http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/definisi-dan-macam-macam-tegangan.html
KOROSI
Proses Terjadinya Korosi 14.44
Manusia Biasa
Pernahkah kalian melihat tumpukan kaleng bekas? Apa yang terjadi pada kaleng-kaleng tersebut jika dibiarkan di tempat terbuka? Pasti kaleng tersebut akan berkarat. Ini berarti kaleng mengalami korosi.
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal dengan istilah perkaratan. Korosi ini telah mengakibatkan kerugian bermilyar rupiah setiap tahunnya. Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat
menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium lebih awet. Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) Fe2+(aq) + 2e– Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen. O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– 4 OH–(l) Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe 2O3·xH2O yang disebut karat.
Proses Perkaratan Besi
1. Faktor-faktor penyebab korosi besi Penyebab utama korosi besi adalah oksigen dan air.
2. Tehnik pencegahan korosi besi Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang menggunakan besi menjadi tidak awet. Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengan kebanyakan pengunaan besi Cara pencegahan korosi pada besi dapat dilakukan sebagai berikut: a. Pengecatan Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan.
Cromium Plating membuat bumper mobil tahan karat
b. Dibalut plastik Plastik mencegah besi kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi. c. Pelapisan dengan krom (Cromium plating) Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil. d. Pelapisan dengan timah (Tin plating ) Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih positif dari timah. e. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi) Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi lebih negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi. f. Pengorbanan anode (Sacrificial Anode) Perbaikan pipa bawah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara menanamkan logam magnesium kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan logam yang aktif (lebih mudah berkarat).
Sumber : Buku Otomotif
Proses Terjadinya, Korosi Pada Besi Nama : Muh. Saiful. A Nim : C1A1 11009 Program Study Teknik Sipil Universitas 19 November Kolaka Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal dengan istilah perkaratan. Korosi ini telah mengakibatkan kerugian bermilyar rupiah setiap tahunnya. Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium lebih awet. Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e– Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen. O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– à 4 OH–(l) Ion besi (II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut karat. 1. Faktor-faktor penyebab korosi besi Penyebab utama korosi besi adalah oksigen dan air. 2. Teknik pencegahan korosi besi Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunan yang menggunakan besi menjadi tidak awet.
Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), namun proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengan kebanyakan pengunaan besi Cara pencegahan korosi pada besi dapat dilakukan sebagai berikut: a. Pengecatan Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan. b. Dibalut plastik Plastik mencegah besi kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi. c. Pelapisan dengan krom (Cromium plating) Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil. d. Pelapisan dengan timah (Tin plating) Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih positif dari timah. e. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi) Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi lebih negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi. f. Pengorbanan anode (Sacrificial Anode) Perbaikan pipa bawah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara menanamkan logam magnesium kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan logam yang aktif (lebih mudah berkarat).
Proses Terjadinya Korosi
A. Proses Terjadinya Korosi Korosi (Kennet dan Chamberlain, 1991) adalah penurunan
mutu logamakibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratanmerupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnyamerupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontaklangsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitukerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosimenimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi iondengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodikyang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodikbiasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungansekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya prosesreaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut : Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e} x 2 Katode O2(g)+ 4H+ (aq)+ 4 e → 2 H2O(l) + Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l) Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proseskorosi ini, ,yaituE0sel =+1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimanaion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan airmembentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebihlanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida : 4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq) Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrikdipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalamair garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu : O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq) Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion inisehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion inisegera ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawakompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kaliumheksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisansenyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembusoleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksijauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjaditerhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat poroussehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar. B. Dampak Dari Korosi Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karatadalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkansecara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagaidegradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibatberinteraksi dengan lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah danberlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah ataudihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transferelektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yangmemberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron(katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksioksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion denganmelepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang tertinggal pada logam. (M.Sf) Diposkan oleh Muh Saiful di 23.22
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya/
Korosi dan Cara Pencegahannya April 20, 2010 — usemansano
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi. Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.
Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan). Pencegahan korosi Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut : - Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi. - Perlindungan katoda (pengorbanan anoda) Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti. - Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni). Pengen tahu cara yang lain, silahkan klik di sini Demikian sedikit informasi yang mungkin berguna bagi kita. Mohon saran ataupun komentarnya. About these ads
http://pusdiklatteknis.kemenag.go.id/artikel/details/menghindari-korosi-pada-logamdengan-perlindungan-katode
MENGHINDARI KOROSI PADA LOGAM DENGAN PERLINDUNGAN KATODE Kamis, 27 September 2012 | Post by | 10 View
Oleh : Bahruddin Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
ABSTRACT One way to prevent the rusting of iron is to coat it with another metal. This is done with “tin” cans, wich are actually steel cans that have been coated with a thin layer of tin. However, if the layer of tin is scratched and the iron beneath is exposed, the corrosion is accelerated because iron has a lower reduction potential than tin; the iron becomes the anode in an electrochemistrycal cell and is easily oxidized. Another way to prevent corrosion is called cathodic protection. It involves placing the iron with metal that is more easily oxidized. This causes iron to be a cathode and the other metal to be the another. If corrosion accurs, iron is protected from oxidation because it is cathodic and the other metal reacts instead. Key word : Corrosion, protection, cathodic A. Pendahuluan Proses pangaratan umumnya terjadi pada benda yang terbuat dari besi, seperti pagar rumah, jembatan, badan kenderaan bermotor, dan kaleng kemasan. Karat pada badan kenderaan bermotor atau pagar tersebut, terjadi karena cat yang melapisi bodi kenderaan bermotor atau pagar terkelupas sehingga bagian besinya menjadi terbuka. Selanjutnya besi tersebut akan bereaksi dengan udara dan uap air atau air hujan dan membentuk karat. Karat ini tampak sebagai lapisan berwarna coklat kekuningan di permukaan logam besi.
Karat merupakan hasil korosi, yaitu oksidasi logam. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan Fe2O3. xH2O. korosi atau proses pengaratan merupakan proses elektrokimia. Pada proses pengaratan, besi (Fe) bertindak sebagai reduktor dan oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai oskidator. Persamaan reaksi pembentukan karat adalah : Anode : Fe
Fe2+ + 2e-
Katode : O2 + 4H+ + 4e-
2H2O
Karat yang terjadi pada suatu logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Oleh karena itu, karat disebut juga sebagai autokatalis. Sebetulnya cara yang paling umum digunakan untuk menghindari terjadinya perkaratan adalah dengan pelapisan logam. Jika logam dilapisi dengan tembaga atau kaleng (mengandung Sn), besi akan akan terlindung dari korosi hal ini disebabkan Cu dan Sn mempunyai potensial reduksi yang lebih positif (E0Cu2+ 0
0,14 V) daripada potensial reduksi besi (E
2+ Fe
Fe
Cu
= +0,34 V dan E0Sn2+
Cu
=-
= - 0,44 V). namun bila lapisan ini
bocor sehingga lapisan temabaga atau kaleng terbuka, besi akan mengalami perkaratan. Dampak terjadinya korosi adalah bahwa besi atau logam akan bersifat rapuh, mudah larut dan bercampur dengan logam lain, serta bersifat racun. Hal ini akan membahayakan dan merugikan. Bila besi pada pondasi bangunan atau jembatan bila terjadi kerapuhan mengakibatkan mudah ambruk atau roboh.
B. Masalah Dari beberapa uraian di atas tentang upaya menghindari perkaratan dengan melapisi logam sedikit ada kendala bila logam itu tertanam di dalam tanah atau di dalam air seperti pipa, tentu sulit melakukan pelapisan (pengecatan). Lalu bagaimana caranya agar logam tersebut tidak berkarat? Untuk mengatasi hal ini tentu dengan cara menggunakan perlindungan katodik. Dengan demikian akan muncul permasalahan : 1. Bagaimana menentukan Logam yang dapat digunakan sebagai perlindungan katodik?
