TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP MEDIS HEMATURIA 1. Definisi Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin. Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu: Hematuria makroskopik Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan
menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010) Hematuria mikroskopik. Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk
hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar. 2. Klasifikasi a. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing. b. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah kecil melebar. c. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini kemungkinanakibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau ginjal. 3. Etiologi Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan. Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin (hematuria) adalah: a. Batu ginjal (atau kencing batu) b. Kanker kandung kemih c. Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan d. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain EPEC dan Staphylococcus saprophyticus. e. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini
f. Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi sekunder dari vena kava inferior. g. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada anak-anak. h. Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena" atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria. 4. Patofisiologi Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak. Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini. Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria selama pengobatan. 5. Manifestasi Klinik Terjadi retensi urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan darah. 6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis. b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria. c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat. d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial. e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum. g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan. i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi dihilangkan j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy k. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli l. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004) 7. Penatalaksanaan Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010). Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010). Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya: a. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik. b. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan ESWL atau pembedahan. c. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan. d. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau kemoterapi.
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab potensial. Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik. 1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia. 2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal. 3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan. 4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh
pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal. 5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat sitotoksik. 6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus. 7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli. 8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal. 9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong, dkk, 2004). Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat episode hematuria, antara lain: 1. Bagaimanakah warna urine yang keluar? 2. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah? 3. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
4. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010) Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis 1. Riwayat merokok 2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine) 3. Riwayat gross hematuria sebelumnya 4. Usia di atas 40 tahun 5. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran kemih 6. Penyalahgunaan analgetik 7. Riwayat radiasi panggul. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme pertahanan primer c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
NOC : Pain Level, pain control, comfort level
NIC : Lakukan
lokasi,
faktor Observa Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien jaringan Bantu p DS: tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: - Laporan secara verbal menem Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu DO: Kontrol menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi - Posisi untuk menahan nyeri seperti - Tingkah laku berhati-hati nyeri, mencari bantuan) Kurangi - Gangguan tidur (mata sayu, Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan Kaji tipe tampak capek, sulit atau Ajarkan manajemen nyeri gerakan kacau, Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan relaksa menyeringai) Berikan tanda nyeri) - Terfokus pada diri sendiri Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tingkat - Fokus menyempit Berikan Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalami gangguan tidur (penurunan persepsi berapa waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
ketidak Monitor
analge
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Risiko infeksi Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Penyakit kronik - Imunosupresi - Malnutrisi - Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
Rencana keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……
NIC :
Pertahan Batasi p Cuci tan
keper
Gunaka Ganti le
pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi petun Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya Gunaka infeksi kandu Jumlah leukosit dalam batas normal Tingkat Menunjukkan perilaku hidup sehat Berik Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam Moni batas normal
Perta Inspe
keme Moni Doro Doro Ajark Kaji s
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Risiko trauma
Rencana keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC : Knowledge : Personal Safety Faktor-faktor risiko Safety Behavior : Fall Prevention Internal: Safety Behavior : Fall occurance Kelemahan, penglihatan Safety Behavior : Physical Injury menurun, penurunan sensasi Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran taktil, penurunan koordinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….klien tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil: otot, tangan-mata, - pasien terbebas dari trauma fisik kurangnya edukasi keamanan, keterbelakangan mental Eksternal: Lingkungan
NIC :
Environ
Sedia Ident
deng
riway Men
mem Mem Men Mem Mem Men Men Berik
peng Diagnosa Keperawatan/
peny Rencana keperawat
Tujuan dan Kriteria Hasil Masalah Kolaborasi Kecemasan berhubungan NOC : - Kontrol kecemasan dengan - Koping Faktor keturunan, Krisis situasional,
Stress, Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien
perubahan status kesehatan, kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan ancaman kematian, gejala cemas perubahan konsep diri, Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan kurang pengetahuan dan tehnik untuk mengontol cemas hospitalisasi Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat DO/DS: aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan - Insomnia - Kontak mata kurang - Kurang istirahat - Berfokus pada diri sendiri - Iritabilitas - Takut - Nyeri perut
NIC : Anxiety
Gun Nya
pas Jela
sela Tem
men Ber
tind Lib Inst
rela Den Ide Ban
- Penurunan TD dan denyut nadi - Diare, mual, kelelahan - Gangguan tidur - Gemetar - Anoreksia, mulut kering - Peningkatan TD, denyut nadi, RR - Kesulitan bernafas - Bingung - Bloking dalam pembicaraan - Sulit berkonsentrasi
kec Dor
keta Kel
TINJAUAN KASUS
A.
