EKOSISTEM SUKSESI
Disusun oleh : Nama anggota kelompok : 1. Nila Candra Sari Dewi
(01)
2. Putri Yuhdia Agustina
(20)
3. Renni Ratnasari
(27)
4. Rizqina Lestari Bokings
(31)
Kelas : XII Akuntansi 4
SMK Negeri 1 Surabaya
Kata pengantar Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan terima kasih juga untuk Pak Na’im sebagai guru Biologi kami atas bimbingannya.
Pada makalah ini penulis akan membuat makalah yang membahas tentang "Ekosistem Suksesi". Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis.
Kepada para pembaca, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan bagi tulisan yang penulis buat ini. Karena penulis sendiri hanyalah manusia yang bisa melakukan kesalahan. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan makalah ini.
akhir kata semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian.
Surabaya, 22 September 2012
Penulis
D A F TA R I S I Kata Pengantar ………………………………………………………….i Daftar Isi …………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 1.3 Tujuan …………………………………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Komponen Penyusun Ekosistem……………………………… 2.2 Suksesi Ekosistem ……………………………………………
BAB 3 KESIMPULAN dan SARAN
3.1 Kesimpulan ………………………………………………….
3.2 Kutipan lainnya ………………………………………………………..
Daftar Pustaka …………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggal dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis. Bila kita amati dalam urun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna (seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya). Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon (seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya), atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apapun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung.
1.2 Konsep yang menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks merupakan konsep lama yang umumnya masih diikuti dan diterima. Menurut konsep mutakhir suksesi ini tidak lebih dari pergantian jenis yang oportunis (jenis-jenis pionir) oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan lingkungannya. Meskipun demikian uraian tentang suksesi dalam tulisan ini masih berpaling pada konsep lama. Dalam suksesi dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua macam suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut: 1) Apakah pengertian suksesi? 2) Apa sajakah macam-macam dari suksesi? 3) Bagaimana tahapan-tahapan suksesi?
1.3 Tujuan Masalah Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan dan manfaat diantaranya: 1) Untuk mengetahui pengertian secara luas mengenai suksesi. 2) Untuk mengetahui apa sajakah macam-macam suksesi. 3) Untuk mengetahui proses tahapan-tahapan suksesi.
1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan permasalahan yang dibahas adalah dengan pokok bahasan sebagai berikut: 1) Menjelaskan pengertian dari suksesi. 2) Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam suksesi. 3) Menjelaskan tahapan-tahapan suksesi.
1.5 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode studi teks (studi kepustakaan) dimana dalam penulisan makalah ini penulis melakukan kegiatan penelusuran dan penelaahan literatur dan hasil data-data yang diperoleh dari buku-buku, internet, koran, maupun majalah sehingga metode ini sangat menuntut ketekunan dan kecermatan pemahaman penulis.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suksesi Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Faktor penyebab terjadinya suksesi antara lain sebagai berikut: 1. Iklim Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain: a. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi) Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut. 3. Biotik Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
2.2 Macam-macam Suksesi Para ahli ekologi menentukan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. 2.2.1. Suksesi Primer Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas baru. Komunitas tersebut terdiri atas jenis makhluk hidup yang berbeda dengan jenis makhluk hidup komunitas asal. Gangguan yang dialami komunitas tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi). Proses suksesi primer dapat dimulai pada permukaan lapisan batuan, pasir, dan perairan tergenang. Permukaan batuan yang telanjang bukanlah tempat
yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal suatu makhluk hidup. Tempat tersebut dapat mengalami perubahan suhu yang sangat cepat, kurang lembap, mengandung sedikit nutrient, dan sangat terbuka sehingga suatu makhluk hidup berpotensi mengalami kerusakan oleh terpaan angin. Meskipun tempat tersebut sangat tidak nyaman, tetapi ada kelompok makhluk hidup tertentu yang mampu bertahan hidup. Kelompok makhluk hidup tersebut disebut kouonitas pionir dan makhluk hidupnya disebut makhluk hidup pionir. Disebut demikian karena mereka yang pertama kali menghuni suatu tempat. Adapun yang termasuk makhluk hidup pionir antara lain adalah liken, ganggang, bakteri, dan jamur. Liken merupakan tumbuhan hasil simbiosis antara ganggang dan jamur. Pertumbuhan liken sangat lambat, mungkin membutuhkan waktu sertus tahun untuk mempunyai ukuran seluas piring. Dalam ekosistem sederhana itu, liken berperan sebagai prod sehingga mengundang makhluk hidup kecil lainnya untuk hidup di tempat tersebut. Tumbuhnya liken juga mengakibatkan fragmentasi batuan menjadi bahan-bahan pembentuk tanah yang merupakan