BAB I PENGERTIAN A. Pengertian Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau
ruang subdural. Hidrosefalus bukan merupakan
penyakit yang spesifik, tetapi terjadi akibat gangguan otak yang mendasari. Hidrosefalus terjadi akibat ketidakseimbangan produksi dan absobsi cairan serebrospinal. Cairan sarebrospinal terakumulasi di dalam sistem ventricular dan menyebabkan ventrikel membesar dan menimbulkan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan atau kesakitan yang umum berkaitan dengan hidrosefalus meliputi
defek
tuba
neural,
hemoragiintaraventrikularpadabayi
seperti
premature;
mielomeningokel
meningitis;
infeksi
: virus
intrauterus; lesi atau malformasiotak, seperti tumor otakfosa posterior; malformasichiari; dan cidera bukan kecelakaan ( Suriadi , 2006) Prognosis bagi anak yang mengalami hidrosefalus bergantung, terutama pada penyebabnya dan apakah kerusakan otak telah terjadi atau belum sebelum identifikasi dan penanganan. Anak tersebut berisiko tinggi mengalami ketunadayaan perkembangan, masalah penglihatan, abnormalitas dalam memori, dan penurunan kecerdasan. Tidak lanjut jangka panjang dan perawatan multi disiplin diperlukan. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosefalus eksternal pada anak- anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid ( NANDA, 2015)
1
BAB II PROSES TERJADINYA MASALAH A.
Presipitasi Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua yaitu : 1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam Rahim 2.
(misalnya Malformasi Arnold Chiari ) atau infeksi intra uterine Di dapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma atau pendarahan. Menurut NANDA 2015 hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam sistem ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor . hidosefalus obstruktif atau nonkomunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus Sylvius, Atresia foramen magendi dan luschka, malformasi vaskuler, atau atau tumor bawaan. Hidrosefalus komunikans yang terjadi karena produksi berlebihan atau gangguan penyerapan juga jarang ditemukan ( Wim de jong dalam NANDA, 2015)
B.
Patofisiologi Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorsi CSF dalam subarachnoid (communicating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSP masuk kerongga subarachnoid karenainfeksi, neoplasma, pendarahan, atau kelainan bentuk perkembangan otak janin. ( non comunicating hidrosefalus ). Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak ( Suriadi dkk,2006 ).
2
C.
D.
Path way hidrosefalus
Manifestasi klinis Manifestasi klinis di bedakan menjadi dua, yaitu pada bayi dan pada masa kanak-kanak. a. Masa bayi 1. Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi creckedpot (tanda setting sun ), mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstremitas bawah. 3
2. Pada bayi dengan malformasi Arnold Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas tidor, kesulitan bernafas, aphea, aspirasi, dan tidak ada refleks muntah. E.
Klasifikasi Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya; berdasarkan : 1. Gambaran klinis, dikenal dengan hidrosefalus manifest (overt 2.
hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi ( occult hydrocephalus ). Waktu permbentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
3.
akuisita. Proses pembentuknya, dikenal dengan hidrosefalus akut dan hidrosefallus non komunikans.
F.
Pemeriksaan penunjang a. Lingkar kepala pada masa bayi b. Studi rontgen tengkorak dapat menunjukkan perpisahan sutura. c. CT dan MRI akan menunjukkan adanya hidrosefalus dan juga dapat mengidentifikasi penyebab hidrosefalus.
G.
H.
a. b. c.
Komplikasi Peningkatan tekanan intrakranial. Kerusakan otak. Infeksi : septicemia, endocarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis,
d. e.
ventrikulitis, absesotak. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik. Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam
f.
rongga abdomen, fistula,hernia, dan ileus. Kematian.
Penatalaksaan keperawatan Pengkajian a. Riwayat keperawatan. b. Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena terlihat jelas pada kulit kepala, bunyi cracked-pot pada perkusi, tanda setting-sun, penurunan kesadaran, opisthotonus,dan spatik pada ekstremitas bawah, tannda peningkatan tekanan intracranial ( muntah, pusing, papil edema ) bingung. 4
c. d. e. f.
