LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SEDIAAN OBAT TETES MATA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Teknologi Sediaan Steril
Disusun Oleh ERI SIGIT WIBOWO
( 141550034 )
HASYATILLAH
( 141550038 )
IMAM AGUS FAISAL
( 141550041 )
RIKA RAHMAN
( 141550049 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA D III FARMASI TANGGERANG SELATAN 2016
1
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Tetes Mata Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan , suspensi atau emulsi. Dimaksudkan untuk obat luar yang digunakan dengan cara meneteskan obat dengan penetes yang menghasilkan tetesan setara pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata (FI edisi III). Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtiva. Larutan tersebut dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Banyak dari syarat ini saling berkaitan dan tidak dapat dipandang sebagai faktor terisolasi yang dipertimbangkan secara individual. Sterilisasi misalnya, dapat dihubungkan dengan pH, buffer, dan pengemasan. Sistem dapar harus dipertimbangkan dengan pemikiran tonisitas dan dengan pemikiran kenyamanan produk. B. Keuntungan dan kerugian Tetes Mata 1. Keuntungan Tetes Mata Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Obat tetes mata tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. 2. Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara 2
topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. C. Penggunaan Tetes Mata 1. Cuci tangan. 2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah. 3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes. 4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari. 5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip paling kurang 30 detik. 6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat. 7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah. 8. Jangan pernah menyentuhkan penetes dengan permukaan apapun. 9. Jangan mencuci penetes. 10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika dipindahkan. 11. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna. 12. Apabila memiliki tetes mata yang lain, tunggu beberapa menit sebelum melakukkan penetesan obat tetes mata yang lain. 13. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat kerjanya.
3
D. Karakteristik Sediaan Mata 1. Kejernihan Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaanpenampilan dalam lingkungan bersih. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadahdan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas. 2. Stabilitas Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun. 3. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
4
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam. 4. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar. Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat menghasilkan nyeri dan iritasi. Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal denganpenambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan titik beku.
5
5. Zat Tambahan Penggunaan zat tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan
dalam
konsentrasi
rendah
khususnya
suspensi
danberhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan surfaktan, khususnya pada beberapa konsentrasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial. 6. Steriliasi Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organism ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya.
6
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyneas). 7. Botol Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk
penggunaan
larutan
mata.
Penggunaan
wadah
kecil
memperpendek waktu pengobatan akandijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan terakhir.
E. Tujuan Praktikum Berdasarkan praktikum yang dilakukan bertujuan untuk sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami tentang suatu sediaan tetes mata 2. Mengetahui langkah perhitungan pembuatan sediaan tetes mata agar sediaan tetes mata yang dibuat sesuai dengan ketentuan 3. Mengetahui cara evaluasi terhadap sediaan tetes mata yang dibuat agar memenuhi persyaratan sediaan obat tetes mata
7
BAB II PRAFORMULASI DAN FORMULASI AKHIR
A. Praformulasi R/ Neomicin sulfat
(Zat Aktif)
Benzalkonium klorida
(Pengawet)
Natrium matabisulfit
(Antioksidan)
Api
(Pelarut)
1. Neomicin sulfat Nama bahan
: neomicin sulfat (FI IV hal 723, martindale hal
1815) Rumus moleul
: C23H46N6O13. H2SO4
Bobot molekul
: 614.6
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam aseton, kloroform dan dalam eter
OTT
: Golongan anionik, sodium lauryl sulfat
Stabilitas
: Neomisin peka terhadap oksidasi udara. Setelah penyimpanan
selama
24
bulan
tidak
terjadi
kehilangan potensi (masih 99% dari potensi asli). Serbuk neomisin sulfat stabil selama tidak kurang dari3 tahun pada suhu 20°C. Neomisin sulfat dapat juga dipanaskan pada suhu 110°C selama 10 jam (yakni selama sterilisasi kering), tanpa kehilangan potensinya, meskipun terjadi perubahan warna.
8
Neomisin cukup stabil pada kisaran pH 2,0 sampai 9,0. Menunjukkan aktivitas optimumnya pada kirakira pH 7,0. Dosis
: 0,35-0,5 % untuk mata (martindale 1982)
pH
: 5,0 – 7,5 (FI IV hal 607)
Inkompatibilitas
:Tidak bercampur dengan substansi anionik dalam larutan, bisa menimbulkan endapan, juga pada krim yang mengandung Na lauril sulfat.
Farmakologi
: aktivitasnya adalah bakterisida dengan menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom didalam sel, secara topikal digunakan untuk konjungtivitas dan otitis media.
sterilisasi
: filtrasi
2. Benzalkonium klorida (handbook of excipient hal 33-34, martindale hal 549) Nama bahan
: benzalkonii chlordium
Rumus moleul
:-
Bobot molekul
:-
Kelarutan
:Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk
anhidrat mudah larut dalam benzen dan
agak sukar larut dalam eter. Pemeriaan
: Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningkuningan bisa sebagai gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau aromatis dan rasa sangat pahit.
