Nama : Akhmad ahdinur Fazar NiM : 1102009017 KOTA GARUT, JAWA BARAT LETAK GEOGRAFIS
Letak Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah istratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut : Utara
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
Timur
Kabupaten Tasikmalaya
Selatan
Samudera Indonesia
Barat
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Dalam perkembangannya, Kabupaten Garut tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Untuk menanggulangi perubahan dan pertumbuhan tersebut pada awal tahun 2004 dilaksanakan pemekaran wilayah kecamatan sebanyak 2 kecamatan sehingga seluruh wilayah kecamatan menjadi sebanyak 42 kecamatan, 19 kelurahan dan 400 desa dengan luas wilayah 306.519 Ha. Hingga tahun 2009 Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan, 21 Kelurahan dan 403 Desa. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%. Sebagai Kabupaten yang areal wilayahnya yang cukup luas tentu mempunyai banyak permasalahan intern dan ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut dengan penerapan arah kebijakan
pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Daftar Kecamatan, Luas dan Jumlah Desa di Kabupaten Garut
(*Klik Nama Kecamatan untuk melihat Profil Kecamatan tersebut) No
Nama Kecamatan
Luas (Ha)
Jumlah Desa/Kel
1
Cisewu
9.483
7 Desa
2
Caringin
17.703
5 Desa
3
Talegong
10.874
7 Desa
4
Bungbulang
13.444
12 Desa
5
Mekarmukti
6.776
4 Desa
6
Pamulihan
13.244
5 Desa
7
Pakenjeng
19.844
12 Desa
8
Cikelet
17.232
9 Desa
9
Pameungpeuk
4.411
7 Desa
10
Cibalong
21.359
10 Desa
11
Cisompet
17.225
11 Desa
12
Peundeuy
5.679
6 Desa
13
Singajaya
6.769
9 Desa
14
Cihurip
4.042
4 Desa
15
Cikajang
12.495
11 Desa
16
Banjarwangi
12.382
11 Desa
17
Cilawu
7.763
18 Desa
18
Bayongbong
4.995
17 Desa
19
Cigedug
2.888
5 Desa
20
Cisurupan
8.088
16 Desa
21
Sukaresmi
3.517
6 Desa
22
Samarang
5.971
12 Desa
23
Pasirwangi
4.670
12 Desa
24
Tarogong Kidul
1.871
7 Desa 5 Kelurahan
25
Tarogong Kaler
3.674
12 Desa 1 Kelurahan
26
Garut Kota
2.771
11 Kelurahan
27
Karangpawitan
5.207
16 Desa 4 Kelurahan
28
Wanaraja
2.804
8 Desa
29
Pangatikan
1.819
8 Desa
30
Sucinaraja
4.252
7 Desa
31
Sukawening
3.883
11 Desa
32
Karangtengah
2.328
4 Desa
33
Banyuresmi
6.246
15 Desa
34
Leles
7.351
12 Desa
35
Leuwigoong
1.935
8 Desa
36
Cibatu
4.143
11 Desa
37
Kersamanah
1.650
5 Desa
38
Cibiuk
1.990
5 Desa
39
Kadungora
3.731
14 Desa
40
Bl. Limbangan
7.359
41
Selaawi
3.407
7 Desa
42
Malangbong
9.238
23 Desa
306.519
424 Desa / Kelurahan
Jumlah
14 Desa
Sumber : BPN (Luas) dan BPMKL (Jumlah Desa)
Benda Sejarah Benda Sejarah dan Kepurbakalaan di Kabupaten Garut sebenarnya belum tercatat semua. Hal ini dikarenakan belum adanya tenaga ahli yang mampu meneliti dan mengungkapkannya secara utuh, selain keterbatasan temuan bukti sejarah penunjang yang tersedia. Dalam aspek pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala,, Garut cukup potensial. Pada aspek ini perlu dikembangkan pemanfaatannya baik untuk objek kajian ilmiah maupun untuk menunjang objek kepariwisataan. Karenanya, pembinaan dan pengembangan terhadap peninggalan sejarah dan purbakala perlu ditingkatkan. Selain benda-benda sejarah berupa candi Cangkuang, situs budaya makam-makam kuno, dan bendabenda di lingkungan situs cagar budaya seperti situs Kabuyutan Ciburuy, yang selengkapnya dipaparkan dalam halaman “Objek Wisata”, masih terdapat benda-benda sejarah lain yang perlu diketahui masyarakt luas seperti Naskah Kuno dan Temuan Benda Purbakala. Naskah Kuno
Naskah Kuno Kabuyutan Ciburuy
Naskah kuno menurut UU RI no.5 tahun 1992 adalah hasil karangan berupa tulisan tangan atau ketikan yang berusia lebih dari 50 tahun. Dari definisi ini, tentu saja potensi naskah kuno di Kabupaten Garut cukup banyak. Namun yang menjadi masalah masih banyak naskah kuno yang menjadi “barang pusaka” masyarakat hanya disimpan dan tidak dibaca. Secara umum kandungan tulisan naskah kuno yang ditemukan berisi ajaran agama, bahasa, hukum adat, mitologi, paririmbon, kemasyarakatan, sastra, sejarah, kesenian, dan pengetahuan lainnya.
