MEMAHAMI AKUNTANSI UNIT KLIRING DAN GIRO I. I.1
I.2 a.
b.
c.
d.
1.3 a.
b.
1.4
AKUNTANSI KLIRING Definisi Kliring Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dala bentuk suratsurat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Sistem Kliring Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan: Sistem Manual adalah Sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring serta pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Sistem Semi Otomasi adalah Sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Sistem Otomasi adalah Sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi. Sistem Elektronik, yaitu penyelenggaraan Kliring Lokal secara elektronik yang selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disetiap DKE disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima. Peserta Kliring Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua macam : Peserta langsung, yaitu peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Peserta tidak langsung, yaitu peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan bank yang sama. Warkat / Nota kliring a. Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhtungkan dalam kliring otomasi yaitu: 1. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang HukumDagang (KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata,dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia. 2. Bilyet Giro
1
3.
4.
5.
6.
adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT) adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal. Warkat Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat debet yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan warkat debet kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut. Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank atas nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
b. Dokumen Kliring Dokumen kliring merupakan dokumen kontrol yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam penyelenggaraan kliring okal dengan system manual berupa daftar warkat kliring local dengan system manual berupa daftar warkat kliring penyerahan yang berfungsi sebagai bukti penyerahan warkat. c. Formulir Kliring Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring local dengan system manual. 1.5 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan wakil peserta walaupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut. I.
Kliring Penyerahan Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara. 1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring pnyerahan di tempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut: a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan 2
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. 2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan sebagai berikut: a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring pada jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat : 1) Menyerahkan ke masing-masing peserta pertama a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan dan, b) Warkat 2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat 3) Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan kepada penyelenggara. c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat: 1) Menerima dari peserta lain: a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan dan, b) Warkat 2) Membutuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penyerahan warkat. d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan yang diterima dari peserta lain dengan warkat yang diterima e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian penyerahan lembar pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara. 3. Kegiatan petugas penyelenggara a. Menyusun neraca kliring penyeraan gabungan berdasarkan neraca kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta b. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil peserta. II.
Kliring Pengembalian Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan yang dilakukan ditempat penyelenggara. 1. Kegiatan di kantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian ditempat penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai tanda berikut:
3
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan kliring penyerahan apakah telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan. Dalam hal warkat debet: 1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.28/137/UPG tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek / Bilyet Giro Kosong atau, 2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nilai nominal nota debet, maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan. b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SPK) warkat debet yang ditolak wajib disertai dengan SKP c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta jumlah lembar dan jumlah nminal warkat debet tolakan untuk masing-masing bank penerima sebanyak 3 rangkap. 2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian telah di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan kliring pengembalian pada jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara b. Melakukan kegiatan pendstribusian warkat debet tolakan: 1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian b) Warkat debet tolakan c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP 2) Meminta tanda tangan dari wakil pesera penerima pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan 3) Menyerahkan kepada penyelenggara: a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian b) Lembar ketiga SKP c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan 1) Menerima dari peserta lain a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian b) Warkat debet tolakan c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP 2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan a. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian dengan arkat debet tolakan yang diterima b. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangap 2 berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima. 4