kunci menuju suksesi berikutnya. Selanjutnya bahan-bahan pembentuk tanah menyatu membentuk lapisan tipis tanah sehingga dapat mendukung keberadaan jamur, beberapa jenis cacing, insekta, protozoa dan beberapa jenis tumbuhan kecil ( misalnya rumput). Tiap jenis dalam komunitas mini tersebut akan melangsungkan proses reproduksi, metabolisme, pertumbuhan, dan beberapa diantaranya mengalami kematian yang akan menambah materi organik untuk proses pembentukan tanah. Pada tahap demikian komunitas liken akan hilang digantikan oleh komunitas tumbuhan kecil yang hidup musiman (perenial). Komunitas rumput perenial tidak akan lama bertahan. Komunitas tersebut akan digantikan oleh semak dan secara bergiliran akan digantikan lagi oleh pohon yang lebih banyak membutuhkan sinar matahari. Pada saat komunitas didominasi oleh pohon yang suka ditempat terbuka, biasanya dilapisan bawah akan tumbuh bibit / anak pohon yang tahan naungan. Pada akhirnya, pohon yang tahan naungan tersebut tumbuh melebihi tinggi pohon yang suka sinar dengan pertambahan jumlah anakan pohon yang juga lebih banyak. Akibatnya, komunitas pohon yang suka sinar matahari akan tergantikan oleh komunitas pohon tahan naungan. Komunitas terakhir ini biasanya relative stabil, tahan
lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan lebih kompleks, dan didalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. Komunitas demikian disebut komunitas klimaks. Komunitas klimaks merupakan akhir dari serangkaian proses suksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai setelah melalui beberapa tahap suksesi. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut disebut tahap suksesional, sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal dengan istilah sere. Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai berikut: a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup didalamnya. b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam bentuk interaksi dibandingkan komonitas suksesional. Di Indonesia proses suksesi primer berhasil diamati didaerah bekas gunung Krakatau yang meletus dahsyat pada tahun 1883. Kawasan yang sebelumnya tertutup oleh lapisan lahar membantu mulai menunjukkan adanya kehidupan dengan hadirnya makhluk hidup pionir, yaitu berupa liken. Sampai saat ini daerah bekas letusan gunung tersebut masih menampakkan tanda-tanda proses suksesi. 2.2.2. Suksesi Sekunder Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan. Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Linkungan sangat menentukan pembentukan struktur komonitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas
rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer; serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik. Laju proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Hal ini dapat dibandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : 1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan. 2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu. 3. Kehadiran pemencar benih. 4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan. 5. Jenis substrat baru yang terbentuk. 6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Proses suksesi tidak hanya terjadi di daratan. Proses tersebut juga terjadi di perairan sehingga dapat membentuk suatu komunitas daratan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik. Selain pada tumbuhan, proses suksesi juga terjadi pada makhluk hidup lainnya. Suksesi pada hewan biasanya terjadi beriringan dengan proses suksesi pada tumbuhan. Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
a) Hidroser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar. Contohnya: Alga merah (Rhodophyceae) b) Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau. Contohnya: Mangrove c) Xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun. 2.2.3 Konsep klimaks Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan). Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat: 1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang sama. 2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik. 3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks. Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air. Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang tersendiri. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan. Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.
Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebut pra klimaks (pre klimaks). Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi masing-masing, yaitu sebagai berikut: 1. Teori monoklimaks Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah iklim utama. 2. Teori poliklimaks Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda. 3. Teori informasi Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks.
Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan informasi sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks. Pengertian ini berlaku sampai sekarang. Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda.
Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1951 - 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim setempat. 2.3 Tahap – tahap Suksesi Secara umum, tahap-tahap terjadinya suksesi adalah sebagai berikut: Lahan kosong>>> invasi benih>>> kolonisasi>>> kompetisi>>> interaksi antar komunitas dan lingkungan>>> stabilisasi dan tercapainya keseimbangan yang mantap.