Tgl Masuk RS
: 08-11-2015
Tgl Pengkajian
: 24-11-2015
No RM
: 732259
Tanggal Lahir
: 27-09-1980
Ruangan
: Lontara 1 Atas Depan
Diagnosa Medis
: Hematuria
Pengkajian 1.
Identitas a. Identitas Klien Nama
: Ny. M
Umur
: 35 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Agama/suku
: Islam/Bugis
Warga Negara
: Indonesia
Bahasa yang digunakan
: Bahasa Indonesia dan Daerah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Kolaka Utara
b. Identitas Penanggung Nama
: Mustamin
Hubungan dengan klien sebagai Suami 2.
3.
Data Medik a. Dikirim Oleh : UGD b. Diagnosa Medik : Hematuria Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang 1.) Keluhan utama : gelisah & lemah 2.) Riwayat keluhan utama : hal ini dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, terjadi perlaha-lahan awalnya pasien
mengeluhkan kuning pada badan sejak konsumsi OAT selama 1 bulan pertama, kemudian lama-kelamaan pasien gelisah dan tidak respon diajak komunikasi. Kadang demam, batuk, tidak nyeri dada, tidak nyeri ulu hati, mual dan muntah, obat OAT stop karena mata kuning BAK prakateter hematuri kurang lebih 200 cc/8jam. Belum BAB sejak 12 hari SMRS. 3.) Riwayat penyakit dahulu : Tuberculosis Paru, ginjal (bengkak pada kedua ginjal, terpasang stent) 4.) Riwayat pengobatan : OAT 3 tablet/24 jam b. Riwayat kesehatan masa lalu 1.) Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. 2.) Klien pernah menjalani opname di RS sebelumnya dengan sakit hidronefrosis. 3.) Klien tidak mempunyai riwayat penyakit alergi. 4.) Klien pernah menjalani operasi c. Riwayat kesehatan keluarga Genogram 3 generasi I II
III
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien : Meninggal : Tinggal serumah I1,2,3,4
: Meninggal tidak diketahui penyebabnya
II1,2,3
: Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien. 4.
Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit berat, klien nampak gelisah b. Kesadaran composmentis c. Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg N : 86 x/menit SB : 37 0 C P : 20 x/menit d. Kepala Inspeksi : -
Warna rambut
: Hitam
-
Distribusi rambut
: Merata
-
Kulit kepala
: Nampak bersih
-
Nampak tidak ada ketombe pada rambut
Palpasi : -
Tidak ada nyeri tekan pada kepala
-
Tidak ada massa atau benjolan
-
Rambut tidak mudah rontok
e. Muka Inspeksi : -
Muka nampak simetris kiri dan kanan
-
Bentuk wajah oval
-
Ekspresi wajah nampak mengantuk
-
Warna kulit sama sekitarnya
Palpasi : -
Tidak ada nyeri tekan
f. Mata
Inspeksi : -
Mata kuning Konjungtiva anemis
Palpasi : -
Tidak ada nyeri tekan pada bola mata
-
Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler
g. Hidung Inspeksi : -
Lubang hidung simetris kiri dan kanan
-
Tidak ada peradangan atau lesi
-
Tidak ada secret/cairan
Palpasi : -
Tidak ada nyeri tekan.
h. Telinga Inspeksi : -
Posisi telinga simetris antara kiri dan kanan.
-
Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga
-
Klien tidak memakai alat bantu pendengaran
Palpasi : -
Tidak ada nyeri tekan
i. Rongga mulut Inspeksi : Mulut bersih Bibir kering j. Leher Inspeksi : -
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
-
Tidak ada peradangan atau lesi.