OTT
: Aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Stabilitas
: Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya
9
stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar. pH
: 5-8 untuk 10%w/v larutan
Kegunaan
: Pengawet, antimikroba.
Sterilisasi
: Autoklaf
Wadah
: Tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
3. Natrium metabisulfit(FI IV hal 596, martindale 2005 hal 1193) Sinonim
: dinatrium pirosufit
Rumus moleul
: Na2S2O5
Bobot molekul
: 190,10
Konsentrasi
: 0,01 % - 1 %
Kelarutan
:Agak mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam gliserin, dan sangat mudah larut dalam air
Stabilitas
: stabil pada suhu dibawah 400C
pH
: 3,5 - 5
Kegunaan
: Fntioksidan
Sterilisasi
: Filtrasi
Wadah
: Dalam wadah terisi penuh, tertututp rapat dan hindarkan dari panas yang berlebihan
4. Api (excipient 2009: 337) Nama bahan
: Aqua Pro Injeksi (FI IV hal 112)
Rumus molekul
: H2O
Bobot molekul
: 18,02
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan polar dan elektrolit.
10
Stabilitas
: Air stabil dalam keadaan (es, cairan, uap panas). Air untuk penggunaan khusus harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
OTT
: Dalam sediaan farmasi,air dapat bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya air atau kelembapan). Air dapat bereaksi kuat dan cepat dengan logam alkali dan zat pengoksidanya, seperti kalsium oksida, dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat, serta bereaksi dengan bahan organik
Kegunaan
: Sebagai bahan pembawa sediaan IV
B. Formulasi Akhir
R/ Neomicin sulfat .
0,5%
Benzalkonium klorida
0,01%
Natrium matabisulfit
0,1%
Api ad 10 ml
11
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat 1. Spatel Logam 2. Pinset 3. Batang Pengaduk Logam 4. Erlemeyer 5. Gelas Beaker 6. Kertas Saring 7. Gelas Ukur 8. KacaArolji 9. Corong Gelas 10. Kapas B. Bahan 1. Neomisin Sulfat 2. Benzalkonium Klorida 3. Na Metabolit 4. NaCl 5. Aqua Pro Injection C. Cara Sterilisasi Alat Nama Alat
Cara Sterilisasi
Waktu
Spatel logam
Oven 170oC
30 menit
Pinset logam
Oven 170oC
30 menit
Batang pengaduk logam
Oven 170oC
30 menit
Erlenmeyer
Oven 170oC
30 menit
Kaca arloji
Oven 170oC
30 menit
Gelas beaker
Oven 170oC
30 menit
Kertas saring
Autoklaf
30 menit
12
Autoklaf (115-116oC)
30 menit
Botol Tetes Mata
Autoklaf
30 menit
Corong gelas
Autoklaf
30 menit
Kapas
Autoklaf
30 menit
Gelas ukur
D. Perhitungan 1. Tonisitas a. Neomisin Sulfat = 0.5% = 0.5 g/100 ml E0.5% = 0.14 (FI edisi IV) b. Benzolkonium Klorida = 0.01% = 0.01 g/100 ml E0.5% = 0.18 (FI edisi IV) c. Natrium Metabisulfit = 0.1% = 0.1 g/100 ml E0.5% = 0.70 (FI edisi IV)
Zat Aktif
Konsentrasi
Ekuivalensi
Kesetaraan NaCl
Neomisin Sulfat
0.5
0.14
0.07
Benzolkonium Klorida
0.01
0.18
0.00018
Natrium Metabisulfit
0.1
0.70
0/07
Hasil
0.1418 Hasil yang diperoleh dari kesetaraan NaCl diatas menunjukan bahwa larutan hipotonis. Perlu penambahan NaCl agar menjadi isotonis NaCl = 0.9 – 0.1418 = 0.7582 g/100 ml = 0.07582 g/10 ml ~ 0.076 g/10 ml Jadi penambahan NaCl yang perlu ditambahkan agar larutan isotonis sebesar 0.076 g/10 ml atau 76 mg/10 ml.
