Sistem pembelajaran di Perguruan Tinggi Perguruan tinggi/universitas menggunakan model pendidikan yang paling umum dan dikenal masyarakat yaitu sistem sekolah formal dimana penyelenggaraan pendidikannya mempunyai persyaratan beserta kurikulum yang ketat, teratur dengan mempunyai struktur yang bertingkat dan berjenjang, serta kegiatan pendidikanya berorientasi akademis dan umum, bermacam-macam spesialisasi dan latihan-latihan teknik serta profesional yang dilaksanakan secara terus-menerus (Abdulhak, 1986). Di perguruan tinggi/universitas ini terdapat sistem pembelajaran yang tidak bisa memuaskan “kehausan” intelektual bagi peserta didik yang disebut dengan sistem pembelajaran konvensional dimana sistem ini adalah sistem yang diterapkan oleh pengajar kepada pelajar sampai pada taraf memberi bekal penge-tahuan dan keterampilan sebatas sekedar tahu saja. Belum sampai kepada meletakan nilai-nilai wawasan sosial dan kemanusiaan, serta penguasaan bekal hidup yang praktis (Marjohan, 2007). Sistem belajar konvensional di perguruan tinggi/universitas makin diyakini sebagai sistem yang sudah tidak efektif lagi. Berbagai konsep yang menyangkut kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas, berkembang makin jauh, dan makin menguatkan argumentasi yang ingin mengoreksi kelemahan sistem belajar yang selama ini berlaku secara konvensional. Ciri-ciri sistem pengajaran kuno atau konvensional sangat terlihat jelas dalam interaksi pengajar-pelajar di institusi pendidikan. Diantaranya adalah pendekatan yang masih bersifat otoriter, yaitu bersifat menguasai. Pengajar menganggap bahwa dirinyalah paling benar, yang mengharuskan setiap pelajar menerima apa yang dikatakan, sehingga interaksi pengajar-pelajar lebih diwarnai oleh rasa takut. Selain itu sistem pendidikan yang diterapkan oleh pengajar kepada pelajar bersifat mengulang-ulang dan tidak ada, atau kurang kreasi dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajarnya. Selain itu, masih ada pengajar yang mana kalau mengajar menggunakan buku dan catatan yang sama sepanjang tahun dan ceramah merupakan metode yang lazim diterapkan. Pelajar kurang terlibat secara aktif dan inilah penyebab suasana kelas dan suasana belajar menjadi serba membosankan (Suryadi, 2008)
Penerapan sistem belajar mengajar secara konvensional adalah suatu ketidakefektifan, sebab dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi cepat dan instan sehingga institusi yang masih menggunakan sistem tradisional ini akan tertinggal dari perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Banyak kendala yang dialami ketika penyelenggaraan pendidikan yang masih bersifat konvensional dituntut untuk memberikan pelayanannya bagi masyarakat luas yang tersebar di seluruh Nusantara (Riyanto, 2007). Kendala-kendala yang dialami antara lain keterbatasan finansial, jauhnya lokasi, dan keterbatasan institusi (Tafiardi, 2005). Cara Pembelajaran Lebih Fleksibelitas dan Terbuka •
Menggunakan teknologi Dengan adanya teknologi, maka pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel, dan
terdistribusi menurut Khan (dalam Chaeruman, 2008). Salah satu hasil dari perkembangan teknologi adalah keberadaan internet yang telah mengubah paradigma berpikir konvensional serta berhasil menawarkan alternatif pembelajaran dalam pendidikan (Suryaningtyas, 2008). E-learning adalah salah satu revolusi di bidang pendidikan berbasis teknologi internet yang merupakan salah satu contoh aplikasi baru dalam perkembangan teknologi internet yang pesat. Elearning diharapkan dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien dengan biaya yang lebih rendah di masa mendatang. E-learning pada dasarnya mengefisiensikan proses belajar mengajar konvensional yang memposisikan siswa sebagai konsumen pengetahuan (Purbo & Hartanto, 2002).
E-learning merupakan sistem pembelajaran berbasis elektronik yang kini sedang marak dibicarakan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pelajaran tatap muka (Fachri, 2007). E-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik dosen, mahasiswa maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan teknologi komputer dalam proses kegiatan belajar mengajar (Widanarko, 2007). Sistem pembelajaran e-learning di lingkungan perguruan tinggi.
E-learning ini diguanakan di beberapa perguruan tinggi/universitas di Amerika Serikat karena Sistem pembelajaran e-learning di lingkungan perguruan tinggi/universitas mendorong pendidik khususnya dosen untuk memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi ini secara tidak langsung atau otomatis membuat dosen harus lebih akrab lagi dengan dunia maya. Beberapa universitas yang telah menggunakan E-learning di indonesia adalah seperti ITB,ITS, dan USU maka USU telah menyediakan jaringan ’hotspot’ di lingkungan kampus dan telah mengarah pada pembelajaran dengan e-learning. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari USU, yaitu menciptakan pendekatan baru sebagai pusat belajar sesuai sesuai dengan kebutuhan yang mengikuti perkembangan teknologi informasi. Pihak USU mulai membangun pembelajaran dengan model e-learning, yang bentuk pengajaran dan pembelajarannya menggunakan internet, memberikan fasilitas yang dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi seperti materi pelajaran, interaksi dengan pengajar atau sesama mahasiswa serta dapat mengetahui informasi tentang nilai, jadwal dan konsep pembelajaran serta mahasiswa juga dapat memperoleh layanan berupa perpustakaan digital. Hal ini terlihat dari tersedianya portal akademik USU. Portal akademik merupakan sebuah sistem informasi yang berfungsi sebagai integrator informasi akademik yang ada di berbagai unit akademik (fakultas dan program studi) sekaligus sebagai sarana komunikasi antar sivitas akademika USU yang dapat diakses melalui internet dengan alamat www.usu.ac.id