LAPORAN MINI RISET “PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH”
OLEH: INTANIA NAPITUPULU (4153341020) JULI ESTIKA SIMBOLON (4153341024) MONA ASTILLA L. TOBING (4153341028) MULIA DALIMUNTHE (4153341031 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERISTAS NEGERI MEDAN MEDAN
1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................................................ 1 BAB I
:
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG.................................................................. 2
B.
PERUMUSAN MASALAH....................................................... 3
C.
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN................................ 3
D.
MANFAAT PENELITIAN........................................................ 3
BAB II
: LANDASAN TEORITIS
2.1 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITAN....................................... 9 3.2
ALAT DAN BAHAN................................................................... 9
3.3
PROSEDUR KERJA.................................................................... 10
BAB IV : ISI 4.1
ANALISIS DATA......................................................................... 11
BAB V SIMPULAN 5.1. KESIMPULAN................................................................................ 16 5.2. SARAN............................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008). Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yan g diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003). Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006). Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
3
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003), 1. Pengisian ventrikel (ventricular filling) Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL. 2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction) Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik. 3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection) Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume
4
(SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV ESV. 4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation) Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria. Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981). Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.Ketika manset diikatkan
pada lengan, inflasi dari kantong karet
memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik. Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset
5
turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis. 1.2 Tujuan a) Untuk mengetahui cara menentukan tekanan darah menggunakan alat. b) Untuk mengetahui laju denyut jantung pada orang berlari, berjalan dan diam. c) Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab tekanan darah seseorang dapat tinggi atau rendah d) Untuk mengetahui perbedaan denyut jantung orang berlari, berjalan dan diam saja. e) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi laju tekanan darah seseorang. 1.3 Rumusan Masalah a) Bagaimana cara menentukan tekanan darah seseorang ? b) Bagaimana laju denyut jantung antara orang berlari, berjalan dan diam ? c) Apa penyebab perbedaan denyut jantung pada orang berlari, berjalan dan diam ? d) Apa penyebab tekanan darah seseorang dapat tinggi atau rendah ? e) Apa saja faktor yang mempengaruhi laju tekanan darah seseorang ?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah
6
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah saat mengalir melalui arteri, karena darah bergerak secara bergelombang ada dua jenis tekanan darah yaitu tekanan sistolik yang merupakan tekanan darah yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel yang merupakan tekanan pada puncak gelombang darah dan tekanan diastolik merupakan tekanan ventrikel pada saat istirahat. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010)
World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg dan hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/90mmHg. (Noviyanti, 2015) Tekanan darah tinggi (Hipertensi) berarti tekanan yang tinggi dalam arteri. Hipertensi menjadi salah satu penyakit utama yang menyebabkan cacat tubuh dan kematian dihampir semua Negara. Penyebab yang belum pasti dan tidak banyak gejala sampai akhirnya dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan bahkan kematian hingga akhirnya penyakit ini disebut sebagai silent killer. (Gardner, 2007) Hipertensi merupakan masalah medis yang menimbulkan dampak bermakna pada kesehatan masyarakat umum. Prevalensi dan angka perawatan pasien gagal jantung serta penyakit ginjal stadium akhir sebagai komplikasi terminal hipertensi terus meningkat. Terdapat World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Hipertensi, dan diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita 30% dibanding pria 29%. Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang. (Runtukahu, Rompas, & Pondaag, 2015) Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥15Tahun yang dilakukan RISKESDA, hipertensi termasuk penyakit tidak menular (PTM) kronis yang terus berkembang dan sulit di sembuhkan pada posisi ke enam. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% dan Jawa Barat berada pada posisi ke lima dengan persentase 29,4% setelah Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), dan Kalimantan Timur (29,6%). (RISKESDAS, 2013).
7
Berdasarkan laporan system pencatatan dan pelaporan puskesmas dinas kesehatan kabupaten Ciamis tahun 2015, Hipertensi menduduki posisi pertama pada sepuluh besar penyakit di kabupaten Ciamis tahun 2015 dengan total 48.007 kasus. kesenjangan antara rendahnya angka deteksi kasus hipertensi dan tingginya angka komplikasi jangka panjang hipertensi, hal ini bila terus dibiarkan, maka hipertensi akan selalu menjadi masalah medis dan masalah kesehatan masyarakat yang serius. (Lubis, 2013)
BAB III METODE PENELITIAN 2.2. Tempat dan Waktu Penelitian
8
Praktikum dilakukan di laboratorium biologi FMIPA Unimed pada 15 Maret 2017 pukul 09.40 sampai11.20. 2.3. Alat dan Bahan Nama Alat N
NAMA ALAT
JUMLAH
Spygmomanometer manual
1 buah
2.
