STANDAR PELAYANAN TB PARU Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini. Standar pelayanan TB paru meliputi : I. II. III. IV. V. VI. VII. I.
Standar pelayanan penderita TB. Standar penyuluhan TB. Standar penjaringan suspek. Standar pengumpulan dahak. Standar pembuatan dan penyimpanan sediaan. Standar diagnosis TB. Standart pengobatan TB. Standar Pelayanan Penderita TB 1.Tujuan : a. Mempermudah dan memperlancar pelayanan pada penderita TBC Paru. b. Memutuskan rantai penularan TBC Paru.c.Menurunkan angka kesakitan dan kematian TBC Paru. 2.Kebijakan : a. Pengelola P2 TBC. b. Ruang Pengelola. c. Meja, kursi dan kipas angin. d. ATK dan buku . e. Buku penderita TB.01, TB.02, TB.05 dan TB.06. f. OAT. g. Pot dahak. h. Slide dan Ose serta Lampu spritus. 3.Prosedur : a. Pasien mendaftar diloket kartu b. Petugas kartu menanyakan dan mencatat identitas pasien : nama, tanggallahir,jenis kelamin, alamat lengkap, dan pekerjaan pasien kemudian mencari danmengisi buku famyli folder penderita. c. Buku famyli folder pasien dibawa ke ruang Polik dokter berdasarkan nomor urutpendaftaran. d. Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil. e. Penderita masuk di ruang Polik dokter.
f. Dokter melakukan anamese penderita mengenai keluhan ada batuk/tidak, berapa lamabatuk dan bila tersangka TBC, dokter merujuk untuk pemeriksaan dahak kePengelola TBC. g. Penderita ke ruang pengelola TBC. h. Penderita dipersilahkan masuk dan duduk. i. Pengelola melalukan anamese ulang dan mencatat mengenai berapa lama batuk,berdahak/tidak,
dahak
bercampur
darah/tidak,
sesak
nafas/tidak,
nyeri dada /tidak, kurang nafsu makan/tidak, berat badan menurun/tidak, riwayat kontak dengan penderita TBC dan apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1bulan atau lebih dari 1 bulan. j. Mengisi buku daftar suspek form. TB.06 k. Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan carabatuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan purulen. l. Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan dilakukan di Puskesmas. m. Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik untuk pemeriksaanadalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental, dengan volume 3-5ml.Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar penderita batuk lagisampai volumenya mencukupi. n. Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TBC. o. Memberikan label pada diding pot yang memuat nomor identita sediaan dahak seuai dengan form TB.06. p. Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di rumah penderitadan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya dan kemudian petugasmengambil dahak sewaktu kunjungan kedua. q. Membuat apusan dahak penderita pada slide yang sudah diberi label dengan menggunakan ose. r. Mengisi form. TB.05, sediaan yang sudah di fiksasi segera disimpan kedalam kotak sediaan untuk menghindari risiko pecah atau dimakan serangga. s. Mengirim sediaan ke PRM dilakukan paling lambat 1 minggu sekali disertai formulir laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak (TB.05). II. Standar Penyuluhan Penyakit TB 1. Pengertian : Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi pesan/sumber informasi kepada pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu. 2. Tujuan :
a. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TBC. b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC. 3. Prosedur : a. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, meliputi : 1) Menentukan tujuan penyuluhan. 2) Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat umum, Kader Posyandu, Penderita,Keluatga penderita atau PMO ). 3) Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan Kesehatan atau di Luar Unit PelayananKesehatan ). 4) Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat, sasaran dan pelaksanaan penyuluhan. 5) Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenispenyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau mayarakat/massa. 6) Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti poster, lembar balik atau media elektronik seperti pemutaran film ). 7) Menentukan biaya yang digunakan. 8) Materi penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan dan sasaran. b. Pelaksanaan penyuluhan : 1) Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK dengan cara : a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya : penderita TBC, keluarga penderita atau PMO. b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok penderita bersama keluarganya dan PMO. c) Penyuluhan tidak langsungseperti menepelkan poster dan broser TB. 2) Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK dengan cara : a) Penyuluhan perongan dirumah penderita. b) Penyuluhan kelompok di posyandu. c) III. Standar penjaringan suspek. 1. Pengertian : Mendapatkan suspek penderita TB menggunakan metode / cara pemeriksaan diagnosis sederhana melalui anamnese, serta tanda dan gejala. 2. Tujuan : Dapat menemukan secara dini penderita TB serta memotong mata rantai penularan. 3. Prosedur : a. Menentukan sasaran screning yang terdapat pada beberapa kelompok diantaranya :
1. Keluarga yang tinggal serumah dengan penderita. 2. Lingkungan sekitar yang sering kontak dengan penderita. 3. Anak usia dibwah 5 tahun yang kontak dengan penderita. b. Seseorang ataupun kelompok yang memiliki tanda – tanda : 1. Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. 2. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak 3. 4. 5. 6. 7.
