BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Dalam perdagangan internasional,
minyak
nilam
dikenal
sebagai
minyak patchouli (dari bahasa
Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal 'berat' dan 'kuat' dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Hasil yang diharapkan pada tanaman ini berupa daun dengan kandungan kadar minyak yang tinggi, oleh karena itu pertumbuhan vegetatif tanaman perlu diusahakan seoptimal mungkin. Disentra produksi tanaman nilam (Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat), sebagian besar petani membudidayakan tanaman ini dengan sistem budidaya berpindah (Herry et al., 1998). Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembap. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif. Tanaman yang merupakan salah satu komoditas yang cukup penting sebagai sumber devisa dan pendapatan petani. Areal pertanaman nilam di Indonesia rata-rata 10.000-12.000 ha dan sampai saat ini telah mencapai 21.440 ha yang tersebar di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,3 ha/keluarga dan melibatkan paling tidak 30.000- 72.545 keluarga untuk usahatani nilam dan petani penyuling. Masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas dan mutu minyak. Berdasarkan data Ditjenbun tahun 2009 (199 kg/ha/tahun) bahwa rendahnya produktivitas dan mutu minyak nilam disebabkan oleh serangan penyakit tanaman, terutama layu bakteri dan budok yang dapat menurunkan kadar produksi 60-95%
Tanaman nilam
1
pertanaman nilam (Asman et al . 1993). Minyak nilam termasuk salah satu dari minyak atsiri atau minyak eteris/minyak terbang ( essential oil, volatile ) karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Minyak nilam berbau wangi dan pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Secara fisiologis, minyak pada tanaman penghasil minyak atsiri berfungsi : (1) membantu proses penyerbukan atau sebagai atraktan terhadap beberapa jenis serangga atau hewan, (2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga, dan (3) sebagai makanan cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri sendiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme pada tanaman yang terbentuk karena reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 species, antara lain yang termasuk dalam famili Pinanceae, Labiate, Compositoe, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae . Minyak atsiri dapat ditemukan pada daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya banyak tersimpan di dalam sel-sel kelenjar minyak pada daun.
1.2
MANFAAT
1. Untuk mengetahui nama tanaman minyak nilam dan kandungannya ? 2. Bagaimana cara mendapatkan dan penyulingan dari minyak nilam? 3. Bagaimana cara pemeriksaannya dan cara penentuan mutu standar?
1.3
TUJUAN Untuk mengatahui kadar minyak atsiri didalam minyak nilam, mengetahu isi kandungan dari minyak nilam, bagaimana cara kita mendapatkan, pemeriksaan mutu standar dari minyak nilam.
Tanaman nilam
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
MINYAK NILAM 2.1.1
Klasifikasi minyak Nilam Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Tanaman nilam
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili:
: lamiaceae
Genus
: pogostemon
Spesies
: Pogostemon hortensis Benth
3
2.1.2
Manfaat dan Khasiat Minyak nilam Manfaat minyak nilam bias digunakan sebagai pengikat aroma parfum dan kosmetik. Khasiat dari minyak nilam mengandung alkohol nilam (patchouli alcohol), kamper nilam (patchouli camphor), cadinene, benzaldehida, eugenol, dan cinnamic aldehyde. Di dalam minyak nilam ini, terkandung zat patchouli alcohol (disingkat PA) yang teramat berguna pada dunia internasional. Minyak nilam yang baik adalah yang mengandung PA yang mengandung 30%. Bau minyak nilam hampir mirip dengan minyak cedar, yang digunakan untuk memalsukan minyak nilam. Cara untuk membedakan keduanya, dengan cara disaring di kertas saring, simpan selama beberapa hari, sampai tercium bau minyak cedarnya. Daun nilam yang disimpan di antara lipatan-lipatan buku dapat mencegah kedatangan serangga. Dahulu, di Semenanjung Malaya, daunnya dipakai untuk mewangikan tanaman. Dipakai pula untuk membuat parfum di Asia Selatan. Digunakannnya minyak nilam sebagai parfum, karena mempunyai aroma
woodsy,
untuk
meningkatkan
semangat.