III.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca kliring pengembalian, kemudian menyerahan lembar pertamaneraca kliring pengembalian kepada penyelenggara d. Menyusun Bilet Saldo Kliring (BSK) sebanyak 2 rangkap berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian e. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 kepada penyelenggara. 3. Kegiatan Petugas Penyelenggara a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan bersadarkan neraca kliring pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta c. Mnenandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada BSK rangkap 2 setelah terdapat kecockan antara neraca kliring penyerahan / pengembalian gabungan dengan BSK d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut: 1) Lembar pertama untuk penyelenggara 2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tangan pejabat pada SKP yang diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaikan kepada Bank Indonesia f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimakud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g dan h atas nama wakil peserta yang bersangkutan. Penyelesaian Akhir Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengam melimpahkan hasil kliring masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaiann akhir dilakukan sebagai berikut: 1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah ilakukan test key arrangement 2. Atas dasar intruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesa membukukan hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank Indonesia 3. Tanggal valuta pemukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hari kliring yang bersangkutan 4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang dketahui setelah akhir kliring tersebut dapat dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya dilakukan antara penyelenggara dengan peserta 5. Dalam keadaan darurt di mana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. II. JADWAL KLIRING LOKAL DAN PELIMPAHAN HASIL KLIRING 5
Jadwal penyelengaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh penyelenggaraan dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring local yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring penyerahan/pengembalian. Contoh trabsaksi kliring dan pencatatannya: 1. Tgl 1 Mei 2013, A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B nasabah Bank BAP senilai Rp 10.000.000. Sdr.A membayarnya dengan cek Bank ABC Semarang. 2. A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp 20.000.000 sebagai pelunasan hutang. JAWAB : PENCATATAN DI BANK ABC SEMARANG :
Keterangan Tgl Kliring 2 1 Mei 2013
Rekening Debet (Rp) Dr.Giro A 30.000.000 Cr. Giro BI PENCATATAN DI BANK BAP SEMARANG : Keterangan Tgl Kliring 1 1 Mei 2013
Rekening Debet (Rp) Dr. RAR. 10.000.000 Kliring
Kliring 2
Dr. Giro BI Cr. Giro B
1 Mei 2013
Kredit (Rp) 30.000.000 Kredit (Rp)
20.000.000 20.000.000
Bila pada kliring kedua terjadi penolakan warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara membalik jurnal yang telah dilakukan, pada contoh ini misalkan warkat debet keluar senilai Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat Kliring Rp 10.000.000 sehingga rekening istratif ini menjadi nihil. Keterangan Tgl Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp) Kliring 1 1 Mei 2013 Cr.RAR.Kliring 10.000.000 Bila kliring kedua taguhan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping menihilkan rekening istratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada rekening riil. 6
Keterangan Kliring 2
Tgl 1 Mei 2013
Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp) Cr. RAR. Kliring 10.000.000 Dr.Giro BI Cr.Giro B
10.000.000 10.000.000
III.
SISTEM KLIRING WAKTU LUAR WILAYAH Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah kliring di mana cek dan BG tersebut dikliringkan. Pada penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efesiensi dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu mauputn biaya, sebab: 1. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring local di mana warkat dikliringkan (same day settlement). 2. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat local lainnya (tidak ada biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayara giral antar daerah. Contoh : Pada 12 Juni 2013 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000. Sdr. X adalah nasabah Bank B Surabaya sehingga melakukan pembayaran dengan menarik cek bank tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A Jakarta. Tgl 14 Juni 2013 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut yang telah diterima dari Sdr.X. informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebbut dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masingmasing bank yang terlibat transaksi kliring ini?
PENCATATAN JURNAL DI BANK A JAKARTA
Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp)
Kliring 1
14/6/2013 Dr. RAR Kliring
Kliring 2
14/6/2013
100.000.000
Cr.RAR Kliring
Dr. Giro Bl
100.000.000
100.000.000 7
Kredit (Rp)
Cr. Giro Y
100.000.000
PENCATATAN JURNAL DI BANK B JAKARTA
Keterangan
Tgl
Rekening
Debet(Rp)
Kliring 2
14/6/2013 Dr.RAK Cab.Surabaya
100.000.000
Cr.Giro BI
Kredit (Rp)
100.000.000
PENCATATAN JURNAL DI BANK B SURABAYA Keterangan
Tgl
Transaksi
14/6/2013 Dr.Giro X
Antar Cabang
Rekening
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
100.000.000
Cr.RAK Cab. Jakarta
100.000.000
Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank sendiri. III.1 Prinsip-prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah meliputi: 1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring manapun sepanjang cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta kliring warkat luar wilayah, serta diwilayah kliring dimana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring. 2. Kepersertaan : a. Saat ini kepersertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan c. Bank wajib menetapkan satu kantor coordinator di setiap wilayah kliring dimana bank tersebut menjadi peserta 3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi cek dan BG luar kotanya 4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak dipisahkan dari proses warkat local lainnya, sehingga efektivitas dana cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring local dimana cek/BG tersebut dikliringkan 5. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masingmasing bank. IV.