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas. Nafsu makan menurun. Berat badan menurun. Malaise. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik. Demam meriang lebih dari satu bulan.
Apabila menemukan sasaran dengan tanda dan gejala seperti diatas dianjurkan untuk segera malakukan pemeriksaan meliputi : 1. Pemeriksaan dahak 2. Photo Thorax 3. Serta biakan dan uji kepekaan Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat – tempat pelayanan kesehatan semisal Puskesmas. IV.
Standart Pengumpulan Dahak. 1. Pengertian Suatu cara dimana penderita suspek TB diminta untuk menampung lendir kental, membulur dan lengket yang dikeluarkan di saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat dari peradangan, iritasi atau infeksi pada saluran udara, dan dikeluarkan melalui mulut pada wadah berdiameter minimal 5 cm, bertutup ulir, transparan serta bersih dan kering. 2. Tujuan mengetahui adanya, mengenal jenis dan beratnya penyakit atau kelainan tempat asalnya dahak; selain itu, penting juga untuk pemberian dan kontrol pengobatan. 3. Prosedur 1. Waktu Pengumpulan Dahak Dibutuhkan tiga spesimen dahak untuk menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis. Spesimen dahak paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagi-pagi), tetapi untuk kenyamanan penderita
pengumpulan dahak dilakukan : Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. a. Sewaktu hari -1 (dahak sewaktu pertama = A)
Kumpulkan dahak spesimen pertama pada saat pasien berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
Beri pot dahak pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan dahak pada hari berikutnya.
b. Pagi hari -2 (dahak pagi = B)
Pasien mengeluarkan dahak spesimen kedua pada pagi hari kedua setelah bangun tidur dan membawa spesimen ke laboratorium.
Sewaktu hari -2 (dahak sewaktu kedua = C)
Kumpulkan dahak spesimen ketiga di laboratorium pada saat pasien kembali ke laboratorium pada hari kedua saat membawa dahak pagi (B).
2. Tempat Pengumpulan Dahak Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius. Jangan mengambil dahak di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misalnya:
Kamar kecil / toilet
Ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium, dsb).
Ruang tunggu, ruang umum lainnya
3. Cara pengumpulan Dahak 1. Beri petunjuk pada pasien untuk: 2. Kumur dengan air sebelum mengeluarkan dahak 3. Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur 4. Tarik nafas dalam 2 – 3 kali dan setiap kali hembuskan nafas 5. dengan kuat
6. Letakkan pot yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan dahak ke dalam pot 7. Batukkan dengan keras dari dalam dada 8. Tutup pot dengan rapat dengan cara memutar tutupnya 9. Setelah mengeluarkan dahak, bersihkan mulut dengan tissue, kemudian buang tissue di tempat sampah yang bertutup, kemudian cuci tangan 10. Bila perlu hal di atas dapat diulang sampai mendapatkan dahak yang berkualitas baik dan volume yang cukup (3-5 ml) o Bila dahak sulit dikeluarkan, dapat dilakukan hal sebagai berikut: a. Lakukan olah raga ringan kemudian menarik nafas dalam beberapa kali. Bila terasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk. b. Malam hari sebelum tidur, banyak minum air atau menelan 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg. o Bila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan : a. Mengambil bagian yang paling mukopurulen / kental kuning kehijauan b. Diberi catatan bahwa ”spesimen tidak memenuhi syarat / air liur” o Bila tidak ada spesimen dahak yang dapat dikeluarkan, pot dahak harus dibuang, tidak dapat digunakan untuk pasien lain.
Pengumpulan spesimen diulang bila spesimen jelas air liur.
Data pada pot dahak tidak sesuai dengan data dalam formulir permohonan laboratorium TB (formulir TB 05).