Salah satu naskah kuno tertua di Kabupaten Garut adalah naskah yang terdapat di situs Kabuyutan Ciburuy. Ditulis pada abad ke-15, menggunakan benda tajam pada daun lontar dan nipah menggunakan bahasa dan huruf Sunda Kuno. Naskah ini dinamakan “Amanat Galunggung”, berisi nasihat mengenai etika dan budi pekerti Sunda lama, yang disampaikan Rakeyan Darmasiksa, Penguasa Galunggung, kepada puteranya Ragasuci (Sang Lumahing Taman). Selain naskah ini, banyak pula naskah lain yang disusun sejak sekitar abad ke-18 menggunakan huruf pegon (Arab), Jawa-Cirebon, dan Jawa-Sunda. Di bawah ini merupakan daftar naskah kuno di kabupaten Garut. No
Judul
Lokasi
Huruf Bahasa
Tebal (Hlm)
1
Ahmad Muhamad
Muh. Abas Ardisoma, Ds. Karangsari, Leuwigoong
Arab
Sunda
370
2
Babad Godog
Encon, Desa Cangkuang, Kec. Leles
Arab
Sunda
71
3
Babad Sejarah Sukapura
R. Soelaeman Anggapraja, Jln. Ciledug 225, Garut
Latin
Sunda
23
4
Danumaya
Darta, Ds. Mekarluyu, Kec. Sukawening
Arab
Sunda
62
5
Galonggong
Aja, Ds. Cibatek, Kec. Banyuresmi
Arab
Sunda
35
6
Ganda Sudarma
Darta, Ds. Mekarluyu, Kec. Sukawening
Arab
Sunda
80
7
Maduningrat
Dita, Ds. Simpen, Kec. Limbangan
Arab
Sunda
116
8
Prabu Kian Santang Aji
Atmadimadja, Ds. Cinunuk, Kec. Wanaraja
Arab
Sunda
49
9
Purnama Alam
Ny. Ayum, Ds. Simpen, Kec. Limbangan
Arab
Sunda
121
10 Rengganis
Ny. Ayum, Ds. Simpen, Kec. Limbangan
Arab
Sunda
97
11 Said Saman
Asep Dadang Bahrudin, Ds. Neglasari, Kec. Limbangan
Arab
Sunda
270
12 Sejarah Batuwangi
R. Soelaeman Anggapraja, Jln. Ciledug 225, Garut
Arab
Sunda
32
13 Silisilah Turunan Timbanganten
Toha, Ds. Cikedokan, Kec. Bayongbong
Arab
JawaCirebon
32
14 Sejarah Limbangan
R. Soelaeman Anggapraja, Jln. Ciledug 225, Garut
Latin
Sunda
16
15 Walangsungsang
Imas Darwati, Ds. Cinunuk, Wanaraja
Arab
Sunda
266
Benda Arkeologis Beberapa hasil temuan penelitian arkeologi pada tahun 1994 di Kabupaten Garut oleh Tim Balai Arkeologi (Balar) Bandung diantaranya sebagai berikut: 1. Batu Pipisan dan Gandhik Ditemukan di halaman rumah Bapak Engkar bin Sugandi, Kampung Sindangsari RT03/RW02, desa Cinunuk Wanaraja pada koordinat 7°10'40" LS dan 107°57'53" BT. Karena benda arkeologis ini belum pernah ditemukan pada masa prasejarah, diperkirakan benda sejarah ini merupakan peninggalan kerajaan Sunda Kuno. 2. Punden Berundak Pasir Lulumpang Ditemukan di areal perkebunan yang ditumbuhi pohon jati dan palawija, wilayah Pasir Lulumpang Kecamatan Banyuresmi pada koordinat 7°7'17" LS dan 107°56'58" BT. Pada areal penden berundak juga ditemukan Batu Lumpang dan Menhir. Ditafsirkan oleh tim peneliti, benda ini merupakan peninggalan tradisi megalitikum. 