Karena
punya
efek
menenangkan, dipakai pula untuk mengharumkan kamar tidur, yang berefek menenangkan dan membuat tidur kita lebih nyenyak. Minyak nilam juga dipakai untuk menghambat perkembangan jamur dan mikroba. Dalam ayurveda, minyak nila juga dipakai pertolongan pertama dalam mengobati orang yang digigit ular. Minyak nilam juga terpakai untuk minyak rambut, antijerawat, obat eksim, dan antijamur. Penggunaan minyak nilam yang dicampur dalam sampo herbal juga berguna dalam menyembuhkan ketombe. Untuk melindungi pakaian wol atau sutra dari ngengat, semut, dll, bisa diletakkan daun nilam dalam lemari kita. Di Eropa dan Amerika, karena sifat nilam yang mengikat, bisa dipakai sebagai parfum. Air rebusan daun nilam pun bisa juga diminum untuk mengobati obat batuk dan asma. Rebusan daun juga bermanfaat untuk bisul. Akarnya dipakai untuk mengobati rematik. Daun nilam pun dipakai untuk menyedapkan makanan
Tanaman nilam
4
Menurut penelitian ilmiah, senyawa α-bulnesene dalam minyak nilam mempunyai manfaat untk anti-peradangan. Patchoulol dan α-patchoulene dipakai pula untuk anti-jamur. Selain itu pula, minyak nilam pun juga bermanfaat sebagai antidioksida. Selain itu pula, tumbuhan ini juga toksik dengan Aedes aegypti. 1. Sebagai Obat Selasih berfungsi untuk menambah nafsu makan, membantu pencernaan, menyehatkan jantung, mengobati batuk, menurunkan panas, menghilangkan sesak napas, mengobati diare, mengobati eksim dan koreng. Minyak atsiri daun selasih ungu (Ocimum sanctum Linn) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli .Sehingga berfungsi sebagai antibiotika. 2. Penghasil Pestisida Nabati Selasih berfungsi sebagai atraktan hama lalat buah atau pemikat hama lalat buah. 3. Fungisida Bakterisida, Nematisida Selasih merupakan fungisida untuk mengendalikan Pyricularia oryzae yang merupakan penyebab penyakit bercak dan busuk daun yang menyerang tanaman padi. Kandungan eugenol pada minyak atsiri daun selasih mampu menekan pertumbuhan nematoda tanaman lada. 4. Penghasil Minyak Atsiri Minyak atsiri selasih berbau harum yang dikenal dengan nama basil oil, minyak ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum, shampo, terapi aroma. 5. Sayuran dan Minuman Penyegar Daun selasih digunakan sebagai sayuran atau lalapan untuk menambah nafsu makan (appetizer). Selain daunnya, biji selasih juga sering dimanfaatkan sebagai bahan minuman penyegar. Biji selasih dapat menurunkan kolesterol, penambah daya ingat dan tonik. 2.1.3
Tanaman nilam
Jenis-Jenis Tanaman Nilam
5
Nilam ( Pogostemon sp.) termasuk famili Labaiatae, ordo Lamiales, klas Angiospermae dan divisi Spermatophyta. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dapat dibedakan menurut karakter morfoya, kandungan PA dan kualitas minyak serta ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam tersebut adalah 1). P cablin Benth. Syn. P. path c ouli Pellet var. Suavis Hook disebut nilam aceh, 2). P. heyneanus Benth disebut nilam jawa, dan 3). P. hortenis Becker disebut nilam sabun (Guenther 1952). Diantara ketiga jenis nilam tersebut, nilam Aceh dan nilam sabun yang tidak berbunga. Adapun
yang
paling
luas
daerah
penyebarannya
dan
banyak
dibudidayakan adalah nilam aceh yang memiliki kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dibandingkan dengan kedua jenis nilam lainnya. Ciri spesifik yang dapat membedakan antara nilam aceh dan nilam jawa secara visual terdapat pada daunnya. Pada nilam aceh permukaan daunnya halus, bergerigi tumpul, ujung daunnya runcing sedangkan pada nilam jawa permukaan daunnya kasar, tepi daun bergerigi runcing dan ujung daunnya meruncing. Menurut Nuryani et al . (1997), nilam jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibanding dengan nilam aceh, karena antara lain disebabkan kandungan fenol dan ligninnya yang lebih tinggi daripada nilam aceh. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam secara meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam jawa dan nilam sabun. Secara garis besar, jenis nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut (Mangun, 2008). 1. Nilam Aceh Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli) merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, yaitu 2,5-5% dibandingkan jenis lain. Nilam aceh dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir di seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya jenis tanaman nilam ini berasal dari Filipina, yang kemudian ditanam dan
Tanaman nilam
6
dikembangkan juga di wilayah Malaysia, Madagaskar, Brazil, serta Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia mengembangkan nilam aceh secara khusus (Mangun, 2008).
