TUGAS JURNAL
STUDI MENGENAI INSIDEN DAN FAKTOR RISIKO CHALAZION DI WILAYAH BUNDELKHAND
Disusun Oleh : Muthia Farah Ashma 1102013187
Pembimbing : Mayor CKM dr. Leidina R. Sp.M Kol (Purn) dr. Dasril Dahar Sp.M
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata Periode 16 April – 19 Mei 2018 Rumah Sakit TK. II Moh. Ridwan Meuraksa Jakarta Timur 2018
STUDI MENGENAI INSIDEN DAN FAKTOR RISIKO CHALAZION DI WILAYAH BUNDELKHAND Kata kunci pencarian : Eyelid, Chalazion, Poor lid hyagine, Chronic blepharitis Dipilih jurnal dengan judul asli : Study of Incidence And Risk Factors of Chalazion in Bundelkhand Region Authors : Jitendra Kumar, Arun Kumar Pathak, Amit Verma, Shweta Dwivedi Dimuat di : International Organization of Scientific Research Journal of Dental and Medical Sciences (IOSRJDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 16, Issue 5 Ver. VIII (May. 2017), PP 0508 Diunduh di : http://www.iosrjournals.org Pada tanggal 23 April 2018. Pukul 21.00 WIB
2
ABSTRAK Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi insiden dan faktor risiko chalazion di wilayah bundelkhand Metode : Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang telah dilakukan dari bulan september 2014 hingga desember 2016. Terdapat 30,720 pasien yang mengunjungi poliklinik dan terdapat 75 pasien yang terdiagnosis chalazion dan termasuk dalam studi ini. Hasil : Secara keseluruhan insiden kalazion didapatkan 0,24 %. Pasien yang mengunjungi poliklinik mata di MLB Medical College terdapat 75 pasien diantaranya yaitu 24 pasien pria (32%) dan 51 pasien wanita (68%). Pada 24 pria, 16 pasien berusia dibawah atau sama dengan 30 tahun (66%) dan 8 pasien berusia lebih dari 30 tahun (34%). Pada 51 wanita, 41 pasien mengalami Chalazion di kelopak mata bagian atas (80%) dan 10 yang mengenai kelopak mata bagian bawah (20%). Jadi insiden chalazion lebih banyak pada kelopak mata bagian atas (77,5%). Kebersihan yang buruk, blefaritis kronik, dermatitis seboroik, rosacea, konsentarsi lipid darah yang tinggi dan trauma kelopak mata secara signifikan menjadi faktor risiko. Kesimpulan : Insiden terbesar terlihat pada wanita (68%). Insiden terbanyak juga ditemukan pada pasien yang berusia dibawah atau sama dengan 30 tahun. Keterlibatan pada chalazion lebih banyak pada kelopak mata bagian atas daripada kelopak mata bagian bawah. Kebersihan yang buruk adalah faktor risiko yang tersering untuk terjadinya chalazion. Kata Kunci : Eyelid, Chalazion, Poor lid hyagine, Chronic blepharitis
3
DEFINISI OPERASIONAL
No.
Variabel
Definisi Operasional
1.
Chalazion
2.
Hordeolum
3.
Blefaritis kronis
4.
OPD (Out Patient Department )
5.
Rosacea
6.
Dermatitis Seboroik
Chalazion (kista meibom) adalah peradangan pada jaringan granulomatosa yang kronik (lipogranuloma) atau disebabkan tersumbatnya sekresi kelenjar sebasea. Peradangan supuratif akut kelenjar kelpak mata Peradangan menahun dari margo palpebra dengan kemerahan, edema, dan disertai pembentukan skwama dan krusta. Bagian dari rumah sakit yang dirancang untuk pengobatan pasien rawat jalan, orangorang dengan masalah kesehatan yang mengunjungi rumah sakit untuk diagnosis atau pengobatan, tetapi tidak memerlukan tempat tidur atau dirawat untuk perawatan semalam. Penyakit kulit yang diawali dengan bercak kemerahan dan timbulnya jerawat di sekitar wajah Penyakit kulit di mana terjadi peradangan pada area yang banyak mengandung kelenjar minyak, seperti pada kulit kepala, wajah, dan batang tubuh.
