Review Jurnal 583z6b

Review Jurnal Design and fabrication of low cost filament winding machine F.H. Abdalla, S.A. Mutasher, Y.A. Khalid, S.M. Sapuan , A.M.S. Hamouda, B.B. Sahari, M.M. Hamdan *

A. PENDAHULUAN Filament winding muncul sebagai proses primer dalam pembuatan komposit struktur silinder dengan biaya yang rendah. Pada proses ini layer komposit dililitkan pada mandrel yang berputar. Layer komposit boleh diletakkan dengan sudut yang berbeda.

B. TEKNIK PEMBUATAN Sifat dari produk komposit tidak hanya tergantung dari resin matrix dan fiber yang digunakan, akan tetapi juga tergantung dari metode pembuatannya. Ada banyak macam cara pembuatan komposit diantaranya resin transfer moulding, autoclave moulding, pultrusion and filament winding. Dari semua proses tersebut, filament winding merupakan teknik yang paling cepat dan paling rendah biaya dalam proses produksi komposit berstruktur silindris seperti pipa tekanan tinggi dan tangki. C. METODE WINDING Ada dua metode winding yang berbeda: (I) wet winding, yaitu fiber dilewatkan melewati kubangan resin dan dililitkan pada mandrel yang berputar. (II) prepreg winding, yaitu fiber dililitkan ke mandrel tanpa melewatkannya pada kubangan resin. Teknik yang paling sering digunakan adalah wet winding. Jika dibandingkan dengan prepreg winding, wet winding mempunyai beberapa kelebihan yaitu: biaya material rendah, waktu pelilitan yang singkat, peletakkan resin yang mudah divariasi untuk memenuhi kebutuhan.

1. Winding patterns Sifat dari komposit yang sudah jadi juga tergantung dari cara pelilitannya. Ada 3 macam cara pelilitan yaitu: Hoop winding, Helical winding dan Polar winding.

D. USULAN MESIN FILAMENT WINDING Mesin filament winding yang diusulkan mempunyai 3 bagian utama yaitu: The rotary assembly unit, the delivery unit dan the control unit. 1. The rotary assembly unit The rotary assembly unit terdiri dari dua blok pilar yang memegang kerangka kerja horisontal dan motor dengan gearbox. Salah satu dari dua blok adalah yang tetap dan berfungsi sebagai referensinya selisih, sementara yang lain adalah bergerak dan dapat disesuaikan linear untuk memvariasikan panjang mandrel. Setelah mandrel terpasang dengan benar ke dalam dua pemegang cangkir berputar bebas, gerak blok pilar kemudian terkunci. Pada pilar akhir yang tetap, pemegang digabungkan dengan gearbox motor dengan sistem katrol dan belt. Rasio gigi antara motor dan gearbox dipilih sebagai 1:60 dan rasio pengurangan antara puli diambil sebagai 1: 2, sehingga kecepatan dari mandrel menjadi 13,6 rpm seperti ditunjukkan pada gambar. 2. The delivery unit The delivery unit terdiri dari pemegang fibers, pembawa dan sekrup pengarah dengan poros panduan. Sekrup pengarah didorong oleh reversibel motor. Pemegang serat hanya meja dengan dua poros, yang digunakan untuk membawa satu atau lebih dari filamen serat gulungan sedangkan yang lainnya digunakan sebagai panduan untuk filamen serat selama proses fabrikasi. Pembawa terdiri dari wadah dan sistem panduan dipoles pin. wadah yang digunakan untuk membawa campuran resin sedangkan pin yang digunakan sebagai cara untuk memandu serat ke kubangan resin. Juga, pin yang digunakan untuk menghasilkan ketegangan dalam serat-serat yang dibasahi sebelum mencapai mandrel. Mekanisme sederhana yang digunakan untuk membawa kembali resin dioleskan dari serat dibasahi untuk wadah dan digunakan kembali lagi

untuk mengurangi jumlah resin digunakan untuk menyiapkan produk. Ketegangan optimal 10 N telah digunakan melalui pekerjaan ini. Hal ini memberikan cukup fraksi volume konsisten serat-serat. 3. The control unit The control unit terdiri dari relay, limit switches, timer dan counter. Fungsi dari The control unit adalah untuk mengkontrol proses winding untuk mendapatkan lilitan yang urut yang sulit dilakukan secara manual. Bagian ini juga berfungsi menjaga motor agar tidak terbakar.