2. Nilam Jawa Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) disebut juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa hutan di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki minyak sekitar 0,5-1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulubulu halus dan ujung daunnya agak meruncing (Mangun, 2008). 3.Nilam Sabun Zaman dahulu, tanaman nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer) sering digunakan untuk mencuci pakaian, terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun tidak direkomendasikan
sebagai
tanaman
komersial
karena
kandungan
minyaknya relatif sangat sedikit. Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbeda dengan nilam aceh dan komposisi kandungan minyaknya tidak baik. Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus sudah diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan tahan lama bila dibandingkan nilam produksi negri lain. Hal ini menyebabkan nilam Indonesia disegani dipasaran internasional (Mangun, 2008).
2.1.4
Kandungan Minyak Nilam Kandungan dari minyak nilam β- patchoulene 2,90 – 3,80%, α-guaiene 13,10 – 15,20%, caryophyllene 3,30 – 3,90%, α-patchoulene 5,10 – 5,90%, seychellene 8,60 – 9,40%, α-bulnesene 14,70 – 16,80% dan norpatchoulenol 0,5%. Berdasarkan komposisi tersebut memperlihatkan bahwa komponen utama minyak nilam adalah patchouli alkohol. Komponen utama inilah yang pada umumnya digunakan sebagai bahan pengikat (fiksative) pada industri
Tanaman nilam
7
parfum (Sufriadi dan Mustanir, 2004). Komponen utama dalam minyak nilam adalah patchouli alkohol (PA). Pada dasarnya semua bagian tanaman nilam, sejak dari akar, batang, cabang, dan daun, mengandung minyak atsiri. Tapi umumnya mutu rendemen dari akar dan batang nilam lebih rendah daripada daunnya. Patchouli Alcohol Patchouli Camphora Eugenol Benzaldehyde Alfa-pinene Beta-patcholen Alfa-guajen Alfa-patchoulen Pogostol
2.1.5
Cara Mendapatkan Minyak Nilam Nilam dipanen pada usia 7-9 bulan, dan bisa dipanen sekali lagi pada 3-4 bulan selanjutnya. Panen dilakukan pada saat bagian bawahnya menguning. Setelah berusia 3 tahun, tanaman nilam harus diremajakan. Panen harus dilakukan pada pagi atau sore hari, karena kalau siang hari, kandungan minyaknya berkurang. Semua cabangnya digunting, terkecuali satu untuk merangsang penumbuhan cabang baru. Nilam dipanen menggunakan sabit atau ani-ani. Kalau menggunakan sabit, harus benar-benar tajam, kalau tumpul, nanti seluruh tumbuhan terangkat dan tidak baik dalam penumbuhan tunas yang baru. Menggunakan sabit, bisa menyebabkan batang dan daun tercampur sehingga kadar minyaknya berkurang. Kalau menggunakan, walau memakan waktu lebih lama, kita mendapatkan daun dengan kandungan minyak lebih lama. Dahulu, di Eropa, daun yang menguning dari minyak nilam tidak dipakai, tapi batangnya dipakai dalam beberapa keperluan. Setelah dipanen, hendaknya diekringkan dulu. Kata Heyne dalam buku De nuttige-nya, diterangkan bahwa masyarakata petani Hindia-Belanda
Tanaman nilam
8
(sekarang Indonesia), bahwa daun nilam dijemur menggunakan bambu hingga betul-betul kering dan beratnya kurang dari setengah dari berat semula. Daun nilam dihamparkan dalam jemuran dan dibolak-balik, sampai 5-8 jam. Daun yang sudah layu, diangin-anginkan di atas rak bambu. Lama pengeringan adalah 3-4 hari. Setelah kering, baru bisa disuling. Adapun daun yang sudah kering lebih banyak menghasilkan minyak atsiri ketimbang daun yang masih basah. Ada tiga cara mendapatkan minyak nilam:
Direbus. Pertama-tama, dimasukkan ke dalam ketel berisi air, dan panaskan. Ketel terbuat dari bahan antikarat seperti stainless steel, tembaga berlapis aluminium, dll. Dari situ, keluar uap yang dialirkan ke kondensor. Uap akan mengandung zat cair yang berisi campuran air dan minyak nilam. barulah dilakukan pemisahan.
