ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN TUMOR MANDIBULA DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO
Disusun oleh: Eni Ernawati (2520142435 / 09)
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada An. A dengan Tumor
Mandibula di Bangsal Cendana 2 RSUP DR. Sardjito ini disusun untuk memenuhi Tugas Asuhan Keperawatan Individu PKK Perioperatif Semester V, pada: Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Praktikan,
( Eni Ernawati )
Mengetahui,
CI Lahan,
(.................................)
CI Akademik,
(.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR MEDIS TUMOR MANDIBULA
A. Definisi Tumor mandibula merupakan tumor odontogenik yang berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, tumor mandibula tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Tumor mandibula juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus, tumor mandibula biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi rahang (Mansjoer, 2001). Tumor mandibula adalah tumor jinak ondontogenik pada mandibula yang mempunyai
kecenderungan
tumbuh
ekspansif
dan
progresif,
hingga
menimbulkan deformitas wajah. Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel yang besifat infltrati, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya kista folikular (Mansjoer, 2001).
B. Etiologi Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5 serta tidak ada perbedaan jenis kelamin. Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer
berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata. Sisa-sisa dari epitel Malassez, terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik.
C. Patofisiologi Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast, berupa sel yang tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara histopatologis tidak tergolong lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi ganas yang indolent atau low-grade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila tumor ini hanya dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan adekuat dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat jarang didapatkan rekurensi. Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap: 1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas. 2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi). 3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah
4 sampai dengan 6 tahun. Adapun gambaran klinis tumor mandibula, yaitu sebagai berikut: 1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat meyebabkan deformitas wajah. 2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak. 3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual. 4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya. 5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis. 6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan disertai rasa nyeri. 7. Kadang-kadang terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar. 8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan. 9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang. Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Tumor mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.
E. Komplikasi Komplikasi yang biasa timbul setelah operasi diantaranya: 1. Perdarahan Dapat menyebabkan syok hipovolemik pada pembedahan kepala leher. Hemostasis dengan melakukan ligasi baik arteri maupun vena, jangan hanya dengan koagulasi listrik saja. Perdarahan dapat terjadi pada daerah yang direseksi maupun pada tempat yang direkonstruksi. Pasang redon drain. 2. Infeksi Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan, dengan pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik pembedahan yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol infeksi di samping penggunaan antibiotika. 3. Hematoma Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan dehisensi luka. Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan drain akan mengurangi resiko terjadinya hematoma. 4. Fistula Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama pada tempat ujungujung reseksi mandibula. ( https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/reseksi-mandibula/ )
F. Pemeriksaan Penunjang Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi berikut: 1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang. 2. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain. 3. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga
menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses. 4. Tumor marker (penanda tumor)
G. Penatalaksanaan Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat rekurensi berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif. Mengingat besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat digunakan untuk mengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang kalau mungkin bisa dikerjakan. Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. Menurut Ohishi indikasi perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok). Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang masih intak. Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas minimal reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral, hal ini tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi tumor. Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara yang dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik,
misalnya bridging plate titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous bone grafting. Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik dan analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkan fraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna. Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi gigi setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.
H. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Dengan Kasus Post Operasi Tumor Mandibula Adapun asuhan keperawatan diuraikan mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan sebagai berikut: 1. Pengkajian Anamnesis a. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor , tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan diagnosa medis. b. Riwayat penyakit sekarang Kaji kronologi, faktor yang menyebabkan terjadinya tumor mandibular, apakah sudah pernah berobat atau belum. c. Riwayat penyakit dahulu Kaji, apakah sebelumnya klien pernah memiliki riwayat penyakit maupun riwayat di rawat di rumah sakit. d. Riwayat penyakit keluarga Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit seperti yang dialami pasien.
e. Riwayat psikososial spiritual Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita, peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. f. Pola hubungan dan peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap. g. Pola persepsi dan konsep diri Dampak yang timbul pada klien post operasi tumor mandibula adalah timbul ketakutan akan terjadinya infeksi pada luka post operasi. h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori dan kognitif pasien tidak mengalami gangguan i. Pola nilai dan keyakinan Kaji, apakah klien menjalankan kegiatan beribadah sesuai agamanya dengan disiplin atau tidak. Kaji, keaktifan klien dalam mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat. 2. Pemeriksaan fisik a. Keadaaan umum Periksa keadaan baik dan buruknya klien, tanda- tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran pasien. b. Breathing (B1) Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien post operasi tumor mandibula tidak mengalami kelainan pernafasan. c. Blood (B2) Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba, aukultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur- mur. d. Brain( B3) 1) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normal sefalik, simetris, tidak ada penonjolan dan tidak ada sakit kepala. 2) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan dan refleks menelan ada. 3) Wajah Wajah terihat menahan sakit karena nyeri yang dirasakan dan bagian wajah yang lain ada perubahan bentuk simetris karena adanya luka post operasi tumor mandibular. 4) Mata Penglihatan pasien masih normal, tidak menggunakan bantuan penglihatan seperti kacamata. 5) Telinga Pendengaran pasien masih normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 6) Hidung Tidak ada deformitas, tidak ada pemasangan cuping hidung. 7) Mulut dan faring Tidak ada perbesaran tonsil, terjadi pembesaran gusi akibat tumor mandibula, mukosa mulut tidak pucat. e. Bladder (B5) Kaji urine yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat jenis urine, berapa cc keluaran urine perhari. f. Bowel (B5) Inspeksi abdomen bentuk datar. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans muscular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit. g. Bone (B6) Kaji apakah klien mengalami gangguan pada tulangnya seperti penyakit fraktur.
h. Look Perhatikan area post operasi tumor mandibula apakah berisiko terjadinya infeksi. i. Feel Kaji adanya nyeri tekan di area mandibula j. Move Pola aktivitas Pasien masih dapat beraktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Pada Kasus Post Operasi Tumor Mandibula (Nurarif A. H. dan Hardhi Kusuma, 2015) : a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah). b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik adanya luka operasi tumor mandibula. c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan. d. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif.
