maka semakin besar pula risikonya. Betti mengenang masa-masa ketika ia ditugaskan di Singapura untuk menangani bisnis pemasaran ke perusahaanperusahaan menengah, sebuah bidang pekerjaan yang dikuasainya. Awalnya ia menanganinya di Indonesia dan setelah sukses ia diminta untuk menggantikan atasannya menangani bisnis itu di negara-negara ASEAN dan Asia Selatan. Kesempatan ini merupakan tantangan baginya. Tidak lama kemudian, Betti diminta untuk menangani bisnis di bidang e-business yang baginya merupakan hal baru. Pada saat itu, e-business masih pada tahap awal dan ia diminta untuk menangani e-business untuk kawasan regional. Saat itu, Betti berpikir hati-hati dalam memutuskan karena ia diminta menangani bidang yang belum dikuasainya dengan cakupan yang wilayah yang luas secara regional. Namun, akhirnya ia memutuskan bahwa jika ia berusaha, ia pasti bisa memegang tanggung jawab tersebut sehingga tahun 1998 ia menjabat sebagai General Manager, e-business, untuk IBM ASEAN/ Asia Selatan. Sebagai pemimpin IBM Indonesia, Betti berusaha membawa IBM tumbuh lebih cepat daripada marketnya serta mengubah persepsi orang yang selama ini menganggap IBM sebagai perusahaan hardware saja. IBM saat ini merupakan solution provider yang memberikan layanan konsultasi bisnis, sistem integrasi, perangkat keras dan perangkat lunak kepada pelanggan sehingga mereka bisa memperoleh manfaat secara maksimal dari teknologi. Berbagai penghargaan diperoleh karena kerja kerasnya sebagai pemimpin, di antaranya Outstanding Achievement Award di tahun 1999, Country General Manager Excellence Award 2000, yaitu penghargaan yang diberikan pada lima negara terbaik dari 170 negara di mana IBM beroperasi. Dalam hubungannya dengan karyawan, Betti membuka lebar pintu ruang kerjanya dan mempersilakan karyawan masuk dan bertukar pikiran dengannya. Dalam waktu-waktu tertentu ia mengadakan diskusi terbatas dengan lapisan-lapisan karyawan. Ia tidak ingin menjadi pemimpin di atas menara gading yang tidak mengenal siapa sebenarnya orang-orang yang dipimpinnya. Betti harus bisa memposisikan dirinya dengan tepat di
antara para karyawannya. Suatu saat ia harus bersikap keras dan tegas, di waktu yang lain ia harus bersikap luwes, fleksibel dan penuh tenggang rasa. Itulah makanya ia tidak segan-segan berpanas terik berbaur dengan karyawan setiap kali diadakan family gathering. Ia tidak canggung mengambil bagian ikut dalam lomba lari bakiak, tarik tambang dan tulus berbagi canda dan tawa bersama mereka. Dalam setiap langkah hidupnya, Betti selalu berusaha tetap rendah hati dan menggunakan energinya untuk menuntut suatu perbaikan kualitas kehidupan dengan berbagi pengalaman yang didapatnya, pengetahuan ataupun harta yang dimilikinya secara pribadi. Ia memberikan perhatian yang besar terhadap program-program kemasyarakatan IBM dan dunia pendidikan. Ia menilai bahwa perbaikan-perbaikan terhadap pemanfaatan IT dimulai dari dunia pendidikan. Betti juga selalu menekankan pentingnya menjalankan bisnis dengan standar etika yang tinggi dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Ia melihat bahwa masalah korupsi lebih besar tantangannya dibandingkan dengan masalah birokrasi di Indonesia. Sebagai pemimpin ia berusaha mengajak semua pihak untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar. Dalam kapasitas pribadi, Betti berusaha membawa perubahan dan perbaikan dengan menyumbangkan apa yang dimilikinya, sekecil apapun kontribusinya itu. Secara finansial, Betti memberikan beasiswa kepada orang-orang kecil seperti anak supir dan anak pembantu serta orang-orang yang membutuhkan di lingkungan terdekatnya. Ia merasa bahwa apa yang diberikannya itu belumlah seberapa dibandingkan dengan perubahan dan perbaikan yang akan terjadi nantinya. Ia juga aktif memberikan beasiswa melalui organisasi-organisasi yang ia percaya dapat menyalurkan dana tersebut dengan baik dan bertanggung jawab. Di sela-sela kesibukannya, Betti menyumbangkan pengalaman dan ilmu yang ia miliki dengan memenuhi undangan untuk berbicara di berbagai seminar yang mengangkat tema seperti teknologi, kepemimpinan, dan good corporate governance. Ia juga terlibat di bidang-bidang yang positif, salah satunya menjadi Ketua Tim Dewan Juri Bung Hatta Anti Corruption Award yang setahun sekali memberikan penghargaan kepada mereka yang dikenal sebagai pribadi yang bersih dari praktik korupsi termasuk mereka yang berperan aktif memberikan inspirasi dan mempengaruhi masyarakat dan lingkungannya memberantas korupsi. Mewakili kaum perempuan, Betti menjadi pemimpin dalam suatu wadah yang dinamakan Women Council untuk kawasan ASEAN dan Asia Selatan. Tujuan Women Council adalah membantu para perempuan agar bisa berhasil dalam karirnya dan mampu membagi waktunya dengan bijaksana sebagai ibu, isteri, menantu, dan wanita karir. Ia juga kerap diminta untuk berbicara membagikan pengalaman tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh perempuan.
