Laporan Kasus Omsa St Perforasi 6g6e65

Laporan Kasus Otitis Media Supuratif Akut Stadium Perforasi ARIF SETIAWAN CHINDY P. GOUTAMA LAY DIYAH AYU NURSANTI ERES TRIASA

OLEH:

: 0120840030 : 0120840051 : 0120840076 : 0120840086

Pembimbing:

dr. Rosmini, Sp. THT-KL dr. Agustina P. K., Sp.THT-KL

SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER RSUD JAYAPURA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA-PAPUA TAHUN 2018

PENDAHULUAN • Otitis

media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

• Otitis

media akut termasuk ke dalam jenis otitis media supuratif atau biasa disebut otitis media supuratif akut (OMSA).

• OMSA

merupakan masalah kesehatan yang sering dialami terutama oleh anak-anak. Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun.

DEFINISI  Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.

EPIDEMIOLOGI  Prevelensi OMSA di setiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3-20%.  Berdasarkan survey kesehatan Indera Pendengaran tahun 1994-1996 pada 7 provinsi di Indonesia didapatkan prevelensi penyakit telinga tengah pada segala umur sebesar 3,9%.  Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dengan rentang usia 0-7 tahun.  Setelah usia tersebut, insiden penyakit ini mulai berkurang. Sebanyak 90% anak usai 10 tahun sekurangkurangnya pernah mengalami satu kali episode OMSA.

ETIOLOGI  Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptococcushaemoliticus, Staphylococcusaureus, Pneumococcus. Selain itu kadangkadang ditemukan juga Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcusanhemoliticus, Proteusvulgaris dan Pseudomonasaurugenosa.  Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%).

PATOGENESIS

MANIFESTASI KLINIS Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium Resolusi

Stadium Perforasi

Stadium Hiperemis (Presupurasi)

Stadium Supurasi

Penegakkan Diagnosa

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan - HCL efedrin 0,5% dalam Larutan fisiologik - Antibiotik (jika karena bakteri)

- Antibiotik (gol. Penisilin, ampisilin atau eritromisin) - Analgetik

- Obat tetes hidung

- Antibiotik - Miringotomi

- Obat Cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari - Antibiotik

- MT menutup. - Jika masih keluar cairan > antibiotik

Table 1.Antibakterial untuk Otitis Media Supuratif Akut

Komplikasi

Abses Subperiosteal

Mastoiditis Meningitis

Abses Otak

Prognosis Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila terpajan ulang dengan mikroorganisme penyebab.12 • Quo

ad vitam

: bonam

• Quo

ad functionam : bonam

• Quo

ad sanactionam : bonam

LAPORAN KASUS •

Identifikasi

•

No. Rekam Medik

: 270922

•

Nama Penderita

: Nn. M.E.S

•

Umur

: 27 tahun

•

Alamat

: Perumnas 3 Waena

•

Status Maritas

: Belum menikah

•

Agama

: Kristen katolik

•

Jenis Kelamin

: Perempuan

•

Pekerjaan

: Karyawan Swata

•

Suku bangsa

: Ambon

•

Tanggal MRS

: 4 Juli 2018

ANAMNESIS •

Keluhan utama  Sakit disertai keluarnya cairan pada telinga kanan.

•

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh nyeri disertai keluarnya cairan pada telinga kanan sejak seminggu yang lalu.

Awalnya 3 minggu yang lalu pasien mengalami batuk pilek, kemudian besoknya keluar cairan pada telinga kanan disertai sedikit penurunan pendengaran dan sakit kepala.

Seminggu kemudian pasien pergi berobat ke RSUD Abepura. Setelah 3 hari minum obat, keluhan batuk pilek menghilang tetapi cairan masih keluar dari telinga kanan

Karena cairan terus keluar selama 1 minggu minum obat. pasien memutuskan untuk berobat ke Poli THT RSUD Dok 2

ANAMNESIS Riwayat

penyakit dahulu

 7 tahun yang lalu pasien pernah mengalami penurunan pendengaran, namun keluhan hilang sendiri tanpa minum obat. Riwayat

penyakit keluarga

 Adik pasien saat berumur 5 tahun pernah mengalami sakit disertai keluar carian pada telinga kanannya.  Riwayat asma (-), sering bersin di pagi hari (-), kencing manis (-), sakit jantung (-), darah tinggi (-), alergi makanan atau obat-obatan (-).

ANAMNESIS Riwayat Pribadi dan Sosial  Pasien tinggal bersama orang tua dan anggota keluarga yang lain. Pasien sering aktivitas di luar rumah. Pasien juga memiliki kebiasaan berenang di kolam dan pantai. Pasien bukan seorang perokok dan tidak mengkonsumsi alkohol dan narkoba. Riwayat alergi  Disangkal pasien. Riwayat pengobatan  Sebelumnya pernah berobat ke RSUD Abepura dan diberi obat batuk pilek, antiradang dan antibiotic.