3. Prasasti Batu Tulis Barukai Ditemukan di sebidang kebun milik Bapak Mohamad Toha di pinggir jalan Kampung Barukai, Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug (Pada saat ditemukan masih Kecamatan Bayongbong), pada koordinat 7°20'00" LS dan 107°47'50" BT. Prasasti ditulis dalam sebongkah batu andesitik berbentuk segiempat berukuran 130cm x 170cm dengan ketebalan 15cm dari permukaan tanah. Tulisan menggunakan huruf Sunda Kuno berbunyi "bhagi bhagya ka nu ngaliwat". Sumber : Kabupaten Garut Dalam Dimensi Budaya, Drs. Warjita, Tahun 2000
Potret Garoet Tempo Doeloe
Hotel Papandajan
Toegoe di Aloen-aloen
Kawah Kamodjang
Djalan RSU
Pendopo Garoet
Soekarno di Babancong
Kantor Goebernoer
Tjilaoeteureun
Hotel Ngamplang
Hotel Papandajan
Djalan Pasar Baroe
Sungai Tjimanoek
Masjid Agoeng Garoet
Batik Garoetan
Adoe Domba
Tjipanas
Villa Dolce
Korem
Sitoe Bagendit
Lapang Paris
Djalan A. Jani
Sumber: Sub Bag Publikasi Bagian Informatika SETDA Kabupaten Garut Koleksi berbagai sumber dalam "Garoet Kota Intan" - Drs. Kunto Sofianto, M.Hum.
Makanan Khas
Dodol Garut Lihat menu Khas Daerah - Produk Khas - Dodol Garut
Jeruk Garut Lihat menu Khas Daerah - Produk Khas - Jeruk Garut
Burayot Burayot terbuat dari Gula merah dan tepung beras pilihan, bahan dan rasa sama dengan makanan khas daerah lainnya yaitu "Ali Agrem", tapi karena dibuat bundar keriput atau "ngaburayot" (kata orang Sunda) maka dinamakanlah burayot. Makanan ini banyak diproduksi oleh masyarakat Garut terutama Leles, karena
bahannya mudah didapat dan rasanya yang legit.
Ladu Ladu dibuat dari beras ketan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi hidangan yang khas serta rasanya yang berbeda dengan makanan lainnya. Pertama kali diperkanalkan oleh masyarakat Malangbong Garut.
Angleng dan Aneka Wajit Angleng dan wajit, sebenarnya sama dengan dodol Garut yang diproduksi dari beras Ketan dan Gula merah. Bedanya adalah Dodol diolah menjadi semacam karamel, sedangkan wajit tidak. Makanan ini diproduksi oleh masyarakat di kabupaten Garut khususnya di Kecamatan Cihurip.
Kurupuk Kulit Khas Garut Makanan ini berkembang seiring dengan banyaknya penyamakan kulit di kabupaten Garut, karena pada proses penyamakan ada bagian dari bahan baku kulit yang dibuang tidak diolah, maka dapat diproses menjadi kerupuk kulit. Kerupuk kulit dan dorokdok Garut mempunyai citarasa yang sangat khas. Produksi kerupuk kulit tersebar di Garut Kota, Tarogong dan daerah lainnya.