2. Logam apa sajakah yang paling baik digunakan dalam perlindungan (proteksi) katodik?
C. Tujuan :
Mengetahui pengaruh logam-logam lain pada proses korosi besi (Fe). D. Prosedur Penelitian
I.Pendahuluan Proteksi katodik (cathodic protection) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logamdengan menjadikan permukaan logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia. Proteksi katodik ini merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi struktur logam dari korosi. Cara ini efektif mencegah keretakan logam akibat korosi (stress corrosion cracking). Sistem proteksi katodik biasa digunakan untuk melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai, dan selubung (casing) sumur minyak di darat.
II. Alat dan Bahan Cawan petri
5 buah
Pembakar spiritus
1 buah
Paku reng
5 buah
Korek api
1 bungkus
Pelat logam zincum (Zn)
1 buah
Agar-agar putih
3 gram
Pelat logam magnesium (Mg) 1 buah
K3Fe(CN)6 5%
10 mL
Pelat logam tembaga (Cu)
1 buah
Fenolftalein
2 mL
Pelat logam timah (Sn)
1 buah
Akuades
250 mL
Gelas kimia 1 L
1 buah
NaCl
7,5 gram
III. Langkah Kerja 1. Masukkan agar-agar bubuk dan NaCl ke dalam gelas kimia. Tambahkan akuades, lalu aduk rata. 2. Didihkan campuran agar-agar dan air sambil diaduk-aduk hingga semua agar-agar larut. 3. Matikan api dan biarkan uap air dari larutan menghilang.
4. Tambahkan 10 mL larutan K3Fe(CN)6 5% dan 2 mL larutan fenolftalein. 5. Hangat-hangat kuku, tuangkan larutan agar-agar ke dalam cawan hingga cawan terisi kira-kira setengah volumenya. 6. Siapkan paku dan logam-logam lain yang akan diuji. Ampelas permukaan logamlogam tersebut hingga bersih.
7. Ke dalam cawan berisi agar, masukkan logam berikut:
Cawan A
Paku
Cawan B
Cawan C
Cawan D
Cawan E
Paku dililit logam Zn
Paku dililit logam Mg
Paku dililit logam Cu
Paku dililit logam Sn
8. Amati gejala yang terjadi.
IV.
Pengamatan Hasil Pengamatan pada Paku
No.
Logam Titik a
Titik b
Titik c
Hijau sedikit
Hijau sedikit
Hijau sedikit 1.
Merak muda sedikit
Paku Paku + Zn 2.
Merah muda
Paku + Mg
3.
Merah muda
Merah muda banyak Hijau sedikit
Terbentuk gelembung
Hijau banyak
Merah muda banyak
Paku + Cu 4.
Terbentuk gelembung gas banyak
Hijau sedikit
Merah muda sedikit
Hijau banyak
Paku + Sn 5.