Kaji lingkar kepala. Kaji ukuran ubun-ubun, bila menangis ubun-ubun menonjol. Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasan. Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi.
5
BAB III RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa keperawatan 1. Keterlambatan pertumbuhan
dan
perkembangan berhubungan gangguan fisik.
dengan perubahan
NOC
NIC
NOC
NIC
1. Growth
and Penngkatan perkembangan anak
development. 2. Nutrition imbalance
dan dewasa. 1. Kaji
factor
penyebab
less
gangguan perkembangan than body anak. 3. Requirement 2. Indentifikasi dan gunakan Kriterian hasil: 1. Anak berfungsi sumber pendidikan untuk optimal
sesuai
memfasilitasi perkembangan
tingkatannya. anak yang normal. 2. Keluarga dan 3. Berikan perawatan anak
mampu
menggunakan koping terhadap
konsisten. 4. Tingkatkan
yan
komunikasi
verbal dan stimulasi taktil. 5. Berikan instruksi berulang
tantangan
sederhana. adanya 6. Berikan reinforcement positif
karena
ketidakmampua n. 3. Keluarga
anak. dan 7. Dorong
anak mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas. 4. Kematangan fisik:
wanita 6
atas hasil yan telah di capai anak
melakukan
perawatan sendiri. 8. Manajemen perilaku yang sulit. 9. Dorong anak
anak
melakukan
sosialisasi dengan anak. 10. Ciptakan lingkungan yang aman. Nutritional management
perubahan fisik
1. Kaji
keadekuatan
asupan
normal
pada
nutrisi (misalnya : kalori dan
wanita
yang
terjadi
dengan
zat gizi). 2. Tentukan makanan yang di
transisi
dari
masa
kanak-
kanak ke masa dewasa. 5. Kematangan fisik:
pria
sukai anak. 3. Pantau kanaikan
kecenderungan dan
penurunak
berat badan. Nutritional theraphy : 1. Menyelesaikan penilaian gizi,
sesuai
memantau
perubahan fisik
makanan / cairan tertelan dan
normal
pada
menghitung asupan kalori
wanita
yang
terjadi
dengan
transisi
dari
kanak-kanak ke dewasa. 6. Status
nutris
keseimbangan. 7. Berat badan.
harian. 2. Mamantau perintah
kesesuaian diet
untuk
memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. 3. Kalaborasi dengan ahli gizi, jumlah
kalori
dan
jenis
nutrisi yang di butuhkan untuk memenuhi persyatan gizi yang sesuai. 4. Pilih suplemen gizi. 5. Dorong pasien
untuk
memilih makanan semisoft, jka
kurangnya
air
liur
menghalangi menelan. 6. Mendorong asupan makanan tinggi kalium. 7. Mendorong asupan makanan dan cairan tinggi kalium, 7
yang sesuai pastiakan bahwa dia termasuk makanan tingg kandungan
serat
untuk
mencegah konstipasi. 8. Memberikan pasien dengan tingg
protein,
kalori,makanan
tinggi dan
minuman bergizi yang dapat mudah di konsumsi 9. ister menyusui 2.
Nyeri berhubungan peningkatan intrakranial.
enteral, sesuai. NIC
akut NOC dengan 1. Pain level 2. Pain control tekanan 3. Comfort level Kriteria hasil: 1. Mampu
Pain management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
trmasuk lokasi,katakteristik,
mengontol
durasi, frekuensi, kualitas
nyeri(
tahu
dan faktor presipitasi. Observasi reaksi
penyebab nyeri, 2. mampu
nonvebral
menggunakan
dari
ketidaknyamanan Gunakan
3.