Di bawah ini adalah tahapan suksesi secara khusus, yaitu sebagai berikut: 1) Fase Permulaan Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semaksemak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
2) Fase Awal/ Muda Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan
daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang tumbuh didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai beberapa jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera digantikan/ditutupi oleh pionir-pionir awal yang cepat tumbuh. Siklus unsur hara berkembang dengan sangat cepat. Khususnya unsur-unsur hara mineral diserap dengan cepat oleh tanaman-tanaman, sebaliknya nitrogen tanah, fosfor dan belerang pada awalnya menumpuk di lapisan organik (Jordan 1985). Pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang cepat mengakibatkan terjadinya penumpukan biomasa yang sangat cepat. Dalam waktu kurang dari lima tahun, indeks permukaan daun dan tingkat produksi primer bersih yang dimiliki hutan-hutan primer sudah dapat dicapai. Biomasa daun, akar dan kayu terakumulasi secara berturut-turut. Begitu biomasa daun dan akar berkembang penuh, maka akumulasi biomasa kayu akan meningkat secara tajam. Hanya setelah 5-10 tahun biomasa daun dan akar halus akan meningkat mencapai nilai seperti di hutan-hutan primer. Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat setelah sekitar 20 tahun.Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa).
3) Fase Dewasa Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir yang juga akan membentuk lapisan pohon yang homogen (Finegan 1992). Secara garis besar, karakteristik-karakteristik pionir-pionir akhir yang relatif beragam dapat dirangkum sebagai berikut: Walaupun sewaktu muda mereka sangat menyerupai pionir-pionir awal, pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang lebih padat. Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki biji/benih yang disebarkan oleh angin, yang seringkali dorman di tanah dalam periode waktu yang sangat lama. Mereka bahkan dapat berkecambah pada tanah yang sangat miskin unsur hara bila terdapat intensitas cahaya yang cukup tinggi. Jenis-jenis
pionir akhir yang termasuk kedalam genus yang sama biasanya dijumpai tersebar didalam sebuah daerah geografis yang luas. Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur mengecil secara kontinyu. Dalam hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang diproduksi hanya 14.5 t/ha/tahun. Setelah 50-80 tahun, produksi primer bersih mendekati nol. Sejalan dengan akumulasi biomasa yang semakin lambat, efisiensi penggunaan unsur-unsur hara akan meningkat, karena sebagian besar dari unsur-unsur hara tersebut sekarang diserap dan digunakan kembali. Sebagai hasil dari keadaan tersebut dan karena adanya peningkatan unsur hara-unsur hara yang nonfungsional pada lapisan organik dan horizon tanah bagian atas, maka konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa menurun (Brown & Lugo 1990). Perputaran kembali unsur hara pada daun-daunan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fase sebelumnya.
4) Fase klimaks Pionir-pionir akhir mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun dan berangsurangsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan yang telah tumbuh dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Termasuk dalam jenis-jenis ini adalah jenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi dan banyak jenis lainnya yang tidak (belum) memiliki nilai komersil. Perlahan-lahan suatu kondisi keseimbangan yang stabil (steady-state) mulai terbentuk, dimana tanaman-tanaman yang mati secara terus menerus digantikan oleh tanaman (permudaan) yang baru. Areal basal dan biomasa hutan primer semula dicapai setelah 50-100 tahun (Riswan et al. 1985) atau 150-250 tahun (Saldarriaga et. al. 1988). Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang terakumulasi lagi. Namun, permudaan lubang/celah tajuk yang khas terjadi pada hutan-hutan tropik basah biasanya memerlukan waktu selama 500 tahun (Riswan et al. 1985). Suksesi standar yang dijelaskan di atas adalah suatu contoh gambaran yang sangat skematis dari proses-proses suksesi yang sangat kompleks dan beragam. Walaupun kebanyakan suksesi mengikuti pola seperti yang dijelaskan di atas,
pada kenyataannya di alam beberapa tahap suksesi sering terlampaui, atau berbagai proses suksesi muncul secara bersamaan dalam susunan seperti mosaik. Suatu situasi khusus terjadi, bila permudaan dari jenis pohon klimaks tetap hidup atau terdapat di seluruh areal setelah atau walaupun terjadi gangguan yang menyebabkan penggundulan hutan tersebut. Dalam hal ini, seluruh fase suksesi akan dilalui oleh komunitas tumbuhan tersebut, dan sebagai akibatnya yang terjadi hanyalah perubahan struktur hutan.
BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
• Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. • Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. • Faktor penyebab tejadinya suksesi antara lain iklim, topografi dan faktor biotik. • Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas baru. • Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. • Laju proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. • Tahap-tahap terjadinya suksesi adalah sebagai berikut: Lahan kosong>>> invasi benih>>> kolonisasi>>> kompetisi>>> interaksi antar komunitas dan lingkungan>>> stabilisasi dan tercapainya keseimbangan yang mantap.