Palpasi : -
Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid
-
Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.
k. Thoraks dan paru Inspeksi :
-
Bentuk dada Skoliosis
-
Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan
-
Irama pernafasan teratur
-
Frekuensi pernafasan 20 x/menit
Palpasi : -
Tidak teraba adanya massa atau benjolan
-
Tidak ada nyeri tekan pada dada
Auskultasi -
Tidak ada bunyi tambahan
l. Jantung Inspeksi : -
Ictus cordis tidak nampak.
m. Abdomen Inspeksi : -
Tidak nampak adanya massa atau benjolan
Auskultasi : -
Peristaltik usus 8 x/menit
Palpasi : -
Tidak teraba adanya massa/benjolan
-
Hati dan lympa tidak teraba
-
Ginjal bengkak
n. Genetalia dan anus (tidak dilakukan pemeriksaan). o. Ekstremitas
Ekstrimitas atas -
Merasakan nyeri pada saat distimulasi
2.) Ekstrimitas bawah -
5.
Merasakan nyeri pada saat distimulasi
Pemeriksaan Diagnostik Hasil foto thorax menunjukkan TB Paru
Laboratorium tanggal 8-11-2015 Pemeriksaan Imunoserologi -
Hbs Ag Anti HCV
Kimia Darah -
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
1.0 (NoRe) 0.16 (NoRe)
< 0.13
COI
< 1.00
COI
140
mg/dl
10-14
detik
22.0-30.0
detik
10-50
mg/dl
L(<1.3); P(<1.1)
mg/dl
<38
U/L
<41
U/L
3.5-5.0
Gr/dl
136-145
Mmol/l
3.5-5.1
Mmol/l
97-111
Mmol/l
89
Glukosa (GDS)
Hematologi Koagulasi PT INR APTT Fungsi ginjal
13.3 1.28 24.0 299 5.55 252 113 2.9
Ureum Kreatinin Fungsi hati
132 2.9 101
SGOT SGPT Albumin Elektrolit Natrium Kalium Klorida Kesan
Laboratorium tanggal 10-11-2015 Pemeriksaan Kimia darah Fungsi ginjal
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Ureum
129
10-50
Mg/dl
Kreatinin
1.30
L(<1.3); P(<1.1)
Mg/dl
Bilirubin total
7.43
< 1.1
Mg/dl
Bilirubin direk
7.16
< 0.30
Mg/dl
Alkali fostafase
130
L:<270; P:<240
U/L
Gamma_GT
267
L(11-50); P(7-32)
U/L
WBC
3.80
4.0 – 10.0
RBC
3.31
3.80-5.80
HGB
9.1
11.5-16.0
g/dl
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Ureum
51
10-50
Mg/dl
Kreatinin
0.81
L(<1.3); P(<1.1)
Mg/dl
Bilirubin total
4.52
< 1.1
Mg/dl
Bilirubin direk
3.70
< 0.30
Mg/dl
SGOT
92
< 38
U/L
SGPT
126
< 41
U/L
Natrium
134
136-145
Mmol/l
Kalium
3.0
3.5-5.1
Mmol/l
Klorida
101
97-111
Mmol/l
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Warna
Kuning
Kuning muda
PH
6.5
4.5-8.0
Fungsi hati
CBC
Laboratorium tanggal 12-11-2015 Pemeriksaan Kimia darah Fungsi ginjal
Fungsi hati
Elektrolit
Laboratorium tanggal 19-11-2015 Pemeriksaan Urinalisa
BJ
1.010
1.005-1.035
Protein
++ / 100
Negatif
Mg/dl
Glukose
Negatif
Negatif
Mg/dl
Bilirubin
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Normal
Normal
Mg/dl
Keton
Negatif
Negatif
Mg/dl
Nitrit
Negatif
Negatif
Mg/dl
Blood
+++ / 200
Negatif
RBC/ul
Lekosit
+++ / 500
Negatif
WBC/ul
Vit.c
Negatif
Negatif
Mg/dl
Sedimen lekosit
penuh
<50
ipb
Sedimen eritrosit
> 50
<50
ipb
Sedimen torak
-
ipk
Sedimen kristal
-
ipk
Sedimen epitel sel
2
ipk
6.
Pola Kegiatan Sehari-hari a. Nutrisi
Kebiasaan a.)
Sebelum sakit -
Pola makan : Nasi, lauk, sayur-sayuran
-
Frekuensi makan : 2 x sehari
-
Nafsu makan : Kurang nafsu makan
-
Minuman dalam sehari
b.)
