TUGAS AKHIR MODUL 1 (KOMPETENSI PROFESIONAL)
FUNGSI DAN STRUKTUR SEL, GENETIKA DAN HEREDITAS, SISTEM PENCERNAAN DAN BIOTEKNOLOGI MEDIS
OPERASI TRANSPLANTASI KEPALA MANUSIA?
Oleh :
Ambo Asse, S.Pd (19340309710039)
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR TAHUN 2019
A.
Sel Punca (Stem Cell) Mengawali pembahasan tentang Operasi Transplantasi Kepala Manusia, maka kita akan
membahas tentang sel dan sel punca. Organisme merupakan suatu komponen -- komponen dari pembentuk makhluk hidup. Organisme itu sendiri dibentuk dari banyak unit -- unit, unit paling kecil pembentuk organisme tersebut adalah Sel atau Cell. Melalui sel -- sel tersebut akan terbentuklah organ -- organ yang nanti juga akan menjadi satu kesatuan menjadi suatu organisme. Suatu potensi yang dimiliki oleh sel dan berguna dalam perkembangan sel menjadi berbagai sel pembentuk jaringan, dinamakan Sel Punca (Stem Cell). Sel punca dapat diartikan sebagai sumber dari sel-sel yang baru dan akan menggantikan sel-sel yang telah mati sebelumnya. Sel punca ini sangat berguna bagi tubuh manusia dan tentunya tubuh manusia juga sangat memerlukan, karena dengan adanya sel punca manusia menjadi seolah-olah memiliki dokter didalam tubuh, manusia menjadi memiliki kemampuan tersendiri yang dapat menyembuhkan diri sendiri. Ada 2 kemampuan yang dimiliki dan dapat dilakukan oleh Sel Punca, kemampuan tersebut adalah : Kemampuan dari Stem Cell untuk berubah dan berkembang menjadi sel-sel lain, contohnya Stem Cell berkembang menjadi sel pankreas, sel otot jantung, sel saraf, dan lain sebagainya. Stem Cell dapat menduplikasi dirinya sendiri secara identik dengan induknya, dengan kemampuan ini berarti Stem Cell dapat memperbarui dirinya sendiri. Tidak semua sel-sel tubuh lainnya memiliki kemampuan yang dimiliki oleh Stem Cell ini. Berdasarkan pendapat dr.Andri Lubis, sebagai dokter spesialis bedah ortopedik, Sel Punca memiliki keistimewaan untuk mampu berkembang menjadi berbagai sel apa saja. Pengobatan dengan Sel Punca yang mulai berkembang dan populer ini akan besar dirasakan manfaatnya jika dapat mengobati berbagai macam penyakit, khususnya untuk penyakit -- penyakit degeneratif. Hal ini terjadi karena penyakit - penyakit seperti demensia ( degeneratif otak ) dan penyakit jantung tersebut, belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Penemuan Sel Punca kemungkinan besar akan mengubah dunia kedokteran dan mungkin dalam satu atau dua dekade, sebagian besar dari kita akan kenal seseorang, bahkan mungkin diri kita sendiri, yang memiliki transplantasi stem cell. Stem cell memberikan janji untuk menyembuhkan penyakit-penyakit utama yang dihadapi orang-orang, seperti kanker, penyakit jantung, penyakit Parkinson, sklerosis multipel, stroke, penyakit Huntington, cedera tulang belakang, dan banyak lagi.