PEMERIKSAAN FISIK Tanda vital  Keadaan umum  Kesadaran  Tekanan Darah  Nadi  Pernafasan  Suhu  Berat Badan

: Tampak Sakit Ringan : Compos Mentis : 110/80 mmHg : 82x/menit : 22x/menit : 37 °C : 61 kg

•

Kepala

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

•

Leher

: tidak dilakukan pemeriksaan

•

Thoraks

: tidak dilakukan pemeriksaan

•

Abdomen

: tidak dilakukan pemeriksaan

•

Ekstremitas

: tidak dilakukan pemeriksaan

•

Neurologis

: tidak dilakukan pemeriksaan

Status Lokalis Auris Bagian

Prearikula

Aurikula

Retroaurikula

Kelainan

Dextra

Sinistra

Kelainan kongenital

-

-

Radang dan tumor

-

-

Trauma

-

-

Kelainan kongenital

-

-

Radang dan tumor

-

-

Trauma

-

-

Edema

-

-

Maksilofasial 

Bentuk

:

simetris 

Parase N. Kranialis : (-)

Leher 

Kesan Pembesaran KGB (-)

:

RESUME  Sakit pada telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu  Riwayat ISPA 1 hari sebelum timbulnya keluhan sakit telinga  Telinga berdenging (+)  Batuk (+)  Pilek (+)  Penurunan pendengaran (+)  Membran timpani hiperemis  Refleks cahaya negatif  Nyeri tekan retroaurikular, dan tragus

Status Lokalis:  ADS: MAE hiperemis (+/-), udem (-/-), sekret (+/-), serumen (+/-),  MT intak (-/+), MT hiperemis (+/-).  CN:  NPOP:  MF: simetris, parese N. Kranialis (-)  Leher: Pembesaran KGB (-)

DIAGNOSIS BANDING • Otitis

eksterna

• Barotrauma • OMSK

DIAGNOSIS KERJA • Otitis

Media Supuratif Akut Dextra stadium Perforasi (Pulsasi)

USULAN PEMERIKSAAN • Pada

pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

PENATALAKSANAAN Terapi •

Medikamentosa

Ciprofloxacin Tab (2x1)  Merupakan antibiotik yang digunakan untuk menekan petumbuhan bakteri.

•

Natrium Diclofenac 50 mg (2x1)  Merupakan obat anti inflamasi non steroid yang berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah.

•

Metil Prednisolon 4 mg (3x1)  Merupakan kortikosteroid

•

Cetrizin 10 mg (2x1)  Merupakan anti histamin yang dapat meringankan gejala alergi

PROGNOSIS • Quo

ad vitam

: bonam

• Quo

ad functionam

: bonam

• Quo

ad sanationam

: bonam

PEMBAHASAN Berdasarkan anamnesa, pada pasien ini didapatkan keluhan sakit pada telinga kanan disertai keluarnya cairan. Tiga minggu yang lalu, pasien mengalami batuk dan pilek, selain itu pasien selama tiga minggu ini juga sering berenang di pantai. Keesokkan harinya, pasien mengeluh keluar cairan berbau warna kuning keruh dari telinga kanan dan sedikit penurunan pendengaran serta terdapat sakit kepala. Kemudian pasien berusaha ihkan liang telinga dengan cotton bud. Setelah itu pasien mengeluh sakit pada telinga kanan. Seminggu setelah keluhan, pasien pergi berobat ke RSUD Abepura. Pasien mendapatkan 3 macam obat, yaitu obat batuk dan pilek, antiradang dan antibiotik.

• Untuk

menegakkan diagnosis otitis media supuratif akut. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik telinga, diantaranya inspeksi dan palpasi telinga luar dan pemeriksaan otoscope. Dari inspeksi tidak ditemukan kelainan, pada palpasi daun telinga, didapatkan nyeri tekan tragus dan nyeri tekan retroauricular. Pada pemeriksaan otoscope pada telinga kanan, didapatkan liang telinga hiperemis, sekret putih (+), serumen telinga (+), membran timpani perforasi sentral (+), hiperemis (+), edema (+), pulsasi (+) dan refleks cahaya (-).

Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik ciprofloxacin tablet 2x1 tab, natrium diklofenak 50 mg 2x50 mg, metilprednisolon 4 mg 3x4 mg dan cetirizine 10 mg 2x10 mg. Berdasarkan buku THT FK UI tahun 2012, penatalaksanaan OMSA stadium perforasi, yaitu diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

• Prognosis

untuk penyakit OMSA stadium perforasi adalah bonam selama diterapi secara adekuat.

• Pada

pasien ini juga diberikan edukasi untuk selalu menjaga kebersihan liang telinga, menjaga liang telinga tetap kering, minum obat teratur, hindari berenang selama sakit dan makan-makanan yang bergizi serta istirahat yang cukup.

Kesimpulan 1. Telah dilaporkan kasus seorang perempuan berusia 27 tahun dengan otitis media supuratif akut stadium perforasi 2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 3. Berdasarkan anamnesa, pada pasien ini didapatkan keluhan sakit pada telinga kanan disertai keluarnya cairan. Tiga minggu yang lalu, pasien mengalami batuk dan pilek, pasien selama tiga minggu ini juga sering berenang di pantai. Pasien mengeluh keluar cairan berbau warna kuning keruh dari telinga kanan dan sedikit penurunan pendengaran serta terdapat sakit kepala. Kemudian pasien berusaha ihkan liang telinga dengan cotton bud. Setelah itu pasien mengeluh sakit pada telinga kanan. Seminggu setelah keluhan, pasien pergi berobat ke RSUD Abepura. Pasien mendapatkan 3 macam obat, yaitu obat batuk dan pilek, antiradang dan antibiotik. Karena cairan terus keluar, satu minggu kemudian pasien berobat ke Poli THT RSUD Dok 2. 4. Dari pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis. Pada tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit dan suhu badan 37 oC. Status generalis pasien dalam batas normal. Dari inspeksi telinga tidak ditemukan kelainan, pada palpasi daun telinga, didapatkan nyeri tekan tragus dan nyeri tekan retroauricular. Pada pemeriksaan otoscope pada telinga kanan, didapatkan liang telinga hiperemis, sekret putih (+), serumen telinga (+), membran timpani perforasi sentral (+), hiperemis (+), edema (+), pulsasi (+) dan refleks cahaya (-). 5. Berdasarkan buku THT FK UI tahun 2012, penatalaksanaan OMSA stadium perforasi, yaitu diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.