4. Intervensi Keperawatan No. 1.
Diagnosa
NOC
NIC
Nyeri akut berhubungan dengan Kontrol Nyeri
Manajemen Nyeri:
agen cedera fisik (prosedur Kriteria hasil : bedah).
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
1. Pasien dapat mengenali kapan nyeri terjadi
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
2. Pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgetik 3. Pasien mau menggunakan analgesik yang direkomendasikan 4. Pasien
komprehensif yang meliputi lokasi,
dapat
melaporkan
nyeri dan faktor pencetus. 2. Lakukan diskusi bersama pasien untuk mengenali faktor-faktor yang
perubahan
terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
kualitas, intensitas atau beratnya
dapat menurunkan atau memperberat nyeri. 3. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri
yang
ketidakmampuan dengan tepat.
menyebabkan atau
kecacatan
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat
prosedur. 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti teknik nafas dalam. 6. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri. 2.
Hambatan komunikasi verbal Komunikasi
Peningkatan Komunikasi: Kurang Bicara
berhubungan dengan hambatan
1. Pasien dapat menggunakan bahasa tertulis 1. Instruksikan pasien untuk bicara pelan.
fisik adanya luka operasi tumor
2. Pasien dapat menggunakan bahasa non 2. Monitor pasien terkait dengan perasaan
mandibula.
verbal 3. Pasien sedikit bisa menggunakan bahasa lisan
frustasi, kemarahan, depresi, atau responrespon lain disebabkan karena adanya gangguan kemampuan bicara. 3. Kenali emosi dan perilaku fisik (pasien) sebagai bentuk komunikasi (mereka).
4. Sediakan
metode
berkomunikasi (misalnya.,
alternatif
untuk
dengan
berbicara
menulis
dimeja,
menggunakan kartu, kedipan mata, papan komunikasi, dengan gambar dan huruf, tanda dengan tangan atau postur, dan menggunakan komputer). 5. Sesuaikan
gaya
komunikasi
untuk
memenuhi kebutuhan klien 3.
Ketidakseimbangan
nutrisi: Status Nutrisi
Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil: berhubungan
1. Tentukan
dengan 1. Asupan gizi pasien terpenuhi
ketidakmampuan makan.
badan
pasien
menyimpang dari rentang normal
pasien
dan
kebutuhan gizi.
3. Asupan cairan pasien terpenuhi berat
gizi
kemampuan pasien untuk memenuhi
2. Asupan makanan pasien terpenuhi
4. Rasio
status
2. Bantu tidak
pasien
dalam
menentukan
pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi
persyaratan gizi. 4. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan. 5. Beri obat-obatan sebelum makan jika diperlukan 6. Anjurkan
pasien
terkait
dengan
kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan atau usia. 4.
Risiko infeksi dengan faktor Kontrol Risiko: Proses Infeksi
Kontrol infeksi
risiko prosedur invasif.
1. Batasi jumlah pengunjung
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci risiko infeksi 2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 3. Pasien mengklarifikasi risiko infeksi yang didapat Kontrol Risiko
tangan pada memasuki dan meninggalkan ruangan pasien 3. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai 4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Kriteria hasil:
5. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor risiko 2. Pasien menjalankan strategi risiko yang sudah ditetapkan Status Imunitas Kriteria hasil: 1. Suhu tubuh pasien normal 2. Jumlah sel darah putih absolut
pelindung 6. Pertahankan lingkungan aseptik selama
kontrol
pemasangan alat 7. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 8. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan infeksi kandung kencing 9. Tingkatkan intake nutrisi 10. Berikan terapi antibiotik yang sesuai Perlindungan Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor hitung granulosit, WBC dan hasil-hasil deferensial 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung yang sesuai 5. Skrining
semua
penyakit menular
pengunjung
terkait
6. Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang berisiko 7. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup. 8. Anjurkan asupan cairan yang tepat 9. Anjurkan istirahat 10. Instruksikan
pasien
untuk
minum
antibiotik yang diresepkan 11. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada pemberi layanan kesehatan 12. Ajarkan pasien dan keluarga bagaiamana cara menghindari infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: UI Media. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC. Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC. Nurarif, A. H. dan Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja. Moorhead, S. dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan. Terjemahan oleh Intisari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Elsevier Global Rights. Bulechek, M. G. Dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Terjemahan oleh Intisari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. 2013. Elsevier Global Rights. Sander,
M.
A.
2010.
“Reseksi
Mandibula”
(online),
(https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/reseksi-mandibula/) diunduh pada tanggal 28 November 2016 jam 19.00 WIB.