Betti berpendapat bahwa kesempatan perempuan untuk berkarya dan berkarir sangat banyak. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat dunia teknologi semakin terbuka bagi pria dan perempuan. Tantangannya adalah bagaimana membuat teknologi menarik bagi para perempuan. Kenyataan yang ada sekarang adalah sedikitnya lulusan perempuan jurusan IT karena kebanyakan perempuan masuk ke bidang-bidang yang lebih feminim yang biasanya diasosiasikan sudah menjadi bidang perempuan. Paradigma ini sedang berusaha diubah sehingga kaum perempuan juga dapat terlibat penuh di dunia teknologi. Betti mengakui bahwa ia harus pandai-pandai mengatur waktunya. Ia harus dapat memutuskan pekerjaan apa saja yang perlu didelegasikan dan pekerjaan apa saja yang harus dikerjakannya sendiri entah itu di kantor atau di rumah. Khusus untuk pekerjaan yang nilai emosionalnya tinggi, Betti memilih mengerjakannya sendiri. Pekerjaan di rumah seperti memasak dan ihkan rumah biasanya dilakukan oleh pembantu. Meskipun begitu, Betti tetap sekali-sekali meluangkan waktu untuk memasak bagi keluarga terutama masakan-masakan tertentu yang memang ingin ia masak sendiri. Kebiasaannya ini membuat ia mendapat julukan si ‘jago masak’ dari anak-anaknya karena masakan yang ia masak itu-itu saja sehingga ia makin ‘ahli’ memasak makanan itu. Khusus masakan tertentu itu, masakan Betti menjadi primadona di rumah, meskipun sebenarnya pembantu bisa memasak makanan itu. Seringkali, kedua anaknya yang beranjak remaja, Aslan dan Nadia, memprotes kesibukan Betti. Mereka meminta perhatiannya sehingga untuk ‘mencuri’ waktu ibunya, Nadia pernah mengubah kalender kerja Betti dan memasukkan jadwal ‘menjemput Nadia sekolah’ ke dalam timetable di laptopnya. Akibat perbuatan ‘mencari perhatian’ Nadia, sekretaris Betti menjadi sibuk menjadwal ulang kegiatan Betti sementara Betti sendiri pun dibuat bingung. Karena itu, Betti berusaha menanamkan pengertian kepada Nadia untuk memahami kesibukan ibunya dan tidak boleh mengubah jadwal dengan mendadak. Bila memungkinkan, Betti selalu berupaya menjemput Nadia dan hadir ketika ia tampil di sekolahnya. Sedangkan Aslan yang sudah lebih dewasa sangat suka berdiskusi dengan Betti. Mereka suka berdiskusi tentang upaya mencapai sukses. Betti menanamkan ke dalam diri anak-anaknya bahwa segala sesuatu harus dijalani dengan penuh kesungguhan, kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Ia percaya bahwa keteguhan memegang prinsip dan dukungan dari keluarga adalah faktor penentu yang menghantarkan seseorang meraih kesuksesan dan berguna bagi orang lain, bangsa dan negara. Menik Bekerja Bersama Perempuan Cacat Tinggi badan Aisyah kurang dari satu meter. Padahal, tahun ini usianya hampir seperempat abad. Kondisi fisik yang kurang normal itu tidak membuat gadis lulusan sekolah menengah pertama tersebut rendah diri.