4
METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Retrospective Cohort Study
2. Populasi 75 pasien
3. Sampel 75 mata pasien dari 75 pasien penderita chalazion yang dilakukan di M.L.B Medical College Hospital in the department of Ophtalmology, selama periode september 2014 sampai desember 2016
4. Jenis Data Kuantitatif : Kelopak mata bawah, kelopak mata atas, gender, dan faktor risiko chalazion
5. Analisis Data Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 16.0, Windows. Insiden chlazion di deskripsikan menggunakan proporsi yang simple. Perbandingan grup menggunakan tes chi-square (χ2). Model regresi logistik menunjukkan OR (95% CI) diperoleh faktor risiko yang signifikan dari analisis univariat. Nilai probability (p) < 0,05 dianggap signifikan.
HASIL
Hasil ini disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 Dari bulan september 2014 hingga desember 2016, didapatkan 30.720 pasien yang mengunjungi poliklinik dan 75 pasien terdiagnosis kasus kalazion (0,24%) (Tabel 3)
5
Dari 75 pasien diantaranya yaitu 24 pasien pria (32%) dan 51 pasien wanita (68%) (Tabel 1). Pada 24 pria, 16 pasien berusia dibawah atau sama dengan 30 tahun (66%) dan 8 pasien berusia lebih dari 30 tahun (34%). Pada 51 wanita, 41 pasien mengalami Chalazion di kelopak mata bagian atas (80%) dan 10 yang mengenai kelopak mata bagian bawah (20%). Jadi insiden chalazion lebih banyak pada kelopak mata bagian atas (77,5%). Kebersihan yang buruk, blefaritis kronik, dermatitis seboroik, rosacea, konsentarsi lipid darah yang tinggi dan trauma kelopak mata secara signifikan menjadi faktor risiko. Sedangkan stress, trachoma, tuberculosis, infeksi virus dan imnunodefisiensi merupakan faktor risiko yang tidak signifikan dimana p-value > 0,05 (Tabel 2)
6
DISKUSI
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema masif. Muskulus orbicularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus facialis (VII) dan fungsinya untuk menutupi palpebra. Kalazion umumnya nodul yang berkembang perlahan dan tidak nyeri pada palpebral yang disebabkan oleh inflamasi
(kalazion dalam) atau kelenjar sebaseus zeis (kalazion superficial)
kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda peradangan akut seperti yang ditemukan pada hordeolum. Hordeolum biasanya nyeri, melibatkan kelenjar pilosebaceus palpebral, dan infeksinya karena staphiloococci, streptococci, atau flora kulit lainnya.
1.
Definisi Kalazion Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri. Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata dari pada hordeolum, Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana biasanya tidak menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan serta berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari hordeolum. A Kalazion palpebra superior
B Kalazion palpebra inferior
7
2.
Anatomi Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Gambar 1. Anatomi palpebra Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
2.1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2.2. Muskulus Orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissure palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
2.3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbicularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 8
2.4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
2.5. Konjungtiva Palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura iniberakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepianlateral orbita dan membentuk sudut tajam.Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian ototrangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan kedepan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yangmengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebrainferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosauntuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 9
2.
Etiologi Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau
sekunder dari hordeolum internum. Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi padapipi, hidung, dan kulit palpebra.
3.
Epidemiologi Kalazion dapat ditemukan hampir diseluruh bagian bumi, namun tidak ada data studi
chalazion lebih jauh sehingga tidak ditemukan data epidemiologi yang baik. Namun dari data di USA ditemukan bahwa chalazion lebih banyak ditemukan pada pria terutama pria yang sudah dewasa, meskipun demikian kalazion juga dapat ditemukan pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karena hormon androgen pada pria akan meningkatkan viskositas dari secret kelenjar meibom yang kemudian akan meningkatkan kemungkinana terjadinya sumbatan pada kelenjar meibom. Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita kalazion dibandingkan pria hal ini dikarena kan penggunanaan kosmetik yang kemudian dapat menutup saluran pengeluaran dari kelenjar meibom yang selanjutnya akan membentuk terjadinya kalazion. Saat pubertas atau usia dibawah 30 tahun dapat meningkatkan hormon androgen sehingga seabum viskositas meningkat. Pada wanita hamil juga dapat meningkatkan sekresi sebasea sehingga dapat terjadi sumbatan pada kelenjar meibom.