MENGENAL KLIRING ELEKTRONIK DAN OTOMATIS
Dalam kliring elektronik dan otomatis, harus didukung oleh Sistem Pusat computer Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kloring (TPK), dan Jaringan 8
Komputer Data (JKD). SPKE adalah seperangkat system komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPA adalah perangkat system computer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat system yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dan SPKE. Untuk mengoprasikan system ini, setiap peserta memiliki . Dalam kliring elektronik maupun otomatis, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah : 1. Bukti Penyerahan Warkat Debet : Kliring penyerahan (BPWC) ; BPWC digunkaan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundle warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan Kliring penyerahan. 2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit : Kliring penyerahan (BPWK) ; BPWK digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundle warkat dari petuga kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring penyerahan. 3. Lembar Substitusi : Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat menempelkan bukti penjualan (add-list) nominal warkat warkat yang diserahkan kepada penyelenggara. 4. Kartu Batch ; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal bundle warkat dari masing – masing peserta dan sebagai sarana control dalam proses kliring.
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian (BRWKP). Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi, harus diperhatikan jenis angka dan symbol MICR code line. Angka dan symbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam rangka system kliring yang diotomasikan atau kliring otomatis atau elektronik. MICR code line pada Warkat yang wajib dicantumkan dakam clear bond terdiri dari : a. Nomor warkat : 6 (enam) digit; b. Sandi Peserta : 7 (tujuh) digit; c. Nomor Rekening : 10 (sepuluh) dihit; d. Sandi Transaksi : 2 (dua) digit; e. Nilai Nominal Warkat : 14 (empat belas) dgit. 9
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi: 1. Nomor Warkat 2. Sandi Peserta 3. Nomor Rekening 4. Sandi Transaksi 5. Nilai nominal 4.1 Jenis Biaya Kliring Penyelemggaran kliring baik secara manual, semi otomatis, otomatis maupun secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya istrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki peserta kliring. Mengingat dalam menyelenggarakan kliring lokal baik secara elektronik, otomatis, maupun semi otomatis peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya. 4.2 Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomatis Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan system ini tdak berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring. Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk memahami akuntansi kliring system ini. Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunkan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet gito, atau surat pemindahbukuan yang lain. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedagkan bilyen giro adalah surat perintah pemindahbukuan. V.
AKUNTANSI GIRO
Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relative lebih rendah, dibandingkan sumber dana yang lainnya, seperti : tabungan dan deposito. Penetapan tingkt jasa atau bunga giro merupakan otorisasi bank – bank yang bersangkutan. Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antar bank yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan system bungan bank harian, tetapi ada juga yang menerapkan system bunga terendah. Beberapa bank lain mungkin menerapkan bungan yang 10
sama besarnya untuk setiap nominal, namun dibank lain bisa menerapkan system bunga berjenjang. Bunga berjenjang adalah tingkat bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu. Contoh :
Saldo (Rp) 0 – 5.000.000 5.000.000 – 25.000.000 25.000.000 – 100.000.000 100.000.000 – tak terhingga
Bunga Giro (%) 0% 8% 12% 14%
5.1 Jenis Rekening Giro a. Giro Swasta yaitu giro yang dimilki oleh perseorangan, kelompok, instansi swasta, yayasan sosial, dan badan non-pemerintah lainnya. b. Giro Pemerintah yaitu giro yang dimiliki intansi pemerintah misalnya giro kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagainya. 5.2 Akuntansi Giro Pada saat pembukuan, giro diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdana, cara penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro, dan biaya yang menjadi beban giran. Bila calon giran sepakat, maka giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro. Transaksi giro dicatat sebesar nilai dan disajikan sebesar nilai kewajiban bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal setoran/ penarikan, sedangkan nilai kewajiban nilai saldo setelah mengalami mutasi pendebetan atau penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya penarikan dan beban biaya bagi giran. Pengkreditan rekening giro akibat adanya setoran uang tunai atau cek, bilyet giro atau adanya jasa giro yang diperhitungkan bank. Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutupi kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan penarikan cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilkinya. Bila ini yang terjadi maka terjadi saldo negatif (saldo debet untuk giro). Saldo negatif ini terjadi (dalam arti cek/BG bisa dicairkan oleh pemegangnya) karena bank memberikan talangan / cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah 11
perbankan disebut overdraft. Overdraft inidiperlukan sebagaimana pemberian kredit kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, istrasi, dan biaya lainnya. Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giran tersebut tergolong aktif atau pasif. Giro dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi dan berada dibawah saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya istrasi setiap bulan yang akan dibebankan pada rekening giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk menutup gironya.
DAFTAR PUSTAKA Taswan,S.E.,M.Si, Dr. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Asing Edisi III. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
12