Saat diminta pemilik industri rumahan, Ny Menik Indah Winarni (56), mendemonstrasikan cara membatik di kantor sekaligus bengkel kerja di Jalan Wonosari Kilometer 6, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, awal pekan lalu, Aisyah cukup luwes memainkan canting. Industri rumahan itu berbendera CV dengan nama Indah Citra Nugraha (ICN). ”Di sini baru sekitar dua tahun. Tetapi, telah menjadi andalan,” tutur Menik tentang Aisyah, alumnus Pusat Rehabilitasi Centrum (RC) Solo. Tempat rehabilitasi khusus bagi warga cacat ini setahun sekali mengirim alumninya ke CV ICN untuk magang. Jika mereka betah, Menik tidak berkeberatan seandainya mereka ingin terus bergabung. Namun, sekiranya sudah mampu mandiri, ia pun tidak bakal menghalangi. Aisyah sendiri mengaku ilmu membatik yang diperolehnya masih perlu dikembangkan. Karena itu, ia belum merencanakan keluar. ”Saya masih pengin ikut di sini,” ungkapnya sambil menyeka keringat. Seperti pekerja-pekerja lain, Aisyah makan dan tidur secara gratis di rumah Menik, sementara gaji berdasarkan banyak/sedikitnya garapan populer disebut borongan dikirim ke orangtuanya di Wonosobo, Jawa Tengah. Keberanian Menik mempekerjakan sejumlah perempuan cacat perlu diapresiasi. Kebijakan itu diambil lebih dari 10 tahun lalu. ”Saya, kok, melihat banyak perusahaan yang menolak perempuan cacat fisik. Lalu siapa yang akan menampung mereka?” gumam ibu empat anak dan nenek lima cucu yang pernah tinggal di asrama TNI AU Maospati, Jawa Timur, sebelum akhirnya pindah ke Bantul dan membuka industri rumahan. Untuk mengendalikan usaha CV ICN, ia dibantu anak sulungnya, Imawan Sahirudin (35), lulusan Fakultas Hukum Universitas Proklamasi, Yogyakarta. Aisyah yang pertumbuhan badannya kurang normal dan Ngatiyem (46) yang kedua kakinya mengecil merupakan perempuan cacat yang setia bergabung dan tinggal di sana. Di luar keduanya masih ditemukan puluhan perempuan lain, baik cacat maupun normal, yang minta dan menerima pekerjaan dari industri rumahan itu tetapi tinggal di rumah masing-masing karena sudah berkeluarga. Diakui, membantu penyandang cacat bagi Menik lebih merupakan bagian dari ibadah. ”Jika dihitung dari segi ekonomi memang tak sebanding. Wong, mereka enggak bisa bekerja secara full. Tetapi, ini ibadah sehingga untuk sementara masalah untung rugi dikesampingkan,” ungkapnya. Ia merintis usaha sejak tahun 1987 dengan modal dari penjualan dua gelang emas serta bantuan keluarga sebesar Rp 2 juta. Keterlibatan perempuan penyandang cacat fisik bekerja di rumah Menik diawali kebiasaan merayakan ulang tahun di panti-panti asuhan. Suatu ketika, peristiwa ini
berlangsung di sebuah panti asuhan ”milik” RC Solo. Di situ ia melihat sejumlah perempuan cacat yang mempunyai keterampilan merajut dan menganyam. ”Apakah saya boleh mengambil beberapa orang untuk membantu pekerjaan saya,” tuturnya seperti pernah disampaikannya 11 tahun lalu. Untuk tahap pertama (1991), ia mengajukan permohonan 15 orang. ”Dari mereka yang diundang, kok, enggak ada yang tidak hadir. Jadilah 15 orang berkumpul di sini,” ungkap Menik yang juga berprofesi sebagai perias pengantin adat Jawa dan Sunda. Model SBY Bersama para karyawan setempat Menik saat ini sedang merampungkan pekerjaan membuat baju pengantin yang tengah digandrungi para remaja putri, yakni seperti yang dikenakan presenter Aulia Larasati Pohan saat bersanding di pelaminan bersama Letnan Satu (Inf) Agus Harymurti Yudhoyono di Istana Bogor, awal Juli 2005. ”Mengingat Agus adalah putra Presiden, demi mudahnya para remaja putri menyebut pakaian yang tengah nge-tren sebagai model SBY,” tuturnya. Berapa pun jumlah model SBY produksi CV ICN dilempar ke pasar pasti laku. Malah boleh disebut kewalahan menerima order. Satu potong pakaian pengantin model SBY dijual seharga Rp 200.000-Rp 300.000. ”Jika dilihat dari arah belakang, model SBY memang seksi. Ini yang membuat calon pengantin demen. Kalau perias pengantin tak memiliki koleksi model SBY, bisa disebut kuno,” tambahnya. Ia biasa melempar model SBY ke pasar di Jakarta dan Bandung dua minggu sekali. Pernah pula Menik menerima order pakaian penari striptease dari sebuah biro perjalanan asal Jerman. Baju penutup aurat yang penuh dengan manik-manik tersebut diproduksi sebanyak 20 buah. ”Saya hanya dikirimi gambar lewat faksimile. Lalu saya buat, dan contoh pakaian saya kirim ke pemesan. Lho, kok, cocok. Buktinya ditindaklanjuti dengan pengiriman uang,” ungkapya. Menggunakan jasa faksimile pula, CV ICN saat ini merampungkan pesanan puluhan baju kebesaran untuk para datuk asal Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur. Atas pesanan-pesanan tersebut, Menik bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga tamat perguruan tinggi. Pemilik Pesona Khayangan Depok Fauzi Saleh, contoh seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Ini berkat kompak dengan karyawannya. Derai tawa dan langgam bicaranya khas betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh dalam meladeni tamunya. Pengusaha perumahan mewah Pesona Depok dan Pesona Khayangan yang hanya lulusan SMP tersebut memang lahir dan dibesarkan di kawasan Tanah Abang, Jakarta.
