PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kekuatan refraksi mata hasil dari kekuatan statis mata (kemampuan gabungan kornea dan lensa untuk membengkokkan sinar yang masuk) dan daya akomodatif mata (variable kekuatan akomodasi yang mengubah jalur sinar cahaya dengan membuat tubuh siliari untuk mengubah kelengkungan lensa).
Peningkatan
total
kekuatan
ditambah
bahwa
akomodasi
menghasilkan dikenal sebagai, amplitude akomodasi.4 Tubuh siliari pada manusia mempunyai reseptor muskarinik di system parasimpatis yang menginervasi otot polos. Sikloplegia menghambat daya akomodasi dengan cara menghambat kerja dari otot siliari, sehingga kelainan refraksi dapat diukur dengan tepat.2,3,4 Sikloplegik refraksi adalah procedure yang digunakan untuk menentukan kesalahan refraktif seseorang dengan cara melumpuhan otot yang berperan dalam akomodasi untuk sementara. Walaupun banyak metode refraksi baru yang telah dikembangkan, sikloplegik refraksi masih menjadi prosedur yang valid dan terpercaya untuk mendapatkan data refraksi.1,3 Sikloplegia juga disebut antikolinergik karena mereka memhambat kerja asetilkolin muskarinik. Ini yang menyebabkan terhambatnya stimulasi kolinergik terhadap otot siliaris dan otot sphinter iris yang menyebabkan midriasis dan sikloplegia. Ideal dari sikloplegia adalah yang tidak mempunyai efek samping okular maupun sistemik, serta mempunyai rapid onset, menghambat akomodasi keseluruhan untuk waktu yang cukup. Sampai sekarang belum ada obat yang mencapai seluruh persyaratan tersebut, akan tetapi beberapa telah memberikan hasil yang memuaskan dalam mencapai hasil klinikal dengan kerugian yang minimal.3,4
1
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
1.2.
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah cycloplegic refraction ini adalah sebagai
berikut: 1.
Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata di RSUP H Adam Malik Medan.
2.
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca, terutama mengenai cycloplegic refraction
2
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
BAB 2 ISI 2.1. Definisi Sikloplegik refraksi adalah procedure yang digunakan untuk menentukan kesalahan refraktif seseorang dengan cara melumpuhan otot yang berperan dalam akomodasi untuk sementara.1 Prosedur ini menggunakan obat golongan sikloplegik yang melumpuhkan otot siliaris dengan cara menghambat reseptor muskarinik yang stimulasi oleh asetilkolin dari ujung saraf parasimpatis.2 2.2. Indikasi Pemeriksaan ini banyak digunakan pada beberapa anak dan dewasa muda tetapi tidak pada dewasa yang presbiopi. Pemeriksaan sikloplegik dapat digunakan pada beberapa kasus yaitu :
Pada anak yang mengalami esotropia yang menetap ataupun berulang
Anak dan dewasa muda dengan asthenopia dan esophoria
Hasil pemeriksaan retinoscopi yang menujukkan akomodasi yang berfluktuasi
Hasil pemeriksaan retinoskopi yang berbeda secara signifikan dengan hasil refraksi subjektif
Visual akuiti yang menurun tanpa sebab pada anak anak
Anak anak dengan riwayat keluarga strabismus, ambliopia, atau hiperopia
Pada kasus kasus dimana retinoskopi sulit dilakukan sebab tidak adanya kooperasi pasien atau pasien yang cacat mental
kandidat untuk operasi refraksi2,3,4
3
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
2.3. Kontraindikasi Pemeriksaan sikloplegik biasanya dilakukan pada anak anak dan dewasa muda dan tidak ada kontraindikasi terhadap umur. Kontraindikasi pada pemeriksaan ini adalah pada pasien dengan chamber anterior yang dangkal dan dislokasi atau subluxation dari lensa. Serta kontraindikasi yang berhubungan dengan penggunaan obat mydriasis yaitu :