Kutipan Lainnya Pengertian Suksesi Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak beruba h) yang mencapai keseimbangan dengan ling kungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. A. SUKSESI PRIMER Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi). Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap
perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m. Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan. Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic. Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : 1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan. 2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu. 3. Kehadiran pemencar benih. 4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk 6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi. Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik. Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut : 1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar. 2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau 3. xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun. Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant. Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut : 1. Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya terdapat satu komunitas klimaks 2. Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.
Suksesi Suksesi adalah rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis hingga mencapai ekosistem klimaks. Proses suksesi berakhir dengan sebuah ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostasis)
Suksesi dibedakan 1. Suksesi primer perubahan yang mengakibatkan hilangnya komunitas asal secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru. Contoh : suksesi yang terjadi akibat meletusnya gunung krakatau (1883) Urutan tumbuhan yang tumbuh : lichenes -> rumput -> herba -> semak -> pohon. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat komunitas homogen (hutan pinus, jati) dapat pula komunitas heterogen (hutan hutan tropis)
2. Suksesi sekunder : gangguan tidak menyebabkan kerusakan total sehingga dalam komunitas tersebut substrat dan kehidupan awal masih ada. Contoh : padang alang-alang, lahan yang berpindah-pindah.
Organisme air berdasarkan cara hidupnya dibedakan 1. plankton : melayang mengikuti gerak aliran air 2. nekton : berenang bebas (ikan) 3. neuston mengapung/berada di permukaan air (serangga air) 4. perifiton organisme yang melekat pada tumbuhan atau benda lain (keong) 5. bentos : organisme di dasar perairan (cacing, remis)
Suksesi dan Tipe-Tipe Ekosistem Suatu komunitas berkembang secara bertahap dari komunitas pioner yang sederhana sampai komunitas klimaks yang seimbang. Pada proses perkembangan komunitas terjadi pergantian beberapa spesies oleh spesies lainnya dalam kurun waktu tertentu agar tercapai
pertumbuhan yang stabil, peristiwa ini disebut suksesi. Komunitas terakhir dan stabil yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya disebut komunitas klimaks. Menurut macamnya suksesi dibedakan menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder. a. Suksesi primer terjadi bila kerusakan pada komunitas mengakibatkan komunitas awal lenyap total dan terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan sebelumnya. Contohnya suksesi yang terjadi setelah Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. b. Suksesi sekunder terjadi bila komunitas alami hanya rusak sebagian dan masih meninggalkan sisa kehidupan sebelumnya, kemudian berkembang menjadi komunitas klimaks seperti awalnya. Contohnya suksesi areal hutan setelah penebangan hutan, kebakaran hutan, dan penebangan hutan secara liar. Hubungan antara komunitas dengan lingkungannya akan membentuk suatu ekosistem. Ekosistem merupakan sistem yang dinamis karena komunitas senantiasa berubah dan beradaptasi sebagai tanggapan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Beberapa tipe ekosistem yang terdapat di permukaan bumi antara lain ekosistem darat, ekosistem perairan dan ekosistem buatan. Tipe ekosistem ini ditentukan oleh faktor biotik tertentu yang berada pada lingkungan abiotik tertentu. 1.
Kelompok ekosistem perairan (akuatik)
Gambar: Ekosistem akuatik
Ekosistem perairan terdiri dari ekosistem air tawar dan ekosistem laut. Ekosistem air tawar contohnya meliputi kolam, sungai, danau, rawa, rawa gambut. Sedangkan, ekosistem laut misalnya hutan bakau, rawa payau, estuari, pantai berpasir, pantai berbatu, laut dangkal dan laut dalam.
a. b. c. d. e.
a.
1) 2) 3) 4)
Berdasarkan cara hidup organisme pada ekosistem perairan dibedakan menjadi lima, antara lain sebagai berikut. Bentos, yaitu organisme yang hidupnya merangkak di dasar perairan, misalnya ketam dan cacing air. Nekton, yaitu organisme yang hidupnya bebas berenang secara aktif bergerak kesana kemari, misalnya ikan. Neuston, yaitu organisme yang hidupnya di permukaan perairan, misalnya eceng gondok, kiambang, dan laba-laba air. Plankton, yaitu organisme yang hidupnya melayang-layang mengikuti arus air bergantung intensitas cahaya, misalnya alga. Perifiton, yaitu organisme yang hidupnya menempel pada benda-benda yang ada di lingkungan air, misalnya lumut dan alga.