Setamat dari SMP pada tahun 1966, beliau telah merasakan kerasnya kehidupan di ibukota. Saat itu Fauzi terpaksa bekerja sebagai pencuci mobil di sebuah bengkel dengan gaji Rp 700 per minggu. Bahkan delapan tahun silam, dia masih dikenal sebagai penjaga gudang di sebuah perusahaan. Tapi, kehidupan ibarat roda yang berputar. Sekarang posisi ayah 6 anak yang berusia 45 tahun ini sedang berada di atas. Pada hari ulang tahunnya itu, pria bertubuh kecil ini memberikan 50 unit mobil kepada 50 dari sekitar 100 karyawan tetapnya. Selain itu para karyawan tetap dan sekitar 2.000 buruh mendapat bonus sebulan gaji. Total Dalam setahun, karyawan dan buruhnya mendapat 22 kali gaji sebagai tambahan, 3 bulan gaji saat Idul Fitri, 2 bulan gaji saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Haji, dan 1 bulan gaji saat 17 Agustus, tahun baru dan hari ulang tahun Fauzi. Selain itu, setiap karyawan dan buruh mendapat Rp 5.000 saat selesai shalat Jumat dari masjid miliknya di kompleks perumahan Pesona Depok. Sikap dermawan ini tampaknya tak lepas dari pandangan Fauzi, yang menilai orangorang yang bekerja padanya sebagai kekasih. “Karena mereka bekerjalah saya mendapat rezeki.”, katanya. Manajemen kasih sayang yang diterapkan Fauzi ternyata ampuh untuk memajukan perusahaan. Seluruh karyawan bekerja bahu-membahu. “Mereka seperti bekerja di perusahaan sendiri.” Katanya. Prinsip manajemen “Bismillah” itu telah dilakukan ketika mulai berusaha pada tahun 1989 silam, yaitu setelah dia berhenti bekerja sebagai petugas keamanan. Berbekal uang simpanan dari hasil ngobyek sebagai tukang taman, sebesar 30 juta, beliau kemudian membeli tanah 6 x 15 meter sekaligus membangun rumah di jalan jatipadang, jakarta selatan. Untuk menyiapkan rumah itu secara utuh diperlukan tambahan dana sebesar 10 juta. Meski demikian, Fauzi tidak berputus asa. Setiap malam jumat, Fauzi dan pekerjanya sebanyak 12 orang, selalu melakukan wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa agar usaha yang sedang mereka rintis bisa berhasil. Mungkin karena usaha itu dimulai dengan sikap pasrah, rumah itupun siap juga. Nasib baik memihak Fauzi. Rumah yang beliau bangun itu laku Rp 51 juta. Uang hasil penjualan itu selanjutnya digunakan untuk membeli tanah, membangun rumah, dan menjual kembali. Begitu seterusnya, hingga pada 1992 usaha Fauzi membesar. Tahun itu, lewat PT. Pedoman Tata Bangun yang beliau dirikan, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah mewah Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan yang juga di Depok. Kini telah dibangun Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit rumah dan pesona khayangan 2 sebanyak
1100 unit rumah. Sedangkan pesona khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah. Harga rumah group pesona milik Fauzi tersebut antara 200 juta hingga 600 juta per unit. Yang menarik tradisi pengajian setiap malam jumat yang dilakukannya sejak awal, tidak ditinggalkan. Sekali dalam sebulan, dia menggelar pengajian akbar yang disebut dengan pesona dzikir yang dihadiri seluruh buruh, keluarga dan kerabat di komplek pesona khayangan pertengahan september lalu, ada sekitar 4.000 orang yang hadir. Setiap orang yang hadir mendapatkan sarung dan 3 stel gamis untuk shalat. Setelah itu, ketika beranjak pulang, setiap orang tanpa kecuali, diberi nasi kotak dan uang Rp 10.000. tidak mengherankan, suasana berlangsung sangat akrab. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Tidak ada perbedaan antara bawahan dan atasan. Menurut Fauzi, beliau sendiri tidak pernah membayangkan akan menjadi> seperti ini. “Ini semua dari Alloh. Saya tidak ada apa2nya.” Kata pria yang sehari-hari berpenampilan sederhana ini. Karena menyadari bahwa semua harta itu pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa mengembalikannya dalam bentuk infak dan shadaqoh kepada yang membutuhkan. Tercatat, beberapa masjid telah dia bangun dan sejumlah kaum dhuafa dan janda telah disantuninya. Usaha yang dijalankannya tersebut, menurut Fauzi ibarat menanam padi. “Dengan bertanam padi, rumput dan ilalang akan tumbuh. Ini berbeda kalaukita bertanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Kata