Memahami dan mampu menerapkan konsep sel punca memungkinkan untuk diterapkan dalam operasi transpalantasi kepala manusia. Tentunya hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang tertnetu dengan keilmuan dan keahlian yang dimiliki. Transplantasi organ adalah operasi untuk memindahkan organ yang sehat ke orang lain yang organnya bermasalah atau rusak. Prosedur ini juga dikenal dengan istilah cangkok. Biasanya, organ yang paling sering dicangkok adalah ginjal, pankreas, liver, jantung, paru-paru dan usus halus. Namun, bagaimana dengan transplantasi kepala? Bisakah prosedur tersebut dilakukan untuk menyelamatkan hidup orang yang mengalami cedera kepala berat?. Transplantasi kepala pernah dilakukan pada hewan yakni pada tahun 1970, seorang pelopor transplantasi kepala Robert White melakukan transplantasi kepala monyet lumpuh ke tubuh monyet lain yang sehat. Setelah prosedur operasi dilakukan, monyet tersebut mampu mengerakkan bola matanya, mendengar, mengecap, dan membaui. Sayangnya, monyet tersebut hanya bisa bertahan hidup selama sembilan hari karena sistem imun dari tubuh donornya menolak ada di kepala “baru”. Dr. Sergio Canavero, seorang ahli bedah saraf asal Italia mengklaim bahwa ia dan timnya sukses melakukan transplantasi kepala manusia pertama di dunia. Menggunakan dua mayat manusia, operasi transplantasi itu dilakukan selama 18 jam di Harbin Medical University di China. Prosedur ini dilakukan dengan cara menukar kepala dari satu mayat untuk kemudian dipasangkan ke mayat lain. Tim dokter mengklaim berhasil menghubungkan kembali saraf tulang belakang serta pembuluh darah di tulang belakang dan leher. Banyak ahli telah menyatakan sikap penolakan tentang klaim doker asal Italia yang katanya sukses melakukan transplantasi kepala tersebut. Para ahli di bidang medis mengatakan bahwa transplantasi kepala adalah hal yang tak masuk akal, baik itu dari segi ilmu pengetahuan maupun etika. Salah satunya adalah Arthur Caplan, seorang profesor bioetika di New York University. Dilansir dari Live Science, Arthur mengatakan tidak percaya bahwa transplantasi kepala mungkin terjadi. Pasalnya, jika sistem imun dalam tubuh mengenali bagian tubuh yang bukan berasal dari tubuh Anda, maka sistem imun akan menyerangnya. Hal ini tentu berisiko mematikan organ yang dicangkok. Meskipun ada pengobatan yang bisa menekan kerja sistem imun, tubuh “baru” dari pendonor sangat mungkin akan tetap menolak organ-organ asing. Pertimbangan lain mengapa tranplantasi kepala tingkat keberhasilannya rendah. Selain yang sudah disebutkan di atas, perbedaan biokimia antara kepala dan tubuh donor juga bisa jadi salah satu masalah besar yang harus dihadapi selanjutnya. Hal ini tentu tidak semudah mengganti bohlam lampu dengan yang baru. Jika Anda memindahkan kepala dan otak ke tubuh baru, Anda akan memasukkannya ke lingkungan kimia baru dengan sistem saraf yang baru juga. Nah,
berbagai permasalahan ini justru akan meningkatkan risiko kematian kepada orang yang menerima donor karena kemungkinan terjadinya penolakan dalam tubuh serta infeksi. Tidak hanya itu, transplantasi kepala juga mengharuskan ahli bedah untuk menyambungkan sangat banyak saraf dan pembuluh darah, serta tulang belakang dan sumsum tulang belakang dari kepala yang hidup ke tubuh donor. Nah, jika Canavero benar-benar telah menemukan terobosan dalam menyambung kembali saraf tulang belakang, mengapa tidak melakukannya lebih dulu pada orang yang memiliki cedera saraf tulang belakang sebelum melakukan transplantasi kepala? Para peneliti sudah menghabiskan beberapa dekade untuk meneliti segala aspek mengenai cedera tulang belakang. Sayangnya, sampai saat ini masih sangat sedikit sekali pilihan untuk mengobati pasien dengan jenis cedera tersebut. Karena peneliti belum menemukan cara untuk menyambungkan kembali tulang belakang manusia yang cedera, maka akan sangat sulit sekali melakukan penyambungan dua tulang belakang dari dua orang yang berbeda pula. Terlepas dari kontroversi yang ada, masih dibutuhkan studi yang lebih mendalam dengan cakupan yang lebih luas pula jika memang transplantasi kepala mungkin untuk dilakukan. Pasalnya, prosedur rintisan tersebut bisa memberikan harapan baru bagi banyak orang mengalami kelumpuhan atau kecacatan di kemudian hari.