Pindang Ikan Penampilan ikan pindang Garut sama dengan ikan pindang di dearah lainnya, hanya yang menjadikan berbeda adalah cara pengolahan yang berbeda membuat ikan pindang Garut juga memiliki citarasa tersendiri yang khas, dan itu membuat orang yang pernah merasakannya ketagihan. Dapat diperoleh di berbagai tempat khususnya daerah Cikajang, Cisurupan, dan Cihideung.
Sambel Cibiuk Menurut sumber yang tersebar di masyarakat Kecamatan Cibiuk, bahwa resep sambel Cibiuk dibawa dari Arab. Terlepas benar atau tidaknya, sambel yang dibuat di kecamatan cibiuk ini mempunyai perbedaan dengan sambal-sambal lainnya karena dibuat dari bahan: tomat hijau, serawung, cabe rawit dan bumbu lainnya. Walaupun pedas tetapi tidak akan menimbulkan panas pada perut yang menkonsumsinya. Karena terkenalnya, maka sekarang restoran dengan menu sambel Cibiuk sudah ada di berbagai kota besar khususnya Bandung dan Jakarta. Sambal Cibiuk mulanya hanya disajikan bila ada tamu Istimewa atau Agung. Jaman dahulu sambal ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Cibiuk dan para pejabat saja, tetapi seiring perkembangan peradaban maka sekarang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Rumah makan sambal Cibiuk yang ada saat ini di Kecamatan Cibiuk adalah keturunan-keturunan langsung dari pemegang resep Sambal Cibiuk yang khas. Akan tetapi untuk sekadar mengenal saja seperti apa sambal Cibiuk, Anda dapat memesannya di berbagai rumah makan di Garut Kota, Tarogong dan sekitarnya misalnya di Jl. OTISTA dan Jl. Veteran.
Ceprus Makanan ini bisa diperoleh di Garut bagian Selatan. Ceprus adalah singkong bakar panas dicelupkan pada gula merah yang telah dipanaskan (kinca). Makanan ini tergolong langka karena hanya tersaji bila di sentra gula merah asli dari pohon kawung (aren).
Catatan : Beberapa makanan khas Garut di atas hanya dapat diperoleh di daerah asalnya dan sebagian lainnya dapat diperoleh di banyak toko oleh-oleh yang tersebar hampir di setiap sudut kota . Sedangkan salah satu tempat jajanan masyarakat yang terbesar di kota Garut adalah Pasar Ceplak. Pasar Ceplak adalah bagian dari denyut keramaian malam di kabupaten Garut. Pasar ini mempunyai sejarah
yang sangat panjang, hingga dapat dikategorikan sebagai karakteristik kota dari kabupaten Garut. Pasar Ceplak mulai buka setelah Ashar (Sekitar jam 16-17 WIB) di ruas jalan Siliwangi yang terapit Jl. Cikuray dan Jl. Ciledug. Di tempat ini berbagai makanan khas Garut dan daerah lain merangsang selera. Makanan ringan sampai makanan berat, dijual dengan harga terjangkau serta suasana "kekeluargaan" dan "kerakyatan". Nama Ceplak sendiri diambil dari beradunya lidah dan langit-langit mulut bila seseorang sedang makan hingga menimbulkan bunyi (dalam bahasa sunda "ceplak"). Puncak dari keramaian Pasar Ceplak adalah pada saat bulan Rhamadhan, akhir pekan, dan hari libur.
Acara Khusus Seni Ketangkasan Laga Domba
Ketangkasan laga Domba adalah suatu permainan rakyat yang diiringi oleh kesenian tradisional kendang pencak untuk menampilkan suasana. Ketangkasan Laga Domba mempunyai nilai estetis pada saat domba mengambil ancang-ancang dan terjadi benturan pada kepalanya. Selain itu Domba Adu mempunyai badan yang kokoh, indah lincah dan gerakan-gerakan yang sangan bagus saat bertanding. Ketangkasan Laga Domba biasanya dilaksanakan pada Bulan Juni, Agustus dan Desember di tiga tempat yaitu Ngamplang, Cangkuang dan Rancabango. Pesta Cai/Lomba Rakit di Situ Cangkuang Pesta Air Cangkuang merupakan kegiatan rutin dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun kemerdrkaan RI. Adapun kegiatan yang ditampilkan adalah lomba rakit tradisional, lomba tangkap bebek, tebutan dan lain-lain serta diiringi dengan pementasan kesenian tradisional calung atau pencak silak, biasanya dilaksanakan pada Bulan Agustus. Upacara Ngalungsur di Makam Godog
Ngalungsur adalah proses upacara ritual dimana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat ( Sunan Godog ). Setiap setahun sekali dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi supaya tidak berkarat, biasanya dilakukan setiap tanggal 12 bulan Mulud. Selain itu ada pertunjukan berbagai kesenian khas Garut.