Spygmomanometer digital
1buah
3.
Hvs
1 lembar
O 1.
Nama Bahan N
NAMA BAHAN
JUMLAH
O 1 2
Es batu 1 buah Tekanan darah yang sedang berlari duduk dan berjalan
3.3. Prosedur Kerja Perlakukan diadakan sebanyak 3, maka dibutuhkan 3 orang praktikan tiap kelompok. Lalu masing-masing akan melakukan tugas berlari, berjalan dan duduk diam selama 5 menit. Setelah selesai langsung menghitung denyut jantung detik pertama sebanyak berapa kali serta jumlah denyut jantung selama 1 menit.
No 1
Prosedur Kerja Cari pembuluh darah arteri branchialis dan mendengarkan bunyi desakan
2
darah yang ada melalui stetoskop Beban lengan kiri praktikan (pria dan wanita ) dengan sypgmonamometer dan mengsisikan udara ke dalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka
9
3
170mmHg Keluarkan udara secara perlahan – lahan dari spygmonamometer sambil tetap mencatata tinggi air raksa tepat ketika bunyi desakan pertama terdengar (systole) serta buniy desakan udara pertama kali menghilang sama sekali
4
(diastole) Ulangi percobaan diatas selama 3 kali untuk setiap 3 orang Perlakukan pada praktikan (pria dan wanita)
5.
- Keadaan tenang pada posisi duduk atau terbaring - Setelah berlari selama 5 menit - Setelah berendam didalam es selama 5 menit Tuliskan pengamatan pada tabel dibawah ini.
BAB IV ISI 4.1. Analisis data NO 1.
PERLAKUAN
DENYUT
Duduk diam selama 5 menit 10
JANTUNG/MENIT 84
2. 3.
Berjalan selama 5 menit Berlari selama 5 menit
98 110
Gambar 1. Menunjukkan tekana darah
Gambar Alat Stetoskop
Gambar Sphygmomanometer jarum 11
Pada perhitungan pertama setelah melakukan aktivitas berlari, denyut jantung ada sebanyak 4 kali. Sedangkan pada aktivitas berjalan ada sebanyak 3 kali. Lain halnya dengan duduk diam hanya 2 kali. Dari data tampak jelas bahwa aktivitas tubuh mempengaruhi denyut jantung, semakin berat aktivitas tubuh semakin cepat jantung berdetak untuk memenuhi asupan energi yang dibutuhkan. Literatur Tentang Penyebab Tekanan berubah darah saat duduk Penelitian pengaruh jalan santai terhadap perubahan tekanan darah pada pra lansia dilaksanakan di Posyandu Lansia Sejahtera Abadi IX Candi Baru. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 13,1mmHg pada tekanan darah sistolik dan Pada penenelitian ini didapatkan peningkatan yang signifikan dari tekanan darah baik sistole maupun diastol. Hal ini terjadi karena efek seketika dari olah raga. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena perubahan hemodinamik yang terjadi saat beraktivitas khususnya olah raga, baik olahraga aerobik maupun anaerobik, keadaan ini disebut dengan hipertensi hiperdinamik (Silbernaglet al, 2013). Peningkatan tekanan darah setelah berolah raga tidak berlaku jika responden melakukan olah raga secara rutin. Menurut penelitian yang dilakukan Sam Liu dan kawan-kawan pada tahun 2012 didapatkan hasil penurunan tekanan darah setelah berolahraga. Pada penelitian itu responden diukur tekanan darah sebelu dan sesudah melakukan olah raga selama 8 minggu, hasilnya didapatkan penurunana yang signifikan dengan penurunan tekanan darah sistolok sebesar 7mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 5,2mmHg. Hal ini terjadi karena pada rreponden yang melakukan olahraga secara teratur dalam jangka waktu yang lama didapatkan penurunan kekakuan dari pembukuh darah arteri serta penurunan aktivitas sistem saraf simpatis (Liu et al, 2012). Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diteliti efek jangka panjang dari berjalan santai, serta tidak dapat mengendalikan keseriussan reponden dalam berjalan santai. Kelebihan dalam penelitian ini peneliti fokus meneliti efek seketika dari berjalan santai pada pra lansia yang jarang dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Serta lebih mengkhususkan efek seketika dari jalan santai, bukan pada aktivitas fisik atau olah raga pada umumnya
12