Ekosistem air tawar Ekosistem air tawar umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Salinitas (kadar garam) rendah, umumnya lebih rendah daripada kadar garam plasma sel organisme yang hidup di dalamnya. Kondisi lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Variasi suhu antara permukaan dan dasar sangat rendah, relatif sama. Penetrasi cahaya di perairan kurang.
Secara fisik dan biologi, ekosistem airntawar merupakan perantara ekosistem darat dan ekosistem laut. Organisme laut yang pindah ke lingkungan air tawar, ada yang beradaptasi terhadap lingkungan payau, yaitu di muara sungai, ada yang sepanjang hidupnya pulang balik dari laut ke air tawar, ada pula yang menyesuaikan diri hidup diantara air tawar dan darat, yaitu pada daerah tepi sungai, kolam, dan tempat lembab. Berdasarkan intensitas cahaya yang diterimanya ekosistem air tawar dikelompokkan menjadi litoral, limnetik, dan profundal. Berdasarkan aliran airnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem lotik yang airnya mengalir, misalnya sungai. Dan ekosistem lentik yang airnya tidak mengalir misalnya, danau dan kolam. Adaptasi organisme yang hidup di air tawar untuk mengatasinkadar garam yang lebih rendah adalah dengan mengeluarkan banyak urin, sedikit minum karena air diabsorbsi lewat kulit secara osmosis, dan garam mineral diabsorbsi melalui insang. b.
Ekositem laut Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.
1)
Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi. 2) NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%. 3) Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut. 4) Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan dikedalaman. Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya matahari sangat besar. Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari, disebut daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Diantara keduanya terdapat daerah remangremang cahaya yang disebut daerah disfotik. Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut dibedakan menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik. Secara vertikal
kedalaman dibedakan menjadi: epipelagik, mesopelagik, batio pelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik. 1) Zona litoral (kelompok ekosistem pantai) Ada beberapa macam zona litoral, antara lain sebagai berikut. a) Ekosistem estuaria, yaitu terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut. Ciri estuari adalah berair payau dan vegetasi di dominasi oleh tumbuhan bakau. Berdasarkan salinitasnya estuaria dibedakan menjadi oligohalin yang berkadar garam rendah (0.5-3%), mesohalin berkadar garam sedang (3-17%), dan polihalin berkadar garam tinggi di atas 17%. b) Ekosistem pantai pasir, merupakan zona litoral yang terkena deburan ombak terus-menerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam. Vegetasinya membentuk formasi prescaprae dan formasi baringtonia, sebagai suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya dan diberi nama sesuai dengan nama vegetasi yang mendominasi. Pada formasi prescaprae didominasi oleh vegetasi Ipomoea pescaprae, tumbuhan lain yang hidup disini ialah Vigna, Spinifex littorius (rumput angin), Crinum asiaticum (bakung) dan Euphorbia atoto. Formasi baringtonia didominasi oleh vegetasi Borringtonia. Tumbuhan lain yang ada antara lain adalah Callophyllum, Hernandia, Hibiscus tiliaceus, Terminalia dan Erythrina. Hewan pada ekosistem pantai pasir kebanyakan hidup di dalam pasir, misalnya kepiting kecil. c)
Ekosistem pantai batu, merupakan daerah pantai yang memiliki air jernih dan berbatu. Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, moluska, krustase dan tumbuhannya adalah algabersel tunggal, alga h ijau, dan alga merah.
2)
Zona laut dangkal (Neritik) Neritik, yaitu zona yang masih dapat ditembus cahaya mataharimsampai ke dasarnya. Di daerah ini plankton, nekton dan bentos dapatnhidup dengan baik. Contoh zona laut dangkal adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang hanya dapat tumbuh di dasar perairan yang jernih. Terumbu karang terbentuk dari kerangka Coelenterata. Organisme yang ada dari Alga, Porifera, Coelenterata, berbagai jenis ikan dan udang.
3)
Zona oseanik
Merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini banyak ikannya. 2.
Ekosistem darat (Terrestrial) Ekosistem darat yang memiliki tipe struktur vegetasi dominan dalam skala luas disebut bioma. Penyebaran bioma dipengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang dan ketinggian letak dari permukaan laut. Berdasarkan posisi geografis, iklim, garis lintang dan ketinggian letak dari permukaan laut bioma dibedakan antara lain sebagai berikut.
a.
Bioma gurun
Gambar: Bioma Gurun Bioma yang terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° lintang utara dan lintang selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun antara lain sebagai berikut: Curah hujan rendah, yaitu 25 cm per tahun., Pancaran matahari sangat terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 40°C pada musim panas, Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat besar. Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia yang berduri. Hewan yang menghuni daerah gurun. Umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ulat dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
b.