: 7 gelas/hari Setelah masuk rumah
sakit
-
Pola makan
: kurang (stop
intake oral) -
Frekuensi
:
-
Nafsu makan
: keluarga
klien menyatakan nafsu makan kurang. -
Minuman dalam sehari
: 4 gelas/hari
-
Keluarga klien menyatakan porsi makan yang dihabiskan hanya 1/2 porsi.
-
Saat pengkajian Stop intake oral
c.) Pengkuran Tinggi badan Berat badan Lingkar lengan IMT Gizi buruk
: 150 cm : 34 Kg : : 15.1 Kg/m2 (underweight)
b. Eliminasi 1.)
Buang air kecil Kebiasaan : a.)
Sebelum sakit -
Frekuensi
: Normal
-
Warna
: Merah (bercampr darah)
-
Bau
: Pesing
-
Jumlah
: 1400 ml/hari
b.)
Setelah masuk rumah sakit -
Frekuensi
: Sering
-
Warna
: Merah (bercampur
Bau
: Pesing
darah) 2.)
Buang air besar a. Sebelum sakit -
Frekuensi : 12 hari SMRS tidak pernah
-
Warna
:-
-
Konsistensi
:-
b. Setelah masuk rumah sakit 3.)
Frekuensi
: Tidak pernah BAB
Pengukuran Input dan output Input -
4 gelas/hari (700 ml) Infus NaCl 0.9% 1500/hari Jumlah input 2200 ml/hari
Output -
IWL 510 ml/hari Kateter 1400/hari
Balance cairan Input-output (2200-1910) = (290) c. Olah raga dan aktivitas -
Klien tidak pernah berolahraga
-
Klien nampak bed rest total
d. Istirahat dan tidur Kebiasaan : -
Tidur malam jam 22.00 sering terbangun tengah malam
Perubahan selama di rumah sakit : -
Keluarga klien menyatakan klien susah untuk tidur, baik tidur siang maupun malam.
-
Klien nampak gelisah
e. Personal hygiene Kebiasaan : -
Mandi 2 x sehari.
-
Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo
Selama di rumah sakit 7.
8.
Tidak pernah mandi Pola Interaksi Sosial
-
Orang terdekat dengan klien adalah anak perempuannya
-
Hubungan dengan keluarga harmonis. Perawatan dan Pengobatan
Perawatan -
Istirahat
Pengobatan -
Ceftriaxone
-
Comafusin hepar
-
Aminofusin hepar
-
Lactulosa
-
Maxiliv
-
Methylprednison
-
Alinamin f
-
Clinoleic
-
Clinimix
-
N-Ace
-
Ambroxol
B.
KLASIFIKASI DATA Data Subjektif -
Klien menyatakan lemah.
-
Klien mengatakan nafsu makan menurun
-
Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang
-
Keluarga klien mengatakan tidak diberi makanan (stop intake oral)
-
Klien menyatakan nyeri saat berkemih
-
Klien mengatakan air kencing berwarna merah
-
Keluarga mengatakan klien gelisah
-
Klien mengatakan tidak pernah BAB
-
Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan hanya ½.
-
Klien mengatakan batuk
-
Klien mengatakan ada sumbatan ketika batuk Data Objektif
-
Klien Nampak terbaring lemah
-
Klien nampak gelisah
-
Stop intake oral
-
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg
SB : 37 0 C
N : 86 x/menit
P : 20 x.menit
-
ADL dibantu di tempat tidur
-
IMT 15.1 (underweight)
-
Gizi buruk
-
Klien nampak batuk
-
Hasil foto thorax Tb Paru
-
Hasil laboratorium: Kimia Darah
Ureum
299
Kreatinin
5,55
Hb
10,7
WBC
3.80
RBC
3.31
HGB
9.1
SGOT
252
SGPT
113
Albumin
2.9
Natrium
132
Kalium
2.9
Klorida
101
Bilirubin total
4.52
Billirubin direk
3.70
Hematologi
PT
13.3
INR
1.28
APTT
24.0
Urinalisis
pH
6.5
Protein Blood Lekosit Sedimen lekosit Sedimen eritrosit
++ / 100 +++ / 200 +++ / 500 PENUH >50
C.