Perbedaan rata-rata tekanan sistol dan diastol antara posisi berdiri dengan berbaring lebih besar dari pada posisi berbaring dengan posisi duduk. Pada penelitian ini, selisih rata-rata tekanan darah antara posisi berdiri dan berbaring tidak didapat karena perubahan posisi secara tiba-tiba melainkan setelah perubahan bertahap dari posisi duduk. Sebagian besar memberikan kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna pada hasil pengukuran tekanan darah untuk tiap posisi yang berbeda, namun perbedaan yang diberikan berupa peningkatan tekanan darah, maka hasil penelitian di atas melemahkan teori yang dikemukakan oleh Burnside dan Mc Glyne (1995) yang menyatakan bahwa posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi sehingga tekanan darah akan turun. Tidak ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sistol antara posisi duduk dan berdiri.Hipotesis ini berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Ganong (2008) yang menyatakaan bahwa 20-30% perubahan posisi tubuh dari berbaring ke duduk atau berdiri memberikan pengaruh yaitu penurunan curah jantung dan penurunan curah jantung akan mengakibatkanpenurunan tekanan darah.Menurut peneliti, hasil penelitian melemahkan teori karena terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah selama pengambilan data. Selama proses pengambilan data, sampel yang diukur tekanan darahnya telah diupayakan memenuhi kriteria inklusi seperti berada direntang usia dewasa muda, tidakmengkonsumsi kafein dan rokok, melakukan istirahat baring selama 5 menit sebelum pengukuran, memiliki emosi yang stabil, serta sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi tekanan darah, namun peneliti tidak membedakan sampel berdasarkan berat-ringannya aktivitas yang dilakukan sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah. Sampel yang melakukan aktivitas lebih berat seperti naik tangga dan berlari kemungkinan memerlukan istirahat yang lebih dari lima menit untuk menstabilkan tekanan darah karena peningkatan metabolisme yang dialaminya. Literatur Tentang Penyebab Tekanan berubah darah saat duduk Penelitian pengaruh jalan santai terhadap perubahan tekanan darah pada pra lansia dilaksanakan di Posyandu Lansia Sejahtera Abadi IX Candi Baru. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 13,1mmHg pada tekanan darah sistolik dan Pada penenelitian ini didapatkan peningkatan yang signifikan dari tekanan darah baik sistole maupun diastol. Hal ini terjadi karena efek seketika dari olah raga. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena perubahan hemodinamik yang terjadi saat beraktivitas khususnya olah raga, baik olahraga aerobik maupun anaerobik, keadaan ini disebut dengan hipertensi hiperdinamik (Silbernaglet al, 2013). Peningkatan tekanan darah setelah berolah raga tidak berlaku jika responden melakukan olah raga secara rutin. Menurut penelitian yang dilakukan Sam Liu dan kawan-kawan pada tahun 2012 didapatkan hasil penurunan tekanan
13
darah setelah berolahraga. Pada penelitian itu responden diukur tekanan darah sebelu dan sesudah melakukan olah raga selama 8 minggu, hasilnya didapatkan penurunana yang signifikan dengan penurunan tekanan darah sistolok sebesar 7mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 5,2mmHg. Hal ini terjadi karena pada rreponden yang melakukan olahraga secara teratur dalam jangka waktu yang lama didapatkan penurunan kekakuan dari pembukuh darah arteri serta penurunan aktivitas sistem saraf simpatis (Liu et al, 2012). Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diteliti efek jangka panjang dari berjalan santai, serta tidak dapat mengendalikan keseriussan reponden dalam berjalan santai. Kelebihan dalam penelitian ini peneliti fokus meneliti efek seketika dari berjalan santai pada pra lansia yang jarang dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Serta lebih mengkhususkan efek seketika dari jalan santai, bukan pada aktivitas fisik atau olah raga pada umumnya Literatur tentang Penyebab Tekanan Darah Berubah Saat Berlari Dari penelitian yang dilakukan pada 30 orang subjek didapati hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah belari. Pada hasil pengukuran tekanan darah di temukan 24 orang yang mempunyai tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktupun bertambah sehingga volume darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannyapun meningkat. Dapat dikatakan bahwa volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Persentase darah yang dialirkan ke organ-organ tersebut untuk menunjang peningkatan aktivitas metabolik keduanya dan kerja jantung juga akan semakin cepat dalam memompa darah. Pada saat frekuensi denyut jantung cepat,tekanan arteri turun secara tajam selama fase ejeksi sistolik ventrikel karena katup atrioventrikulat tertarik kebawah meningkatkan kapasitas atrium. Kerja ini menyedot darah ke atrium dari vena besar. Sedotan darah ke atrium selama sistolik turut membantu secara nyata pada arus balik vena. Hal ini menjelaskan mengapa pada beberapa sunjek terjadi penurunan pada tekanan sistole setelah berlari.