B.
Konsep Aseptik dan Steril dalam kegiatan operasi Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan bedah adalah Aseptik dan Steril. Kedua
hal tersebut menjadi hal dasar dan pokok dalam setiap tindakan operasi bedah. Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Sedangkan Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang
terdapat
pada
permukaan
benda
hidup
atau
benda
mati.
Tindakan
ini
meliputi antisepsis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator, dan asisten sebagai pelaksana. Teknik aseptik digunakan untuk mengurangi risiko infeksi pasca-prosedur dan untuk meminimalkan paparan dari
penyedia
layanan
Antisepsis adalah
upaya
kesehatan
untuk
pencegahan
mikroorganisme
infeksi
dengan
yang
membunuh
berpotensi atau
menular.
menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan kuman, ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus, yaitu kulit dan selaput lendir. Sedangkan Sterilisasi adalah proses yang melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di desain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Adapun tujuan sterilisasi, antara lain: 1)
Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
2)
Mencegah peralatan cepat rusak.
3)
Mencegah terjadunya infeksi silang.
4)
Menjamin kebersihan alat.
5)
Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.
Berdasarkan uraian di atas, maka teknik aseptik dan sterilisasi harus benar-benar diperhatikan pada saat operasi transplantasi kepala manusia dilaksanakan.
C.
Konsep Biotika dalam kehidupan Sejak transplantasi organ manusia sukses dilakukan pada 1954 silam, ilmu kedokteran
semakin berkembang. Pada transplantasi pertama, tim dokter berhasil mencangkokkan ginjal manusia. Kini dengan ilmu kedokteran mutakhir, seorang tentara yang terluka di medan perang dan mengakibatkan organ tubuhnya rusak dapat memiliki penis dan skrotum pengganti. Hal itu terjadi pada sebuah operasi inovatif bulan lalu. Di lain hal, seorang warga Prancis baru-baru ini menjadi orang pertama yang menerima transplantasi wajah kedua setelah yang pertama gagal. Sejarah kesuksesan lainnya ialah menumbuhkan kembali kulit pada pasien yang 95% tidak memiliki kulit. Operasi transplantasi kulit itu sukses berkat upaya pencangkokan dari saudara kembarnya. Kini transplantasi tidak lagi terbatas pada organ vital seperti jantung, hati, dan paru-paru. Pasien kini bisa mendapatkan tangan atau bahkan rahim yang baru. Namun, beberapa organ masih tetap terlarang untuk ditransplantasi. Bioetika dapat dipandang sebagai suatu etika atau pedoman seorang ilmuwan atau seorang ahli bioteknologi. Bioetika dapat dideskripsikan sebagai cara pandang manusia terhadap kehidupan berkaitan dengan moral dalam berinteraksi dan pertanggungjawabannya dengan mahluk hidup dalam kehidupannya. Bioetika merupakan penerapan etika dalam ilmu-ilmu yang biologis, obat, pemeliharaan kesehatan, dan bidang-bidang terkait. Sebuah pendekatan interdisipliner yang diandaikan dalam Bioetika. Sebagai etika rasional, bioetika bertitik tolak dari
analisis tentang data-data ilmiah, biologis, dan medis. Keabsahan campur tangan manusia dikaji. Nilai transendental manusia disoroti dalam kaitan dengan Sang Pencipta sebagai nilai mutlak. Dokter dalam menjalankan praktik sehari-hari sering kali menemukan isu etik yang terkadang dapat berkembang menjadi dilema etik. Seorang dokter senantiasa dihadapkan dalam penilaian moral untuk membuat suatu keputusan klinis yang etis. Pada awal tahun 60-an, di saat kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi kedokteran berdampak pada hasil pengobatan dan kualitas hidup pasien yang lebih baik, praktik kedokteran di masyarakat berkembang dan berubah