ANALISA DATA
No 1
Data Data subjektif -
Klien mengatakan nyeri saat
-
berkemih Klien mengatakan air kencing
Etiologi Obstruksi saluran
Masalah Nyeri Kronik
kemih
berwarna merah Data objektif -
2
Klien nampak gelisah Klien terlihat merasakan sakit
ketika berkemih P = kerusakan ginjal Q = sedang, tertusuk-tusuk R = pada bagian perut S=5 T = hilang timbul - TTV TD : 110/80 N : 86 x/menit P : 20 x/menit S : 370C Hasil pemeriksaan Fungsi ginjal Ureum (129) Kreatinin (1.30) Data subjektif -
Klien mengatakan nafsu makan
-
menurun Keluarga mengatakan nafsu
-
makan klien berkurang Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan hanya ½
Data objektif -
-
Klien nampak terbaring lemah Stop intake oral TTV TD : 110/80 N : 86 x/menit P : 20 x/menit S : 370C Hasil pemeriksaan lab
Anoreksia
Kekurangan volume cairan
PT
13.3
INR
1.28
APTT
24.0
Hb
10,7
WBC
3.80
RBC
3.31
HGB
9.1
Urinalisis pH
6.5
Protein
++ / 100
Blood
+++ / 200
Lekosit
+++ / 500
Sedimen lekositPENUH Sedimen eritrosit Natrium : 132 Kalium : 2.9 Klorida : 101
>50
3
Data subjektif -
Klien menyatakan lemah.
-
Klien mengatakan nafsu makan
Anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan
menurun -
Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang
-
Keluarga klien mengatakan tidak diberi makanan (stop intake oral)
-
Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan hanya ½. Data objektif -
Klien nampak terbaring lemah IMT 15.1 Kg/m2 Stop intake oral Hasil pemeriksaan elektrolit Natrium (134) Kalium (3.0) Klorida (101) Albumin (2.9) SGOT 252 SGPT 113 Bilirubin total 4.52 Billirubin direk 3.70 Data subjektif
4 -
Klien menyatakan lemah.
-
Klien mengatakan tidak pernah BAB
-
Klien mengatakan nafsu makan menurun
-
Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang Data objektif
-
Klien Nampak terbaring lemah
-
Klien nampak gelisah
Kerusakan pada pencernaan
Konstipasi
-
Stop intake oral
-
Tanda-tanda vital :
-
TD : 110/80 mmHg
SB : 37 0 C
N : 86 x/menit
P : 20 x.menit
Hasil laboratorium: Kimia Darah Ureum
299
Kreatinin
5,55
SGOT
252
SGPT
113
Urinalisis pH
6.5
Protein
++ / 100
Blood
+++ / 200
Lekosit
+++ / 500
Sedimen lekosit
PENUH
Sedimen eritrosit >50
5
Data Subjektif
Infeksi virus TB
-
Klien mengatakan batuk
-
Klien mengatakan ada sumbatan
Bersihan jalan napas tidak
ketika batuk Data Objektif -
Klien nampak gelisah
-
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg
SB : 37 0 C
N : 86 x/menit
P : 20 x.menit
-
Klien nampak batuk
-
Hasil foto thorax Tb Paru Data Subjektif
6
Hb Menurun
-
Klien menyatakan lemah.
-
Klien mengatakan nafsu makan menurun
-
Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang
-
Klien
menyatakan
nyeri
saat
berkemih -
Keluarga mengatakan klien gelisah
-
Klien mengatakan batuk Data Objektif
-
Klien Nampak terbaring lemah
-
Klien nampak gelisah
-
Stop intake oral
-
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C N : 86 x/menit
P : 20 x.menit
-
ADL dibantu di tempat tidur
-
Hasil laboratorium: Kimia Darah Hb
10,7
WBC
3.80
Intoleransi aktifitas
RBC
3.31
HGB
9.1
Urinalisis pH
6.5
Protein
++ / 100
Blood
+++ / 200
Lekosit
+++ / 500
Sedimen lekosit
PENUH
Sedimen eritrosit >50
D.
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. 2.
asupan cairan yang tidak adekuat 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan 4.
berhubungan dengan hilang nafsu makan Konstipasi berhubungan dengan defekasi tidak adekuat
5. 6.
Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan adanya benda asing pada jalan napas. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan