Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Kamboja, Bunga Cempaka dan Bunga Kecombrang Nama : Affrina Fauziah Nim : 1608531001
Pendahuluan Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati. Minyak atsiri sering juga disebut juga sebagai essential oil. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji, batang, akar atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas (Rusli, 2010). Minyak atsiri dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal terutama dalam industri farmasi dan kosmetik, misalnya untuk parfum, sabun, lotions, shampo, obat-obatan, dan lain-lain.
1. Bunga Kamboja Tanaman kamboja memiliki kandungan senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan dan hampir semua bagian tanaman kamboja memiliki manfaat penyembuhan. Daun kamboja mengandung senyawa flavonoid, yang
memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri pada pengobatan bisul dan luka pada kulit (Paranatha, 2013).
metode
Bunga kamboja sebanyak kurang lebih 3 kg diiris melintang dengan ukuran tertentu, dimasukkan ke dalam alat destilasi. Proses destilasi dilakukan sesuai perlakuan pada lama proses 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 jam sehingga diperoleh distilat (campuran minyak atsiri dengan air), selanjutnya minyak atsiri dipisahkan dari air destilasi dengan cara manual yaitu membuka keran penampung distilat, pada pipa penampung distilat minyak atsiri akan berada diatas air distilat sehingga pemisahan minyak atsiri dan distilat bisa langsung dilakukan. Perhitungan waktu dimulainya proses distilasi dihitung ketika distilat pertama kali menetes pada kondensor. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengatur besarnya nyala kompor, sehingga jumlah tetesan/distilat stabil
Hasil
Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dipengaruhi oleh lama proses destilasi yang dilakukan, Semakin lama proses destilasi, minyak atsiri yang dihasilkan semakin banyak. Hal ini disebabkan semakin lama destilasi maka waktu kontak antara uap air dengan bahan baku semakin lama sehinga senyawa yang dapat diekstrak semakin banyak. Namun lamanya proses destilasi juga memiliki batasan. Semakin lama destilasi bunga kamboja cendana, makin banyak minyak atsiri yang dapat dibawa oleh uap air, sampai pada batas waktu tertentu minyak atsiri di dalam bahan habis.
“
Hasil analisis GC-MS juga menunjukkan bahwa masing-masing minyak atsiri kamboja memiliki komponen kimia yang berbeda-beda. Senyawa kimia golongan alkohol diantaranya geraniol (2,64%), farnesol (8,61%), dan oktadekanol (3,87%), masing-masing dalam kamboja kuning, putih, dan merah. Adapun senyawa golongan alkana diantaranya oktadekana sebesar 21,24% (kamboja kuning), nonadekana (7,54% pada kamboja putih dan 7,84% pada kamboja merah)
”
Bunga Cempaka
Minyak atsiri bunga cempaka putih Tanaman cempaka putih (Michelia alba) tergolong mengandung fenol, sineol, eugenol, dalam famili Magnoliaceae yang hampir seluruh bensilaldehida, dan feniletilalkohol. Selain bagian tanaman seperti kulit kayu, daun, dan mengandung minyak atsiri yang terdapat pada bunga dapat dimanfaatkan sebagai obat, seperti bunga, seluruh tanaman cempaka putih obat demam, haid tidak teratur, bronkhitis, batuk, (Michelia alba) juga mengandung alkaloid, keputihan, radang, infeksi saluran kemih, dan flavonoid, dan saponin. Kandungan metabolit kencing sedikit. sekunder ini tersebar mulai dari akar, daun, dan kulit kayu.
Bunga cempaka ditimbang sesuai variabel massa bahan baku yang digunakan yaitu sebesar 75, 100, 125, dan 150 gram. Bahan baku yang telah ditimbang tersebut kemudian dimasukkan kedalam labu distiller dan ditambahkan dengan pelarut (aquadest) sebanyak 400 ml. Labu distiller dipanaskan dengan microwave pada daya 600 watt. Pada metode hidrodistilasi dengan aliran udara dilakukan penambahan aliran udara sesuai variabel laju alir yang telah ditentukan (1, 2 dan 3 L/min). Destilat ditampung dalam corong pemisah kemudian menghentikan proses ketika waktu operasi telah berjalan selama 180 menit. Air yang terkandung pada destilat akan dipisahkan di dalam corong pemisah dan ditampung dalam erlenmeyer, sedangkan minyak yang terpisah ditampung dalam botol vial. Apabila minyak sulit dipisahkan dengan air, maka ditambahkan n-hexane ke dalam corong pisah. Minyak yang berada dalam corong pisah didiamkan sampai jernih. Campuran larutan yang jernih ini menunjukkan bahwa terdapat dua layer antara (nhexane+minyak cempaka) dengan air sehungga air dapat dipisahkan karena berada di layer bawah. Sedangkan pemisahan n-hexane dalam minyak dengan cara penguapan dalam lemari asam atau mendistilasi larutan minyak-hexane, sehingga minyak cempaka murni dapat diperoleh. Minyak yang dihasilkan akan dianalisa GC-MS untuk mengetahui komponen yang terkandung didalamnya.
