PEMBAHASAN DEFINISI Stroke adalah gangguan fungsi serebral fokal atau global yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke perdarahan intraserebral menurut National Institute of Neurological Disorder and Stroke adalah adanya defisit neurologis baik fokal atau global yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak, dalam hal ini terjadi pecahnya arteri serebri dalam parenkim otak. FAKTOR RESIKO A. Faktor resiko mayor 1. Hipertensi 2. Penyakit jantung 3. Diabetes mellitus B. Faktor resiko minor 1. Dislipidemia 2. Merokok 3. Peningkatan hematokrit, hiperfibrinogenemia, drug abuse, pil kontrasepsi, obesitas, dan lain-lain. Modified : Gaya hidup ( alkohol, rokok) Unmodified : Usia lanjut, jenis kelamin, genetik
PATOFISIOLOGI Orang normal mempunyai sistem autoregulasi arteri serebral, di mana bila tekanan darah sistemik meningkat maka pembuluh serebral menjadi vasokontriksi, sebaliknya bila tekanan darah sistemik menurun maka pembuluh serebral akan vasodilatasi, dengan demikian aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 60 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal.
batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi adalah tekanan darah sistolik 150 – 200 mmHg dan diastolic 110 – 120 mmHg. Pada hipertensi kronis, pembuluh darah arteriol akan mengalami perubahan degeneratif yang dapat menjadi mikroaneurisma yang tersebar sepanjang pembuluh darah, disebut mikroaneurisma Charchot-bouchard, dengan bentuk seperti kantung yang menonjol melalui tunika media yang lemah. Hipertensi yang kronis ini, menyebabkan tekanan yang berlebihan yang akan merusak dinding pembuluh darah yang terjadi perubahan degeneratif pada dinding pembuluh darah yaitu subintimal hialinisasi atau akumulasi hialin pada subintima dan diikuti diapedesis dari makrofag sehingga terjadi akumulasi hemosiderin dan makrofag. pada keadaan inilah dinding pembuluh darah arteriol, yaitu tunika intima dan tunika muskularis pada subintima menjadi lemah, sehingga akan menimbulkan aneurisma yang merupakan awal dari terjadinya perdarahan intracerebral. Bila pembuluh darah pecah akan terjadi perdarahan atau hematom sampai maksimal 6 jam, yang akan berhenti sendiri akibat pembentukan bekuan darah dan ditampon oleh jaringan sekitarnya. Jika perdarahan terus berlanjut dengan volume yang besar akan merusak struktur anatomi otak, ditambah lagi dengan terjadinya edema awal di sekitar hematom akibat pelepasan dan akumulasi protein serum aktif osmotic dari bekuan darah. Akibatnya terjadi destruksi masa otak sehingga terjadi peninggian tekanan intra cranial yang menyebabkan tekanan perfusi otak menurun serta aliran darah otak terganggu. Proses yang berlanjut akan mengakibatkan kematian sel otak, dan massa di dalam otak bertambah sehingga dapat terjadi herniasi otak yang dapat menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus, terutama perdarahan yang kecil, darah akan diserap sehingga akan meninggalkan cairan warna coklat. Pada perdarahan yang kecil ini, massa darah akan masuk dan menyela diantara selaput axon massa putih tanpa merusaknya. pada keadaan ini akan terjadi absorpsi darah dan diikuti oleh pulihnya fungsi neurologi.
GEJALA KLINIK
Berdasarkan letak lesi : A. Sistem Karotis 1. Disfungsi motorik berupa hemiparese kontralateral, parese motorik saraf otak ipsilateral dengan parese ekstremitas. 2. Disfungsi sensorik berupa hipestesi kontralateral, hipestesi saraf otak ipsilateral dengan hipestesi ekstremitas, dapat juga berupa parestesia. 3. Gangguan visual berupa heminopsia homonim kontralateral. 4. Gangguan fungsi luhur, seperti afasia (gangguan berbahasa, bila lesi pada hemisfer dominan, umumnya hemisfer kiri), agnosia (lesi pada hemisfer non-dominan). B. Sistem Vertebrobasiler 1. Disfungsi motorik berupa hemiparese alternans yaitu parese motorik saraf otak kontralateral dengan parese ekstremitas 2. Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi alternans yaitu hipestesi saraf otak kontralateral gengan hipestesi ekstremitas 3. Gangguan visual berupa hemianopsia homonim, satu atau dua sisi lapang pandang, buta kortikal (terkenanya pusat penglihatan di lobus oksipitalis). 4. Gangguan lainnya berupa gangguan keseimbangan, vertigo dan diplopia
PENATALAKSANAAN Pada fase akut perlu diperhatikan : 1) Check airway : important for oxygenation 2) Cardiovascular system : maintenance CBF 3) Don’t disturbed Blood pressure <200/120 mmHg (Hypertension reactive in acute phase) 4) Water and electrolyte balance : Infuse with isotonic water haemodilution, maintenance input, food and drink, Diet basal metabolism 1500 cal.(approximate 23 cal/kg/weight) If need with NGT. 5) Control output 6) Present brain edema (impending herniation, herniation : control with (manitol 20 %), usually give for 5 days, rebound phenomen prohibition 7) Control Vegetative function.
antiedema
8) ive Physiotherapy as soon as possible, for preventing contracture, thrombophlebitis (Deep Vein Thrombosis) 9) Active Physiotherapy if complication disappear
Pedoman penatalaksanaan pada Stroke Perdarahan Intra Serebral dengan Predisposisi Hipertensi.
Bila tekanan darah sistolik >230 mmHg atau tekanan diastolic >140 mmHg : berikan nikardipin, diltiazem atau nimodipin.
Bila tekanan sistolik 180 – 230 mmHg atau tekanan diastolic 105 – 140 mmHg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg berikan : o Labetalol 10 – 20 mg i.v selama 1 – 2 menit, ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal bolus diikuti oleh drip 2 – 8 mg/menit. o nikardipin o diltiazem o nimodipin
Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20 – 25 % dari tekanan darah arteri rata-rata.
Bila tekanan sistolic < 180 mmHg dan tekanan diastolic <105mmHg tangguhkan pemberian obat antihipertensi.
Bila terdapat fasilitas pemantauan tekanan intracranial, tekanan perfusi otak harus dipertahankan > 70 mmHg
Pada penderita dengan riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah harus dipertahankan di bawah tekanan arterial rata-rata 130 mmHg.
Tekanan darah arterial rata-rata > 110 mmHg harus dicegah segera pada waktu paska operasi dekompresi.
Bila tekanan arterial sistolik turun < 90 mmHg harus diberikan obat penaik tekanan darah (vasopressor)