Spesimen dikumpulkan bukan dalam pot dahak
o Registrasi Spesimen Identitas spesimen harus dicatat lebih dahulu pada formulir TB 04 sebelum diproses., dengan tahapan : 1. Periksa data pasien di pot dahak dan cocokkan dengan yang ada di formulir permohonan laboratorium TB (Formulir TB 05)
2. Pindahkan data pasien dari formulir permohon laboratorium TB (TB 05) ke laboratorium TB (Formulir TB 04) 3. Tulis nomor laboratorium pada formulir TB 04. 4. Tulis nomor laboratorium pada formulir permohonan laboratorium TB (TB 05) 5. Berilah tanda pada kolom yang sesuai di laboratorium alasan
pemeriksaan
dahak
sesuai
formulir
permohonan
laboratorium TB. o Untuk setiap pasien, gunakan nomor identitas sediaan yang sama dan beri huruf A,B,Cuntuk identifikasi spesimen :
Sewaktu (A)
Pagi (B)
Sewaktu (C)
PENGUMPULAN DAHAK o Formulir Permohonan Laboratorium
Periksa Formulir permohonan Laboratorium TB 05
Lengkapi isian formulir
Tandai (√) untuk Diagnosis atau Follow-up
Beri label yang jelas pada dinding pot dahak sesuai dengan nomor identitas sediaan dahak (TB 06)
V.
Label ditempelkan pada dinding pot, jangan pada tutupnya
Pot dahak sekali pakai (tidak harus steril),
. Standar pembuatan dan penyimpanan sediaan. 1. Tujuan Penegakan Diagnosa secara microskopis keberadaan kuman tuberkulose serta memonitoring dan mengevaluasi hasil pengobatan. 2. Prosedur 1. Spesimen air liur harus dilaporkan pada formulir permohonan laboratorium TB (TB 05). 2. Aplikatordari bambu/kayu yang bersih lebih baik, sebab: Dapat lebih cepat memisahkan bagian yang purulen dari air liur.
Dapat mengangkat dahak lebih banyak daripada ose. Lebih mudah didapat dan lebih aman karena dapat langsung dibuang. 3. Pembuatan Sediaan Apus yang Baik
Berasal dari dahak mukopurulen, bukan air liur.
Berbentuk spiral-spiral kecil berulang (coil type), yang tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm.
Tidak terlalu tebal atau tipis.
Setelah dikeringkan sebelum diwarnai, tulisan pada surat kabar 4 - 5 cm di bawah sediaan apus masih terbaca
4. Cara penanganan dahak yang bercampur darah
Dahak dengan darah sedikit Pilih bagian dahak yang tidak mengandung darah, dan buat sediaan seperti biasa
Dahak dengan darah sedang Buat sediaan, kemudian fiksasi, genangi dengan air bersih/aquades lalu digoyang-goyang sampai warna merah darah hilang. Lalu air dibuang dan bilas lagi dengan air kemudian warnai dengan Ziehl-Neelsen.
VI.
Standar Diagnosis TB 1. Pengertian Diagnosis TB Paru ditegakkan dengan pemeriksaan dahak SPS (sewaktu-pagisewaktu), ini merupakan kebijakan nasional karena cepat, relatif murah, cukup sensitif
dan
spesifik
untuk TB paru,
meskipun ‘gold
standard’ adalah
pemeriksaan biakan TB. Sedangkan untuk TB ekstra paru, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena. 2. Maksud Dan Tujuan a. Menjamin mutu hasil pemeriksaan laboratorium diagnostik TB sesuai kebijakan nasional. b. Mencegah kesalahan dalam penegakan diagnosis TB yang dapat mengakibatkan dampak secara sosial ekonomi dan epidemiologi. 3. Ruang Lingkup Setiap fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan laboratorium TB UNTUKMENEGAKKAN DIAGNOSIS TIDAK
DIPERKENANKAN
MENGGUNAKAN
METODE
PEMERIKSAAN
SEROLOGI. 4. Prosedur Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS) . Adapun mekasnisme dalam penegakan diagnose TB 1. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak . 2. Mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjangsesuai dengan indikasinya. 3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaanfoto toraks saja 4. .Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khaspada TB paru,sehingga sering terjadi overdiagnosis Diagnosis TB ekstra paru. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk padaMeningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfesuperfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) padaspondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirk ankemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metodepengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya ujimikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
VII.