Hijau sedikit
Hijau sedikit
Merah muda sedikit
Hijau sedikit
E. Pembahasan Paku paling banyak mengalami korosi pada cawan petri adalah paku + Cu. Banyaknya korosi yang terjadi tampak pada titik A dan C (bagian dari pangkal paku dan ujung paku yang tidak terlindungi oleh logam) yang terdapat warna
hijau. Bahkan warna hijau
yang banyak terdapat pada titik C. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan urutan logam Cu yang berada paling kanan di antara logam-logam yang digunakan. Logam Cu adalah paling mudah tereduksi, sehingga logam yang dilindunginya (Fe) akan mudah teroksidasi (mengalami perkaratan). Logam yang bertindak sebagai anoda adalah Mg dan Zn ; logam yang bertindak sebagai katoda adalah Cu dan Sn. Hal ini berdasarkan urutan Deret Volta yang menempatkan Mg dan Zn yang berada di sebelah kiri Fe ; dan Cu dan Sn yang berada di sebelah kanan Fe. Sebagai anoda berarti seharusnya kedua logam (Mg dan Zn) yang mengalami oksidasi. Kedua logam ini yang rusak ketika melindungi Fe. Namun terdapat anomali pada logam Mg yang terdapat warna hijau pada paku pada titik yang tidak terlindungi oleh logam Mg. Warna hijau ini menunjukkan ketidak sepenuh mampuan Mg melindungi paku dari perkaratan. Dilakukan
pengulangan percobaan terhadap paku + Mg (dengan
pengamplasan Fe dan mereaksikan logam Mg dengan HCl terlebih dahulu) masih ditemukan adanya warna hijau pada titik A dan C, namun jumlahnya lebih sedikit daripada percobaan yang pertama. Logam Cu dan Sn sebagai katoda berarti kedua logam ini mengalami reduksi. Logam yang dilindungi Fe-lah yang justeru mengalami oksidasi. Logam yang dapat melindungi besi dari proses perkaratan adalah Zn dan Mg. Pada paku + Zn tidak terbentuk sama sekali warna hijau pada bagian paku yang tidak terlindungi oleh logam Zn. Dan ketika selesai percobaan, Zn dibersihkan dari paku, tampak bahwa pada titik B paku tetap terlindungi dari korosi. Mg mampu melindungi dengan baik paku ditunjukkan dengan kondisi paling hancurnya Mg ketika percobaan telah selesai dan paku titik B tidak mengalami korosi. Hal ini menunjukkan Zn dan Mg dapat berperan sebagai proteksi katodik terhadap Fe dengan baik.
Perubahan warna pada titik A dan B disebabkan oleh adanya ion. Warna yang terbentuk pada tiap-tiap logam yang melindungi pada paku titik A dan B berbeda-beda, ada yang berwarna merah dan ada yang hijau. Keberadaan warna merah disebabkan oleh terbentuknya basa yang teridentifikasi oleh indikator phenolphtalein. Basa yang terbentuk berasal dari hasil reduksi dari air. Warna hijau terjadi karena terbentuknya senyawa Fe 2+ sebagai hasil oksidasi dari paku. Reaksi kimia yang terjadi pada titik A dan B adalah Warna yang terbentuk pada titik A dan B ada yang berwarna merah dan ada yg berwarna hijau. Reaksi kimia yang terjadi: a. Warna merah Reduksi air : 2 H2O + O2 + 4 e-
4 OH-
b. Warna hijau Oksidasi Fe :
Fe
Fe 2+ + 2 e-
Perubahan warna pada titik C disebabkan oleh adanya ion OH - dan Fe2+. Perubahan warna yang terjadi pada titik C ada yang berwarna merah dan ada
yang berwarna
hijau. Reaksi oksidasi dan reduksi terjadi pd titik (b) paku + Mg. Hal ini ditunjukkan dg terbentuknya warna merah muda, gas pada titik (b) dan kondisi logam Mg yang hancur. Reaksi oksidasi: Ditunjukkan dg terbentuknya gas & logam Mg yg hancur (pada titik (b) terjadi reaksi reduksi, titik B berperan sebagai katoda) Reaksi: Mg
Mg 2+ + 2 e-
Terbentuknya gas karena pada titik (b) juga berperan sebagai anoda di mana terjadi oksidasi air. Reaksi : 2 H2O
O2 + 4 H+ + 4 e-
Reaksi reduksi: Ditunjukkan dg terbentuknya warna merah yg berasal karena terbentuknya -
OH teridentifikasi oleh phenolphtalein yg terbentuk karena reduksi air. F. Kesimpulan
1. Sesuai dengan teori deret Volta (Li – K – Ba – Sr – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Ni – Co – Sn – Pb – H – Cu Hg – Ag – Pt – Au) bahwa logam yang dapat digunakan sebagai proteksi katodik adalah logam yang mempunyai potensial reduksi yang lebih negatif (berada disebelah kiri pada deret volta) dibanding dengan logam yang akan dilindungi. 2. Dari hasil pengujian dapat diperoleh bahwa ternyata logam Mg dan Zn adalahLogam yang dapat melindungi besi dari proses perkaratan. Pada paku + Zn tidak terbentuk sama sekali warna hijau pada bagian paku yang tidak terlindungi oleh logam Zn. Dan ketika selesai percobaan, Zn dibersihkan dari paku, tampak bahwa pada titik B paku tetap terlindungi dari korosi. Mg mampu melindungi dengan baik paku ditunjukkan dengan kondisi paling hancurnya Mg ketika percobaan telah selesai dan paku titik B tidak mengalami korosi. Hal ini menunjukkan Zn dan Mg dapat berperan sebagai proteksi katodik terhadap Fe (besi) dengan baik.