10
4.
Patofisiologi Kelenjar meibom yang berjumlah 30-40 buah pada bagian palpebral atas atau pun bawah
merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air mata untuk membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata tidak kering yang disebut sebum.Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui salurannya yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata. Chalazion sendiri merupakan pembesaran dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh meibom gland terlalu kental dan tidak dapat dikeluarkan.Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar meibom yang kemudian terbentuklah chalazion. Kalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar kejaringan sekitar yang kemudian mengakibatkan terjadinya
perangsangan sel-sel radang radang granulamatosa.
Peradangan ini granulomatosa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada kalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada kalazion.
5.
Faktor resiko Faktor resiko dari terbentuknya chalazion adalah sebagai berikut:
Tingginya kadar androgen misalnya pada saat pubertas atau saat kehamilan akan megakibatkan peningkatan viskositas dari secret kelenjar meibom yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya obstruksi dan mengakibatkan terjadinya penumpukan secret kelenjar meibom yang berupa minyak. Hal ini kemudian akan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri flora normal dikulit dan terbentuk lah reaksi radang granulomatosa chalazion.
Higieni mata yang kurang
Stress
Penggunaan kosmetika yang berlebihan
Alkohol, rokok dan makanan berminyak tinggi
11
6.
Gejala klinis Gejala klinis yang tampak pada kalazion dapat berupa:
Benjolan pada bagian palpebral mata, benjolan tersebut dapat terjadi di palpebral superior ataupun inferior yang tidak hilang dalam waktu beberap minggu, kalazion lebih sering ditemukan pada palpebral superior
Benjolannya dapat keras atau lunak, dan tidak nyeri bila ditekan, tanpa tanda peradangan
Kadang-kadang mata dapat tampak merah dan penglihatan jadi sedikit buram
Gambar 2. Kalazion 7.
Diagnosa Kerja Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata, pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior, iris, pupil, serta lensa Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien. Inpeksi : pada pemeriksaan secara inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam. 12
Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus. b. Pemeriksaan Histopatologi, pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan. c.
Pemeriksaan Tonografi Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler (TIO) pada mata. Biasanya tidak
terjadi peningkatan, namun pemeriksaan tetap dilakukan untuk
memperkuat diagnosis d. Pemeriksaan Darah Lengkap Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk membedakan antara kalazion dan herdeolum. e. Pemeriksaan Lipid Serum Digunakan untuk memperkuat diagnosis.
8.
Diagnosis Banding
8.1.
Hordeolum Hordeolum
memberikan
gejala
radang
pada
kelopak
mata
sepertibengkak,
mengganjaldengan rasa sakit, merah, dannyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Gambar 2. Hordeolum ekstenum
Gambar 3. Hordeolum internum 13
8.2.
Dakriosistitis Pada dakriosistitis, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial. Sakus lakrimalis
akan terlihat edema, lunak dan hiperemis yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien juga mengalami demam.