Fauzi. Artinya, Fauzi tidak menginginkan hasil usaha untuk dirinya sendiri. “Saya hanya mengambil, sekedarnya, selebihnya digunakan untuk kesejahteraan karyawan dan sosial.” Katanya. Sekitar 60 % keuntungan digunakan untuk kegiatan sosial, sedangkan selebihnya dipakai sebagai modal usaha. Sejak empat tahun lalu, ada Rp 70 milyar yang digunakan untuk kegiatan sosial. “Jadi, keuntungan perusahaan ini adalah nol.” Kata Fauzi. ” Jika setiap bangun pagi , kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia” ‘Bangkit lah setelah jatuh’ Salam kedamaian dan kesejahteraan untuk mu Kawan! Setelah sekian lama absent dari dunia maya ini dikarenakan banyak hal yang sebenarnya tak terlalu penting untuk diceritakan dan tak masuk akal untuk menghambat komunikasi di antara kita. Alasan tetap saja sebuah alasan, konon setiap manusia yang
jika ditanyakan alasan kenapa dia tidak dapat berbuat yang semestinya atau kenapa dia begini dan begitu? Niscaya akan ada berantai-rantai alasan yang mengalir dalam jumlah yang sangat banyak bahkan hingga mencapai 40.000 buah alasan untuk memepertahankan diri. Begitulah hasil pemikiran dari seorang cendekia Timur Tengah yang sempat menjadi Khalifah ke-3, Usman Bin Affan R.A. Hebat bukan! Yah, begitulah kita jika terbiasa mengungkapkan alasan pada setiap hal yang terjadi diluar harapan. Ada kisah masa kecil sewaktu masih menjadi siswa di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seorang siswa didapati oleh kepala sekolah SMP tersebut datang terlambat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, kemudian Bapak kepala sekolah itu meminta sang siswa datang ke ruangannya. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Pak kepala sekolah tegas. “Saya datang jam 8 lewat 15 menit Pak!” jawab sang siswa dengan sedikit menunduk. “Iya saya tahu itu, kamu harusnya datang paling telat jam 7, saya tanya kenapa kamu terlambat datang ke sekolah?” terdengar pertanyaan kedua sedikit lebih keras dari pertanyaan pertama. “Rumah saya jauh Pak! Rumah saya terletak di Desa Sukaharja yang jauh banget Pak!” jelas si siswa itu. “Apa kamu punya teman satu desa yang sekolah di di sini?” tanya kepala sekolah itu. “Banyak Pak!” jawab si anak dengan sedikit tersenyum, si anak itu mengira kepala sekolah sudah menerima alasannya karena datang terlambat ke sekolah. Karena dia mendengar suara kepala sekolah tersebut mulai rendah. “Kalau begitu, apakah teman-teman mu datang terlambat juga?” tanya kepala sekolah “Tidak Pak!” jawab siswa itu pelan. “Terus kenapa kamu terlambat?” kepala sekolah bertanya lebih keras suaranya hingga siswa tersebut terkaget dari duduknya yang santai. “Anu Pak, hmm… eueueu… Sa…Sa.. Saya sebelum berangkat sekolah diminta Ibu ke warung” muncul alasan-alasan lain dalam pikiran si anak, “setelah pulang dari warung saya disuruh mengantarkan adik ke sekolah SD dulu Pak! Setelah mengantar adik lalu saya pun berangkat untuk sekolah bersama teman-teman, namun setelah di jalan saya baru ingat kalua buku PR saya ketinggalan dan akhirnya saya memutuskan untuk mengambil buku PR itu dulu di rumah dan teman-teman saya pergi duluan. Saya berlari kok Pak, eh setelah udah samapai lagi di tempat kumpul menunggu angkot, mobil angkotnya lama banget munculnya, setelah mobil angkot dateng saya naik dan eh ternyata itu mobil suka berhenti-berhenti buat ngetem Pak! Oh iya tadi mobil angkotnya nabrak becak Pak! eh berantem deh tuh supir ma tukang becak di jalan. Setelah
berantem si supir tancap gas dan ngebut eh dia malah salah jalan, karena jalannya satu arah dia harus memutar Pak! eh karena angkot lewat jalur yang salah terus ditilang Pak Polisi deh! setelah selesai ditilang lalu jalan lagi angkotnya, terus Pak, pas muter jalan gitu malah tersesat deh tuh angkot. Udah gitu saya diturunin ma supir dan disuruh ganti angkot lain. Saya bingung akhirnya saya nanya orang-orang dipinggir jalan untuk naik angkot apa agar sampai ke sekolah, dan ternyata saya harus dua kali lagi naik angkot Pak! terus pas saya …” “Sudah, sudah, stop! pusing saya dengerin ocehan kamu, kamu masih kecil banyak alasan, pungutin sampah di lapangan