sejalan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Etika dalam dunia kedokteran dikenal sebagai etika kedokteran. Etika kedokteran berfokus terutama dengan masalah yang muncul dalam praktik pengobatan. Dalam etika kedokteran isu-isu yang mengemuka terutama menyangkut tujuan pengobatan, refleksi kritis terhadap suatu tindakan dan mengembangkan otonomi dalam pengambilan keputusan dalam lingkup pasien, dokter dan pihak lain yang terkait dalam sistem praktik kedokteran. Sedangkan etika klinis lebih menyempit lagi ke lingkup klinis, yaitu suatu cabang praktis yang menyediakan suatu struktur pendekatan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan isu etik dalam praktik klinis. Dalam dunia kedokteran, fondasi moral hubungan dokter pasien adalah inti etika kedokteran. Pembahasan dalam etika kedokteran lebih dititikberatkan pada fondasi moral yang mengatur hubungan dokter pasien. Konsep hubungan ini akan lebih mempertajam keputusankeputusan klinis yang akan dibuat oleh dokter dalam berbagai situasi, sehingga akan tersusun standar perilaku professional. Kemajuan teknologi kedokteran, utamanya transplantasi, bukanlah ilmu yang diperoleh dari hasil merenung semalaman. Sebaliknya, ia merupakan hasil penelitian dan kerja keras selama bertahun-tahun. Menurut satu legenda, transplantasi telah dikembangkan selama berabad-abad. Yang pasti kalangan kedokteran modern lebih suka menyebut abad ke-18 sebagai tonggak awal perkembangan transplantasi. Berikut fatwa Majelis Ulama Indonesia terkait terkait transplantasi organ. MUI menyatakan bahwa transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Transplantasi organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang lain dibolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah). Kemudian, tidak ada dharar bagi pendonor karena pengambilan organ atau jaringan tubuh baik sebagian ataupun keseluruhan.
Ketentuan lainnya adalah jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada orang lain tersebut bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan hidupnya. Selanjutnya, tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan transplantasi. Transplantasi organ juga dibolehkan jika bersifat untuk tolong menolong, tidak untuk komersial. Selain itu, transplantasi organ juga harus ada persetujuan dari calon pendonor, ada rekomendasi dari tenaga kesehatan atau pihak yang memiliki keahlian untuk jaminan keamanan dan kesehatan dalam proses transplantasi. Ketentuan berikutnya adalah adanya pendapat ahli tentang dugaan kuat (ghalabatil zonn) akan keberhasilan transplantasi organ kepada orang lain. Transplantasi organ atau jaringan tubuh dilakukan oleh ahli yang kompeten dan kredibel. Proses transplantasi diselenggarakan oleh negara. Kebolehan transplantasi organ dan atau jaringan tidak berlaku bagi organ reproduksi, organ genital, dan otak.
D.
Kesimpulan Berdasarkan konsep medis bahwa transplantasi kepala manusia memungkinkan untuk
dilaksanakan oleh seorang ahli. Namun tinjauan aspek Biotik khususnya terhadap tinjauan syar’i terhadap transplantasi organ memberikan batasan yang ketat. Sesuai fatwa MUI bahwa tidak diperbolehkan melakukan transplantasi organ vital. Sementara kepala manusia merupakan organ yang sangat vital bagi manusia. Di sisi lain, bahwa jika transplantasi kepala manusia dilaksanakan sulit untuk membedakan antara pendonor dengan penerima donor. Apakah kepala sebagai pendonor atau sebagai penerima donor. Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas bahwa menurut saya pribadi penerapan transplantasi kepala bagi manusia tidak bisa dilaksanakan karena terkait biotika dalam hal ini nilai-nilai syar’i yang menjadi acuan pokok kedua dalam mengambil keputusan dalam kasus ini.