Standar Pengobatan TB
1. Tujuan Membunuh kuman Micobakterium Tuberkulose serta memutus mata rantai penularan dari kuman tersebut 2. Prosedur Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. a) OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) Obat yang dipakai: 1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin INH Pirazinamid Streptomisin Etambutol 2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg 3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) Kanamisin Kuinolon Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,amoksilin + asam klavulanat Derivat rifampisin dan INH Dosis OAT Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau BB > 60 kg : 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg : 300 mg Dosis intermiten 600 mg / kali
INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60 kg : 1 000 mg BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg : 1500 mg BB 40 -60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg BB 40 - 60 kg : 750 mg BB < 40 kg : sesuai BB
Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti yang mampu menanganinya. Efek Samping OAT : Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikanpengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat
ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. b) Menggunakan FDC Jenis-jenis tablet FDC dikelompokkan menjadi 2, yaitu: FDC untuk dewasa dan FDC untuk anak-anak. 1. FDC Untuk Dewasa Tablet FDC untuk dewasa terdiri tablet 4FDC dan 2FDC. Tablet 4FDC mengandung 4 macam obat yaitu: 75 mg Isoniasid (INH), 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan untuk sisipan. Tablet 2 FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 150 mg Isoniasid (INH) dan 150 mg Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dalam tahap lanjutan. Baik tablet 4FDC maupun tablet 2FDC pemberiannya disesuaikan dengan berat badan pasien. Untuk melengkapi paduan obat kategori II tersedia obat lain yaitu: tablet etambutol @400 mg dan streptomisin injeksi (vial @750 mg). Tahap Intensif tiap hari
Tahap Lanjutan 3
Berat badan
kali Selama 56 hari 2 tab 4FDC
seminggu
Selama 28 hari selama 20 minggu
+ 500 mg Streptomisin
2 tab 2FDC + 2 tab
30 – 37 kg
Inj. 2 tab 4FDC 3 tab 4FDC + 750 mg
Etambutol 3 tab 2FDC + 3 tab
38 – 54 kg
Streptomisin Inj. 3 tab 4FDC 4 tab 4FDC + 1000 mg
Etambutol 4 tab 2FDC + 4 tab
55 – 70 kg
Streptomisin Inj. 5 tab 4FDC
4 tab 4FDC
Etambutol 5 tab 2FDC + 5 tab
5 tab 4FDC
Etambutol
≥ 71 kg Streptomisin Inj. Pemberian FDC Dewasa
Dosis
+
Catatan: Setiap vial Streptomisin mengandung 750 mg dilarutkan dalam 3 ml aquabidest. Dosis ini dapat dianggap sebagai 3 dosis @
250 mg yang digunakan untuk kelompok pasien dengan BB 38 – 54 kg. Untuk kelompok pasien dengan BB lain, dosisnya disesuaikan dengan jumlah tablet yang diminum, misalnya untuk pasien yang memerlukan hanya 2 tablet, juga hanya memerlukan 2 ml suntikan sterptomisisn (1 ml = 250 mg. Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun diberikan suntikan streptomisin maksimum 500 mg/hari. Injeksi streptomisin diberikan setelah pasien selesai menelan obat. Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada pasien TB BTA positif tidak terjadi konversi maka diberikan OAT sisipan berupa tablet 4FDC setiap hari selama 28 hari 2. FDC Untuk Anak Tablet FDC untu anak-anak terdiri dari tablet 3FDC dan 2FDC. Kedua jenis tablet diberikan kepada pasien TB anak yang berusia 0 – 14 tahun. Tablet 3FDC mengandung 3 macam obat antara lain: 30 mg INH, 60 mg Rifampisin, dan 150 mg Pirazinamid. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif. Tablet 2FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 30 mg INH dan 600 mg Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap lanjutan. Sama halnya dengan pemberian pada pasien dewasa, pemberian jumlah FDC pada pasien anak juga disesuaikan dengan berat badan anak..