sana, kamu boleh masuk kelas setelah jam istirahat nanti” kepala sekolah memotong pembicaraan, lalu memberikan kantong pelastik hitam untuk wadah sampah kepada si anak. Kini pukul 09.00, dengan sedikit menarik nafas dan merasa menyesal membuang waktu hampir satu jam mendengarkan berbagai alasan si anak, akhirnya kepala sekolah itu berjanji dalam hatinya tidak akan mendengarkan lagi alasan-alasan konyol dari setiap siswa sekolahnya. Karena alasan hanyalah sebuah alasan, alasan tidak akan memperbaiki keadaan, tindakan untuk perbaikan lah yang perlu dilakukan. Begitupun dalam dunia bisnis, terkadang kita terjatuh dalam kegagalan, kerugian, atau kebangkrutan dan sebagian besar orang malah menciptakan alasan-alasan mengapa dia pantas gagal, mulai dari alasan ekonomi, alasan usia, alasan pendidikan, alasan cuaca dan berbagai alasan-alasan lainnya yang seakan-akan membenarkan bahwa kelemahan dan ketidak mampuan diri sendiri. Alasan tidak memperbaiki keadaan, analisa dari suatu kejadian lah yang diperlukan, sehingga kita dapat mengambil pelajaran dan memulai lagi dengan lebih baik dibanding sebelumnya. KISAH PENGUSAHA SUKSES Kisah ini menceritakan seorang tokoh yang bernama CINTA yang berjuang dan bertahan hidup untuk mencari cintanya. Pada akhirnya dia kalah dan tetap tak mengerti akan cintanya. Ternyata kekalahan akan cinta tidak hanya ada didalam benak khayalku saja. Tetapi memang dalam kehidupan nyata sejak dahulu kala ada. Anda tahu bagaimana Julis Caesar jatuh pada saat kejayaannya hanya karena mencintai seorang Cleopatra, atau cerita Napoleon Bonaparte… Ahhhh tak perlu aku ceritakan lagi itu. Sudah banyak diceritakan dan kebenarannya diragukan. Aku punya cerita nyata tentang hal itu, berdasar biografi seorang tokoh hebat dan terkenal.Ada seorang jenius dan sukses. Namanya David William McCall. Dia pendiri McCall International, perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, hardware dan software, rancang bangun komputer serta bidang usaha sejenisnya. Perusahaannya biasa disingkat MCI, “Pernah dengar atau tahu?”. Dibidang software saingannya hanya Linux dan dibidang rancang bangun (bulid up) komputer saingannya hanya IBM. Saat itu belum ada Personal Computer, Compaq dan Hawlett Packard dibawah mereka. Penghasilan mereka 700 juta US dollar pertahun, hampir sama dengan Onassis. Bayangkan seberapa kaya dia, dalam usia muda, 30 tahunan sudah sekaya dan sesukses itu.
Tapi William adalah penganut paham antikemapanan. Dia benci pemerintahan yang korup dan kotor, tidak suka hidup mewah, ingin menghilangkan kemiskinan dan hanya ingin hidup sederhana. Hampir mirip dengan kaum sufi. Atau bisa dibilang juga, aku mirip dia. He..he..he.. William pernah pergi dari kemapanan. Pada usia 21 tahun, setelah menyelesaikan kuliahnya jurusan kedokteran di Harvard University, William menghilang dikarenakan hanya bapaknya, Nathan McCall, seorang yang cukup berpengaruh. Akhirnya William ditemukan 3 tahun kemudian dipedalaman Afrika. Dia mengabdikan ilmu kedokterannya pada kaum primitif dan di sana tidak mengenal uang dan peradaban sama sekali. Hebat juga Tuan muda William ini. Dia kembali kekemapanan yang sebenarnya dia benci. Sekembalinya, William kuliah lagi di MIT. Pada usia 28 tahun dia lulus dan mendirikan perusahaan McCall Int. Baru usia 32 tahun dia jatuh cinta dan menikahi seorang wanita yang sebenarnya hanya mencintai hartanya. William tidak mengerti cinta. Dia mudah dikibuli dan dikelabuhi istrinya yang sebenarnya mencintai pemuda pegawai William. Anda tahu siapa nama pemuda tersebut?