Festival Begendit
Festival Bagendit adalah suatu pesta rakyat yang diadakan setiap tahun. Berbagai jenis kesenian ditampilkan baik kesenian tradisional seperti Lais, Debus, Hadro dan lain sebagainya ataupun kesenian modern. Selain itu olahraga air juga dipertontonkan atau di lombakan.
Festival Kesenian Helaran
Pegeralaran Seni Helaran adalah bentuk pertunjukan berbagai jenis kesenian daerah yang pernah hidup dan berkembang dari Kota Garut baik yang masih utuh, murni serta yang sudah dikembangkan kemudian divisualisasikan dengan berjalan berupa iring-iringan dimana yang dijadikan penggunanya adalah jalan raya. Helaran dilaksanakan pada bulan Maret dan bertepatan dengan Hari Jadi Kota Garut.
Upacara "Seba" di Makam Ciburuy Upacara Seba adalah suatu pengabdian kepada seseorang yang berkedudukan tinggi dengan disertai penyerahan suatu yang baik. Adapun penyerahan itu ditujukan kepada arwah-arwah lelehur, yaitu arwah Prabu Siliwangi dan Kian Santang, karena kedua tokoh tersebut mempunyai ilmu dan kesaktian yang tinggi, maka benda-benda peninggalannya merupakan benda pusaka yang mempunyai kekuatan gaib yang bertuah.
Upacara tradisional seba jatuh pada setiap hari Rabu Minggu ke 3 bulan Muharam pada malam kamis jam 19.30 atau ba’da isya di situs Kabuyutan Cuburuy. Hajat Laut Pangidulan Hajat Laut Pakidulan merupakan pesta rakyat dan pagelaran seni, biasanya dilaksanakan pada bulan Oktober di Pantai Santolo ( Pemeungpeuk ).
Mojang Jajaka Merupakan ajang kreatifitas generasi muda yang memiliki rasa cinta terhadapseni dan nilai luhur budaya daerah dan mampu ditampilkan sebagai duta pariwisata Kota Garut. Pemilihan Mojang dan Jajaka biasanya dilaksanakan pada bulan Juli.
Penduduk dan Sex Ratio BPS melakukan perhitungan penduduk berdasarkan Sensus Penduduk yang diadakan setiap 10 tahun, disesuaikan dengan data mutasi kependudukan. Sensus Penduduk setelah kemerdekaan dimulai tahun 1961, kemudian 1971, 1980, 1990, 2000 dan terakhir tahun 2010.. Berdasarkan perhitungan BPS yang menggunakan hasil Sensus Penduduk 2010 disesuaikan dengan registrasi mutasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Garut tercatat sebanyak2.737.526 jiwa, yang terdiri dari 1.397.756 jiwa laki-laki dan 1.339.770 jiwa perempuan. Dengan demikian sex ratio (Jumlah Laki-Laki/Jumlah Perempuan X 100) di Kabupaten Garut adalah sebesar 104,3. Tabel Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kab. Garut 2010 ( Diurutkan berdasarkan jumlah penduduk terbesar per kecamatan ) Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
Garut Kota
79.397
76.607
156.004
103,6
Karangpawitan
72.481
69.629
142.110
104,1
Wanaraja
25.268
23.990
49.258
105,3
Pangatikan
22.519
21.100
43.619
106,7
Sucinaraja
15.949
15.532
31.481
102,7
Tarogong Kaler
50.997
49.068
100.065
103,9
Tarogong Kidul
62.026
60.606
122.632
102,3
Banyuresmi
50.452
45.006
95.458
112,1
Samarang
39.828
38.176
78.004
104,3
Pasirwangi
34.186
32.599
66.785
104,9
Leles
43.577
42.054
85.631
103,6
Kadungora
51.522
48.855
100.377
105,5
Leuwigoong
25.818
24.441
50.259
105,6
Cibatu
42.149
40.046
82.195
105,3
Kersamanah
20.607
19.547
40.154
105,4
Malangbong
70.107
66.768
136.875
105,0
Sukawening
32.188
Karangtengah
10.096
Bayongbong
52.952
Cigedug
22.265
Cilawu
56.781
Cisurupan Sukaresmi
62.441
106,4
9.939
20.035
101,6
50.948
103.900
103,9
21.549
43.814
103,3
55.332
112.113
102,6
50.723
48.349
99.072
104,9
23.304
22.592
45.896
103,2
Cikajang
42.294
41.321
83.615
102,4
Singajaya
24.745
24.065
48.810
102,8