Dosis dan aturan pakai FDC untuk anak-anak yaitu: Berat Badan ≤ 7 kg 8 – 9 kg 10 – 14 kg 15 – 19 kg 20 – 24 kg 25 – 29 kg
Tahap Intensif tiap hari
Tahap Lanjutan tiap hari
selama 2 bulan 1 tablet 3FDC 1,5 tablet 3FDC 2 tablet 3FDC 3 tablet 3FDC 4 tablet 3FDC 5 tablet 3FDC
selama 4 bulan 1 tablet 2FDC 1,5 tablet 2FDC 2 tablet 2FDC 3 tablet 2FDC 4 tablet 2FDC 5 tablet 2FDC
OAT-FDC tersedia dalam kemasan blister. Tiap blister terdapat 28 tablet. Tablet 4FDC dan 2FDC dikemas dalam dos yang berisi 24 blister @28 tablet. Untuk tablet etambutol 400 mg dikemas dalam dos yang berisi 24 blister @ 28 tablet. Streptomisisn injeksi dikemas dalam dos berisi 50 vial @ 750 mg. Untuk penggunaan streptomisin injeksi diperlukan aquabidest dan disposable syringe 5 m l dan jarum steril. Aquabidest tersedia dalam kemasan vial @ 5 ml dalam dos yang berisi 100 vial. Efek samping dari OAT-FDC umumnya sama dengan efek samping dari penggunaan OAT yang dalam tablet terpisah. Beberapa efek samping yang muncul berupa hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai muntah, sakit perut, nyeri sendi, gatal dan kemerahan pada kulit, kesemutan hingga rasa terbakar di kaki, gangguan keseimbangan. Selain itu efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena kelebihan dosis. Efek samping dari OAT tersebut diperkirakan terjadi pada sekitar 3 – 6 % pasien yang mendapat pengobatan dengan FDC. Bila diketahui dengan pasti bahwa FDC penyebab efek samping seperti yang disebutkan sebelumnya dan obat tersebut tidak dapat diberikan kembali, maka pasien diberikan OAT yang dalam bentuk tablet terpisah (OAT kombipak). Pengobatan TB perlu diperhatikan untuk pasien yang berada dalam kondisi khusus misalnya pasien wanita hamil, pasien dengan penyakit tertentu seperti DM, gagal ginjal, memiliki kelainan hati kronik. Untuk pengobatan TB pada wanita hamil perlu diperhatikan pada penggunaan streptomisin. Streptomisin tidak dapat digunakan
pada kehamilan. Hal ini karena streptomisin bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Pasien DM harus selalu dikontrol dalam pengobatannya. Jika pasien juga menderita TBC perlu diperhatikan dalam penggunaan rifampisin, karena rifampisin dapat mengurangi efektivitas antidiabetika oral gol sulfonil urea sehingga perlu peningkatan dosis antidiabetika tersebut. Pasien DM yang memperoleh pengobatan insulin seringkali terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu perlu diperhatikan untuk pemberia etambutol karena dapat memperparah kejadian tersebut. Pasien TB dengan gagal ginjal sebaiknya tidak menggunakan streptomisin dan etambutol dalam pengobatannya. Hal ini karena kedua obat
tersebut
diekskresi
melalui
ginjal.
Jika
tetap
diberikan
memungkinkan obat tersebut tidak dapat dieksresikan dari dalam tubuh karena ketidakmampuan ginjal. Akibatnya akan menimbulkan efek toksik dalam tubuh. Oleh karena itu dapat diberikan pengobatan dengan INH, rifampisin, dan pirazinamid untuk pasien TB dengan gagal ginjal. Ketiga obat tersebut diekskresi melalui empedu dan dapat diubah menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. Paduan OAT yang paling aman untuk pasien TB dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR. Pengobatan TB pada pasien dengan kelainan hati kronik dapat dilakukan jika pasien sudah melakukan pemeriksaan hati. Jika nilai SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali maka OAT tidak diberikan dan bila sudah dalam pengobatan maka harus dihentikan. Jika peningkatannya kurang dari 3 kali maka pengobatan tetap dapat dilakukan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati tidak boleh diberikan pirazinamid. Paduan OAT yang dianjurkan untuk pasien TB dengan kelainan hati yaitu 2RHES/6RH atau 2HES/10HE. Pencegahan terhadap penyakit TB dapat dilakukan dengan hidup sehat dengan makan makanan bergizi dan teratur, istirahat yang cukup,
olah raga teratur, hindari rokok, minuman beralkohol, obat bius, hindari stress. Kemudian untuk mencegah terjadinya penularan TB, maka para pasien TB diharapkan menutup mulut saat batuk dan tidak meludah di sembarang tempat. Usaha pencegahan lainnya yaitu dengan melakukan imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang akan memberikan kekebalan aktif pada penyakit TB. Selain itu menjaga daya tahan tubuh juga penting dalam mengantisipasi penyakit TB. Dengan daya tahan tubuh yang kuat maka tidak mudah untuk terserang infeksi oportunistik (TB). Tidak hanya AIDS yang memiliki hari peringatan tetapi TB pun memiliki hari peringatan yang jatuh pada tanggal 24 Maret. Tahun ini peringatan hari TB sedunia bertemakan “Every Breath Counts, Stop TB now!”. Tema ini menekankan pada kata “breath” yang tidak hanya berarti pernafasan tetapi juga merupakan pusat dari segala aktivitas manusia. Jadi, jika “breath” manusia rusak karena TB maka akan merusak juga seluruh aktivitas manusia. Tema ini mengingatkan akan bahaya TB dan urgensi pemberantasannya.