G. Daftar Pustaka Brady and Holum. 2006. CHEMISTRY The Study of Matter and Its Changes. Second Edition London James E Brady (Ukmariyah Maun, Kamianti Amas, Tilda S Sally. 2004. Kimia Universitas Asas & Struktur. Binarupa Aksara : Jakarta Hendayana, Sumar.dkk.1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP : Bandung Ralp J Fessenden & Joan S Fessenden (A Hadyana Pujtamaka). Kiimia Organik. Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta Sutrisna Nana. 2008. Kimia SMU Grafindo : Bandung Soft Drink.2005. Dibalik Kenikmatannya Ada Bencana. www softdrink.co.id. 11 – 8 – 2008 Widya Gunawan Agustin.2004. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. IPB : Bogor
http://rois-takin.blogspot.com/2013/04/korosi-pada-logam-dan-pencegahannya.html
KOROSI PADA LOGAM DAN PENCEGAHANNYA 1.
Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat di lingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Peristiwa korosi kita kenal dengan istilah perkaratan. Korosi ini telah mengakibatkan kerugian bermilyar rupiah setiap tahunnya. Biasanya logam yang paling banyak mengalami korosi adalah besi. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium lebih awet. 2.
Faktor-faktor yang mempercepat korosi
a) Air dan kelembaban udara Dilihat dari reaksi terjadinya proses korosi, air merupakan faktor penting dalam proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat juga proses berlangsungnya korosi. b) Elektrolit Asam atau garam (elektrolit) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan, sehingga elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara. Air laut dan air hujan merupakan penyebab korosi yang utama, sebab air hujan banyak mengandung asam, sedangkan air laut banyak mengandung
garam.
c) Permukaan logam yang tidak rata Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub - kutub muatan yang akhirnya berperan sebagai anode atau katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sulit terjadi. d) Terbentuknya sel elektrokimia Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah. Bila dua logam yang berbeda potensial bersinggungan dan terjadi pada lingkungan berair atau lembap maka akan dapat terjadi sel elektrokimia secara langsung, sehingga logam yang potensialnya rendah akan segera melepas elektron bila bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih tinggi dan akan mengalami oksidasi oleh 02 dari udara. 3.
Jenis-jenis korosi yaitu:
1. Korosi merata (general) Merupakan korosi yang terjadi pada suatu logam secara menyeluruh, sebagai contoh: korosi yang terjadi pada tiang-tiang penyangga pada penambangan lepas pantai. 2. Korosi sumuran (pitting corrosion) Adalah korosi lokal yang secara secara selektif menyerang bagian permukaan logam yang selaput pelindungnya tergores atau retak akibat perlakuan mekanik atau mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi, segregasi dan presipitasi. 3. Korosi arus liar (stray-current corrosion) Adalah korosi yang disebabkan oleh adanya arus konvensional yang mengalir dalam arah berlawanan dengan aliran elektron, besarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dari luar.
4. Korosi celah Adalah korosi yang terjadi karena sebagian permukaan logam terhalang dari lingkungan dibanding bagian lain logam yang menghadapi elektrolit dalam volume yang besar. 5. Korosi logam tak sejenis (galvanik) Adalah korosi yang disebabkan adanya dua logam tak sejenis (dissimilar metals) yang bergandengan (coupled) membentuk sebuah sel korosi basah sederhana.