14
B. Suhu Dari penelitian yang dilakukan pada 30 orang sampel didapati hasil pengukuran tekanan darah dan suhu sebelum dan sesudah berlari, subjek diminta berlari cepat memutari jalur lari selama tiga sampai lima menit atau sebanyak dua putaran. Pada hasil pengukuran suhu ditemukan 20 orang yang mengalami penurunan suhu setelah berlari. Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan anatara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Panas diproduksi oleh tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot dan sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya oleh karena penyakit ataupun stress. Panas dapat hilang dari tubuh melalui tiga cara, yatu; melalui kulit, dalam udara ekspirasi dan melalui urin dan feses. Panas yang hilang dari kulit melalui konduksi, radiasi, dan konveksi, melalui perspirasi dan penguapan keringat. Kehilangan ini dikontrol oleh variasi jumlah darah yang melewati kulit, dihasilkan oleh perubahan ukuran pembuluh darah didalamnya. Kehilangan panas melalui kulit dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pakaian yang dikenakan.
BAB V SIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada proses pengukuran, tekanan didalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar melemah dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat
15
tekanan dalam tensimeter,jika misalnya menunjukkan angka 82 mmHg, maka tekanan diastolnya adalah 82 mmHg. 2.
NO 1. 2. 3.
PERLAKUAN
DENYUT
Duduk diam selama 5 menit Berjalan selama 5 menit Berlari selama 5 menit
JANTUNG/MENIT 84 98 110
3. semakin berat aktivitas fisik tubuh maka semakin kuat detak denyut
jantung yang menandakan aliran darah semakin banyak. Semakin sedikit tubuh atau fisik beraktivitas maka semakin normal jantung bekerja ditandai melalui denyut jantungnya. 4. tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat istirahat 5. Faktor Utama yang Mempengaruhi Tekanan Darah 1. Umur
1. 2. 3. 4. 5.
Jantung Tahanan Perifer Volume Darah Viskositas Darah Distensibilitas Dinding Pembuluh Dara Faktor Tambahan
2. Jenis kelamin 3. Kerja otot 4. Bentuk tubuh 5. Emosi
16
5.2. Saran
Diperlukan suatu penelitian lanjut pengukuran tekanan darah pada berbagai posisi dan perbedaan waktu istirahat sebelum melakukan pengukuran tekanan dari penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition. McGraw-Hill Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Kardiovaskuler.
Memelihara
diam
Kebugaran
bil
dari:
http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32. [6 April 2010] Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC. Noviyanti.
(2015).
Hipertensi
kenali,
cegah
&
obati.
Yogyakarta: Notebook.
Gardner, F. S. (2007). Smart treatment for high blood pressure. Jakarta: Prestasi pustaka. Lubis, M. L. (2013). Penatalaksanaan Terkini Krisi Hipertensi Preoperatif. 40. Manembu,
Runtukahu, R. F., Rompas, S., & Pondaag, L. (2015, Mei). Analisis Faktor-faktoryang berhubungan dengan kepatuhan melaksanakan diet pada penderitahipertensi di wilayah kerja puskesmas wolaang kecamatan langowan timur. 3.