….. BILL GATE. Usia perkawinannya sangat singkat hanya sekitar 1 tahun. Saat dia pulang dari luar negeri dan menuju rumah mewahnya dibukit, William menemukan istrinya sedang bercumbu dengan pemuda itu. Dengan kecewa William pergi lagi sendirian tanpa sepengetahuan istrinya yang sedang asyik bermain cinta tersebut. Dia membuang mobil mewah yang biasa dipakai itu kejurang dan melanjutkan dengan jalan kaki dengan langkah gontai dan tak tahu kemana arah tujuannya serta dengan hati yang terasa disayat sembilu. Karena mobilnya ditemukan didasar jurang, William dinyatakan meninggal dalam kecelakaan. Karena tidak meninggalkan surat wasiat apapun, istrinya bisa menguasai semua harta dan perusahaannya. MCI kacau balau, perusahaan itu terpecah. Bill Gate bersama pendukungnya mendirikan perusahaan sejenis dengan nama Microsoft dan mengeluarkan basic application program yang anda kenal dengan merk Windows. Bersama musuh besar MCI, IBM.. Microsoft mengeluarkan personal Computer yang sekarang ada didepan Anda. Tak lama kemudian mengeluarkan beberapa software. Tapi hanya menguasai pasar di Asia. Sementara sisanya dikuasai oleh perusahaan yang didirikan orang-orang MCI, yang percaya bahwa William masih hidup dan mereka mengabdi padanya. Anda tahu cerita rakyat Amerika “Tragedi buah Apel”, maka Apple dijadikan nama dan lambang perusahaan itu. Sekarang, dengan BAP “Macintosh”, Aplle mulai bergerak dan menyaingi Microsoft di pasar Asia. Anda lihat sekarang banyak perusahaan besar di Indonesia menggunakan Apple Macintosh, bukannya Microsoft Windows. Sementara pegawai MCI yang netral memisahkan diri dan membuat perusahaan software. Terpecah menjadi tiga yaitu Adobe, Aldust dan Corel. Karena netral mereka membuat sofware dalam dua versi, versi Windows dan versi Macintosh. Tapi akhirnya Aldust bangkrut dan merger dengan Adobe. Bill Gate memang merebut segalanya dari William, istri, harta dan perusahaannya. Tapi secara hukum, Bill Gate tak bisa disalahkan. Bill gate juga mencuri rumusan Microchip Processor ciptaan William yang ditemukan dibekas ruang kerja William. Akhirnya Bill
Gatelah yang memegang hak cipta Processor, terutama di Intel dengan Pentium-nya. Hanya tinggal divisi telekomunikasi yang masih ada di MCI yang dipimpin oleh adik William. Produk alat komunikasi andalannya ada diseluruh pelosaok dunia. Anda pasti tahu!. Itu lohhh… MOTOROLA. Tujuh tahun kemudian, David William McCall dinyatakan masih hidup. William ditemukan sebagai gelandangan (tunawisma) di kota San Fransisco. William kembali pada kemewahan, namun sekarang diawasi tim dokter karena kesehatan fisik dan jiwanya terganggu. Entah alasan apa, mungkin karena jenuh dengan segala kemewahan atau karena tahu istrinya tidak mencintai dia. William bunuh diri pada usia 47 tahun. Sangat tragis……… Ada seorang penulis yang tertarik pada kisah hidup William. Penulis pintar dan serba bisa ini mewawancarai orang-orang yang pernah mengenal atau berada dalam lingkungan William, serta mengumpulkan data-data yang bisa mendukung tulisannya. Akhirnya keluarlah buku biografi William. Sayang buku tersebut dilarang terbit setelah 1 tahun beredar dipasaran. Setahun kemudian penulis itu mati ditembak. Anda tahu beritanya?, seorang penulis dan juga astronom yang ditembak tepat dikepalanya hanya beberapa meter dari rumahnya. Penembakan itu tidak terungkap dan terorislah yang dituduh. Orang-orang Eropa dan Amerika yang pernah membaca biografi William, dan sebagian kecil orang Asia yang tahu cerita ini, pasti akan membenci Bill Gate. Walaupun Bill Gate tidak sebegitu bersalah. Makanya kenapa produk-produk Microsoft tidak pernah sukses dipasar Eropa dan dipasar Amerika. Makanya juga banyak peretas (Hackers) berusaha mengacau dan menjebol Microsoft, terus mengungkap kekurangan dan kelemahan produk Microsoft. Pernah juga cerita ini difilmkan. Tapi cerita sedikit diubah. Menyembunyikan beberapa fakta dan hal yang mungkin membahayakan film itu sendiri. Atau mungkin pembuat film takut dibunuh seperti yang terjadi pada penulis itu. Bayangkan…. Begitu tragisnya nasib Tuan William ini. Dia HEBAT, SUKSES dan MENANG DALAM KEHIDUPAN. Tetapi semua hilang sekejap hanya karena dia mencintai seorang wanita. Memang tidak semua kisah cerita berakhir tragis. Masih ada cerita Romeo dan Juliet yang akhirnya bahagia dalam cinta yang indah. Atau cerita tentang Cinderella dengan sepatu kacanya. Tapi sayang, itu hanya cerita khayalan dari penulis legendaris. Lalu pertanyaan dibenakku… Apakah yang namanya CINTA itu benar-benar ada dan nyata dalam hidup kita sebagai manusia? Apakah rasa sayang terhadap orang tua, saudara, teman, anak, istri, sahabat, famili serta rasa kasih terhadap diri sendiri, lingkungan dimana kita hidup….. itu juga dinamakan dengan Cinta? Aku benar-benar tak mengerti. Jika anda tahu, tolonglah aku dan berikan jawaban logis agar aku bisa mengerti. Karena yang aku tahu selama ini Cinta hanya ada dalam benak penulis novel, sastrawan, penulis skenario dan penyair. Aku melihat cinta hanya ada didalam novel, cerita sastra, panggung drama, film dan sinetron, atau lirik sebuah lagu. Mungkinkah sangat kompleksnya cinta