2. Perhitungan Bahan a. Neomisin Sulfat = 0.5 g/100 ml x 10 ml = 0.05 g
13
b. Benzolkonium Klorida = 0.01 g/100 ml x 10 ml = 0.001 g c. Natrium Metabisulfit = 0.1 g/100 ml x 10 ml = 0.01 g d. API ad 100 ml/100 ml x 10 ml = 10 ml E. Penimbangan 1. Penimbangan Volume yang dibuat 10 ml Penambahan volume 10% = 10 ml/100 ml x 10 ml = 1 ml 10 ml + 1 ml = 11 ml a. Neomisin Sulfat = 11 ml/10 ml x 0.05 g = 0.055 g b. Benzolkonium Klorida = 11 ml/10 ml x 0.001 g = 0.0011 g c. Natrium Metabisulfit = 11 ml/10 ml x 0.01 g = 0.011 g d. NaCl = 11 ml/10 ml x 0.076 g = 0.0836 g 2. Volume Terpindahkan Volume yang dibuat 10 ml Volume yang disarankan dalam FI edisi IV (Hal.1044) = 0.5 ml C = 10 ml + 0.5 ml =10.5 ml F. Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Melakukan sterilisasi alat dan wadah yangakan digunakan 3. Menimbang bahan sesuai perhitungan dengan neomisin sulfat 55 mg, benzalkonium klorida 1,1 mg, natrium metabisulfit 11 mg, dan NaCl sebanyak 83,6 mg dengan kaca arolji yang telah disterilkan 4. Membuat Aqua ProInjection dengan aquades yang dipanaskan hingga mendidih kemudian baru dilakukan perhitungan selama 30 menit 5. Melakukan percampuran pertama neomisin sulfat 55mg dan natrium metabisulfit 11 mg ke dalam beaker yang berisi API kemudian aduk hingga larut, bilas kaca arloji yang digunakan sebagai tempat bahan dengan API ke dalam beaker
14
6. Menambahkan benzalkonium klorida 1,1 mg dan NaCl 83,6 mg ke dalam beaker dengan membilas kaca arloji dengan API dan aduk hingga larut 7. Menambahkan sisa API ke dalam beaker kemudian aduk hingga larut 8. Menyaring larutan dengan corong gelas yang dilapisi kertas saring ke dalam gelas beaker 9. Melakukan pengecekan pH dari sisa larutan pada kertas saring dengan pH meter strip 10. Memasukan larutan ke dalam botol tetes mata dengan spuit sebanyak 10 ml 11. Menutup botol tetes mata dan kemudian diberikan etiket pada botol
15
BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Pada praktikum pembuatan tetes mata yang dilakukan evaluasi yang berupa uji pH. Pada uji pH yang dilakukan pada sediaan obat tetes mata yang dibuat mempunyai nilai pH 4 (kurang dari pH mata) sehingga perlu penambahan dapar yang sesuai sehingga dapat memilikipH sediaan yang sesuai dengan pH mata. Kemudian dilakukan evaluasi keseragaman bobot pada sediaan yang dibuat pada kelompok 4 terjadi kelebihan volume yang terpindahkan, yang seharusnya volume pada obat botol tetes mata sebanyak 10,5 ml. Dan yang terakhir dilakukan evalusai kejernihan, pada sedian yang telah dibuat memiliki kejernihan yang baik dan tidak terdapat partikel yang melayang atau partikel yang tidak larut pada sediaan. NO 1.
Jenis Pengujian Uji pH
Hasil dan keterangan 4 (kurang sesuai pH mata 7,4) perlu penambahan dapar agar sesuai pH mata
2.
Uji Kejernihan
Tidak ada endapan partikel
3.
Uji Keseragaman Volume
Terjadi kelebihan yang terdapat pada botol obat tetes mata.kurang dari 10,5 ml
B. Pembahasan Pembuatan sediaan tetes mata sangat perlu diperhatikan tingkat steril dari sediaan yang dihasilkan. Mata merupakan organ yang tidak memiliki perlindungan terhadap bakteri atau mikriorganisme. Apabila tingkat steril pada sediaan yang dibuat kurang, sediaan tersebut akan membahayakan mata dan dapat memperburuk keadaan pengobatan pada mata.