Cihurip
10.141
10.025
20.166
101,2
Banjarwangi
29.831
28.720
58.551
103,9
Peundeuy
11.785
11.254
23.039
104,7
Pameungpeuk
24.652
23.782
48.434
103,7
Cisompet
29.260
28.085
57.345
104,2
Cikelet
21.865
20.936
42.801
104,4
Cibalong
20.884
20.289
41.173
102,9
Bungbulang
32.924
32.077
65.001
102,6
Mekarmukti
8.618
8.543
17.161
100,9
Pakenjeng
35.347
34.205
69.552
103,3
Cisewu
19.796
19.234
39.030
102,9
Caringin
17.815
16.988
34.803
104,9
Telegong
17.557
17.463
35.020
100,5
Pamulihan
30.253
9.983
9.782
19.765
102,1
Bl. Limbangan
43.196
41.160
84.356
104,9
Selaawi
22.576
21.256
43.832
106,2
Cibiuk
19.295
17.599
36.894
109,6
1.397.756
1.339.770
2.737.526
104,3
Jumlah
Sumber: DISDUKCAPIL, Tahun 2010
Fasilitas Kesehatan Tabel Fasilitas Kesehatan Kabupaten Garut 2005-2009 Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit
Non Rumah Sakit
2006
2007
2009
Umum
1
1
11
ABRI
1
1
11
Puskesmas DTP *
12
12
12 14
Puskesmas Lengkap
62
50
50 50
117
122
22
21
235
235
33
33
33 38
42
42
42 42
Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Balai Pengobatan
Penyedia Obat dan Alat Kesehatan
Tahun 2005
Apotek Toko Obat
129 136 32 42 219 228
Detail Fasilitas Kesehatan per Kecamatan Tahun 2009 (pdf - 28 kb) Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Garut
*). DTP = Dengan Tempat Perawatan
Pendidikan Profil Pendidikan
Tabel Hasil Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Garut Tahun 2009/2010 Ruang Jumlah Jumlah Rasio Guru : Jumlah Murid Mengulang Kelas Kelas Guru Murid TK 724 962 1.513 14.399 1:10 RA 453 827 1.076 31.332 1:3 Jumlah 1.177 1.789 2.589 45.731 SD 8 .641 11.133 14.785 329.968 1:45 M.Ibt. 1.055 1.125 1.904 28.263 1:67 Jumlah 9.696 12.351 16.689 358.231 SMP 2.265 2.378 5.237 97.713 1:5 M.Ts. 1.284 1.591 3.123 48.369 1:65 Jumlah 3.549 3.969 8.360 146.082 SMU 663 693 2.026 25.319 1:8 M.Aly. 359 358 1.743 9.977 1:2 SMK 273 557 1.673 21.843 1:7 Jumlah 1.295 1.608 5.442 57.139 Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Garut Tahun 2010 Tingkat
Putus Sekolah -
Jumlah Pemeluk dan Pemuka Agama Pada awal tahun 2010, komposisi pemeluk Agama di Kabupaten Garut menurut Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
Tabel Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Garut Agama
Jumlah
Islam
2.416.574
Katholik
1.905
Protestan
77
Hindu
1.297
Budha
188
JUMLAH
2.420.041
Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut tahun 2009
Tabel Rekapitulasi Pemuka Agama yang tercatat di DEPAG : Pemuka Agama
Jumlah
Ulama
2.335
Mubaligh
3.607
Khotib
6.017
Penyuluh Agama Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut tahun 2009
439
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Secara rinci keberadaan Keluarga Sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut (1) Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan. (2) Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. (3) Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. (4) Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. (5) Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Menurut catatan Dinas Keluarga Berencana Kabupaten Garut pada Tahun 2009 rekapitulasi jumlah KK berdasarkan strata kesejahteraan keluarga sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Jumlah KK Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tingkat Kesejahteraan
Jumlah
Pra Sejahtera
183.375
KS I
181.925
KS II
165.625
KS III
84.423
KS III Plus
6.012 Total
651.676