sehingga tidak bisa didefinisikan. Setiap orang didunia punya pengertian dan definisi masing-masing tentang kata “CINTA”. Ahhhhhh…. gak usah terlalu anda pikirkanlah. Itu hanya ungkapan kegelisahanku saja. Orang-orang sehebat Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, atau yang barusan aku ceritakan tuan David William McCall saja tidak mengerti tentang cinta. Bahkan mereka gagal hingga menghancurkan hidupnya,…. apalagi orang setolol aku, mana mungkin mengerti CINTA. LAHIRNYA GOOGLE Google lahir dari sebuah pertemuan tanpa disengaja dari Larry Page dan Sergey Brin di Universitas Stanford . Pada Januari 1996 Lary dan Sergey mulai melakukan kolaborasi dalam pembuatan Search Enggine yang diberi nama BackRub. 1998 Teknologi Search Enggine itu terus di sempurnakan, keduanya mulai mencari Investor untuk mengembangkan kecanggihan teknologi mesin pencari mereka. Sehingga, mereka mendapatkan suntikan dana dari Andy Bechtolsheim teman kampus sekaligus pendiri Sun Microsystem. Sebuah cek senilai 100 ribu dolar AS, yang uniknya di cek itu tertulis atas nama Google yang bahkan pada saat itu belum didirikan oleh Sergey dan Larry. Larry dan Sergey sebelumnya pernah menawarkan kemungkinan dengan Alta Vista, tetapi ditolak dengan alasan perusahaan indu Alta Vista yaitu Digital Equipment Corp tidak suka bergantung pada orang dari luar perusahaan. Investor di Silicon Valley, Michael Moritz (Sequa Capital) dan Jhon Doer (Kleiner Perkins) yang saling berkompetisi akhirnya bisa diyakinkan untuk menyuntik modal senilai 12,5 juta dolar AS ke perusahaan Google yang pada 7 Desember 1998 ini didirikan. Kantor pertamanya adalah sebuah ruang garasi rumah teman mereka di Menlo Park, California. Pada tahun 1999, Google pindah ke kantor di 165 University Ace Palo Alto California sebelum akhirnya pindah ke Googleplex pada akhir tahun tersebut. Larry dan Sergey terus menjalankan mesin pencari Google hingga tahun 2001. Setelah itu mereka merekrut Eric E. Schdimt untuk menjadi ketua umum dan CEO Google. Google kini menjadi perusahaan yang paling berpengaruh di Internet, termasuk karena Blogger.com sudah mereka kuasai. Googleplex menjadi tempat kerja yang sangat nyaman, karena dilengkapi sarana dan prasarana yang lengkap seperti kolam renang, bar, billiard room, futsal, voli pantai, makanan gratis, minuman kesehatan cuma-cuma, dan cemilan yang melimpah. Terlebih lagi, suasana kerja yang rileks karena karyawan google diperbolehkan untuk hanya mengenakan kaus dan celana jeans, sehingga apabila ketika kita datang ke googleplex dan melihat sesorang yang mengenakan pakaian resmi, jas dan sebagainya, hampir bisa dipastikan dia adalah Tamu.
Satu lagi yang menarik, di Google diterapkan sistem , karyawan diberikan 20 % waktu kerja mereka untuk bebas mengerjakan apa yang di minati-nya – kira-kira dalam 1 minggu sehari. Sehingga kreativitas karyawan meningkat, dan lahirlah seperti misal google earth dll. Dengan begitu google sangat konsen pada Sumber Daya Manusia yang mereka miliki. Sebuah artikel yang ditulis oleh seorang wartawan dari Fortune, Freg Vogelstein, berjudul ” Why Google Scares Bill Gates ” menjelaskan persaingan antaran Google dengan Microsoft. Ini membuktikan betapa hebatnya google saat ini, sehingga raksasa seperti Microsoft yang sudah berusia 25 tahun lebih, menerapkan berbagai strategi untuk bersaing dengan google. Ini terlihat nyata, dengan rencana Akusisi Yahoo.com oleh Microsoft baru-baru ini, meskipun akhirnya kandas. Di balik itu, Google juga melakukan kerja-kerja filantropis ( sosial ) dengan mendirikan Google.org. Misi dari organisasi itu adalah membantu kampanye soal perubahan iklim, pemanasan global, juga kesehatan dan kemiskinan global. Direktur dari Google.org ini adalah Dr. Larry