16
Pembuatan sediaan tetes mata yang akan dibuat memiliki nilai tonisitas 0.1418 gram/ml hasil tersebut menunjukan bahwa sediaan yang akan dibuat dalam kategori hipotonis yang dapat merusak sel, untuk mencegah hal tersebut dilakukan penambahan NaCl sebanyak 0.076 g/10 ml sesuai dengan volume pembuatan 10 ml. Penambahan NaCl bertujuan untuk membantu agar sediaan yang dibuat isotonis. Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan jumlah sediaan yang diharapkan dalam pembuatan dilakukan penambahan dalam setiap peninmbangan bahan dan juga pada volume sediaan sehingga dihasilkan volume yang terpindahkan untuk10ml larutan tetes mata sebanyak 10,5 ml/botol tetes mata. Saran penambahan dapar digunakan untuk meningkatkan nilai pH agar mencapai nilai pH mata, sebagai berikut: Penambahan larutan dapar fosfat pH 7 : Kapasitas dapar = β = 0,01% H2PO4 = sebagai asam (KH2PO4 anhidrat) HPO4 = sebagai garam (Na2HPO4 dihidrat) pKa Na2HPO4 = 7,21 pH = 7 Jawab: pKa = - log Ka 7,21 = - log Ka Ka = 10-7,21 = 7,2 × 10-8 pH = - log [H+]
17
7 = - log [H+] [H+] = 10-7 Pers.1 pH = pKa + log [G] [A] 7 = 7,21 + log [G] [A] log [G] = - 0,21 [A] [G] = 10-0,21 [A] [G] = 0,62 [A] [G] = 0,62 [A] Pers.2 β = 2,3 C × Ka × [H+] (Ka + [H+])2 0,01 = 2,3 C × 6,2 × 10-8 × 10-7 [(6,2 × 10-8) + 10-7]2 C = 0,018 M Pers.3
18
C = [A] + [G] 0,018 = [A] + (0,62 [A]) 0,018 = 1,62 [A] [A] = 0,01 M Maka, [G] = 0,62 [A] = 0,62 × 0,01 M [G] = 0,0062 M Pers.4 Berat asam = ...? Berat garam = ...? BM Na2HPO4 dihidrat (garam) = 159,94 BM KH2PO4 anhidrat (asam) = 136,09 Asam M = massa × 1000 BM V(ml) 0,01 = massa × 1000 136,09 10 ml Massa asam = 0,0136 gram % massa asam (dalam 10 ml) = 0,136%
19
Garam M = massa × 1000 BM V(ml) 0,0062 = massa × 1000 159,94 10 ml Massa garam = 0,0099 gram % massa garam (dalam 10 ml) = 0,099 % Untuk penambahan penimbangan dapar yang digunakan adalah: Na2HPO4 anhidrat = 0,099 % × 10 ml = 0,0099 g KH2PO4 dihidrat = 0,136 % × 10 ml = 0,0136 g Pada tahap evaluasi yang telah dilakukan mendapatkan. Pertama pada evaluasi pH yang dilakukan mendapatkan nilai 4, nilai tersebut merupakan ukuran yang kurang dari pH air mata senilai 7,4 sehingga masih kurang dapat diterima ketika digunakan, untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan penambahan dapar agar dapat menambah nilai pH menjadi stabil pada pH mata. Penambahan dapar yang digunkan adalah sebanyak Na2HPO4 anhidrat 0,0099 gram dan KH2PO4 dihidrat 0,0136 gram Kemudian pada evaluasi keseragaman bobot pada kelompok 4 pada botol tidak sesuai dengan volume yang harus terpindahkan sebanyak 10,5 ml/botol tetes mata, pada kelompok 4 terjadi kelebihan volume namun jumlah bobot pada botol tidak jauh dari 10,5 ml. Hal ini dapat berpengaruh pada ketidaktepatan pada pemberian volume tiap botol. Kemudian secara kasat mata larutan yang dihasilkan terlihat jernih dan tidak terdapat suatu endapan partikel yang masih pada larutan dan apabila terdapat endapan kasar pada sediaan tetes mata dapat menimbulkan iritasi pada mata.
20
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Obat tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan , suspensi atau emulsi. Untuk obat luar yang digunakan dengan cara meneteskan obat dengan penetes yang menghasilkan tetesan setara pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. 2. Hasil perhitungan tonisitas yang dilakukan dari sediaan dinyatakan bahwa larutan masih hipotonis dengan nilai 0.1418 gram/L untuk mencapai isotonis perlu penambahan NaCl sebanyak 0,076 gram/10ml larutan yang akan dibuat. 3. Evaluasi yang telah dilakukan mendapatkan hasil pada uji pH sediaan mendapatkan nilai pH 4 yang kurang dari stabilitas pH air mata 7,4 sehingga perlu penambahan dapar untuk mencapai stabilitas nilaipH air mata dengan menambahkan Na2HPO4 anhidrat 0,0099 gram
dan
KH2PO4 dihidrat 0,0136 gram. Pada evaluasi keseragaman bobot pada kelompok 4 terjadi kelebihan volume yang seharusnya 10,5ml saja dalam botol obat tetes mata. Kemudian pada evaluasi kejernihan terlihat tidak terdapat partikel yang tidak larut pada sediaan. B. Saran 1. Pada pengerjaan praktikum oleh praktikan diharuskan mengurangi kegiatan yang tidak penting, harus teliti dan fokus dalam pengerjaan 2. Penunjang
alat,
melangsungkan
bahan, praktikum
dan
tempat
yang
digunakan
dalam
seharusnya
dapat
membantu
dalam
pengerjaan praktikum
21
Daftar Pustaka Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatn RI, Jakarta Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatn RI, Jakarta Martindle 1972. The Extra Pharmacopeia 28 Ed London: The Pharmaceutical Press Rowe, R.C. Sheskey,P.J and Quin M.,E(2009). Handbook of pharmaceutical Exipient. Lexi-comp. American pharmaceutical association.
22
LAMPIRAN
23