teknik nonfarmakologi
teknik
komunikasi terapeutk untuk mengetahui pengalaman nyeri
untuk mengurangi nyeri,
komprehensif
mencari
bantuan) 2. Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang 8
pasien. 4. Kaji
kultur
yang
memperngaruhi respon nyeri. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tyentang
menggunakan manajemen
ketidakefektifan
nyeri masa lampau. 7. Bantu pasien dan keluarga
nyeri 3. Mampu
untuk
mengenali nyeri (skala,
dan
dapat mempengaruhi nyeri
frekuensi
seperti
dan
tanda nyeri) 4. Menyatakan nyaman
setelah
mencari
menemukan dukungan. 8. Kontrol lingkungan yang
intensitas,
rasa
kontrol
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan. 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri. 10. Pilih
nyeri
dan
lakukan
penanganan
berkurang.
(farmakologi
nyeri dan
non
farmakologi 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi. 12. Ajarkan tentan teknk non farmakologi. 13.Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri. 14.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. 15.Tingkatkan istirahat. 16.Kalaborasi dengan dokter jka ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. 17.Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri. Analgesik istration : 1. 9
Tentukan
lokasi,karakerstik,kualita s,derajt nyeri sebelum pemberian obat. 2. Cek intruksi doktter jenis
obat,
dosis,
freluensi. 3. Cek riwayat alergi. 4. Pilih analgesik yang di perlukan
atau
Dengan
sesuai.
kombinasi
dengan analgesik ketika pemberian lebioh dari satu. 5. Tentukan
plihan
analgesik tergantung tipe dan berat nya nyeri. 6. Monitor vital sgn sebelum
dan
sesudah
pemberial
analgesik
pertama kali. 7. Berikan analgesik tepat watu
terutama
nyeri hebat. 8. Evaluasi analgesik,
pada
efektifitas tanda
dan
gejala. 3.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
kebutuhan berhubungan anoreksia,
NOC
NIC
dari 1. Nutritional tubuh
dengan nause,
status: 2. Nutritional status: food and
10
Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
vomitus.
fluid 3. Intake 4. Nutrient intake. 5. Weigth control. Kriteria hasil ; 1. Adanya peningkatan
dengan
tinggi badan. 3. Mampu mengidentifikasi nutrisi. 4. Tidak ada tanda malnutrisi. 5. Menunjukkan peningkatan
vtamin C. 5. Berikan substansi gula. 6. Yakinkan diet yang dmakan mengandung
tinggi
serat
untuk mencegah konstipasi. 7. Berikan makanan yang (
sudah
dkonsultasikan dengan ahli gizi). 8. Ajarkan pasien bagaimana cara
membuat
catatan
makanan harian. 9. Monitor jumlah nutrisi dan
fungsi pengecapan dari menelan. 6. Tidak terjadi penurunan berat yang
berarti.
untuik
meningkatkan intake Fe. 4. Anjurkan pasien untuk
terplih
kebutuhan
badan
butuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien
meningkatkan protein dan
berat badan. 2. Berat badan ideal sesuai
kalori dan nutrisi yang di
kandungan kalori. 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Nutrition monitoring 1. BB
pasien
dalam
batas
normal. 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas 11
yang
biasa
di
lakukan. 4. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang
biasa
dilakukan. 5. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan. 6. Monitor lngkungan selama makan. 7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama satu makan. 8. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi. 9. Monitor turgor kulit. 10. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah. 11. Monitor mual dan muntah. 12. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar Ht. 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan. 14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva. 15. Monitor kalori dan intake nutrisi 16. Catat
adanya
hioeremik,
edema, hipertonik,
papila lidah dan cavtas oral. 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
12
DAFTAR PUSTAKA Kyle, Teri . 2012. Buku Praktik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Nurarif, Amin Huda. 2015 . NANDA Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.Yogyakarta: Medication Manggiasih, Vidia Atika .2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah.Jakarta: CV Trans Info Media Suriadi dkk. 2006 . Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung SETO
13