TUGAS 2 Pada Kondisi apa menggunakan arus biaya FIFO, LIFO, dan Average dalam suatu perusahaan -
FIFO Digunakan apabila persediaan akhir berasal dari biaya paling baru, yaitu barang yang dibeli paling akhir.
-
LIFO Digunakan apabila persediaan akhir berasal dari biaya yang paling awal, yaitu barang yang dibeli pertama kali, Penggunaan LIFO lebih banyak dimaksudkan untuk menghindari (menunda) kewaiban pajak terutama ketika inflasi daripada untuk kepentingan ekonomi. Secara teori memang kewajiban pajak tersebut hanya tertunda sementara, namun selama terus terjadi inflasi, maka penundaan pajak tersebut akan tetap dan mungkin bertambah yang kemudian akan menyebabkan penundaan pajak menjadi permanent. Hal ini juga bertentangan dengan tujuan pajak penghasilan yang menghimpun pajak atas kenaikan dari
kekayaan per tahun (tanpa melihat adanya inflasi atau tidak) -
AVERAGE Digunakan apabila biaya unit persediaan merupakan rata-rata biaya persediaan, Metode biaya rata-rata (Average) digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya rata-rata per unit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit digunakan untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan rata-rata baru dihitung. Teknik perhitungan rata-rata ini dinamakan dengan rata-rata bergerak.
TUGAS 3 Kelebihan dan Kekurangan FIFO, LIFO, dan Average -
FIFO Kelebihan 1. Laba menggambarkan arus fisik persediaan 2. Nilai persediaan akhir lebih mendekati Current Cost 3. Memberikan suatu nilai aproksimasi yang lebih tepat 4. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah 5. Menghasilkan laba kotor yang tinggi 6. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi Kekurangan
1. Laba yang dihasilkan dari penggunaan metode FIFO tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena current cost tidak dibandingkan current revenue dalam perhitungan laba-rugi -
LIFO Metode LIFO adalah membebankan biaya dari pembelian terakhir dan memberikan biaya yang paling dtua di akun persediaan. Ada beberapa cara untuk menerapkan metode LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan, angka yang berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir, dan laba, maka penting untuk mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten. Kelebihan : 1. Penandingan Dalam LIFO, biaya paling akhir ditandingkan dengan pendapatan berjalan untuk menghitung ukuran laba berjalan yang lebih baik. 2. Manfaat pajak Manfaat pajak adalah alasan utama mengapa LIFO sangat popular. Sepanjang tingkat harga terus naik dan kuantitas persediaan tidak menurun, pemakaian LIFO akan menangguhkan pajak penghasilan karena item-item yang dibeli paling akhir dengan harga yang lebih tinggi ditandingkan dengan pendapatan. 3. Membaiknya arus kas Membaiknya arus kas berhubungan dengan manfaat pajak, karena pajak harus dibayarkan secara tunai akibatnya sejumlah perusahaan yang tidak menerima manfaat pajak dari LIFO terpaksa meminjam intuk membiayai penggantian tingkat persediaan yang ada dan biaya bunganya bisa sangat tinggi. 4. Pembendung atas laba masa depan Jika memakai LIFO, laba masa depan perusahaan yang dilaporkan tidak akan dipengruhi secara signifikan oleh penurunan laba. 5. Adanya future earnings hedge yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga Kelemahan : 1. Berkurangnya laba Banyak manajer Prusahaan memandang penurunan laba yang dilaporkan menurut metode LIFO selama periode inflasioner sebagai kelemahamyang nyata dan lenih memilih untuk melaporkan laba yang lebih tinggi daripada pajak yang lebih rendah. 2. Persediaan kurang saji LIFO mungkin memiliki pengaruh yang mendistorsi
terhadap neraca
perusahaan. Penilaian persediaan biasanya ketinggalan jaman karena biaya yang paling tua masih ada dalam persediaan. 3. Laba biaya berjalan tidak diukur LIFO kurang dalam mengukur biaya bejalan walaupun tidak seburuk FIFO ketika mengukur laba biaya berjalan laba pokok penjualan tidak harus terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan paling akhir.