Bioma padang rumput
Gambar: Bioma pandang rumput Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub tropika. Ciri-ciri bioma padang rumput antara lain sebagai berikut. 1) Curah hujan 25 - 50 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.. 2) Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Rumput yang hidup di bioma padang rumput yang relatif basah. Ukurannya bisa mencapai tiga meter, misalnya rumput Bluestem dan Indian Grasses. Rumput yang tumbuh di bioma padang rumput kering, ukurannya pendek-pendek, misalnya rumput Grana dan Buffalo Grasses. 3) Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa). c.
Bioma hutan gugur
Gambar: Bioma hutan gugur Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis. Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah sebagai berikut:
1) Curah hujan sedang, yaitu 75 -150 cm per tahun. 2) Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. 3) Tumbuhannya mempunyai menggugurkan daunnya pada musim gugur. 4) Vegetasinya adalah pohon Maple, Oak, Beech, dan Elm. 5) Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang, Raccon, Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk. Contoh bioma hutan gugur adalahKanada, Amerika, Eropa dan Asia. d.
Hutan hujan tropis
Gambar: Bioma hutan trofis Bioma ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar 25°C. Ciri-ciri hutan hujan tropis antara lain sebagai berikut. 1) Curah hujan bioma hutan hujan tropis cukup tinggi, yatu sekitar 200225 cm per tahun. 2) Tumbuhannya tinggi dan rimbun membentuk tudung yang menyebabkan dasar hutan menjadi gelap dan basah. 3) Tumbuhan khas, ialah liana dan epifit. Contoh liana adalah rotan sedangkan epifit adalah anggrek. 4) Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya jati, meranti, konifer, dan keruing. 5) Hewannya didominasi oleh aneka kera, babi hutan, burung, kucing hutan, bajing dan harimau.
Contoh bioma hutan hujan tropisnya adalah hutan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua, dan Brasil. e.
Bioma taiga
Bioma taiga Bioma ini terdapat di wilayah utara hutan gugur subtropis dan pegunungan tropis. Ciri-ciri bioma taiga adalah sebagai berikut. 1) Curah hujan sekitar 35 cm per tahun 2) Bioma yang biasanya hanya terdiri dari satu spesies pohon, yaitu konifer (pinus). 3) Masa pertumbuhan flora pada musim panas antara 3 sampai 6 bulan. 4) Suhu di musim dingin sangat rendah, dan mengalami musim dingin yang panjang. 5) Vegetasinya Sprice (Picca), Alder (Alaus), Birch (Berula) dan Junipce (Juniperus). 6) Hewannya antara lain moose, beruang hitam, serigala dan morten. Contoh bioma taiga terdapat di Amerika Utara dan dataran tinggi diberbagai wilayah. f.
Bioma tundra
Bioma tundra Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut Tundra artik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Ciri-ciri bioma tundra adalah sebagai berikut. 1) Curah hujan sekitar 10 cm per tahun. 2) Iklimnya iklim kutub dengan musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang dan terang terus menerus. 3) Tidak ada pohon yang tinggi, kalaupun ada terlihat tebal seperti semak. 4) Tumbuhan semusim biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dalam masa pertumbuhan yang pendek. 5) Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu 6) Hewannya Muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba. 3.
Ekosistem buatan Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
a.
Bendungan Suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahanbatau penimbun air untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi, pembangkit listrik.
b.
Hutan tanaman industri Hutan yang sengaja ditanami dengan jenis tanaman industri. Jenis tanaman yang umum ditanam adalah jati, pinus, mahoni, rasamala, dan damar.
c.