Gambar 4. Dakriosistitis Tabel 1. Diagnosis banding kalazion Kelainan
Benjolan
Nyeri tekan
Gangguan
Durasi
penglihatan Chalazion
Keras / kenyal
Hordeolum
Dakriosistitis
Tidak
ada/ Jarang
Beberapa
minim
minggu
Eritematous
Nyeri saat di Jarang
Beberapa hari –
dan kenyal
tekan
minggu
Edem, lunak
Nyeri saat di Jarang
Hari-minggu
tekan Gigitan serangga
Tampak sembab
Nyeri saat di Jarang
Tidak lama
dan tekan
eritematous Alergica
eye Lunak karena Nyeri
ringan Jarang
swelling
edem
atau tidak nyeri
Karsinoma
Keras / kenyal
Tidak nyeri
kelenjar meibom
Tidak lama dan sering rekuren
Jarang pada fase Lama awal, fase lanjut (chalazion yang dapat
sering
rekuren
mengganggu
perlu
curigai
penglihatan
karsinoma kelenjar meibom) 14
9. Penatalaksanaan Kalazion yang berukuran kecil dan tidak mengganggu aktivitas pasien dapat dibiarkan sembuh sendiri, kalazion yang berukuran besar atau yang mengganggu aktivitasi pasien dapat dilakukan pengobatan dengan cara: 1. Medika mentosa:
Untuk keadaan akut: antibiotic oral doksisiklin (100 mg x 10 / hari )atau minosiklin ( 50 mg x 10 / hari) selama masih ada benjolan
Untuk keadaan kronik: antibiotic tetrasiklin (100 mg / minggu selama 6 bulan)
Bila pasien sensitif terhadap derivate tertasikilin metronidazole dapat di gunakan sebagai terapi
Analgetik NSAID juga dapat diberikan bila pasien merasa sakit pada matanya
Steroid, ada pendapat yang menyatakan bahwa injeksi steroid dapat mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi
2. Non medika mentosa:
Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebral yang terdapat chalazion dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan meningkatkan sirkulasi ke daerah kalazion dan dapat memecahkan sebum yang menggumpal pada kelenjar meibom.
Pemijitan chalazion dapat dilakukan bila kalazion tidak meradang secara hebat, pemijitan sebaiknya dilakukan dengan keadaan bersih untuk mencegah terjadinya kemungkinan infeksi sekunder.
Eksisi bedah dapat dilakukan untuk kalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpbera luar atau dari palpebra dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal lebih sering dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatan dilakukan secara vertikal dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva kemudian dilakukan kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-hati. Eksisi kelenjar kalazion tidak akan mengakibatkan gangguan atau pengurangan pada produksi sebum air mata karena terdapat 30-40 kelenjar meibom pada mata.
15
Gambar 5. Insisi vertikal dan curretage pada kalazion 10.
Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mecegah terjadinya kalazion adalah menghindari
faktor resiko yang dapat dihindari misalnya seperti tidak merokok, minum alkohol, hindari stress berkepenjangan, selain itu kompres hangat selama 5 menit sebelum tidur juga dapat mencegah terjadinya kalazion. Pasien yang sering mengalami rekurensi kalazion dapat melakukan tindakan pencegahan dengan mengkonsumsi dosis rendah tetrasiklin namun ini tidak dianjurkan.
11.
Komplikasi Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu
mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit (Santen S, 2010).
12.
Prognosis Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah
dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jaringan parut.Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian 16
kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu granulomata. Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.
PEMBAHASAN Chalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Terapi chalazion tidak cepat bereaksi selama 2 dekade. Jika benjolan terus membesar, mengganggu penglihatan dan kosmetik maka terapi yang diberikan adalah injeksi steroid atau insisi dan kuretase. Terapi ini dapat berhasil namun dapat berulang. Pembedahan yang dilakukan memungkinkan nodul belum semuanya terangkat. Komplikasi dari injeksi steroid intralesi dapat meingkatkan tekanan intraokular (IOP), depigmentasi kulit, nekrosis hati. Dengan pemberian botulinum A toxin dapat mencegah terjadinya chalazion yang berulang dan terapi ini lebih efektif di area bundelkhand, india. Dengan menjaga kebersihan mata dan mengetahui faktor risiko chalazion maka dapat terhindar dari penyakit tersebut.
17
Daftar Pustaka
External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology. Singapura.2008-2009. Hal 87-88 Ilyas Sidarta H: Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2010. Hal 94-95 Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann, Boston. Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media Aesculapius, Jakarta Sahni, Dr. Blepharitis,. Dr.Sahni's Homoeopathy Clinic & Research Center Pvt. Ltd. Available at: www.homoeopathyclinic.com/articles/diseases/eye/Blepharitis.pdf. 2018 diakses 29 April 2018 Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010. Diakses 30 April 2018 Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23 September 2002. Diakses 30 April 2018
18