6. Korosi erosi Adalah korosi yang disebabkan akibat gerak relatif antara elektrolit dan permukaan logam. Korosi ini biasanya disebabkan karena terjadinya proses- proses elektrokimia dan oleh efek-efek mekanik seperti abrasi dan gesekan. 7. Korosi intergranuler Korosi ini terjadi bila daerah batas butir terserang akibat adanya endapan di dalamnya, endapan tersebut berasal dari bahan-bahan asing yang terdapat dalam struktur logam. Bahan-bahan tersebut yaitu logam antara dan senyawa. 8. Korosi tegangan (stress corrosion) Logam yang mengalami beban dinamis yang berulang-ulang lama kelamaan akan patah, patahnya logam ini dapat dipercepat bila terdapatnya korosi pada logam tersebut. 9. Korosi batas butir Adalah korosi yang disebabkan oleh ketidaksesuaian struktur kristal pada batas butir yang memiliki kedudukan atom-atom secara termodinamika yang kurang mantap dibandingkan atom-atom pada kedudukan kisi sempurna.
10. Korosi pelepasan atau bobolan (breakaway corrosion) Adalah korosi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak nampak secara bersamaan. Faktor-faktor tersebut yaitu temperatur, komposisi gas, tekanan gas, komposisi logam, bentuk komponen dan finishing permukaan. 11. Korosi panas (hot corrosion) Korosi panas yang terjadi pada turbin gas disebabkan oleh kombinasi antara oksidasi dan reaksi-reaksi dengan belerang, natrium, vanadium dan pengotorpengotor lain yang terdapat di udara dan bahan bakar. 4.
Cara memperlambat korosi
1. Mengontrol atmosfer agar tetap lembap dan banyak oksigen Hal ini bisa dilakukan, misalnya dengan membuat lingkungan udara bebas dari oksigen dengan cara mengalirkan gas C02. . 2. Mencegah logam bersinggungan dengan oksigen di udara Pencegahan cara ini dapat dilakukan dengan: 1) Mengecat, melapisi dengan plastik, memberi minyak 2) Galvanisasi (penyalutan), melapisi dengan zink (contohnya: atap seng) Elektroplating, melapisi dengan logam nikel (veernikel), kromium (veerkrom), melapisi dengan timah (contohnya: kaleng biskuit), melapisi dengan timbal (pipa air minum).
3) Sherardizing, mereaksikan dengan asam fosfat sehingga permukaan besi tertutup dengan fosfat (Fe2(P04)3). Contohnya pada badan (body) mobil. 3. Perlindungan katodik Pencegahan dengan cara ini dilakukan dengan cara menhubungkan logam yang ingin dilindungi dari korosi dengan logam yang mempunyai potensial elektrode sangat rendah (Mg) sebagai logam pelindung, sehingga jika terjadi oksidasi, logam yang dilindungi akan segera menarik elektron dari logam pelindung dan oksidasi akan berlangsung pada logam pelindung tersebut. 4. Pada pembuatan logam diusahakan agar zat-zat yang dicampurkan tersebar secara homogen dalam logam tersebut. 5. Dengan mengorbankan anode untuk melindungi katode. Pencegahan dengan cara ini dilakukan dengan cara menghubungkan logam yang ingin dilindungi dari korosi dengan logam yang mempunyai potensial elektrode sangat rendah (Mg) sebagai logam pelindung sehingga bila terjadi oksidasi logam yang dilindungi akan segera menarik elektron dari logam pelindung dan oksidasi akan berlangsung pada logam pelindung tersebut. 5. Cara Pencegahan Korosi
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi. Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang
lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O. Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan). 5.1. Pencegahan korosi didasarkan pada beberapa prinsip berikut : a. Pengecatan Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan.