pasien yang menggunakan pilocarpine untuk pengobatan glaucoma
sudut tertutup glaucoma
chamber anterior yang dangkal
dislokasi dari lensa2,3,4
2.4. Keuntungan Dengan penggunaan obat sikloplegik, full static refraction dapat di nilai tanpa pengaruh dari kontraksi yang berfluktuasi, tonic atau klonic, dari otot siliaris. Hal ini sangat penting pada pasien muda dimana daya akomodasi yang masih sangat besar yang dapat menyamarkan kelainan refraksi. Dengan menggunakan obat sikloplegik, pemeriksaan fundus mendapatkan gambaran yang lebih bagus. Secara umum keuntungan dari penggunaan sikloplegik yaitu :
hasil retinoskopi yang akurat didapati dengan mudah
mengetahui hyperopia yang latent
kelainan refraksi dapat dipastikan
tampilan fundus yang lebih baik pada saat opthalmoscopy
fiksasi atau posisi pasien yang tepat menjadi tidak terlalu penting2,3
2.5. Kerugian 4
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Pada pemeriksaan dengan menggunakan sikloplegik, bentuk dari lensa berubah dari bentuk normalnya oleh sebab efek dari obat. Hasil yang didapat pada pemeriksaan akan di bandingkan dengan sebelum atau sesudah pemberian obat sikloplegik, hal ini membuat ketidaknyamanan patient untuk datang lagi. Kerugian lainnya berupa efek samping dari obat sikloplegik. Kerugian lain yang mungkin dialami yaitu :
photofobia yang disebabkan oleh dilatasi pupil
berkurangnya kemampuan dalam tugas jarak dekat
resiko efek samping pada mata atau sistemik obat sikloplegik
kerusakan hubungan anak dengan dokter pada kunjungan berikutnya
distress pasien pada penetesan obat2,3
2.6. Pemeriksaan Pemeriksaan Presikloplegik Sebelum pemberian obat sikloplegik, beberapa pemeriksaan harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi yang penting terhadap kontraindikasi atau efek samping yang mungkin terjadi pada pemberian sikloplegik.3 Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan yaitu:
anamnesa yang lengkap berupa keluhan pada mata, keluhan sistemik, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pemakaian obat, alergi, dan riwayat keluarga
pemeriksaan visual akuiti
reflex pupil
refraksi
pemeriksaan slit lamp
tonometri.2,4
Sebaiknya meminta persetujuan dari pasien setelah memberikan informasi tentang apa yang akan dilakukan serta memberitahukan pasien bahwa 5
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
penglihatan akan sedikit berkurang setelah pemeriksaan dilakukan sehingga pasien tidak mengemudi segera setelah pemeriksaan selesai.2,3,4 Pemeriksaan sikloplegik Komponen penting dalam pemeriksaan dengan sikloplegik adalah retinoskopi, refraksi subjektif, dan opthalmoskopi.2,3 Retinoskopi Retinoskopi merupakan prosedur pemeriksaan untuk menentukan kelainan refraksi. Retinoskopi juga disebut sebagai skiascopy atau shadow test merupakan metode objektif dalam menentukan kelainan refraksi dengan metode neutralisasi.5,6 Setelah pemberian sikloplegik dan batas waktu maksimum sikloplegik untuk memberikan efek tercapai, pemeriksa harus menetukan derajat sikloplegik yang adekuat untuk mendapatkan refraksi terpercaya. 2 Mydirasis bukanlah suatu indicator bahwa kerja sikloplegik penuh telah terjadi. Untuk memastikan sikloplegik adekuat telah tercapai, ditentukan residual akomodasi secara objektif dengan retinoskopi ataupun subjektif.3 Pada pemeriksaan retinoskopi dengan sikloplegik, dua hal penting yang diperhatikan yaitu mengobservasi pergerakan dari reflex cahaya di tengah 3-4 mm bagian pupil saja dan memberitahukan pasien untuk melihat secara langsung ke cahaya retinoskopi. Tergantung pada gerakan refleks cahaya ketika sebuah bidang cermin retinoskopi digunakan pada jarak 1 meter, hasilnya diartikan sebagai: 2,5,6 1. Tidak ada gerakan refleks merah menunjukkan miopia 1D. 2. Dengan gerakan refleks merah sepanjang gerakan retinoscope, menandakan baik emmetropia atau hypermetropia atau miopia kurang dari 1 D. 3. Terhadap gerakan refleks merah dengan pergerakan retinoscope mengimplikasikan miopia lebih dari 1 D. 2,5,6
6
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Gambar 1. Reflex cahaya pada retinoskopi5 2.7. Obat Sikloplegia Sikloplegik termasuk obat golongan anticholinergic yang mempunyai efek midriatik
dan
antimuskarinik,
sikloplegik. cholinergic
Anticholinergic
dikenal
antagonist,
muskarinik
juga
sebagai
antagonist,
parasymphatic antagonis atau parasymphatolitik. Reseptor muskarinik distimulasi oleh lepasnya asetilkolin dari ujung saraf parasimpatik. Setelah terstimulasi, otot siliaris berkontraksi, menarik badan siliaris ke depan. Hal ini mengurangi ketengangan pada ligament suspensor yang menahan lensa. Sehingga lensa menjadi makin konveks yang berarti peningkatan pada data refraksi untuk membuat akomodasi. Pada saat sikloplegia, reseptor dari siliaris dihambat sehingga tidak berikatan dengan asetilkolin dan akomodasi tidak terjadi. Otot siliaris tidak berkontraksi juga menyebabkan otot sphincter relaksasi sehingga terjadi sikloplegia dan midriasis.3,7 Dahulu antimuskarinik banyak dipakai sebagai sikloplegik tetapi sekarang hanya tiga yang dipakai yaitu atropine, cyclopentolate, tropicamide, sedangkan homatropine terkadang masih dipakai.2 Atropine Atropine merupakan alkaloid yang diekstraksi dari variasi spesies tanaman seperti atropa belladonna dan hyoscyamus niger.2 Sediaan : larutan 0,5-3%; salep 0,5% dan 1%
7
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Dosis : satu tetes larutan 0,25-0,5% pada masing masing mata 2xsehari, 12 hari sebelum pemeriksaan dan 1jam sebelum pemeriksaan Mulai dan lama kerja : mulai kerja dalam 30-40 menit.8 Efek samping atropine dirangkum menjadi sebuah pepatah “as blind as a bat, dry as a bone, red as a beetroot and mad as a hatter” dimana buta disebabkan oleh sikloplegia, kering karena inhibisi dari kelenjar keringat dan ludah (sebagai tanda pertama keracunan atropine), merah oleh karena vasodilatasi peripheral (untuk menurunkan panas) dan kegilaan disebabkan oleh efek atropine ke CNS.4 Atropine dapat menyebabkan komplikasi seperti demam, takikardi, kejang, serta kematian, atropine juga kontraindikasi pada pasien dengan down syndrome dan albinism.4 Cyclopentolate Sediaan : larutan 0,5%, 1%, dan 2% Dosis : 1 tetes pada kedua mata dan diulang setelah 10 menit Mulai kerja : 30-60 menit lama kerja : kurang dari 24 jam dapat terjadi neurotoksisitas, yang manifestasi inkoherensi, halusinasi visual, bicara pelo, dan ataksia.8,9,10 Tropicamide Sediaan : larutan 0,5% dan 1% Dosis : 1 tetes larutan 1%, dua atau tiga kali dengan interval 5 menit Mulai kerja : 20-40 menit Lama kerja : 15-20 menit, bertahan hingga 4-6 jam.8,9,10 Homatropine Sediaan : larutan 2% dan 5% Dosis : 1 tetes setiap mata dan diulangi dua atau tiga kali dengan interval 10-15 menit
8
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Mulai kerja : 30-60 menit Lama kerja : 3 jam.8,9,10