4. Likuidasi terpaksa Jika lapisan atau dasar biaya lama dieliminasi, maka hasil yang ganjil dapat terjadi karena biaya lama yang tidak relevan dapat ditandingkan dengan pendapatan berjalan. 5. Kebiasaan pembelian yang buruk Karena adanya persoalan likuidasi, maka LIFO bisa menimbulkan kebiasaan pembelian yang buruk. 6. Adanya involuntary liguidation (likuidasi terpaksa) yaitu jika terjadi penurunan persediaan saat kemampuan perusahaan rendah, maka akan menyebabkan laba yang dilaporkan tinggi, sehingga perusahaan juga harus membayar pajak yang tinggi 7. Poor buying habits yaitu kebiasaan pembelian yang buruk, misal sebuah perusahaan bisa membeli lebih banyak barang dan menandingkan pembelian tersebut dengan pendapatan untuk memastikan bahwa biaya lama tidak dicatat sebagai beban -
AVERAGE Merupakan biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Kelebihan : Pendekatan rata-rata akan memberikan harga pokok yang sama untuk barang yang sama yang memiliki kegunaan yang sama. Kekurangan Arus biaya average sedikit banyak selalu terpengaruh oleh harga pokok yang paling dini, serta nilai persediaan yang dapat jauh berbeda dengan nilai berjalan dalam periode-periode dimana terjafi peningkatan atau penurunan harga yang tajam
IAS (INTERNATIONAL ING SYSTEM) 1. IAS 16 Properti, Pabrik dan Peralatan Berdasarkan standar IAS 16 (2009 : 16.6) mengenai karakteristik dari aset termasuk dalam aset tetap yang artinya adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan istratif, diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 2. IAS 23 Biaya Pinjaman Biaya pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana Biaya pinjaman dapat meliputi: Bunga;
Amortisasi diskonto dan yang terkait dengan pinjaman; Amortisasi biaya tambahan yang terjadi terkait dengan perolehan pinjaman; Beban keuangan dalam sewa pembiayaan; dan Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing. 3. IAS 38 Aset Tidak Berwujud Tujuan dari standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk tidak berwujud aset yang tidak ditangani secara khusus dalam Standar lain. Standar ini mensyaratkan suatu entitas untuk mengakui aset tidak berwujud jika dan hanya jika, kriteria yang ditentukan terpenuhi. Standar juga menetapkan bagaimana mengukur nilai tercatat aktiva tidak berwujud dan mensyaratkan pengungkapan tertentu tentang aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud merupakan aset non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa substansi fisik. 4. IAS 40 Properti Investasi Properti investasi didefinisikan dalam PSAK 13 sebagai: tanah, bangunan atau bagian dari bangunan, atau keduanya, yang dikuasai oleh entitas (atau lessee melalui finance lease) untuk mendapat rental atau capital gain, atau keduaduanya, dan tidak untuk: Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
istratif; atau Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Bila kita lihat definisi di atas, properti investasi merupakan bagian dari aset, yang tidak digunakan sendiri oleh pemilik ( not occupied). Hal ini membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri oleh pemilik (aset tetap atau sediaan). Karena properti investasi merupakan bagian dari aset, maka properti investasi juga memiliki syarat pengakuan: dikuasai oleh entitas, memiliki manfaat ekonomik yang cukup pasti untuk mengalir ke entitas di masa depan, berasal dari transaksi di masa lalu, dan dapat diukur secara andal. 5. IAS 41 Pertanian Didefenisikan sebagai manajemen dari tranformasi biologis tanaman dan hewan untuk
menghasilkan
produk
yang
siap
dikonsumsikan
atau
yang
masih
membutuhkan proses lebih lanjut. Dalam IAS 41 ada 3 kriteria dari aktivitas agrikultur yaitu : Tanaman dan hewan harus dalam keadaan hidup dan berkembang Perkembangan pada tanaman dan hewan harus dikelola dengan serangkaian
kegiatan yang tepat. Harus ada dasar dalam mengukur perkembangan yang terjadi pada tanaman dan hewan.
Pada prinsip-prinsip dasar IAS 41 diperlukan penilaian wajar ( fair value) terhadap aktivitas agrikultur. Dimana menjadi dasar penentuan nilai wajar adalah nilai pasar, hanya jika elemen keuangan memiliki pasar aktif, dan pasar aktif ini juga menjadi pedoman untuk menilai keadaan asset yang sebenarnya, tempat
asset, dan kondisi yang sesuai pada tanggal neraca. Akan tetapi jika untuk halhal khusus tidak layak atau sulit dilakukan penilaian wajar maka dibolehkan menilai dengan historical cost.