Cromium Plating membuat bumper mobil tahan karat b. Dibalut plastik
Plastik mencegah besi kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi. c. Pelapisan dengan krom (Cromium plating) Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil. d. Pelapisan dengan timah (Tin plating ) Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih positif dari timah. e. Pelapisan dengan seng (Galvanisasi) Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi lebih negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi. f. Pengorbanan anode (Sacrificial Anode) Perbaikan pipa bawah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik sacrificial anode, yaitu dengan cara menanamkan logam magnesium kemudian dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan logam yang aktif (lebih mudah berkarat).
g. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi. h. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda) Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti. i. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
Diposkan oleh rois takin di 10.26
http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/pengendalian-korosi/
Faktor2 yang Mempengaruhi Penanggulangannya
Korosi
dan
Faktor2 yang Mempengaruhi Korosi dan Penanggulangannya. Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui bahwa logam-logam selain emas umumnya terkorosi (teroksidasi menjadi oksidanya). 1. Definisi Korosi Korosi pada logam terjadi akibat interaksi antara logam dan lingkungan yang bersifat korosif, yaitu lingkungan yang lembap (mengandung uap air) dan diinduksi oleh adanya gas O2, CO2, atau H2S. Korosi dapat juga terjadi akibat suhu
tinggi.
Korosi
pada
logam
dapat
juga
dipandang
sebagai
proses
pengembalian logam ke keadaan asalnya, yaitu bijih logam. Misalnya, korosi pada besi menjadi besi oksida atau besi karbonat. 4Fe(s) + 3O2(g) + 2nH2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) Fe(s) + CO2(g) + H2O(l) ⎯⎯→ Fe2CO3(s) + H2(g) Oleh karena korosi dapat mengubah struktur dan sifat-sifat logam maka korosi cenderung merugikan. Diperkirakan sekitar 20% logam rusak akibat terkorosi pada setiap tahunnya. Logam yang terkorosi disebabkan karena logam tersebut mudah teroksidasi. Menurut tabel potensial reduksi standar, selain logam emas umumnya logam-logam memiliki potensial reduksi standar lebih rendah dari oksigen. Jika setengah reaksi reduksi logam dibalikkan (reaksi oksidasi logam) digabungkan dengan setengah reaksi reduksi gas O2 maka akan dihasilkan nilai potensial sel, Esel positif. Jadi, hampir semua logam dapat bereaksi dengan gas O2 secara spontan. Beberapa contoh logam yang dapat dioksidasi oleh oksigen ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut. 4Fe(s) + O2(g) + 2nH2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) Esel = 0,95 V Zn(s) + O2(g) + 2H2O(l) ⎯⎯→ Zn(OH)4(s) Esel = 0,60 V 2. Mekanisme Korosi pada Besi Oleh karena besi merupakan bahan utama untuk berbagai konstruksi maka pengendalian korosi menjadi sangat penting. Untuk dapat mengendalikan korosi
tentu harus memahami bagaimana mekanisme korosi pada besi. Korosi tergolong proseselektrokimia, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Proses korosi pada besi Besi memiliki permukaan tidak halus akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat perbedaan tegangan permukaan yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi dari daerah lainnya. Pada daerah anodik (daerah permukaan yang bersentuhan dengan air) terjadi pelarutan atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang larut dalam air. Fe(s) ⎯⎯→ Fe2+(aq) + 2e– Elektron yang dilepaskan mengalir melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui rangkaian luar pada sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas oksigen dari udara: O2(g) + 2H2O(g) + 2e– ⎯⎯→ 4OH–(aq) Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion melewati jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion-ion OH–membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat. Fe2+(aq) + 4OH–(aq) ⎯⎯→ Fe(OH)2(s) 2Fe(OH)2(s) + O2(g) ⎯⎯→ Fe2O3.nH2O(s) Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada Gambar 2.13): 4Fe(s) Karat
+
3O2(g)
+
n
H2O(l)
⎯⎯→
2Fe2O3.nH2O(s)
Gambar 2.13 Mekanisme korosi pada besi Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang agak jauh dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai dari warna kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini bergantung pada jumlah molekul H2O yang terikat pada karat. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korosi Berdasarkan
pengetahuan
tentang
mekanisme
korosi,
Anda
tentu
dapat
menyimpulkan faktor-faktor apa yang menyebabkan terbentuknya korosi pada logam sehingga korosi dapat dihindari. Setelah dibiarkan beberapa hari, logam besi (paku) akan terkorosi yang dibuktikan oleh terbentuknya karat (karat adalah produk dari peristiwa korosi). Korosi dapat terjadi jika ada udara (khususnya gas O2) dan air. Jika hanya ada air atau gas O2 saja, korosi tidak terjadi. Adanya garam terlarut dalam air akan mempercepat proses korosi. Hal ini disebabkan dalam larutan garam terdapat ion-ion yang membantu mempercepat hantaran ion-ion Fe2+ hasil oksidasi. Kekerasan karat meningkat dengan cepat oleh adanya garam sebab kelarutan garam meningkatkan daya hantar ion-ion oleh
larutan
sehingga
mempercepat
proses
korosi.