Table 1. Efek midriasis dan sikloplegia pada obat sikloplegik4 Efek samping Efek samping dari sikloplegik termasuk reaksi alergik atau hipersensitivitas dengan konjunktivitis, kelopak mata bengkak, dan dermatitis. Reaksi ini lebih sering pada atropine dibanding dengan sikloplegik lainnya. Tanda sistemik keracunan atropine berupa demam, mulut kering, muka kemerahan, nadi cepat, mual muntah, delirium.9
9
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Table 3. efek samping sikloplegik3
BAB 3 PENUTUP Sikloplegik refraksi adalah procedure yang digunakan untuk menentukan kesalahan refraktif seseorang dengan cara melumpuhan otot yang berperan dalam akomodasi untuk sementara. Walaupun banyak metode refraksi baru yang telah dikembangkan, sikloplegik refraksi masih menjadi prosedur yang valid dan terpercaya untuk mendapatkan data refraksi.1,3 Sikloplegik refraksi menggunakan sikloplegia yang menghambat kerja asetilkolin muskarinik. Ini yang menyebabkan terhambatnya stimulasi kolinergik terhadap otot siliaris dan otot sphinter iris yang menyebabkan midriasis dan sikloplegia. Ideal dari sikloplegia adalah yang tidak mempunyai efek samping okular maupun sistemik, serta mempunyai rapid onset, menghambat akomodasi keseluruhan untuk waktu yang cukup.3,4 Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa kasus seperti kasus esotropia menetap atau berulang, hasil pemeriksaan retinoskopi yang berfluktuasi, pada anak anak dimana daya akomodasi yang kuat, pada pasien yang tidak kooperatif, dll. Perlu di waspadai bahwa pada penderita glaukoma dengan sudut tertutup dan chamber anterior yang dangkal merupakan kontraindikasi dari pemeriksaan ini.2,3,4 Kerugian dari pemeriksaan ini berupa kurangnya hubungan anak dengan dokter, distress pasien pada saat penetesan obat, photofobia yang disebabkan oleh dilatasi pupil serta resiko efek samping dari penggunaan sikloplegia tersendiri.2,3 Efek samping dari sikloplegik termasuk reaksi alergik atau hipersensitivitas dengan konjunktivitis, kelopak mata bengkak, dan dermatitis. Tanda sistemik keracunan atropine berupa demam, mulut kering, muka kemerahan, nadi cepat, mual muntah, delirium.2,3,9,10 10
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384
Daftar Pustaka
1. Bedinghaus,
T.
Cycloplegic
Refraction.
Available
from
:
http://vision.about.com/od/eyeexamequipment/g/Cycloplegic_Refraction.htm Updated May 20, 2010 2. Hopkins, G. & Pearson, R. 2007. Opthamologic drugs diagnostic and therapeutic uses, 5th ed. Elsevier Publishing. 3. Eperjesi, F & Jones, K. 2005. Cycloplegic refraction in opthometric practice. Aston University, Brimingham 4. Farhood, Q.K. 2012. Cycloplegic Refraction in Children with Cyclopentolate versus Atropine. 5. Khurana, A.K. 2007 Caomprehensive Ophthalmology 4th Edition. New Delhi: New Age International Publishing. 6. Bonci, F. & Lupelli, L. 2012. Retinoscopy in infancy: cycloplegic versus noncycloplegic. 7. American Academy of Ophthalmology. 2011. Fundamental and Principles of Opthamology. American Academy of Ophthalmology. 8. Nusenblatt, Yeh, Lavin-Clarke. 2010. Albert & Jakobiec’s Priciples and Practice of Ophthalmology. Elsevier Publishing. 9. American Academy of Ophthalmology. 2011. Pediatric Opthamology and Strabismus. American Academy of Ophthalmology. 10. Flach, A.J. 2007. Opthalmic Therapeutics In Vaughan and Ausbury’s General Ophthalmology 17th Edition. The Mc-Graw Hill Publishing.
11
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
12
NAMA : Kadir Gani NIM : 080100384