E. KESIMPULAN Teknik filament winding membutuhkan kecepatan tinggi dan kepresisian untuk menempatkan lapisan filament. Mesin winding modern dikontrol secara numerik dengan derajad kebebasan yang besar. Sifat mekanis lilitan filament tidak hanya tergantung dari komposisinya, namun juga tergantung dari parameter prosesnya seperti sudut lilitan, tegangan fiber dan sifat kimia resin. Produk yang bagus diproduksi menggunakan mesin ini.

Review Jurnal PENURUNAN KADAR AMONIA, NITRIT, DAN NITRAT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN ARANG AKTIF DARI AMPAS KOPI Irmanto, Suyata Program Studi Kimia, Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik UNSOED, Purwokerto A. PENDAHULUAN Limbah cair industri tahu mengandung sejumlah besar karbohidrat, lemak dan protein. Bahan organik kompleks berupa karbohidrat, lemak dan protein mula-mula diubah menjadi bentuk persenyawaan yang lebih sederhana glukosa, gliserol, asam lemak dan asam amino. Asam amino yang merupakan hasil dari perombakan protein akan dioksidasi menjadi nitrogen amonia (NH3) dan senyawa karboksil. Senyawa (NH 3) akan dioksidasi lagi menjadi nitrit (NO2-). Apabila oksigen tersedia akan dioksidasi lagi menjadi nitrat (NO3). Bahan organik yang terdapat pada limbah cair industri tahu apabila berada dalam konsentrasi tinggi dan langsung dibuang tanpa pengolahan akan menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan. B. ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan limbah cair industri tahu, ampas kopi, amonium klorida, seng sulfida, natrium hidroksida, larutan EDTA, reagen Nessler, natrium nitrit, asam sulfanilat, NED dihidroklorida, kalium nitrat, Larutan brucin, asam sulfat pekat, HCl, I2, Na2S2O3, indikator milum, dan akuades. Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, muffle furnace, desikator, ayakan mekanis 100 mesh, kertas saring, neraca analitik, pH meter, spektrofotometer UV-Visible (shimadzu). C. PROSEDUR PENELITIAN 1. Pembuatan arang aktif Kopi dikeringkan di bawah sinar matahari lalu direndam larutan HCl 0,1 M selama 48 jam dan ditiriskan. Setelah itu dicuci dengan aquades sampai netral. Kopi yang sudah diaktifasi dioven untuk mengurangi kadar airnya pada muffle furnace dengan suhu 350oC selama 3,5 jam. Setelah itu dinginkan dan simpan pada desikator 2. Karakterisasi arang aktif 2.1. Penghitungan rendemen dan kadar air diperoleh dari rumus berikut:

2.2.

Perhitungan kadar air diperoleh dari rumus berikut:

2.3.

Perhitungan kadar abu diperoleh dari rumus berikut:

2.4.

Daya serap terhadap iodium dirumuskan sebagai berikut:

2.5.

Penentuan waktu kontak optimum dilakukan dengan cara limbah cair industri tahu sebanyak 100 mL dikontakkan dengan 0,2 gram arang aktif berukuran 100 mesh dengan variasi waktu pengocokan 1, 10, 30, 60, 90, dan 120 menit. Limbah cair industri tahu sebelum dan sesudah dikontakkan dengan arang aktif diukur kadar amonia, nitrit dan nitratnya secara spektrofotometri.

2.6.