Ion-ion
klorida
juga
3+
membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan ion Fe . Faktor ini cenderung meningkatkan kelarutan besi sehingga dapat mempercepat korosi. 4. Pengendalian Korosi Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi katodik, dan penambahan zat inhibitor korosi. a. Pengendalian Korosi dengan Metode Pelapisan (Coating) Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya
mengendalikan
korosi
dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan
terhadap
karat
(pasivasi)
sehingga
besi
terlindung
dari
korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya: Zn(s)⎯⎯→Zn2+(aq) + 2e– Eo= –0,44 V Fe(s)⎯⎯→Fe2+(g) + 2e– Eo= –0,76 V Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi. b. Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut. Anode : 2Mg(s) ⎯⎯→ 2Mg2+(aq) + 4e– Katode : O2(g) + 2H2O (l) + 4e– ⎯⎯→ 4OH–(aq) Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O ⎯⎯→ 2Mg(OH)2(s) Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya. c. Pengendalian Korosi dengan Penambahan Inhibitor Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi. 1) Inhibitor anodik Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat. 2) Inhibitor katodik Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit. 3) Inhibitor campuran Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat. 4) Inhibitor teradsorpsi Inhibitor
teradsorpsi
umumnya
senyawa
organik
yang
dapat
mengisolasi
permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi
pada
permukaan
logam.
Contoh
jenis
merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
inhibitor
ini
adalah
http://veneranda23.blogspot.com/2012/11/cara-cara-pencegahan-korosi-besi.html
Cara-cara Pencegahan Korosi Besi | di 19.52 Berikut ini adalah cara-cara pencegahan korosi pada besi: 1. Mengecat Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara. 2. Melumuri dengan oli atau gemuk Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air. 3. Dibalut dengan plastik Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan air. 4. Tin plating (pelapisan dengan timah) Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. 5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink) Pipa besi, tiang telpon, badan mobil dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. 6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium) Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap,misalnya untuk bumper mobil. 7. Sacrifical protection (pengorbanan anode) Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut.
Pengujian merusak dan tidak merusak Pengujian logam diantaranya ada 2 cara, yaitu dengan cara merusak dan tidak merusak. Dengan cara merusak diantaranya dengan cara pengujian tarik, pengujian tekan, dan
pengujian lengkung. Pengujian dengan cara tidak merusak diantaranya Visual Inspection ( VT ), Liquid Penetrant Test ( PT ), Magnetic Particle Inspection ( MT ), Eddy Current Test atau Elektromagnetic Test ( ET ), Ultrasonic Inspection ( UT ), Radiographic Inspection (RT), Acoustic Emission Testing (AE), LEAK TEST ( LT ). Dari pengujian logam tersebut kita dapat mengetahui kekuatan dari logam tersebut.
http://ilmu212.blogspot.com/2012/10/cara-cara-mencegah-koros.html