Hasil
Hasil ekstraksi minyak cempaka dengan metode hidrodistilasi mendapatkan yield terbaik sebesar 0,0424%, sedangkan proses ekstraksi dengan metode hidrodistilasi dengan aliran udara didapat yield terbaik sebesar 0,1684%. Faktor lain yang mempengaruhi yield minyak cempaka yaitu tingkat kepadatan bahan berhubungan erat dengan besar ruangan antar bahan. Kepadatan bahan yang terlalu tinggi dan tidak merata dapat menyebabkan terbentuknya jalur “rat holes” yang dapat menurunkan yield dan mutu minyak. Semakin besar kepadatan bahan juga mengakibatkan laju penyulingan atau penguapan minyak akan semakin lambat karena terhambatnya ruang gerak untuk bisa menguap menuju kondensor, sehingga yield dan efisiensi penyulingan menurun
Hasil analisa kimia dengan GC MS minyak cempaka yang dihasilkan dari penelitian ini hanya memperoleh komponen linalool (0,39%) dan beta-caryophyllene (0,20%) dengan metode hidrodistilasi dan komponen lainnya tidak terdeteksi. Sedangkan untuk metode hidrodistilasi dengan aliran udara tidak ada komponen yang terdeteksi dari ketujuh komponen tersebut.
3. Bunga Kecombrang Bunga kecombrang telah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia baik sebagai sayur, tanaman hias, maupun obat. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata kandungan berbagai senyawa aktif di dalam bunga kecombrang mampu mengurangi bau badan yang kurang sedap. Senyawa-senyawa aktif tersebut antara lain saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Orang-orang yang biasa mengkonsumsi bunga kecombrang mentah sebagai lalapan diduga yang paling banyak mendapatkan manfaat deodoran alami dari bunga kecombrang. Aroma kuat yang ditimbulkan dari bunga kecombrang merupakan aroma dari minyak atsiri yang dikandungnya
Ditimbang sampel bunga kecombrang sebanyak 1 gram dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100- 105 C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Proses pengeringan, pendinginan dan penimbangan diulang-ulang sampai tercapai berat konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan. 400 gram sampel dihidrodestilasi dengan pelarut akuades dan perangkat alat clavenger dengan pemanasan suhu 100 C. Sampel didestilasi sampai tuntas memerlukan waktu selama 4-5 jam.
Bunga kecombrang dengan kadar air sebesar 94,11 % menghasilkan rendemen minyak atsiri sebesar 0,067 %. Minyak atsiri bunga kecombrang berwarna kuning bening dengan aroma khas aromatik bunga kecombrang. Senyawa dodekanol merupakan senyawa yang paling banyak terdapat di dalam minyak atsiri bunga kecombrang dengan persentase kandungannya yang mencapai 30,26 %. Baunya yang segar namun tidak terlalu tajam, membuat senyawa dodekanol digunakan juga sebagai bahan dasar parfum dan pewangi dalam kosmetik. Senyawa ini memiliki wujud padat dengan warna putih.
Hasil analisis spektroskopi GC-MS berdasarkan standard yang ada dapat dideteksi sebanyak 16 senyawa. Dari ke enam belas senyawa tersebut, terdapat tiga senyawa yang bersifat antibakteri berasal dari golongan fenolitik dan terpena dalam minyak atsiri. Ketiga senyawa tersebut adalah α–Pinen (C10H16 ), β-Pinen (C10H16 ), Kamfor (C10H16 O).
Kesimpulan
1. Rendemen minyak atsiri bunga kamboja cendana yang dihasilkan pada lama distilasi 1, 2, 3, dan 4 jam mengalami peningkatan, tetapi pada lama distilasi 5 sampai 6 jam mengalami penurunan. Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan antara 0,0005233% sampai 0,0047689%. 2. Proses ekstraksi bunga cempaka pada skala laboratotium menggunakan metode hidrodistilasi dengan aliran udara menghasilkan yield lebih tinggi apabila dibandingkan dengan metode hidrodistilasi. Kondisi optimal proses ekstraksi minyak cempaka pada metode hidrodistilasi microwave: massa bahan baku 125 gram cempaka, waktu operasi 3 jam dan menghasilkan yield sebesar 0,0424%. Kondisi optimal proses ekstraksi minyak cempaka pada metode hidrodistilasi microwave dengan aliran udara : massa bahan baku 125 gram cempaka, laju udara 2 L/min dan menghasilkan yield sebesar 0,1684%. 3. Bunga keecombrang dengan kadar air sebesar 94,11% menghasilkan rendemen minyak atsiri sebesar 0,067%. Minyak atsiri bunga kecombrang berwarna kuning bening dengan aroma khas aromatik bunga kecombrang