Dikukus. Mirip dengan cara pertama, tapi antara daun dan minyak, dibuat pemisah. Daun nilam di atasnya, air di bawahnya pada saat di ketel.
Penyulingan deng cara uap. Diperlukan dua buah ketel, yang satu berisi air yang didihkan, yang satu, berbentuk sislinder. Agar tidak kehilangan panas, ketel-ketel tersebut dibungkus zat penahan panas, seperti karung goni. Alat pendinginny aberupa, bak pendingin yang disitu terdpat pipa spiral dari stainless steel. Fungsinya untuk mengubah zat tadi menjadi cairan. Kemudian ditampung, dan dipecah menjadi dua zat yang berlainan, yakni air - uap, dan minyak nilam itu sendiri.
Setelah minyak nilam telah kita dapatkan, baik disimpan dalam botolbotol kecil. Kalau produksinya banyak, bisa kita masukkan ke dalam drum. Namun, tempat penyimpanan harus bersih dari zat kimia yang tercampur pada tempat penyimpanan. Kalau tidak dibersihkan, minyak nilam bisa terkontaminasi. Oleh sebab itu, drum harus dijemur dulu di bawah terik matahari agar zat yang menemel menguap dulu. Berbeda dengan minyak lainya, minyak nilam yang disimpaan akan memberikan bau yang lebih halus dan aromatik dibandingkan dengan
Tanaman nilam
9
minyak nilam yang baru disuling. Minyak yang telah disimpan lama, biasanya kadar patchouli oil-nya bertambah.
2.1.6
Penyulingan Minyak Nilam Penyulingan dengan air (water destillation), ini merupakan cara yang paling sederhana karena daun nilam yang akan disuling dimasukkan kedalam drum kemudian ditambahkan air dan dipanaskan, kemudian uap yang terjadi dialirkan melalui kondensor dan minyak nilam yang terjadi ditampung dalam tempat penampung atau botol. Penyulingan ini jarang dilakukan karena minyak nilam yang diperoleh mutunya rendah dan rendemennya juga rendah. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destillation). Penyulingan ini banyak dilakukan oleh petani nilam di Sumatera Utara dan Aceh dengan kapasitas bahan (daun nilam) 35 kg. Daun nilam yang akan disuling ditempatkan didalam tempat atau drum penyuling dan tidak dicampur dengan air, namun air tersebut dipanaskan dalam bioler dan uap yang terjadi dialirkan kedalam drum penyulingan , kemudian uap yang terjadi dari penyulingan dialirkan melalui kondensor, cara ini biasanya disebut
dengan
pengkukusan. Waktu
penyulingan
sekitar
5
jam,
menghasilkan rendemen minyak nilam 2,5 – 3,0 % dan mutunya cukup bagus. Penyulingan dengan uap ( steam destillation). Cara penyulingan ini biasanya dilakukan oleh pabrik penyulingan dengan kapasitas yang besar yaitu 250 kg, caranya adalah mengalirkan uap dari tabung uap ketumpukan daun nilam pada tabung destilasi dimana tabung uap dan tabung destilasi tempatnya terpisah. Rendemen minyak nilam yang dihasilkan sekitar 22,5%.
Tanaman nilam
10
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam antara lain jenis tanaman, umur tanaman, waktu panen, perubahan bentuk daun (pengecilan ukuran daun), perlakuan pendahuluan sebelum penyulingan (cara pengeringan) dan teknik penyulingan (metode uap, metode uap air, pengaturan tumpukan bahan dalam drum penyulingan, tekanan dalam drum penyulingan dan besarnya energi untuk perebusan).