Penentuan pH optimum Air limbah dikontakkan dengan arang aktif seberat 0,2 gram ukuran 100 mesh pada waktu kontak optimum dengan variasi pH 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 setelah itu diukur kadar amonia, nitrat dan nitrit secara spektrofometri. 2.7. Perhitungan penurunan kadar amonia, nitrit dan nitrat diperoleh dengan rumus berikut:

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Review Jurnal Influence of The filament Winding Tension on Physical And Mechanical Properties of Reinforced Composites P. Mertiny, F. Ellyin* A. PENDAHULUAN Pada jurnal ini akan disajikan hasil dari studi ekperimental. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi parameter proses primer tegangan winding terhadap performa komponen tubular yang diberi tekanan. B. PROGRAM PENGETESAN DAN PROSEDUR EKSPERIMEN 1. Sistem spesimen material dan metode fabrikasi. Fabrikasi komposit yang diuji adalah menggunakan filament winding basah. Sistem winding dengan 4 axis yang dikontrol oleh komputer digunakan dalam fabrikasi komposit ini. 2. Penentuan volume fraksi fiber. C. PENGARUH TERHADAP SIFAT MEKANIS

D. PENGARUH TERHADAP SIFAT FISIS

E. KESIMPULAN Pada penelitian kali ini, spesimen diproduksi menggunakan tegangan winding yang berbeda, serta test mekanis dilakukan dengan rasio beban berbeda. Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:  Meningkatkan tarikan filament winding meningkatkan kompaksi fiber secara signifikan, oleh sebab itu parameter proses utama yaitu ‘winding tension’ cocok untuk mengontrol fraksi volume fiber pada komponen yang dibuat.  Tes mekanis mengungkapkan bahwa tegangan pada kegagalan fungsional dan kegagalan struktural tergantung pengaplikasian tegangan winding.  Perbandingan hasil tes dari lilitan spesimen dengan ketegangan tow rendah dan tinggi menunjukkan bahwa sifat mekanis tidak mengikuti tren searah sederhana. Umumnya, peningkatan ketegangan memiliki efek pada kekuatan komponen dalam kasus fiber didominasi memuat, sedangkan di bawah matriks didominasi.

Review Jurnal The influence of winding patterns on the damage behaviour of Filament wound pipes J. Rousseau, D. Perreux, N. Verdiere A. PENDAHULUAN Pada pembangkit tenaga nuklir pipa komposit mempunyai masa pakai yang panjang yaitu 40 tahun. Tujuan jurnal ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh nyata area yang dilewati fiber terhadap sifat pipa. B. PEMBENTUKAN POLA FILAMENT WINDING Biasanya, pipa komposit dan pressure vessel diproduksi dengan metode helical-winding. Pada metode ini, fiber dibalutkan pada sudut yang berkecukupan (antara 20o sampai 80o).

C. PENGEMBANGAN POLA a. GAMBARAN MESIN FILAMENT WINDING Mesin yang digunakan untuk memproduksi spesimen ini telah dibuat di laboratorium. Alasan utama penggunaan mesin ini adalah akurasi dan potensi pengembangan lebih lanjut.

b. SOFTWARE PENGONTROL Komputer (PC 486) digunakan untuk membuat pola winding dan mengontrol pergerakan winder lewat kartu pengontrol pergerakan DMC-1040 Galil. Software pengontrol ditulis dalam Turbo Pascal. Software ini memungkinkan pengguna memasukkan parameter proses winding. D. PEMBUATAN a. MATERIAL DAN METODE Tabung dibalut dengan vetrotex glass/epoxy. Seretan tali mengandung kurang lebih 19 % resin dari total massa dengan lebar kira-kira 2.4 mm. Temperatur winding adalah 50D sehingga memungkinkan resin untuk mengalir. Setelah dibalut, tabung dibungkus dengan kain berpori dan 2 lapis isolasi penurun suhu. b. PARAMETER WINDING E. KESIMPULAN Kerusakan semakin besar seiring daerah yang bergelombang. Adanya void beserta gelombang juga menjadi penyebab terjadinya crack. Besarnya sudut interweaving harus diminimalisir. Studi mengenai perbedaan bahan bisa dilakukan. Studi lain yang bisa dilakukan adalah pembebanan yang berbeda seperti torsion loading dengan gaya geser.