Lihat Juga : Detail Jumlah KK berdasarkan Tingkat Kesejahteraan per Kecamatan Tahun 2009 (pdf, 21 kb) Sumber : Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Garut
Profil Ekonomi a. Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Struktur ekonomi secara kuantitatif digambarkan dengan menghitung persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara keseluruhan pencapaian kinerja PDRB pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 6.663 miliar, atau 32,00% dari Rp. 13.697 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp. 20.360 miliar pada tahun 2008. Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang cukup signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Garut pada periode tahun 2005-2008. Kondisi ini menggambarkan pula perkembangan yang cukup signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Garut pada periode tahun 2005-2008. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat dijadikan sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah Garut, karena pada besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi sebesar 11,43% pada tahun 2008 yang sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Apabila dibandingkan dengan sasaran pencapaian tahun 2008 sebanyak Rp. 20.360 milyar, maka pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 melebihi sasaran sebanyak Rp. 734.281 juta atau 4,84% Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Garut pada tahun 2008 mencapai Rp. 10.011 miliar, atau mengalami peningkatan 4,30% dari tahun 2005, yaitu sebesar Rp. 8.768 miliar. Kondisi tersebut merupakan indikasi quantum (volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif dengan besaran 4,30%. Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar adalah masih didominasi oleh Pertanian, dimana pada tahun 2008, sektor ini memberikan sumbangan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 7.912,94 miliar atas dasar harga berlaku dan Rp. 4.461,55 miliar atas dasar harga konstan tahun 2000. Kondisi tersebut dapat dimengerti, karena perekonomian wilayah Garut masih tampak di dominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor ini serta sebagian besar lahan di wilayah Kabupaten Garut digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian (hampir mencapai 3/4 dari total luas wilayah Kabupaten Garut). Selain pertanian, sektor yang juga cukup dominan di Kabupaten Garut adalah perdagangan, hotel dan restoran. Di sepanjang tahun 2008 sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menciptakan nilai tambah (atas dasar harga berlaku/adh berlaku) sebesar Rp. 5.444,53 miliar, atau mengalami peningkatan Rp. 1.979,92 miliar dari tahun 2005.
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini di gunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembanguan suatu daerah dalam periode tertentu, maka indikator ini digunakan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Garut. Jika diperhatikan berdasarkan skenario target yang telah ditetapkan dalam RPJM Tahun 2006-2009, menunjukkan bahwa realisasi belum mencapai target. LPE Kabupaten Garut pada tahun 2006 mencapai sebesar 4,11% atau mengalami penurunan sebesar 0,05% dibandingkan pada tahun 2005 sebesar 4,16% Pencapaian ini belum memenuhi sasaran untuk LPE pada tahun 2006 sebesar 4,21%. Meskipun angka penurunan relatif kecil, namun hal ini telah menunjukkan adanya penurunan kinerja pada beberapa sektor, meskipun di sektor perekonomian yang sangat dominan yaitu sektor pertanian dan perdagangan mampu tumbuh masing-masing sebesar 2,91% dan 5,73%.