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui besarnya rendemen minyak nilam dari masing-masing perlakuan, untuk mengetahui tingkat efektivitas masing-masing perlakuan penyulingan minyak nilam, dan mengetahui kemampuan puncak minyak nilam yang dihasilkan pada masingmasing kombinasi perlakuan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan dan kajian pada pengaruh perlakuan pendahuluan daun nilam sebelum penyulingan terhadap rendemen dan hubungan antara laju kecepatan perolehan minyak dengan waktu penyulingan (efektivitas pengeringan). Perlakuan pendahuluan yang akan dikerjakan adalah cara pengeringan daun nilam dengan menggunakan alat pengering pada suhu udara kamar akan tetapi kecepatan udara yang dihembuskan ke ruang pengering bervariasi. Cara penyulingan yang akan dilakukan adalah penyulingan metode uap air penumpukan bahan (daun nilam) yang bervariasi. Perlakuan-perlakuan tersebut diharapkan dapat menghasilkan minyak nilam dengan rendemen yang tinggi, memenuhi syarat standar mutu dan dapat dilihat efektivitas dari masing-masing perlakuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam adalah perlakuan sebelum
minyak
nilam
disuling
atau
perlakuan
pendahuluan.
Perlakuan tersebut adalah pengeringan daun nilam. Pengeringan adalah pengurangan sebagian kandungan air dalam bahan dengan cara termal.
2.1.7
Cara Pemeriksaan Minyak Nilam 1. Persiapan bahan baku: bahan baku yang digunakan adalah daun nilam (Pogostemon cablin BENT). 2.
Pengecilan ukuran: daun nilam yang berada dibagian ujung cabang dipotong, yaitu pada pangkal tempat bersatunya helai daun.
Tanaman nilam
11
3. Pengeringan:
pengeringan
daun
nilam
dilakukan
dengan
menggunakan alat pengering tray dryer (rak pengering) dengan modifikasi suhu udara pengering yang diatur sedikit diatas suhu kamar yaitu sekitar 35 0C. Untuk mengatur suhu kamar yang stabil dan konstan , dipasang elemen pemanas elektrik yang kemudian suhunya diatur dengan alat pengontrol suhu (thermo control). Kecepatan udara pengeringan juga diatur mulai dari kecepatan udara normal (di ruang terbuka) hingga ditentukan suatu interval kecepatan udara diatas normal. Cara untuk menentukan kecepatan udara pengeringan dengan menggunakan anemometer. Kemudian ditentukan 3 variasi kecepatan udara pengeringan (V1,V2,V3). Pengeringan diakhiri setelah kadar air bahan mencapai 14%, selama pengeringan daun nilam perlu dibolakbalik sehingga kadar air akhir dari daun nilam dapat merata. 4. Nilam yang sudah dikenai perlakuan pendahuluan dengan kadar air 14% disuling dengan metode steam destillation dengan perlakuan penyulingan tiga tinggi tunpukan bahan, yaitu tinggi bahan penuh, tinggi bahan ¾, tinggi bahan setengan drum penyuling. 5. Untuk mengetahui volume dan berat minyak nilam yang dihasilkan dari proses penyulingan dapat dilakukan dengan mengukur volume dan menimbang berat perolehan minyak nilam dengan menggunakan gelas ukur setiap periode waktu tertentu yaitu setiap 15 menit. Pengukuran volume dan penimbangan berat minyak nilam selalu dicatat berdasarkan waktu proses penyulingan minyak nilam. 6. Pengeplotan volume dan berat minyak nilam.Hasil yang diperoleh dari pengukuran volume maupun berat minyak diplotkan pada kertas grafik atau dibuat grafik, sehigga akan terlihat hubungan antara volume dan berat minyak nilam berdasrkan interval waktu proses penyulingan.
2.1.8
Cara Menentukan Mutu atau Standar Bobot jenis. Piknometer kosong yang telah diketahui bobotnya diisi minyak nilam kemudian ditimbang. Diukur pula bobot piknometer yang berisi air dan suhu dalam neraca dicatat. Perbandingan bobot minyak dan air me- nunjukkan bobot jenisnya.
Tanaman nilam
12
Putaran optik. Minyak nilam 10 cc dimasukkan ke dalam tabung polarimeter dan diukur putaran optiknya pada alat polarimeter. Indeks bias. Satu tetes minyak nilam diukur dalam refrakto- meter dan dicatat suhunya. Bilangan asam. Ke dalam 1,5-2,5 g minyak nilam ditambah- kan 10 ml alkohol netral serta beberapa tetes indikator pp, kemudian dititar dengan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda.
ml contoh x N x 56, Bilangan Asam = g contoh di mana ml contoh = ml penitaran contoh N = normalitet dari KOH 56,1 = bobot setara KOH g = bobot contoh Bilangan ester adalah kelanjutan dari bilangan asam. Ke dalam contoh ditambahkan 25 cc KOH 0,5 N kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 1,5 jam, didinginkan lalu dititar dengan HCI 0,5 N hingga warnanya berubah. (blanko - contoh) ml x N x 56,1 Bilangan Ester = g contoh
Kadar
patchouli
alkohol
diukur
dengan
menggunakan
gas
kromatografi pada kondisi kolom Carbowax 20 M; detektor ionisasi nyala; gas pendorong nitrogen; suhu injektor 220°C; suhu detektor 250°C; suhu kolom program 60o-180oC kecepatan kenaikan 3°C/menit; laju alir N2 kenaikan 3oC/ menit; laju alir H2 30 ml/menit; laju alir UT 40 ml/menit; sensitivitas 4 x 10 m; dan volume contoh 0,2 µl.
Tanaman nilam
13
Untuk menentukan berat jenis minyak atsiri piknometer 5cc yangtelah diisi minyak ditimbang (piknometer kosong telah diketahui bobotnya). Tentukan pula bobot piknometer yang berisi air Suhu dalam neraca dicatat . Perbandingan berat minyak dan air menunjukan berat jenisnya. Untuk menentukan putaran optik. sebanyak 10 cc minyakdimasukan kedalam tabung polarimeter dan diukur putaran optiknya pads alat polarimeter. Begitupun untuk indek bias. satu tetes minyak diukur di refraktometer dan dicatat suhunya. Bilangan asam:1.5 - 2.5 gram minyak ditimbang ditambahkan 10 cc alkohol netral. teteskan beberapa tetes pp titar dengan alkohol KOH 0.5 N hingga berwarna merah muda. bilangan asamnya dapat ditentukan. Bilangan esteradalah kelanjutan daribilangan asam.tambahkan 25 cc alkohol KOH 0,5 N panaskan hingga mendidih selama 1.5 jam. dinginkan. setelah dingin dititar dengan HCI 0.5 N hingga warnanya berubah. dan bilangan esternya dapat dihitung. Pengukuran kadar total eugenol dilakukan dengan cars: 5 cc minyak cengkeh dipipet ke dalam labu casia 50 ml tambahkan 35 ml NaOH 1 N dikocok selama 5 menit dan panaskan di dalam penangas air selama 10 menit. Setelah itu tambahkan NaOH I N hingga skala teratas pada labu casia. Diamkan selama 1 malam. Kadareugenol dapatditentukandenganmenghitung banyaknya minyak yang terlarut dalam larutan NaOH I N. Sedangkan untuk penentuan kadar patchouly alkohol dilakukan dengan gas chromatografi
Tanaman nilam
14
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tanaman nilam
15
DAFTAR PUSTAKA http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/660 Shinta Suhirman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3
Bogor 16111
Dewi, R. 1994. Pengaruh Berbagai Tipe Pengeringan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Nilam (Pogostemon cablin Bent). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan) Hernani
dan
Risfaheri.
Penyulingan Terhadap
1989.
Pengaruh
Rendemen
dan
Perlakuan
Karakteristik
Bahan Minyak
Sebelum Nilam.
Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri. Vol. XV (2) : 84-86 Santoso,
H.R.
1990.
Bertanaman
Nilam
(Bahan
Industri
Wewangian).
Kanisius,Yogyakarta. T.A Bambang Irawan, Magister Teknik kimia, Universitas Diponogoro tahun 2010, Semarang pustaka.litbang.deptan.go.id
Tanaman nilam
16