Agroekosistem Suatu ekosistem buatan berupa ekosistem pertanian, misalnya sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah surjan, sawah rawa, sawah
pasang surut, perkebunan (teh, kopi kelapa sawit, dan karet), kolam tambak, ladang, dan pekarangan
SUKSESI PRIMER DARI VEGETASI DI GUNUNG ST. HELENS AMERIKA SERIKAT
Gunung St. Helens Ketika Meletus Pada Tahun 1980 1.1 Suksesi Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Suksesi dibedakan menjadi suksesi allogenik ( karena pengaruh dari luar) dan suksesi autogenik (karena pengaruh dari dalam). Suksesi autogenik di bedakan lagi menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder. 1.2 Vegetasi Vegetasi adalah penutupan massa tumbuhan pada suatu daerah tertentu dengan luas yang bervariasi:
– Vegetasi dapat berupa sejumlah pohon-pohonan, semak, dan herba yang secara bersama-sama menutupi suatu wilayah yang luas, lazim disebut hutan. Dapat pula berupa hamparan lumut yang menutupi suatu batuan, sekelompok ganggang yang tumbuh mengapung di permukaan air, atau kaktus yang tumbuh tersebar di suatu padang pasir. – Ditinjau dari luasnya, vegetasi dapat berupa penutupan tumbuhan dengan luas hanya beberapa meter persegi saja sampai yang luasnya ratusan bahkan ribuan kilometer persegi (dalam Parikesit, 2010) Suatu vegetasi terbentuk dari kehadiran secara bersama-sama sejumlah individu tumbuhan yang kemudian antara satu individu dengan yang lainnya saling melakukan interaksi: – Pada akhirnya akan mempengaruhi atau memodifikasi habitat atau tempat tumbuhnya. – Tumbuhan akan menyebabkan tempat tumbuhnya menjadi lebih lembab atau sebaliknya, mereka akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah (melalui dekomposisi) dan mengurangi intensitas cahaya matahari yang sampai di permukaan tanah (karena adanya naungan tajuk). – Dengan cara yang berbeda, setiap individu tumbuhan akan menghambat atau memberikan jalan bagi tumbuhnya individu lain (yang sejenis maupun berlainan jenis). (dalam Parikesit, 2010) 1.3 Suksesi Primer Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh: terbentuknya suksesi di Gunung St. Helens Vancouver, Washington, Amerika Serikat yang pernah meletus pada tahun 1980. Di daerah bekas letusan gunung St. Helens mula-mula muncul tanaman lupin padang rumput berwarna ungu menjadi “warna pertama” di antara hamparan kelabu yang muram. Saat tumbuh besar tanaman itu menjadi pabrik gizi, makanan untuk serangga, habitat untuk tikus dan binatang pengerat lainnya; setelah mati, mereka dan organisme yang menempel pada mereka akan memperkaya debu, memungkinkan spesies lain untuk membuat koloninya di tempat itu.
1.4 Keistimewaan Peran Habitat di Suatu Suksesi Primer Bagaimana vegetasi pulih dari gangguan adalah pusat ekologi pertanyaan, dan memahami bagaimana lanskap vulkanik memulihkan, memberitahu kita tentang proses dasar ekologi. Studi suksesi primer adalah penting meskipun daerah yang kini sedang menjalani proses ini relatif sedikit. Tingkat suksesi primer dapat berbeda secara signifikan, tetapi karena kondisi diperbaiki oleh pelapukan dan akumulasi gizi, maka laju suksesi secara bertahap mempercepat. Bahkan, tahap suksesi mungkin berhubungan terutama dengan perbedaan habitat yang berkaitan dengan munculnya substrat sebagai koloni awal. Tingkat tanaman penutup (vegetasi) sebagai pembangun dapat berhubungan dengan tingkat stress lingkungan, sementara tingkat akumulasi spesies tergantung pada tingkat isolasi. Oleh sebab itu, tingkat suksesi sangat berbeda antara unit Geomorfologi (footslopes, lereng dan puncak) dari suatu area, sehingga akan hadir tahapan yang berbeda yang terjadi bersamaan pada area tersebut. Keistimewaan habitat memainkan peran penting dalam menentukan tingkat suksesi, dengan cara menyediakan berbagai kondisi lingkungan yang memungkinkan berbeda di setiap tingkat kolonisasi untuk menutupi area yang rusak atau mengalami suksesi. Tingkat Suksesi tergantung pada tingkat kolonisasi tanaman, dispersi sekunder dan tanah pembentukan (Marchese & Grillo 2000). Dalam beberapa kasus, proses suksesi yang lebih cepat merupakan akibat dari tinggi kolonisasi dan dispersi sekunder, dan kondisi yang lebih baik untuk pembentukan tanah. Area yang mengalami suksesi memperlihatkan perbedaan yang jelas antar unit geomorfologi sebagai hasil
suksesi yang berbeda. Footslopes atau kaki lereng berada pada tahapan suksesi jauh lebih maju, karena kedekatannya dengan vegetasi dan rendah stres. Kemiringan permukaan yang terdiri dari hummocks, cekungan dan lubang suksesi dengan tingkat rendah dalam habitat bertanggung jawab atas tingkat yang lebih rendah pada suksesi di unit geomorfologi, sedangkan adanya celah di puncak area mempercepat laju suksesi nya.