c. Inflasi Besarnya inflasi suatu daerah dapat digambarkan dengan perkembangan indeks harga implisit PDRB (perbandingan harga berlaku dengan harga konstan) setiap tahun dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi menggambarkan besarnya perubahan harga barang dan jasa yang beredar di pasaran. Laju inflasi tahun 2005 sebesar 16,14% telah mengalami penurunan di tahun 2006 menjadi 11,43%. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan laju inflasi pada tahun 2004 yang menaik tajam ke tahun 2005 hingga mencapai angka 100%. Tingginya inflasi pada tahun 2005 itu terutama disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga BBM yang sangat dramatis pada bulan Maret dan Oktober 2005, yakni dengan rata-rata sekitar 125% yang memicu kenaikan harga seluruh kelompok pengeluaran. Kendati demikian kompensasi kenaikan BBM yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan program-program pengentasan kemiskinan yang digulirkan oleh Pemerintah Daerah, tampak telah menjadi benteng yang mempertahankan daya beli terutama bagi masyarakat pada lapisan bawah, sehingga daya beli masyarakat, khususnya di Kabupaten Garut, tidak terlalu anjlok walaupun diterjang oleh inflasi yang cukup tinggi tersebut. Hal ini terbukti dari peningkatan penduduk miskin di Kabupaten Garut pada tahun 2006 masih relatif rendah jika dibandingkan dengan peningkatan penduduk miskin pada tingkat nasional
d. PDRB per kapita/ pendapatan per kapita Pada tahun 2005, PDRB perkapita masih mencapai Rp 5.137.426 (angka perbaikan), sementara pada tahun 2006 PDRB perkapita mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,17%, atau dari semula Rp. 6.117.609 di tahun 2005 menjadi Rp. 6.984.822 pada tahun 2006. Kendati demikian, peningkatan tersebut belum sepenuhnya dapat dipakai untuk menggambarkan peningkatan dari daya beli masyarakat. Karena pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku, selain masih terkandung inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli, juga karena pola distribusi dari pendapatan regional Kabupaten Garut tidak mutlak merata. Namun, pendapatan per kapita yang didekati oleh PDRB per Kapita dapat menggambarkan nilai produk yang dihasilkan di wilayah Garut per penduduk selama satu tahun. Atau dapat pula diartikan sebagai tingkat produktivitas penduduk di Kabupaten Garut yang juga dapat merefleksikan tingkat pendapatan per penduduk di Kabupaten Garut. Apabila dibandingkan dengan sasaran pencapaian tahun 2006 sebesar Rp. 6.663.848, maka pencapaian PDRB perkapita pada tahun 2006 melebihi sasaran sebesar Rp. 320.974 atau 4,82%. e. Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan selama periode tahun 2004-2006 menunjukan angka relatif merata, hal ini tampak dari pencapaian angka indeks gini pada tahun 2006 sebesar 0,208 sedikit menurun dibanding tahun 2005 yang mencapai 0,209 dan tahun 2004 sebesar 0,212. Sebagaimana kriteria yang ditetapkan, bahwa bilamana angka indeks gini berada pada kisaran 0,20-0,35, maka distribusi pendapatan dikatakan relatif merata, sedangkan apabila angka tersebut berada diatas 0,5 – 0,7 menunjukkan bahwa distribusi pendapatan sangat timpang.
f. Investasi (pembentukan modal tetap brutto) Jumlah Investasi berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) selama tahun 2006 mengalami pertumbuhan, dari Rp. 3.126,18 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp. 3.819,76 milyar. Apabila dibandingkan dengan sasaran pencapaian tahun 2006 sebesar Rp. 2.179,72 milyar, maka pencapaian Jumlah Investasi pada tahun 2006 telah melampaui jauh di atas target Hal ini juga terlihat dari besaran persentase laju investasi selama tahun 2006 yang mengalami peningkatan sebesar 11,38%, meskipun sedikit lebih lambat 6,11% dibandingkan laju investasi tahun 2005 yang mencapai 17,49%. Jumlah investasi yang terus berkembang ini, mengindikasikan tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dari masyarakat untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Garut, dan memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 – 2008.
Grafik Perkembangan Angka Laju Investasi, Inflasi, LPE, dan LPP Kabupaten Garut Tahun 2005-2008
Perubahan akhir : 05/01/2011