1.5 Suksesi Primer dari Vegetasi di Gunung St. Helens Suksesi primer di Gunung St Helens, Washington, USA, dipelajari dengan menggunakan pengamatan jangka panjang dan metode eksperimental. Jarak dari koloni potensial merupakan faktor utama yang menghambat awal suksesi primer. Area vegetasi yang semula terganggu tetap rendah di tumbuhi tanaman, tetapi kekayaan spesies sebanding dengan vegetasi sebelum mengalami gangguan. Area di atas 500 m dari sumber koloni banyak menjadi spesies potensial, tetapi itu berarti kekayaan spesies jauh lebih rendah dibandingkan plot yang terganggu. Area yang mengalami penutupan nyaris tidak terukur setelah 11 musim tumbuh. Para ahli ekologi menduga suksesi primer gunung St. Helens ini terjadi dari luar ke dalam, saat sejumlah spesies dari daerah perbatasan menginvasi daerah ledakan. Tetapi ternyata pemulihan juga datang dari dalam daerah itu sendiri. Dimulai dengan sebuah tanaman yang ditemukan Crisafulli tahun 1981 pada tanah tandus seluar 15 kilometer persegi yang dikenal sebagai Dataran Pumice, yaitu tanaman lupin padang rumput berwarna ungu menjadi “warna pertama” di antara hamparan kelabu yang muram. Saat tumbuh besar tanaman itu menjadi pabrik gizi, makanan untuk serangga, habitat untuk tikus dan binatang pengerat lainnya; setelah mati, mereka dan organisme yang menempel pada mereka akan memperkaya debu, memungkinkan spesies lain untuk membuat koloninya di tempat itu. Banyak jenis Asteraceae dan Epilobium mendominasi lokasi yang terisolasi. Namun, koloni awal biasanya terbatas pada spesifik microsites yang memberikan perlindungan fisik dengan meningkatkan sumber daya bagi pertumbuhan yang lain. Suksesi primer di Gunung St Helens termasuk sangat lambat karena kebanyakan habitat terisolasi dan mengalami stres. Kurangnya
kemampuan penyebaran spesies disebabkan karena kurangnya kemampuan spesies membentuk penyebaran yang cocok sehingga mengakibatkan proses perbaikan area melambat. Kemampuan spesies melakukan simbiosis fiksasi nitrogen pun hanya memberikan efek yang rendah dan hanya berpengaruh secara lokal. Misalnya, Lupinus lepidus yang dapat memfasilitasi kolonisasi spesies lain hanya setelah mati. Di Gunung St Helens, hampir semua pionir adalah angin, berbeda dengan sekitarnya. Vegetasi di Gunung St Helens relatif tetap miskin. Di Gunung St Helens butuh waktu sekitar 10 tahun untuk mencapai 50% dari kekayaan saat ini dan sekitar 1/3 dari spesies yang sporadis. Contoh-contoh ini menekankan pentingnya isolasi dalam mengemudikan suksesi. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa urutan suksesi di Gunung St Helens tidak diperlukan sebuah mesin. Sebaliknya, mereka mengalami suksesi yang dakibatkan oleh kondisi lokal, efek lanskap dan kesempatan.
Gunung St. Helen Sesaat Setelah Meletus
Gunung St. Helens Tahun 2008
Daftar Pustaka Adhyzal, Kandary. 2008. http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertiansuksesi.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2010. Anonimous, 2010. http://biofo.blogspot.com/2010/04/suksesi.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2010. Artawan, Rudi. 2010. http://www.nuryety.co.cc/2010/03/suksesi-vegetasi.html. Arief, Arifin. 1994. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daniel, Theodore, dkk. 1978. Prinsip-Prinsip Silvikultur (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono, 1992). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Marsono, Dj. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Yogyakarta: Institut Pertanian STIPER. Sudjadi, Bagod. 2004. Biologi Sains Dalam Kehidupan Kelas 3 Semester Genap SMA/ MA. Surabaya: Yudhistira. http://ananda-7.blogspot.com/2012/03/contoh-kata-pengantar-dalam-makalahdan.html#ixzz27BmCSr00 http://id.shvoong.com/exact-sc Elias, R.B. & E. Dias 2007. The Role of Habitat Features in a Primary Succession. Arquipélago. Life and Marine Sciences 24: 1-10. Moral, Roger Del. 2009. Primary succession on Mount St. Helens, with reference to Surtsey. Washington. Surtsey Research. Walker, Lawrence. R. 2003. Primary Succecion and Ecosystem Rehabilitation. Las Vegas. Cambridge University Press.iences/biology/2224544-pengertian-suksesi/